PENDAHULUAN
Kesehatan reproduksi remaja merupakan suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem,
fungsi, dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Dibandingkan dengan dewasa,
kesehatan reproduksi remaja lebih rentan terhadap berbagai penyakit, terutama infeksi
menular seksual (IMS). Hal ini disebabkan pada remaja terkumpul berbagai faktor risiko
seperti faktor perilaku, faktor biologis, faktor lingkungan serta faktor budaya. WHO
memperkirakan ada 333 juta kasus baru mengenai IMS setiap tahunnya, dengan prevalensi
tertinggi berada pada kelompok usia 20-24 tahun, diikuti kelompok usia 15-19 tahun. Usia
remaja juga rentan terhadap kasus HIV/AIDS, dimana 30% total kasus baru HIV didapatkan
Di Indonesia jumlah penduduk remaja berusia 10-19 tahun berdasarkan proyeksi Badan
dengan jumlah remaja yang cukup besar tersebut tidak tertutup kemungkinan perilaku
seksual remaja pranikah serta dampak yang akan ditimbulkan (dalam kesehatan reproduksi)
dan akan menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia (Notoatmodjo,2017). Perilaku
remaja dan norma yang ada di Indonesia kini semakin bertolak belakang. Prilaku yang
cenderung negatif ini disebabkan oleh adanya globalisasi dan perkembangan teknologi
dimana dua hal ini sangat mempengaruhi paparan informasi dan gaya hidup yang ingin
dianut remaja. Dengan tercampurnya gaya hidup remaja dari luar kebudayaan Indonesia kini
1
Masa remaja merupakan masa peralihan, remaja bukan lagi seorang anak-anak dan bukan
juga orang dewasa (Putro,2017). Masa remaja merupakan masa yang berbahaya, karena pada
periode tesebut, seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju ke tahap
selanjutnya dan juga pada masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya
Oleh karena itu pada umumnya remaja sering kali bertindak bebas untuk mengkespresikan
dirinya dengan melakukan suatu tindakan yang memiliki resiko tinggi, hal tersebut tentu
akan menjadi suatu permasalahan bagi remaja itu sendiri, salah satunya adalah mengenai
perilaku seksual pada remaja. banyak remaja yang telah melakukan aktivitas seksual yang
seharusnya mereka lakukan disaat telah memiliki ikatan pernikahan atau setelah menikah,
tentunya hal ini menjadi salah satu penyimpangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat,
tetapi masih terdapat perilaku seksual yang masih dianggap wajar oleh sebagain kelompok
kalangan remaja yang melewati batas aturan yang telah ditetapkan oleh masyarakat mereka
melakukan hubungan seks layaknya suami-istri. Berdasarkan data Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI ) 2017 dengan persentase 74% pria dan 59% wanita pada umur
Remaja yang melakukan seks pranikah didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk
mencoba segala hal yang belum mereka ketahui. Berdasarkan data SDKI, 2018 dimana
berdasarkan data yang didapat alasan remaja umur 15-24 tahun melakukan hubungan seksual
pertama kali dimana sebanyak (54% Wanita) dan (46% pria) melakukan hubungan seksual
dengan alasan saling mencintai, selanjutnya alasan lain yang dikemukakan oleh pria adalah
karena rasa ingin tahu yaitu (34%), dan wanita karena dipaksa oleh pasangannya yaitu
(16%), lalu alasan lainnya adalah karena terjadi begitu saja (16% wanita) dan (15% pria).
2
Gambar 1.1 Diagram Alasan Remaja Melakukan Hubungan Seksual
Seks pranikah yang dilakukan pada remaja dapat menyebabkan hal-hal yang negatif salah
satunya adalah mengenai kehamilan yang tidak diinginkan dan juga mengenai penyakit
menular seksual HIV/AIDS. kehamilan yang tidak diinginkan berujung pada terjadinya
aborsi dan pernikahan remaja, dimana kedua hal tersebut akan berdampak terhadap masa
depan mereka, janin yang dikandung dan juga keluarganya (Masjhur, 2018). Berdasarkan
SDKI 2017, dimana persentase wanita dan pria umur 15-19 tahun yang pernah melakukan
hubungan seksual pranikah dan memiliki pengalaman kehamilan yang tidak diinginkan
adalah sebesar 16% angka tersebut sangat tinggi dibandingkan pada kelompok umur 20-24
tahun dengan angka 8%. kemudian berdasarkan SDKI 2012 dan 2017 memiliki persentase
3
Berdasarkan dari uraian mengenai pengalaman seksual yang dilakukan remaja oleh
remaja pada umur 15-19 tahun dan mengetahui pengalaman aborsi teman dapat dikatakan
bahwa Pengetahuan remaja mengenai seksual masih dikatakan sangat kurang, Faktor yang
suatu pembahasan yang selalu dipandang negatif, kata seksual yang difikirkan oleh
masyarakat adalah mengenai aktvitas hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan.
Pengetahuan mengenai seksual sangat penting diketahui oleh remaja, namun demikian
pengetahuan mengenai seksual yang hanya berisikan larangan dan mentabukan seks bukan
merupakan cara untuk memberikan informasi yang tepat mengenai seksual. Memberikan
informasi mengenai seksual pada remaja adalah dengan penjelasan mnegenai perubahan
fungsi organ seksual sebagai tahapan yang harus dilalui dalam kehidupan manusia,
bukan hanya mengenai hubungan badaniah antara laki-laki dan perempuan namun terdapat
tanggung jawab yang besar terhadap tindakan yang mereka lakukan. Salah satu
pengetahuan yang tepat mengenai seksual yang dapat diketahui oleh remaja adalah
Salah satu faktor yang memengaruhi kesehatan reproduksi remaja adalah perilaku
seksual remaja. Hasil Survei Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI)
tahun 2018 menyebutkan perilaku seks pranikah pada remaja dilaporkan sebanyak 4,5%
pada laki-laki dan 0,7% pada perempuan usia 15-19 tahun. Sedangkan perilaku seks
pranikah usia 20-24 tahun sebanyak 14,6% pada laki-laki dan 1,8% pada perempuan. Survei
lain menunjukkan bahwa 5,26% pelajar SMP dan SMA di Indonesia pernah melakukan
hubungan seksual pra nikah. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019
menunjukkan 1,97% remaja usia 15-19 tahun dan 0,02% remaja usia kurang dari 15 tahun
4
sudah pernah hamil.
melakukan upaya advokasi dan sosialisasi pencegahan prilaku seksual pranikah dan
pernikahan yang dikarnakan hamil diluar nikah. Dinas kesehatan juga melakukan upaya
sosialisasi dengan penyuluhan kepada remaja yang melibatkan puskesmas dan bidan
jejaring guna untuk meningkatkan pengetahahuan remaja tentang perilaku seksual pranikah.
