Anda di halaman 1dari 9

HALAMAN JUDUL

MAKALAH

POLICIY BRIEF:
PERILAKU SEKS PRANIKAH

KHUSNUL ROHMAH BUDIARTI

(2128021021)

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

I. PENDAHULUAN...............................................................................................1

II. PEMBAHASAN................................................................................................2

IV. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN...................................................................5

VI. REFERENSI....................................................................................................7

ii
I. PENDAHULUAN
Perilaku seksual pranikah menurut (Chaplin, 2006) adalah tingkah laku, perasaan
atau emosi yang berasosiasi dengan perangsangan alat kelamin. Seksual pranikah
merupakan salah satu permasalahan terbesar dari berbagai kasus kenakalan
remaja. Remaja yang berpengetahuan baik mengenai seksual pranikah akan
cenderung memiliki sikap positif atau menjauhi perilaku seksual pranikah (Astuti
et al., 2015). Perilaku seksual pranikah merupakan perilaku yang sering
ditemukan pada kalangan remaja. Remaja adalah suatu fase tumbuh kembang
yang dinamis dalam kehidupan, merupakan periode transisi dari masa kanak-
kanak ke masa dewasa yang ditandai percepatan perkembangan fisik, mental,
emosional dan sosial (Kumalasari, 2016).

Pertumbuhan sosial dan pola kehidupan masyarakat akan sangat mempengaruhi


pola tingkah laku dan jenis penyakit golongan usia remaja seperti kehamilan yang
tidak diinginkan, penyakit akibat hubungan seksual dan penyalahgunaan alkohol
yang semuanya akan menentukan kehidupan pribadi serta dapat menjadi masalah
bagi keluarga, bangsa dan negara di masa yang akan datang (Kumalasari, 2016).
Sikap seksual pranikah remaja dapat dipengaruhi oleh banyak hal, selain dari
faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, media masa,
pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam
diri individu (Astuti et al., 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kasim, 2014), seks pranikah masih
dianggap sebagai aktivitas yang tidak sesuai dengan norma yang seharusnya,
sehingga mereka sering beranggapan bahwa aktivitas berisiko ini lebih disebabkan
minimnya perhatian orang tua yang kemudian membuat anak muda mencari
kesenangan di luar rumah. Umumnya mereka akan bergaul dengan siapa saja dan
memungkinkan mereka terpengaruh dengan hal-hal baru serta aktivitas-aktivitas
yang sebenarnya dilakukan oleh orang dewasa.

Di era kehidupan dengan sistem komunikasi global, dengan kemudahan


mengakses informasi baik melalui media cetak, TV, internet, komik, ponsel, dan
DVD bajakan yang berkeliaran di masyarakat. Tayangan televisi, media-media

1
yang memiliki tendensi akan konten pornografi (misalnya VCD dan DVD yang
diperoleh dengan biaya murah), justru akan lebih membuat anak muda merasa
terpengaruh termasuk keinginan untuk melakukan hubungan seks diluar nikah.

Perilaku seksual pranikah pada remaja dapat memberikan beberapa dampak


negatif. Dampak negatif secara psikologis dapat berupa perasaan marah, takut,
cemas, depresi, rendah diri, merasa bersalah dan berdosa. Dampak secara sosial
antara lain dikucilkan oleh masyarakat, putus sekolah pada remaja perempuan
yang hamil dan perubahan peran menjadi ibu serta tekanan dari masyarakat yang
mencela dan menolak keadaan tersebut. Secara fisiologis dapat menimbulkan
kehamilan yang tidak diinginkan sehingga melakukan tindakan aborsi. Selain itu,
dampak negatif dapat pula dilihat dari segi fisik yaitu berkembangnya penyakit
menular seksual (PMS), HIV atau AIDS (Sarwono, 2011).

II. PEMBAHASAN
Kegiatan seksual yang tidak bertanggung jawab menempatkan remaja pada
tantangan risiko terhadap berbagai masalah kesehatan reproduksi. Setiap tahunnya
50.000 remaja di seluruh dunia meninggal karena kehamilan dan komplikasi
persalinan. Data SDKI 2012, sekitar 6 dari 10 responden remaja laki-laki yang
pernah memiliki pasangan seksual pra- nikah dan mengalami Kehamilan Tidak
Dii- nginkan (KTD) mengatakan kehamilan tersebut diaborsi secara sengaja
maupun spontan. Sedangkan persentase kasus AIDS sebanyak 3,1% pada
kelompok umur 15-19 tahun dan 32,9% pada kelompok umur 20-29 tahun.
Penelitian yang dilakukan di Cina tahun 2009 menunjukkan bahwa 22,4%
pemuda berusia 15-24 tahun pernah melakukan hubungan seksual pranikah
(Umaroh and Karjoso, 2021).

