Anda di halaman 1dari 29

MATERI 6

MATA KULIAH COMMUNICATION SKILL AND PUBLIC RELATION IN


MIDWIFERY

Karakteristik macam- macam klien Dan Konsep


dasar konseling dan melakukan teknik teknik
konseling dalam pelayanan kebidanan dan (KIP/K)
dalam melakukan strategi dan upaya
TIM KELOMPOK DOSEN COMMUNICATION SKILL AND PUBLIC
RELATION IN MIDWIFERY
t i k m a c a m -
Karakteris
m a ca m k l i e n
Pengertian klien
 Klien adalah individu yang diberi bantuan professional oleh seorang
konselor atas permintaan dia sendiri atau orang lain.
 Klien yang datang atas kemauannya sendiri karena dia membutuhkan
bantuan, dia sadar bahwa dalam dirinya ada masalah yang
memerlukan bantuan seorang ahli.
 Klien yang datang atas permintaan orang lain seperti orang tua dan
guru, berarti dia tidak sadar akan masalah yang dialami dirinya
sendiri karena kurangnya kesadaran diri.

Apabila klien sudah sadar akan diri dan masalahnya, maka dia
mempunyai harapan terhadap konselor dan proses konseling, yaitu
supaya dia tumbuh, berkembang, produktif, kreatif, dan mandiri,
sehingga dapat menentukan keberhasilan proses konseling
Macam macam klien, oleh Willia 2009:

 Klien Sukarela
 Klien Terpaksa
 Klien enggan
 Klien bermusuhan
 Klien krisis
1. Klien Sukarela
 klien yang datang pada konselor atas kesadaran sendiri karena memiliki
maksud dan tujuan tertentu. Hal ini dapat berupa keinginan
memperoleh informasi, mencari penjelasan tentang masalahny, tentang
karier dan lanjutan studi dan sebagainya.
 ciri-ciri:
a.     Datang atas kemauan sendiri.
b.     Dapat beradaptasi dengan konselor.
c.     Mudah terbuka, seperti dalam membicarakan persoalannya.
d.     Bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses konseling.
e.     Berusaha mengemukakan sesuatu dengan jelas.
f.      Sikap bersahabat, mengharapkan bantuan.
g.     Bersedia mengungkapkan rahasia walaupun menyakitkan.
2. Klien terpaksa

 klien yang datang pada konselor atas dorongan teman atau keluarga
 ciri-ciri:
a.      Klien bersifat tertutup.
b.      Enggan berbicara.
c.      Curiga terhadap konselor.
d.      Kurang bersahabat.
e.      Menolak secara halus bantuan konselor.
3. kLien Enggan

 Klien yang datang pada konselor bukan untuk dibantu menyelesaikan


masalahnya, melainkan karena senang berbincang-bincang dengan
konselor. Ada juga beberapa klien enggan yang hanya diam karena
tidak suka dibantu masalahnya.
 Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menghadapi klien enggan
adalah:
a.    Menyadarkan kekeliruannya.
b.    Memberi kesempatan agar klien dibimbing oleh konselor atau
lawan bicarA yang lain.
4. Klien bermusuhan

 Klien bermusuhan/menentang merupakan kelanjutan dari klien terpaksa


yang bermasalah dengan cukup serius.
 Ciri-ciri : tertutup, menentang, bermusuhan, dan menolak secara terbuka.
 Cara efektif menghadapi klien ini adalah:
a.      Ramah, bersahabat, dan empati.
b.      Toleransi terhadap perilaku klien yang tampak.
c.    Meningkatkan kesabaran, menanti saat yang tepat untuk berbicara
sesuai bahasa tubuh klien.
d.      Memahami keinginan klien yang tidak mau dibimbing.
e.      Mengajak negosiasi atau kontrak waktu dan penjelasan tentang
konseling.
5. Klien krisis

 Klien krisis merupakan klien yang mendapat musibah seperti kematian


orang-orang terdekat, kebakaran rumah, dan pemerkosaan. Tugas
konselor disini adalah memberikan bantuan yang dapat membuat klien
menjadi stabil dan mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang baru.
 Ciri-ciri:
a.      Tertutup atau menutup diri dari dunia luar.
b.      Sangat emosional.
c.      Tidak berdaya.
d.      Ada yang mengalami histeria.
e.      Kurang mampu berpikir rasional.
f.      Tidak mampu mengurus diri dan keluarga.
g.      Membutuhkan orang yang dipercaya.
Lanjutan....