Menurut lenny N Rosalin(2021) pemahaman agama harus tanamkan pada remaja sejak dini
karena akan menjadi perlindugan agar remaja memahami bahwa agama melarang untuk
melakuakan prilaku seksual pranikah dan remaja harus pandai memilih teman bermain
Kos-kosan adalah tempat dimana seseorang menjadikan tempat kedua untuk ditinggali
setelah rumah. Banyak hal yang dapat diambil dari kos-kosan yaitu ada dampak positif dan
dampak negatif. Dampak postif yaitu seorang remaja dapat hidup secara mandiri karna tidak
tergantung lagi dengan orang tua. Sedangkan untuk dampak negatif yaitu kurangnya
pengawasan dari orang tua dan keluarga serta aturan kos-kosan yang tidak ketat dalam arti
kata remaja dapat membawa pasangan ke dalam kos-kosan yang mengakibatkan remaja
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sitti Rahmi Dkk,2018) tentang hubungan antara
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan prilaku sesksual pranikah pada
remaja di kos-kosan kelurahan kleak kota manado di dapatkan hasil bahwa ada hubungan
antara prilaku dan sikap tentang kesehatan reproduksi dengan prilaku seksual pranikah pada
remaja. Remaja kos-kosan Kelurahan Kleak Kota manado mempunyai pengetahuan yang
kurang baik tentang kesehatan reproduksi. Pengetahuan yang kurang akan kesehatan
reproduksi akan mempengaruhi prilaku seksual pranikah dimana remaja mempunyai rasa
5
ingin tau yang tinggi sehingga menyebabkan mereka kesulitan untuk mengendalikan
Penelitian yang dilakukan oleh Dwima Ayu, 2019 tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku seksual pranikah beresiko kehamilan yang tidak diiginkan
pada mahasiswa yang bertempat tinggal di kos Las Vegas didapatkan hasil adanya hubungan
sebaya, prilaku seksual teman kos dengan perilaku seksual pranikah beresiko kehamilan
tidak diinginkan pada mahasiswa yang bertempat tinggal dikos. Penelitian ini sejalan dengan
adanya hubungan yang bermakna antara control diri, komunikasi efektif orang tua dan anak,
Di kota Batam dengan jumlah remaja yang berusia 10-19 tahun 155.664 jiwa (Profil
Kesehatan Kota Batam, 2021) juga tak menutup kemungkinan perilaku seksual remaja
terjadi. Menurut data dari BKKBN Provinsi Kepri jumlah usia kawin pertama wanita di
bawah 21 tahun di kota Batam merupakan jumlah tertinggi di Kepri dengan angka 32.607
wanita. Dalam artikel Batampos.co.id menyebutkan bahwa data yang didapatkan dari
BKKBN Kepri tahun 2016 angka anak perempuan yang menikah dini adalah sebanyak
69.075 anak perempuan dengan rentang usia 10-18 tahun. Tercatat bahwa kejadian menikah
dini kota batam terbanyak ke empat dengan angka 2.814 anak dan rata-rata memiliki alasan
yang sama yaitu hamil duluan (Anonim, 2017). Menurut data dari Kementrian Agama tahun
2020, menyebutkan bahwa sebanyak 255 remaja perempuan yang hamil di usia dini,
sedangkan data tahun 2021 sebanyak 278 remaja dari data tersebut terdapat kenaikan jumlah
didapatkan sebanyak 3.507 remaja laki-laki dan perempuan, dari data tersebut terdapat
remaja laki-laki dan perempuan yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah.
Sementara data yang didapatkan di Kelurahan Batu Besar Tahun 2022 didapatkan 1.768
remaja laki-laki dan perempuan. Nongsa memiliki beberapa bagian kampung dari semua
jumlah keseluruhan penghuni kos-kosan di Kampung Panglong terdapat sebanyak 160 anak.
Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul” Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Prilaku Seksual Pranikah Pada Remaja Penghuni Kos-
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalahan di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apa Saja Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
penghuni kos-kosan.
7
2. Mengetahui hubungan teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja
penghuni kos-kosan.
3. Mengetahui hubungan peran orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada remaja
penghuni kos-kosan.
4. Mengetahui hubungan ketaatan agama dengan perilaku seksual pranikah pada remaja
penghuni kos-kosan.
5. Mengetahui hubungan aturan kos-kosan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja
penghuni kos-kosan.
ilmu kesehatan reproduksi pada remaja terutama untuk seks education sedini mungkin.
8
1.4.2.2 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan istitusi pelayanan kesehatan untuk sebagai
referensi dab bahan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
Data dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadikan sebagai referensi dan
Pranikah Remaja.
dengan penelitian ini, berikut ini adalah perbandingan penelitian ini dengan penelitian ini
a. Sitti Rahmi Husaini Azis, Dkk (2018) dengan judul “Hubungan Antara
Adapun teknik pengambilan sampel secara Simple random sampling yang didasari
pada suatu pertimbangan yang sudah ditentukan oleh peneliti berdasarkan ciri atau
9
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Untuk sasaran penelitian
populasi diambil dari seluruh remaja kos-kosan kelurahan Kleak. Untuk sample
remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah yang berjumlah 62 anak. Hasil
6 Kota Manado.
yang didasari pada suatu pertimbangan yang sudah ditentukan oleh peneliti
berdasarkan ciri dan sifat-sifat dan populasi diambil dari seluruh remaja kos-kosan
Las Vegas. Untuk sample remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah
pada mahasiswa yang bertempat tinggal di kos Las Vegas, adanya hubungan
antara sikap terhadap seksual pranikah beresiko kehamilan tidak diinginkan pada
mahasiswa yang bertempat tinggal di kos Las Vegas, adanya hubungan dengan
diinginkan pada mahasiswa yang bertempat tinggal di kos Las Vegas, adanya
tinggal di kos Las Vegas, adanya hubungan antara sikap teman kos terhadap
10
seksualitas dengan perilaku seksual pranikah beresiko kehamilan yang tidak
diinginkan pada mahasiswa yang bertempat tinggal di kos Las Vegas dan adanya
hubungan antara perilaku seksual teman kos dengan perilaku seksual pranikah
dikumpulkan dari cakupan kuesioner. Hasil penelitian ini terdapat hubungan yang
bermakna antara control diri, komunikasi efektif orang tua dan anak serta peran
Kelurahan Lolalara.