Data dari Taiwan Youth Surveys yang dilakukan pada tahun 2004 dan 2007
melaporkan bahwa 22% remaja wa- nita yang belum menikah di usia 20 tahun te-
lah melakukan hubungan seks dan lebih dari setengahnya merupakan remaja
seksual aktif tanpa menggunakan kondom. Sedangkan di Indonesia, remaja (15-24
tahun) yang per- nah melakukan hubungan seksual pranikah di daerah urban tahun

2
2007 sebanyak 0,9% perempuan dan 6,4% laki-laki, sedangkan di daerah rural
sebanyak 1,7% perempuan dan 6,3% laki-laki. Angka tersebut meningkat pada
tahun 2012, sebanyak 0,9% perempuan dan 8,7% laki-laki daerah urban serta
1,0% perempuan dan 7,8% laki-laki dae rah rural pernah melakukan hubungan
seksual pranikah (Umaroh et al., 2017).

Secara umum berdasarkan kajian riset/ survei mengenai kesehatan reproduksi dan
seksualitas anak muda di Indonesia oleh Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) mencatat hasil survei pada 2010 menunjukkan
bahwa 51 persen dari total responden remaja di Jabodetabek telah melakukan seks
pranikah. Hasil survei untuk beberapa wilayah lain di Indonesia, seks pranikah
juga dilakukan beberapa remaja seperti Surabaya yakni 54 persen, Bandung 47
persen, dan 52 persen di Medan. Tidak hanya berdasarkan data yang dilansir oleh
BKKBN, data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI) menyatakan
sebanyak 32 persen anak muda usia 14 hingga 18 tahun di kota- kota besar di
Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seks (Kasim,
2014).

Pada era globalisasi sekarang ini remaja sudah sangat canggih dalam
menggunakan internet. Adapun pengguna internet di seluruh dunia telah mencapai
angka 31,7 miliar dan dari tahun ke tahun jumlah pengguna internet tumbuh
hingga 7,6 persen. Sedangkan untuk pengguna media sosial sendiri mencapai
angka 2,2 miliar dengan pengguna mencapai 3,7 miliar dari hasil survey APJII
2016 tentang pengguna internet di Indonesia terdapat 8,3 juta pelajar
menggunakan internet, berdasarkan kelompok umur remaja 10 – 24 tahun
sebanyak 75,5% ialah pengguna aktif internet dan akses media sosial menjadi
konten terbesar yaitu 97,4% atau 129,2 juta orang (Naja et al., 2017).

Dari hasil penelitian BKKBN (2010) di Provinsi Sulawesi Utara khususnya kota
Manado, remaja yang melaporkan hamil diluar nikah atau kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD) tahun 2007 hanya sebanyak 55 orang. Setahun kemudian
melonjak hingga 254 orang atau naik 36% dan tahun 2009 naik lagi menjadi 571
orang atau 78%. Hal ini disebabkan karena meningkatnya rasa penasaran remaja
tentang hubungan seksual, pergaulan bebas, keluarga yang tidak harmonis,

3
masalah ekonomi dan peningkatan penjualan video porno maupun akses internet
yang semakin meluas (BKKBN, 2010).

Hasil penelitian Wardani (2013) tentang hubungan pengetahuan tentang seks


pranikah dan sikap terhadap seks pranikah dengan perilaku seks pranikah pada
remaja SMA Negeri 1 Godong (sampel berjumlah 79 responden), memperoleh
hasil pengetahuan siswa tentang seks pranikah mayoritas adalah dalam kategori
baik (96,2%) dan kategori cukup (3,8%) dan tidak didapatkan kategori kurang
(0%). Sikap siswa tentang seks pranikah sebagian besar adalah negatif yaitu
sebanyak (54,4%) dan sikap positif sebesar (45,6%). Perilaku seks pranikah siswa
sebagian besar adalah dalam kategori kurang baik yaitu sebanyak (48,1%) dan
kategori baik (51,9%) (Wardani, 2013).

Perilaku seks berisiko sudah mulai marak dikalangan anak muda di Indonesia
disebabkan karena banyak dari mereka yang tidak memahami dampak negatif dari
perilaku tersebut dari aspek kesehatan reproduksi, sosial budaya dan agama.
Ditambah lagi dari faktor lain sistem komunikasi global, dengan kemudahan
mengakses informasi baik melalui media cetak, TV, internet, komik, ponsel, dan
Pengaruh faktor personal (jenis kelamin, usia, pendidikan, self-esteem dan praktik
beribadah) dan sosial (kontrol orang tua, sikap seksualitas teman dan paparan
seksual) terhadap perilaku seksual pranikah juga cukup mempengaruhi (Bustani,
2014). DVD bajakan disalahgunakan oleh anak muda. Tayangan televisi, media-
media yang memiliki konten pornografi (misalnya VCD dan DVD begitu mudah
diperoleh dengan biaya murah), hal ini akan semakin mendekatkan anak muda
untuk melakukan hubungan seks berisiko di luar nikah, ditambah daya tarik dan
dorongan seks dalam diri memberikan stimulus yang. Selain pengaruh negatif
media, maka faktor lemah iman, kontrol orang tua yang kurang, pendidikan
seksualitas dan reproduksi juga kurang, dan salah memilih teman turut
menyumbang kepada peningkatan perilaku seks berisiko.