 Klien krisis ini sangat membutuhkan penanganan yang cepat. Brammer


(dikutip dari Willis, 2009) mengatakan bahwa ada tiga langkah penting
untuk membantu klien krisis, yaitu:
a.    Menentukan sejauh mana kondisi krisis klien.
b.   Menentukan sumber-sumber yang dapat membantu klien, misalnya:
orangtua, saudara, dan teman.
c.   Bantuan dalam bentuk pertolongan langsung. Misalnya,
memberikan
klien peluang untuk menyalurkan perasaannya kemudian memberi
bantuan psikologis.
Lanjutan....

 Tujuan utama membantu klien yang mengalami kesedihan yang


mendalam (Grief) di antaranya:
a.     Agar klien dapat dapat menerima kesedihannya secara wajar.
b.     Agar klien dapat mengekspresikan segala rasa kesedihannya.
c.     Membentuk lagi lingkungan yang baru yang dapat melupakan
semua kesedihannya.
d.     Membentuk relasi (kawan atau sahabat) yang baru.
e.     Menghilangkan ingatan terhadap kesedihan.
d a sa r k o n s e l i n g
Konsep
dan m e la k u k a n t ek n ik
tekn i k k o n se li n g d a l a m
n k e b i d a n a n d a n
pelayana
(KIP/K)
Konsep konseling

 PENGERTIAN KONSELING
• Konseling adalah suatu hubungan professional antara seorang konselor
terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya dilakukan orang per
orang. Hubungan dirancang untuk membantu klien memahami dan
memperjelas pandangan hidupnya, belajar mencapai tujuan yang
ditentukan sendiri melalui pilihan – pilihan yang bermakna dan
penyelesaian masalah emosional atau antar pribadi (Yulifah, 2009: 82).
• Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien
(Saraswati, 2002: 15).
Lanjutan...

 Konseling kebidanan adalah pertolongan dalam bentuk


wawancara yang menuntut adanya komunikasi interaksi yang
mendalam, dan usaha bersama bidan dengan pemecahan masalah,
pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku atau
sikap dalam ruang lingkup pelayanan kebidanan.
 Komunikasi Interpersonal adalah interaksi orang ke orang, dua
arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan
antara individu dengan individu atau antar individu di dalam
kelompok kecil.
 Konselor adalah orang yang memberi nasehat, memberi arahan
kepada orang lain (klien) untuk memecahkan masalahnya.
Sedangkan konseli adalah orang yang mencari (membutuhkan)
advis atau nasehat.
Tujaun konseling

 mencapai kesehatan psikologi yang positif;


 memecahkan masalah meningkatkan efektifitas
pribadi individu;
 membantu perubahan pada diri individu yang
bersangkutan;
 membantu mengambil keputusan secara tepat dan
cermat;
 adanya perubahan prilaku dari yang tidak
menguntungkan menjadi menguntungkan.
Kesiapan Konseling

 Faktor yang mempengaruhi kesiapan konseling adalah motivasi


memperoleh bantuan, pengetahuan klien tentang konseling,
kecakapan intelektual, tingkat pemahaman terhadap masalah,
dan harapan terhadap peran konselor.
 Hambatan dalam persiapan konseling:
1. penolakan,
2. situasi fisik,
3. pengalaman konseling yang tidak menyenangkan,
4. pemahaman konseling kurang,
5. pendekatan kurang,
6. iklim penerimaan pada konseling kurang.
Tahapan Konseling

 Lima langkah/tahapan dalam konseling adalah sebagai berikut (YPKP,


Depkes RI & IBI, 2006).
1.Membina hubungan melalui membangun rapport-tahap awal.
Membina hubungan yang ramah (Mengucapkan salam, Mempersilakan klien
duduk, Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman) , dapat
dipercaya, dan menjamin kerahasiaan.
2.Identifikasi masalah
Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung
permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien
mendatangi konselor. Namun tidak jarang, konselor harus menggunakan
keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi
dari cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah konselor harus
menjadi pendengar yang baik dan mengamati tanda – tanda nonverbal.
Lanjutan...