Resiko penelitian adalah segala kemungkinan terjadinya keraguan yang tidak terduga atau
tidak diinginkan yang ditimbulkan dari proses penelitian. Sifat dari resiko penelitian adalah
tidak pasti terjadi, yang apabila terjadi dapat mengakibatkan kerusakan terhadap segala
sesuatu yang terlibat pada seluruh proses penelitian, baik yang sifatnya ringan hingga berat.
Resiko penelitian ini adalah keterbatasan data dikarenakan orang tua tidak ada dan
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut WHO kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan
sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit kecacata, dalam segala aspek yang
kesehatan reproduksi dapat diartikan pula sebagai suatu keadaan dimana manusia dapat
reproduksinya secara sehat dan aman, termasuk mendapatkan keturunan yang sehat.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera baik fisik, mental dan sosial yang utuh
(tidak semata–mata bebas dari penyakit dan kecacatan) dalam semua hal yang berkaitan
menyangkut sistem fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian
sehat disini tidak semata-mata bebas dari penyakit dan kecacatan namun juga sehat
2.1.2 Remaja
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut
peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2019, remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-18 tahun dan menurut badan kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-21 tahun dan belum menikah. Jumlah
kelompok usia 10-19 tahun di indonesia menurut sensus penduduk 2018 sebanyak 43,5
12
juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk. Di dunia diperkirakan kelompok remaja
berjumlah 1,2 Milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO,2020).
pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai
menanggung resiko atas perbuatannya tanpa di dahului oleh pertimbangan yang matang.
Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, maka akan jatuh
kedalam perilaku berisiko yang mungkin harus menanggung akibat jangka pendek atau
jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan
peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan
Remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa remaja awal (usia 10-13 tahun),
masa remaja tengah yaitu (usia 14-16 tahun) dan remaja akhir (usia 17-19 tahun)
(Rohan & Sayito, 2018). Masa remaja menurut Santrock (2017), yaitu usia 10-13
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran–heran akan perubahan yang
cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis.
13
Dengan di pegang bahunya saja oleh lawan jenis , ia sudah berfantasi
kendali terhadap “ego“ menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti
dan dimengerti orang dewasa. Remaja awal bisa juga diartikan dengan
Pada tahap ini emaja sangat membutuhkan kawan kawan. Ia senag kalau
yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan
karena ia tidak tahu harus memilih mana: peka atau tidak peduli, ramai–
ramai atau sendiri, optimis atau pedimid, idealis atau matrealistis dan
sebagainya.
3) Remaja Akhir
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan di tandai
14
d) Tumbuh “ dinding “ yang memisahkan diri pribadinya (private
Perkembangan masa remaja antara lain meliputi 3 aspek, yang tidak besamaan
1) Perkembangan Fisik
Pada akhir masa anak, jelas terlihat pertumbuhan fisik yang sangat hebat,
ciri ciri sekunder, penumbuhan kumis, jakun, bulu bulu diketiak dan sekitar
Masa remaja merupakan masa transisi yang unik dan ditandai oleh
berbagai perubhan fisik, emosi, dan phsikis. Masa remaja, yaitu usia 10-19
tahun, merupakan massa yang khusus dan penting, karena merupakan periode
Masa remaja merupakan periode peralihan masa anak anak ke masa dewasa.
Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organobiologik) secara cepat, yang
15
Karena itu mereka memerlukan pengertian, bimbingan dan dukungan
menarche yang umumnya terjadi pada usia 10-14 tahun. Tanda pertama pria
tulang kemaluan dengan anus pada perineum terletak organ genetalia eksterna
wanita terdiri dari monsveneris, klitoris, labia mayora, labia minora, vestibula.
Organ reproduksi wanita yang terletak di dalam panggul adalah rahim atau
Organ genetalia eksterna pria terdiri dari penis, skrotum organ reproduksi
prostat. Semen atau cairan sperma dikeluarkan oleh kelenjar prostat, kelenjar
(Dianawati,2019).
2) Perkembangan Sosial
selalu mudah dijalani. Pada masa ini remaja sebelumnya bergaul dengan jenis
yang sama, mulai menaruh perhatian pada lawan jenisnya. Keinginan untuk
bergaul dengan teman pria dan teman wanita tetapi terhalang oleh penampilan
orang tua berpengaruh negatif dari pergaulan dan akibat-akibat dari pergaulan
16
sebaya baik yang sejenis maupun lawan jenis, sedapat mungkin mendapat
3) Perkembangan Kepribadian
mengajar anak belajar bersabar dan tidak selalu memenuhi keinginan anak
1. Laki-laki
a) Rambut
kemaluan, terjadi sekitar satu tahun setelah testes dan penis mulai
17
b) Kulit
d) Otot
Otot-otot pada tubuh remaja makin bertambah besar dan kuat. Lebih-
lebih bila dilakukan latihan otot, maka akan tampak memberi bentuk
e) Suara
meningkat.
f) Benjolan di dada
menurun.
2. Wanita
a) Rambut
payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah
mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-
18
mula lurus dan terang warnanya, kemudan menjadi lebih subuh, lebih
b) Pinggul
c) Payudara
susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan
d) Kulit
Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal,
f) Otot
19
g) Suara
wanita.
2.1.2 Pacaran
Seiring dengan perubahan hormon dan kondisi fisik pada remaja, maka pada masa
awal pubertas, remaja mulai mengalami ketertarikan pada lawan jenis. Pacaran
merupakan proses mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar membina
hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari
terjadinya ketidak cocokan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Masing-masing
berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi-reaksi terhadap berbagai
mereka. Pacaran juga mempersiapkan remaja untuk memilih pasangan hidup. Pada
seksual. (Dianawati,2019).