4
III. KESIMPULAN

Kontrol dan pengawasan berbagai pihak juga dibutuhkan dalam pencegahan


peningkatan tingkat perilaku seks yang ada di Indonesia. lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, diharuskan untuk bisa bekerjasama untuk mencegah adanya
perilaku seks pranikah di Indonesia terutama untuk kalangan remaja karena resiko
tinggi yang mengikuti.

Perilaku seksual pranikah terjadi dikarenakan beberapa factor, baik internal


maupun eksternal. Kondisi ini menimpulkan dampak negative baik yang
berdampak secara intrapersonal maupun interpersonal. Kondisi yang terjadi di
Indonesia cukup memprihatinkan sehingga dibutuhkan kebijakan berupaTindakan
preventif maupun represif sehingga bisa meningkatkan awareness bagi pihak yang
kemungkinan besar melewati kondisi seksual pranikah ini.

IV. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Pengetahuan dan sikap yang baik akan mempengaruhi perilaku seks pranikah
dimana pengetahuan dan sikap merupakan faktor predisposisi yang terdapat dalam
diri seseorang yang memotivasi untuk bertindak baik itu positif ataupun negatif.
Kebijakan yang dilakukan guna mencegah angka perilaku seks pranikah dpat
dilakukan dengan cara preventif (pencegahan) atau represif (pengendalian). Kedua
cara ini dapat dilakukan secara Bersama-sama dan simultan sehingga bisa
menghasilkan hasil yang diinginkan. Semua pihak peru bekerjasama untuk bisa
mewujudkan kondisi ideal di sekitar kita.

Adapun upaya penangananya perlu adanya gerakan bersama penanaman nilai-


nilai positif kepada generasi muda sesuai dengan akar sosial dan budaya bangsa,
adapun usaha preventif untuk mencegah peri laku seks berisiko di kalangan
generasi muda adalah pendidikan seksualitas dan reproduksi, pendidikan agama
dan akhlak, bimbingan orang tua yang kontinu dan mendorong aktivitas anak
muda kepada kegiatan yang positif dan kreatif.

5
Diharapkan kepada pihak sekolah dapat lebih banyak memberikan pelatihan-
pelatihan dengan tujuan pembentukan konsep diri remaja yang baik dalam
menanggapi fenomena-fenomena negatif keremajaan, seperti pendalaman
pengetahuan tentang bagaimana menjadi remaja muslim yang baik, pendidikan
tentang pacaran dimata islam atau pendidikan tentang bagaimana mengambil
keputusan yang baik dalam menghadapi berbagai macam masalah keremajaan.
Orang tua tidak mentabukan pembicaraan mengenai seksualitas dengan anak
remajanya, sehingga remaja dapat memperoleh informasi yang benar tentang
seksualitas dari orang tua. Remaja hendaknya dapat lebih menekan perilaku
seksual pranikah dan menjauhi media-media pornografi, karena dengan menjauhi
media pornografi akan dapat mengendalikan dorongan negatif dan merubahnya
kearah yang positif sehingga tidak akan terjerumus kedalam perilaku seksual
pranikah.

6
VI. REFERENSI

Astuti, S.I., Arso, S.P. and Wigati, P.A. (2015), “HUBUNGAN


PENGETAHUAN DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU
SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWI KELAS X DI SMA NEGERI 1
MANADO”, Analisis Standar Pelayanan Minimal Pada Instalasi Rawat
Jalan Di RSUD Kota Semarang, Vol. 3, pp. 103–111.

Bustani, H. (2014), “Personal Dan Sosial Yang Mempengaruhi Sikap Remaja


Terhadap Hubungan Seks Pranikah”, Literary Review, Vol. 57 No. 3, pp. 75–
77.

Kasim, F. (2014), “Dampak Perilaku Seks Berisiko terhadap Kesehatan


Reproduksi dan Upaya Penanganannya (Studi tentang Perilaku Seks Berisiko
pada Usia Muda di Aceh)”, Jurnal Studi Pemuda, Vol. 3 No. 1, pp. 39–48.

Kumalasari, D. (2016), “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku


Seksual Pada Siswa SMK”, Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol. 1
No. 1, pp. 93–97.

Naja, Z.S., Agushybana, F. and Mawarni, A. (2017), “Hubungan


Pengetahuan,Sikap Mengenai Seksualitas Dan Paparan Media Sosial Dengan
Perilaku Seksual Pada Remaja Sma Di Kota Semarang Tahun 2017”, Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), Vol. 5 No. 4, pp. 282–293.

Umaroh, A.K. and Karjoso, T.K. (2021), “KOMUNIKASI KESEHATAN


TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL
KOMPREHENSIF (Studi di Youth Center Pilar Jawa Tengah)”,
PREPOTIF : Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 No. 1, pp. 210–227.

Umaroh, A.K., Kusumawati, Y. and Kasjono, H.S. (2017), “Hubungan Antara


Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Dengan Perilaku Seksual Pranikah
Remaja Di Indonesia”, Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas, Vol. 10 No.
1, p. 65.

Anda mungkin juga menyukai