3.Penyelesaian masalah.
Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan
persoalan yang diajukan, termasuk berbagai alternatif jalan
keluar. Hindari memberikan informasi yang tidak dibutuhkan klien.
4.Pengambilan keputusan.
Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar
atas persoalan yang dihadapinya.
5.Menutup/menunda konseling
Bila klien terlihat puas, ucapkan salam penutup. Bila diskusi
dengan klien belum selesai dan klien belum mampu mengambil
keputusan, tawarkan klien untuk mengaturr pertemuan
selanjutnya.
Keterampilan yang harus dimiliki
konselor
 Keterampilan observasi (Dalam mengobservasi sesuatu hal penting yang
perlu diperhatikan : Pengamatan obyektif dan kesan yang kita berikan
terhadap apa yang kita lihat dan kita dengar)
 Keterampilan mendengar (1. Mendengar pasif (diam), dilakukan bila klien
dan keluarga sedang menceritakan masalahnya. 2. Memberi tanda
perhatian verbal dan non verbal, seperti hmm, yaa, oh begitu, lalu,
terus, atau sesekali mengangguk. 3.Mengajukan pertanyaan untuk
mendalami dan klarifikasi. 4. Mendengar aktif, yaitu dengan memberikan
umpan balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien dan keluarga)
 Keterampilan bertanya (1. Pertanyaan tertutup, pertanyaan yang
menghasilkan jawaban ya atau tidak.2. Pertanyaan terbuka, pertanyaan
biasanya memakai kata tanya bagaimana atau apa, mengapa.)
Konseling Keluarga

• Konseling keluarga merupakan penerapan konseling pada situasi


khusus
• yang berfokus pada masalah-masalah yang berhubungan dengan
situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan anggota keluarga
(Latipun, 2008: 174-175).
• Konseling keluarga bagian yang penting karena memandang keluarga
tidak hanya dilihat sebagai faktor menimbulkan masalah, dimana tiap
anggota keluarga merupakan sistem yang saling mempengaruhi
sehingga untuk merubah masalah yang dialami diperlukan perubahan
dalam sistem keluarganya dan penyelesaian masalah akan efektif jika
melibatkan anggota keluarga yang lain (Latipun, 2008).
Tujuan Konseling Keluarga

1. Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan


antar anggota.
2. Mengganti gangguan dan tidak fleksibelnya peran
dan kondisi.
3. Memberi pelayanan sebagai model.
4. Pendidikan peran yang ditujukan kepada anggota
keluarga yang lain. (Yulifah, 2009).
Pendekatan Konseling Keluarga

1.Pendekatan sistem keluarga .


• Menurut Murray bowen, anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak
berfungsi (Disfunctioning family).Karenanya dalam keluarga terdapat kekuatan
yang dapat membuat anggota keluarga bersama-sama melawan yang mengarah
pada individualitas.
2.Pendekatan Conjoint.
• Menurut Satir Latipun (2008) menyatakan bahwa anggota keluarga menjadi
bermasalah jika tidak mampu melihat dan mendengarkan keseluruhan yang
dikomunikasikan anggota keluarga yang lain.
3.Pendekatan struktural.
• Menurut Latipun (2008) menyatakan bahwa masalah keluarga sering terjadi
karena struktur keluarga dan pola transaksi yang dibangun tidak tepat, dimana
batas-batas subsistem dan sistem keluarga itu tidak jelas, sehingga untuk
mengatasi suatu masalah perlu dirumuskan kembali struktur keluarga dengan
memperbaiki transaksi dan pola hubungan yang lebih sesuai.
Bentuk Konseling Keluarga

 Memandang klien sebagai pribadi dalam konteks sistem.