Susan Sprecher dan Kathlen Mc.Kiney (2019) dalam buku Sexuality menjelaskan
terjadi beberapa detik, hari, minggu maupun bulan sebelum interaksi secara
20
tatap muka pada pertama kali. Dua orang mungkin saling menyadari dalam
waktu yang bersamaan, tetapi dapat juga hanya satu pihak yang menyadari.
dan mudah. Murstein (2018) membedakan antara tempat terbuka dan tertutup
tempat tinggal, dan lingkungan kerja. Pada tempat yang tertutup, kesadaran
tempat umum seperti mall, bar. Kesadaran pertama bisa saja terjadi pada
tempat terbuka, tetapi pertemuan dengan bertatap muka mungkin tidak terjadi
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian Berger tentang awal suatu
hubungan, orang menggunakan tiga cara untuk bertemu orang lain dalam
tempat yang terbuka. Cara pertama adalah memperkenalkan diri mereka, yang
21
berkenalan melalui teman. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa remaja
lebih menyukai untuk bertemu dalam suasana pesta. Tempat lainnya untuk
bahwa perempuan tidak layak untuk memulai suatu hubungan. Tetapi untuk
sebagian orang, keinginan yang kuat untuk memulai suatu hubungan dapat
2.2 Perilaku
Perilaku menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) adalah tindakan atau
aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara
sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang
dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap manusia lainnya atau
sesuatu yang sedang dihadapi oleh individu, bahkan terhadap diri individu itu sendiri
disebut fenomena sikap. Fenomena sikap yang timbul tidak saja ditentukan oleh keadaan
22
objek yang sedang dihadapi tetapi juga dengan kaitannya dengan pengalaman-pengalaman
masa lalu, oleh situasi di saat sekarang, dan oleh harapan-harapan untuk masa yang akan
datang. Sikap manusia, atau untuk singkatnya disebut sikap, telah didefinisikan dalam
Proses perubahan perilaku berencana memiliki beberapa tahapan, dan melibatkan peranan
Tabel 2.
penelitian formatif (misal: analisis barier dan survey pelaku dan non pelaku). Umumnya
determinan perilaku merupakan persepsi/anggapan dimana bisa benar dan bisa juga
keliru. Tiga determinan yang paling kuat mempengaruhi perubahan perilaku adalah:
suatu perilaku.
2. Persepsi tentang norma sosial. Persepsi seseorang tentang apa yang diinginkan
oleh orang yang penting dalam hidupnya untuk dia lakukan. Siapa yang terpenting
dalam hidup saya, dan apa yang orang tersbut ingin saya lakukan.
3. Persepsi tentang konsekuensi positif dan negatif. Persepsi seseorang tentang apa
yang akan terjadi, baik positif maupun negatif, karena melakukan suatu perilaku.
24
2. Persepsi tentang Barier/Penghambat, Persepsi tentang hal-hal yang membuat suatu
4. Pengingat perilaku Ada tidaknya orang atau hal yang dapat mengingatkan
seseorang melakukan perilaku. Misal: acara radio, stiker, alarm, kalender, dll
1. Faktor-faktor predisposisi/pembawa
dengan kesehatan, system nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan,
2. Faktor-faktor pemungkin/pendukung
kesehatan. Untuk dapat berperilaku sehat, diperlukan sarana dan prasarana yang
25
3. Faktor-faktor penguat/pendorong
untuk dapat berperilaku sehat positif dan dukungan fasilitas saja tidak cukup,
melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) yang baik dari tokoh masyarakat,
individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan
mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama.
merasakan dan mengekspresikan sifat dasar dan ciri-ciri seksual yang khusus, seperti
berhubungan badan.
Beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual adalah suatu
Hajrack & Garwood (dalam Hakim, 2019) menyebutkan beberapa motif yang
26
1) Menegaskan peran maskulin dan feminim. Bagi sebagian remaja, melakukan
hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan, merupakan bukti bahwa identitas
seksualnya utuh.
dan mencium. Bagi remaja yang hanya sedikit memperoleh bentuk afekasi ini, maka
hubungan seks yang dilakukan setimpal dengan afekasi yang mereka dapatkan.
3) Sebagai bentuk perlawanan terhadap orang tua atau figure otoritas lainnya. Konflik
yang dialami dengan orang tua atau figure otoritas lainnya, membuat remaja
kehamilan.
4) Meraih harga diri yang lebih tinggi. Ada remaja yang menganggap jika ada orang
yang bersedia berhubungan seks dengannya, maka ia akan memperoleh rasa hormat
5) Sebagai bentuk balas dendam atau untuk menghina seseorang. Seks dapat
digunakan untuk menyakiti perasaan orang lain, misalnya mantan pacar. Pada kasus
yang ada, termasuk rasa marah yang dirasakan. Remaja umumnya melakukan
27
8) Membuktikan kesetiaan pasangan. Beberapa remaja terlibat dalam perilaku seksual
bukan atas keinginan mereka sendiri tapi lebih dikarenakan ketakutan akan
Perilaku seksual terdiri dari beberapa tahapan yaitu berciuman, bercumbu ringan,
bercumbu berat dan bersenggama. Contoh urutan aktifitas seksual yang diurutkan dari
yang kurang intim hingga yang paling intim menurut Rugerts WPF seperti memikirkan
seseorang, main mata, kencan, menulis surat, berduaan, berpegangan tangan, ciuman
ringan, memeluk, ciuman berat (french kiss), petting, saling me-mastrubasi, seks oral,
Jenis perilaku seksual yang sering dilakukan remaja dalam berpacaran biasanya
bertahap mulai dari timbulnya perasaan saling tertarik, lalu diikuti kencan, bercumbu
sebagaimana didefinisikan para pakar, mencakup berciuman (baik cium pipi atau cium
bibir), berpegangan tangan dengan lawan jenis, onani atau mastrubasi, memegang dan
meraba payudara, meraba alat kelamin, oral seks dan anal seks (bercumbu dengan mulut
dan anus sebagai media), necking (bercumbu dengan cara menggigit leher pasangan atau
lazim dikenal dengan cupang), petting (menggesek alat kelamin) dan coitus (senggama
Menurut Sarwono (2017) bentuk tingkah laku seks bermacam-macam mulai dari
1) Kissing
28
Ciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan seksual, seperti di bibir
rangsangan seksual. Berciuman dengan bibir tertutup merupakan ciuman yang umum
dilakukan.
2) Necking
untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan yang lebih mendalam.
3) Petting
Perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan organ
merasakan dan mengusap-usap tubuh pasangan termasuk lengan, dada, buah dada,
kaki, dan kadang-kadang daerah kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian.
4) Intercourse
Bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita
yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk
menurut Zilmann dan Bryan yang Sunarsih,dkk 2019, menyatakan bahwa ketika
terjadi peningkatan kebutuhan akan tipe pornografi yang lebih keras dan
29
intercourse. Penelitian lain juga mengatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
seseorang. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
Dalam penelitian Wen-Hsu Lin, dkk. 2020 didapatkan bahwa pengetahuan yang
kurang baik sebanyak 50,9%. Pengetahuan yang kurang baik akan kesehatan
a. Tingkat Pengetahuan
30
1) Tahu (know)
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari
Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling
2) Memahami (comprehension)
materi tersebut secraa benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
3) Aplikasi (aplication)
telah di pelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
yang diberikan.
31
4) Analisis (analysis)
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
6) Evaluasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian penilaian itu
didasarkan pada suatu kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandikan
antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat
32
b. Sumber Pengetahuan
berikut:
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba kemungkinan ketiga, dan
2. Cara kebetulan
inilah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang
33
kebenaranya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan
pandapat sendiri.
Sebelum ilmu pendidikan berkembang, para orang tua zaman dahulu agar
anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin
melalui para nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh
kebenaran tersebut rasional atau tidak .sebab kebenaran ini diterima oleh
para Nabi adalahsebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran
34
7. Secara intuitif
9. Induksi
memahami suatu gejala. Karena proses berfikir induksi itu beranjak dari
hasil pengamatan indra atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan
bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konkret kepada hal-hal yang
abstrak.
35
10. Deduksi
b) Cara almiah
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah,
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu menurut (A. Wawan dan Dewi M,
2018).
a. Faktor Internal
1) Pendidikan
2) Pekerjaan
36
umumnya merupakan kehiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu ibu
3) Umur
dan bekerja.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan
2) Sosial Budaya
d. Pengukuran Pengetahuan
sikap setuju, ragu atau tidak setuju terhadap pertanyaan tersebut (wawan dan
dewi,2018).
37
Menurut Nursalamah (2020) dalam wawan dan dewi pengetahuan seseorang
dapat diketahui dan diintrepetasikan dengan skala yag bersifat kualitatif, yaitu:
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2019). Dengan perkataan lain dapat dikatakan
bahwa sikap adalah tanggapan atau presepsi seseorang terhadap apa yang
diketahuainya. Jadi sikap tidak dapat langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat
ditafsirkan sebagai perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan
Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga
dapat dipelajari. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk
manusia sebagai makhluk sosial, pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh
interaksi manusia satu dengan yang lain. Faktor yang berasal dai luar individu seperti
pengalaman individu, situasi yang dihadapi, norma dalam masyarakat, hambatan dan
3) Aturan-aturan Kos
Aturan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tindakan atau perbuatan
yang harus dijalankan. Sebagai makhluk sosial, manusia wajib mematuhi segala
berada jauh dari rumah dan sebagian tinggal di kos harus menjalani segala aturan
38
yang telah di tetapkan oleh pemilik kos ataupun masyarakat yang ada disekitar kos.
Ada dua jenis aturan yang paling sering ditemui, yakni aturan tertulis dan aturan tidak
tertulis. Memahami aturan adalah yang tertulis berhubungan dengan sanksi tegas dan
mengikat. Sementara aturan adalah yang tidak tertulis maka sanksi yang berlaku tidak
Bagi mahasiswa, kos dipahami sebagai tempat tinggal sementara selama masa
kuliah. Kondisi kos yang dihuni bersama pemilik rumah (induk semang) dan asrama
mahasiswa biasanya lebih teratur karena telah ditentukan peraturan yang jelas
mengenai kepengurusan kos, jadwal piket kerja dan waktu belajar. Berbeda halnya
dengan kos kontrakan karena keadaannya lebih bebas. Tapi keadaan saat ini, kos-
kosan dengan induk semang pun sudah tergolong bebas karena saat ini pemilik kos
bersifat lebih bersikap premisif. Masyarakat sekitar kos pun pada saat ini lebih
bersikap acuh tak acuh kepada keadaan sekitar dan apa yang dilakukan oleh
Adapun beberapa aturan kos-kosan yang biasanya diterapkan oleh pemilik kos-
39
Kehidupan mahasiswa kost sebagai bagian dari proses perkembangan remaja
menjadi manusia dewasa tidak pernah lepas dari permasalahan kesehatan reproduksi
dan seksual. Mahasiswa kost yang hidup terpisah dari orang tua, mengharuskan
mereka untuk bertanggung jawab penuh terhadap segala perilaku yang dilakukannya
termasuk perilaku dalam berpacaran. banyak sekali tempat kos yang dijadikan
pada umumnya tidak ada pengawasan oleh sang pemilik maupun pemilik kos dengan
sengaja membolehkan lawan jenis masuk kedalam kos-kosan tersebut dan kos-kosan
ini bisa ditinggali atau lawan jenis diperbolehkan menginap dalam kos tersebut. (Ye
Yunli. 2022)
Menurut Kusuma (2020) ada dua macam jenis kos yang dapat memicu perilaku
1. Kos Bebas
Kos bebas yang dimaksudkan di sini adalah kos yang tidak diawasi atau
kos. Kos bebas tersebut bukan termasuk kos campur, tetapi kos khusus
putera dan kos khusus puteri. Kos bebas tersbut paling banyak ditemukan
berupa kos putera, tetapi jumlah kos bebas untuk puteri pun bisa dikatakan
40
2. Kos setengah bebas
terlihat ketika sudah sore atau malam hari menjelang jam tamu berakhir.