• Pada bentuk ini klien merupakan bagian dari sistem keluarga sehingga
masalah yang dialami dan pemecahannya tidak bisa mengesampingkan
peran keluarga.
 Berfokus pada saat ini.
• Bentuk konseling ini adalah mengatasi masalah yang dihadapi klien
saat ini bukan masa lampau. Konseling disesuaikan dengan
keperluannya dimana seluruh anggota keluarga harus ikut serta dalam
konseling karena mereka tidak hanya berbicara tentang keluarganya
tetapi juga terlibat dalam penyusunan rencana perubahan dan
tindakannya (Luddin, 2010).
Proses dan Tahapan Konseling Keluarga

 Dalam mengatasi masalah keluarga terjadi beberapa tahapan konseling (Luddin,


2010) :
1.Sesi pengenalan.
Pada sesi ini terjadi perkenalan antara petugas dengan keluarga dan identifikasi masalah.
2.Sesi pengajaran.
Pada sesi ini keluarga mendapatkan pendidikan dalam bentuk perilaku.
3.Sesi model.
Pada sesi ini keluarga melihat cara mengimplementasikan perilaku yang telah dipelajari
pada sesi pengajaran.
4.Sesi terapis/trial.
Pada sesi ini keluarga mencoba mengimplementasikan model perilaku yang telah didapat.
5.Sesi penerapan dan evaluasi.
Pada sesi ini keluarga menerapkan apa yang telah didapat dan petugas mengevaluasi
dengan cara melakukan kunjungan rumah.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan
Konseling

Menurut Luddin (2010), faktor yang mempengaruhi keberhasilan konseling keluarga


yaitu:
1.Usia klien
• Klien berusia dewasa dimungkinkan lebih sulit dilakukan modifikasi persepsi dan
tingkah lakunya dibandingkan dengan klien berusia belasan tahun, karena
berhubungan dengan fleksibelitas kepribadiannya.
2.Jenis kelamin
• Jenis kelamin terutama berkaitan dengan perilaku model, faktor modeling sangat
penting dalam upaya pembentukan tingkah laku baru.
3.Tingkat pendidikan.
• Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungan,
sehingga akan berbeda cara menyikapi proses berlangsungnya konseling pada klien
yang berpendidikan tinggi dengan yang pendidikan rendah.
Lanjutan....

4.Intelegensi
• Intelegensi pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dan
cara pengambilan keputusan. Klien yang berintelegensi tinggi akan banyak
berpartisipasi, lebih cepat, dan tepat dalam membuat suatu keputusan.
5.Status sosial ekonomi.
• Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku. Individu yang
berasal dari keluarga dengan status ekonomi yang baik akan mempunyai sikap
dan pandangan yang positif tentang masa depannya dibandingkan keluarga
yang status ekonominya rendah.
6.Sosial budaya
• Yang termasuk dalam sosial budaya adalah pandangan keagamaan dan
kelompok etnis.
Daftar Pustaka

 Erhamwilda. 2009. Konseling Islami. Yogyakarta: Graha Ilmu.


 Hikmawati, Fenti. 2012. Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali Press.
 Latipun. 2008. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press.
 Lubis, Namora Lumongga. 2013. Memahami Dasar-Dasar Konseling dalam Teori dan Praktik.
Jakarta:KENCANA Prenada Media Group
 Lubis, Saiful Akhyar. 2007. Konseling Islami Kyai dan Pesantren. Yogyakarta: eLSAQ Press.
 Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
 Rofiq, Arif Ainur. 2012. Ketrampilan Komunikasi Konseling. Surabaya: IAIN Sunan Ampel.
 Salahudin, Anas. 2012. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV. Pustaka Setia.
 Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan Konseling Studi dan Karier. Yogyakarta: Penerbit Andi.
 Willis, Sofyan S. 2009. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Penerbit Alfabeta.
 Luddin, Abu Bakar. 2010. Dasar – Dasar Konseling. Bandung: Citapustaka Media Perintis.

Anda mungkin juga menyukai