Interaksi antara si pemilik dan penghuni relatif minim, apalagi jika hunian
tersebut ditempati lebih dari 20 orang. Tamu boleh saja masuk kamar,
termasuk tamu lawan jenis, tanpa banyak dicurigai atau ditanyai oleh pihak
pemilik. Untuk kos puteri misalnya, jika menerima tamu pria seringkali
4) Teman sebaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2019), pengertian teman sebaya adalah
kawan, sahabat atau orang yang sama-sama bekerja dan berbuat. Teman sebaya
merupakan interaksi pada sekelompok orang dengan tingkat usia, perkembangan atau
status sosial yang sama, serta mempunyai tingkat keakraban yang relatif tinggi di
Pengertian lain dari teman sebaya adalah sekelompok orang yang memiliki umur
yang hampir sama dan memiliki berbagai kesamaan seperti hobi, minat, dan hal-hal
menarik lainnya. Latar belakang dari terbentuknya kelompok sebaya yaitu adanya
41
Orang yang memiliki usia yang hampir sama dengan temanya biasanya
mempunyai tingkat kedewasaan atau perkembangan yang hampir sama. Selain itu
teman sebaya yang dipilih biasanya teman yang memiliki kesamaan status sosial
dengan individu. Teman sebaya juga merupakan orang yang sering terlibat dalam
Adapun menurut Sinay (2017), terdapat tiga aspek utama yang ditemui di dalam
1. Keinginan meniru. Seseorang meniru orang lain dan menjadikan peniruan tersebut
menuruti kritik dan saran dari kelompok itu, dan kemungkinan kecil akan
pun yang telah dilakukan oleh kelompok tersebut dianggap sudah benar, dan
Peran adalah proses dinamis suatu penduduk, apabila seseorang melaksanakan hak
42
peranan. Orang tua atau keluarga adalah yang memiliki hubungan darah atau
(Seojono,2019).
kelangsungan prilaku seksual remaja. Peran orang tua terhadap kelangsungan prilaku
seksual pranikah tidak akan dari tingkat pengetahuan orang tua yang berhubungan
(2018). Semakin baik hubungan orang tua dengan anak remajanya maka semakin
baik prilaku seksual remaja. Orang tua sibuk, kualitas pengasuh yang buruk dan
perceraian orang tua membuat remaja dapat mengalami depresi, kebingungan dan
ketidakmantapan emosi sehingga remaja dengan mudah terjerumus pada prilaku yang
menyimpang (Assyakiri,2017).
Menurut Nugroho (2019), orang tua dapat mempengaruhi perilaku seks anaknya
melalui tiga cara, yaitu: komunikasi, bertindak sebagai contoh (role model), dan
berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah pada remaja. Semakin tinggi peran
keluarga pada remaja, maka perilaku seks pranikah remaja semakin baik. Orang tua
Pendapatan dan pekerjaan orangtua berhubungan dengan efikasi diri lebih tinggi
efikasi diri lebih tinggi terhadap perilaku seksual tidak aman dan menjadi pelindung
untuk resiko melakukan seksual dini (Kao & Winifred, 2018). Pekerjaan orangtua
43
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, tidak jarang menyebabkan orang tua
pengawasan dan pola pengasuhan dari orang tua serta kurangnya komunikasi antara
anak dan orang tua. Komunikasi anak lebih banyak pada teman sebaya. Anak lebih
mencari kehangatan kasih sayang bukan dari keluarga sehingga sangat berisiko untuk
6) Ketaatan Agama
ajaran-ajaran agama sebagai bentuk dari pengabdian diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Ini serupa dengan pengertian yang diberikan Ramayulis dalam Psikologi Agama,
Tuhan diwujudkan dengan melaksanakan segala apa yang diperintahkan Tuhan, dan
menjauhi segala apa yang dilarangnya. Dengan demikian ketaatan beragama bukan
seseorang kepada orang lain dan juga lingkungan. Karena dimensi keagamaan itu
sebagaimana yang telah diuraikan di atas. Berbeda dengan Glock dan Stark,
pribadi, membaca injil dan barangkali menyanyi himne bersama-sama. Ini terjadi
Berdasarkan hasil penelitian Asvista Salviana, 2020 didapatkan hasil analisis jalur
44
Setiap kenaikan ketaatan beragama satu satuan maka kejadian seks pranikah
demikian semakin tinggi ketaatan beragama maka semakin rendah kejadian seks
pranikah. Oleh karena itu, hipotesis tentang ketaatan beragama berpengaruh terhadap
kejadian seks pranikah‖ diterima, artinya tingkat agama yang rendah menjadikan
kejadian seks pranikah menjadi tinggi begitupun sebaliknya. Tingginya sikap remaja
perilaku seks pranikah dan berlaku juga sebaliknya. Tingkat religiusitas sesorang
sangat efektif sebagai cara untuk mencegah diri kita pada kecenderungan untuk
Nelson (2018), ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks pranikah di
kalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual. Seperti kita ketahui
bahwa banyak dampak buruk dari seks pranikah dan cenderung bersifat negatif seperti
halnya: kumpul kebo, seks pranikah dapat berakibat fatal bagi kesehatan kita. Tidak
kurang dari belasan ribu remaja yang sudah terjerumus dalam seks pranikah. Para remaja
melakukan seks pranikah cenderung akibat kurang ekonomi. Seks pranikah dapat terjadi
karena pengaruh dari lingkungan luar dan salah pilihnya seseorang terhadap lingkungan
Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah maka secara moral pelaku
dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Keluarga besar pelaku pun turut
45
2) Mengakibatkan kehamilan.
Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada
masa subur. Kehamilan yang terjadi akibat seks pranikah menjadi beban mental yang
luar biasa. Kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan
Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi
4) Penyebaran penyakit.
seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang
tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan melalui
5) Kehamilan terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa
pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada
remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses
kehamilan.
Beberapa resiko terhadap kesehatan perempuan dan resiko apabila mengalami kehamilan
diantaranya:
Peningkatan resiko berat badan lahir rendah merupakan aspek medis yang paling
penting pada kasus kehamilan remaja. makin muda usia remaja yang hamil maka
46
semakin besar kemungkinan akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah
banyak faktor yang diyakini menjadi penyebab peningkatan Kematian dan kesakitan
bayi dan para ibu remaja, seperti jarak kelahiran anak, status ekonomi, ras,
2. Anemia
Anemia adalah masalah kesehatan dengan prevelensi tertinggi pada wanita hamil.
Prevelensi anemia pada ibu hamil di Indonesia 70% atau 7 dari 10 wanita yang
menderita anemia (Arief,2018). Anemia pada ibu hamil usia muda. Hal ini
disebabkan seorang ibu yang mengalami anemia memerlukan zat besi dalam tubuh
yang berfungsi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah dan plasenta (Rohan dan
Siyoto,2016). Resiko anemia pada ibu hamil apabila dianggap sepele dapat
meyebabkan antara lain, persalinan lama, perdarahan pasca melahirkan, bayi lahir
prematur, dan kemungkinan bayi lahir dengan cacat (Zerlina Lalage,2017). Gejala
yang dirasakan oleh ibu hamil apabila terkena anemia diantaranya cepat lelah, kulit
pucat, badan sering gemetar, mudah mengantuk, mata berkunang-kunang dan kepala
pusing.
3. Persalinan sulit
Persalinan sulit dan lama disebabkan karena adanya komplikasi ibu maupun janin.
Penyebab persalinan seperti ini dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelinan
panggul, kelainan his dan mengejan serta melahirkan (Rohan dan Siyoto,2016). Hal
ini dikarnakan reproduksi perempuan yang belum siap menerima kehamilan sehingga
47
4. Kanker Serviks
Kanker serviks atau kanker leher rahim adalah kanker yang banyak menyerang
wanita diseluruh dunia. Salah satu faktor yang berhubungan dengan kanker mulut
rahim adalah aktivitas seksual yang terlalu muda (<16 tahun). Sel kolumnar serviks
lebih peka terhadap metaplasma selama usia dewasa yang demikian, wanita yang
berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko terekena kanker serviks
lima kali lipat (Rasjidi Imam,2016). Perilaku seksual merupakan faktor resiko kanker
serviks ini dikarnakan hubungan seks dengan laki-laki berisiko tinggi, atau laki-laki
kanker anogenital, infeksi bayi yag baru lahir atau infeksi pada kehamilan. Gejala-
gejala umum PMS pada wanita diantaranya keluarnya cairan pada vagina terjadi
peningkatan keputihan, rasa perih, dan nyeri atau panas saat kencing, adanya luka
basah di sekitar kemaluan, gatal-gatal disekitar kelamin, sakit saat berhubungan seks,
mengeluarkan darah setelah berhubungan seks (Marni, 2015). Mudanya usia saat
melakukan hubungan seksual pertama kali dan meningkatkan resiko tertular infeksi
menular seksual.
48
2.5 Kerangka Teori
Berdasarkan teori diatas maka dapatlah disusun kerangka teori penelitian sebagai berikut:
Faktor pembawa
Pengetahuan
Sikap
Faktor pendukung
Aturan kos-kosan
Faktor pendorong
Teman sebaya
Keterangan:
Tidak diteliti
Diteliti Bagan 2.5 Kerangka Teori
Modifikasi Teori Lawrence Green Dalam Notoadmojo 2019
49
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran dasar dari pemikiran dan penelitian yang
dirumusakan dari observasi dan tinjauan pustaka. Kerangka konsep menjelaskan hubungan
yang terkaitan variabel sehingga dapat dijadikan dasar untuk menjawab permasalah
Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku
seksual
Pengetahuan
Teman sebaya
Prilaku Seksual Pranikah
Aturan kos-kosan z Remaja
Peran orang tua
Ketaatan agama
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep dan hubungan antar variabel dalam penelitian ini, maka
1. Ada hubungan antara pengetahuan remaja dengan perilaku seksual pranikah penghuni
50
2. Ada hubungan antara teman sebaya dengan perilaku seksual pranikah pada remaja
3. Ada hubungan antara aturan kos-kosan dengan perilaku seksual pranikah pada remaja
4. Ada hubungan antara peran orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada remaja
5. Ada hubungan antara ketaatan agama dengan perilaku seksual pranikah pada remaja
51
BAB IV
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian survey analitik. Tujuan
digunakan penelitian survey analitik dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan prilaku seksual pranikah pada remaja penghuni kos-kosan di
sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor
resiko dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada
Definisi operasional adalah variabel penelitian dimaksudkan untuk memahami arti setiap
3. Aturan kos- Tempat tinggal sewa atau Kuesioner Pengisisan a. Mengikuti, Ordinal
kosan kos-kosan yang kuesioner yang jika ≥
memberikan peraturan- terdiri dari 10 Median dari
peraturan pada setiap pertanyaan tiap nilai rata-rata
penghuni pertanyaan b. Tidak
bernilai : mengikuti,
Ya = 1 jika ≤
Tidak = 0 Median dari
nilai rata-
rata.
4. Peran Orang Penilaian remaja Kuesioner Pengisian a. Berperan, jika Ordinal
Tua terhadap peranan orang kuesioner ≥ Median
tua atau pengasuhan Dengan cara b. Tidak
dalam memberikan penilaian: Berperan <
bimbingan tentang Ya =1 Median
perilaku seksual. Tidak =0
Berdasarkan indikator:
1. Komunikasi
2. Pemberian
contoh
3. Pengawasan
53
Variabel Dependen
A. Tempat Penelitian
B. Waktu penelitian
A. Populasi
karakteristik tertentu. Populasi mewakili karakteristik yang ingin didapatkan oleh peneliti
yang dimaksud. Populasi penelitian ini adalah keseluran subjek penelitian sebanyak 160
responden yang didapatkan dari hasil survey lapangan bulan Januari-Juni di Kos-kosan
Kampung Panglong.
B. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan
54
Metode yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel yaitu dengan rumus
slovin:
N
Rumus Slovin : n=
1+N e 2
Keterangan :
n : Besar Sampel
N : Besar Populasi
cara kerja :
N
n=
1+N e2
160
n=
1+(1.768x 0,12 )
160
n=
1+(160 x 0,01)
160
n=
2,6
n= 61
n= 61 responden
Berdasarkan jumlah populasi sebanyak 160 orang, maka dengan menggunakan rumus
1. Kriteria inklusi
2. Kriteria ekslusi
purposive sampling, yaitu dengan cara mengumpulkan responden dengan cara door to
door menjelaskan responden bahwa akan di jadikan responden kuesioner dengan cara
1. Uji Validitasi
Uji validitas merupakan uji yang berfungsi untuk melihat apakah suatu alat ukur
tersebut valid (sahih) atau tidak valid. Alat ukur yang dimaksud disini merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan tersebut pada kuesioner dapat mengungkapkan suatu yang diukur oleh
kuesioner. Dalam uji pengukuran validitas terdapat dua macam yaitu pertama,
mengkolerasi antar skor butir pertanyaan (item) dengan total item. Kedua
56
mengkolerasi antar masing-masing skor indicator item dengan total skor konstruk
(Janna,2020).
pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut dengan kegiatan uji coba (try-out)
instrument. Apabila data yang didapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya,
maka berarti bahwa instrumennya sudah baik, sudah valid. Pengujian validitas instrumen pada
penelitian ini akan menggunakan program SPSS versi 16.00, dengan menggunakan uji nilai r
product moment pearson, dengan taraf signifikansi 5%, nilai r hitung akan dibandingkan
dengan r table. Jika r hitung > r tabel, maka butir atau variabel pertanyaan tersebut dinyatakan
valid. (Janna,2020).
2. Uji Reabilitas
Alat ukur dikatakan reliable (andal) jika alat ukur tersebut memiliki sifat konstan, stabil
dan tepat. Jadi, alat ukur dinyatakan reliable apabila diuji cobakan terhadap sekelompok
subyek akan tetap sama hasilnya, walaupun dalam waktu yang berbeda, dan atau jika
dikenakan pada lain subyek yang sama karakteristiknya hasilnya akan sama juga. Adapun
tolak ukur untuk mempresentasikan derajat reliabilitas adalah dengan menggunakan metode
Alpha Cronbach. Apabila pengujian reliabilitas dengan metode Alpha, maka nilai r hitung
diwakili oleh Alpha. Jika Alpha hitung lebih besar daripada r tabel dan Alpha hitung bernilai
positif, maka instrumen penelitian tersebut reliabel. Karena jumlah responden dan taraf
signifikasinya sama, jadi r table dalam uji realibilitas sebesar 0,361. Setelah dilakukan
perhitungan terhadap ke-78 item pertanyaan pada kuesioner yang valid maka diperoleh alpha
diatas 0,361. Jadi item-item kuesioner pada semua variabel adalah reliable. (Janna,2020)
57
4.6 Intrumen Penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan kuisioner sehingga
mendapatkan data berupa data tanggapan atau responden sampel penelitian. Dalam
Instrument penelitian yang diberikan berbentuk kuesioner yang tertutup. Untuk mengukur
pengetahuan digunakan kuesioner yang terdiri dari 30 pertanyaan yang meliputi tentang
Defini perilaku seksual, bentuk-bentuk perilaku seksual, faktor yang mempengaruhi perilaku
seksual dan dampak perilaku seksual. Nilai ukur yang digunakan untuk pernyataan positif
Tabel 4.5
Kisi-kisi kuesioner
c. Pengawasan 5 11-15
58
4.5 Pengumpulan Data
A. Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari responden melalui kuisioner. Dalam
pengumpulan data dengan tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
c. Melakukan pengumpulan data dengan cara mencari responden dengan door to door
B. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari Kantor Lurah Kecamatan Batu
Besar serta survey lapangan remaja penghuni kos-kosan di Kampung Panglong dan data
Data yang sudah terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan yang sehingga memperoleh
informasi yang benar, lalu dilakukan analisis (Aedi 2017). Proses pengolahan data dan analisis
Editing atau pengeditan data merupakan pemeriksaan data yang dikumpulkan karena
adanya data yang masuk namun tidak memenuhi syarat, data dapat dibuang karena tidak
59
b. Coding (Pemberian kode)
Coding merupakan pemberian kode pada data sesuai dengan kategori. Pemberian kode ini
sangat penting untuk memudahkan dalam menganalisis dan pengolahan data. Pemberian
kode pada data sesuai kategori seperti Pengetahuan 1= Baik 2 = Cukup 3 = Kurang,
Kurang baik = 0
Data yang telah selesai dikoding lalu data tersebut dimasukkan ke dalam kartu tabulasi.
Pembersihan data dilakukan setelah dan sesudah diketahui bahwa ada data yang tidak
memenuhi syarat.
e. Processing
Setelah melewati editing, coding, entry, dan cleaning dilanjutkan untuk mengolah data
Data yang terkumpul dilakukan pemeriksaan / validasi data, pengkodean, rekapitulasi dan
tabulasi kemudian kemudian dilakukan analisis statistik yang tercapai. Adapun analisis
A. Analisa Univariat
60
Bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variable
penelitian. Setiap penelitian variable bebas dan variable terikat di analisis dengan statistik
deskripsi yaitu untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisa
univariat dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan setiap
variabel dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti
yaitu variabel pengetahuan, teman sebaya, aturan kos-kosan, peran orang tua dan ketaatan
sebagai variabel dependen dan variabel perilaku seksual pranikah sebagai variebel
B. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variable yang diduga hubungan satu sama lain
dalam kedudukan yang sejajar pada pendekatan satu sama lain dapat dalam kedudukan
yang serupa sebab akibat (eksperimen). Tujuan analisis ini untuks melihat hubungan
variabel independent dan dependen. Uji yang dilakukan adalah dengan menggunakan uji
a. Jika nilai P value ≤ α, Ha diterima, yang berarti ada hubungan yang bermakna antara
b. Jika nilai P value > α, Ho gagal ditolak, yang berarti tidak terdapat hubungan
Penelitian dilaksanakan setelah mendapat izin dan rekomendasi dari pembimbing serta
pihak yang bersangkutan, selanjutnya peneliti juga melakukan penelitian dengan beberapa
61
tiga aspek etik penelitian yaitu: respect for pearson, beneficience and non-maleficience, justice
Respect for person memberikan kebebasan kepada subjek penelitian untuk ikut
maupun menolak berpartisipasi dalam penelitian ini. Tiga hal yang diperhatikan
b. Ethical clearance
dilakukan setelah mendapatkan surat persetujuan etik dan mendapatkan surat ijin
c. Informed consent
Pada penelitian ini setiap partisipan dan responden diberi penjelasan secara
d. Confidentiality
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang telah diberikan dan hasil yang telah
penelitian dilakukan.
62
partisipan, serta memberitahukan bahwa pada umumnya risiko tidak terjadi.
f. Justice
diperlakukan secara adil selama proses penelitian. Lama waktu wawancara telah
cinderamata.
63