Anda di halaman 1dari 86

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA WANITA


PREMENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN
DALAM MENGHADAPI MASA MENOPAUSE DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKALA
RW 09 KOTA MAKASSAR

0leh :

LEGAYATRI TASYALWI SUAT


NIM : 183145105035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITA MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA WANITA


PREMENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN
DALAM MENGHADAPI MASA MENOPAUSE DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKALA
RW 09 KOTA MAKASSAR

Disusun Dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjan Pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Dan
Kebidanan Universitas Megarezky.

0leh :

LEGAYATRI TASYALWI SUAT

NIM : 183145105035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITA MEGAREZKY

MAKASSAR

2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Proposal Penelitian dengan judul:
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA PADA WANITA
PREMENOPAUSE DENGAN TINGGKAT KECEMASAN DALAM
MENGHADAPI MASA MENOPAUSE DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS BANGKALA KOTA MAKASSAR
Disusun dan diajuakan oleh :

Legayatri Tasyalwi Suat


183145105035

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Proposal Fakultas


Keperawatan dan Kebidanan Universitas Megarezky
Hari : Sabtu Tanggal :16 juli

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

(Ayu Lestari, S.Kp.,M.Kep) (Nusdin, S.Kep.,Ns.,M.Kes)


NIDN : 0916107303 NIDN : 0902095501

Penguji

(Syaiful, S.Kep.,Ns.,M.Kep)
NIDN : 0911128602

Mengetahui,
Ketua Program Studi
SUDIRMAN EFENDI.S.Kep.,Ns.,M.Kep.
NIDN : 09 151186 03

iii
KATA PENGANTAR

Assaalamu‘ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji dan syukur penulis panjatkan kehadian Allah SWT, atas segala rahmat,
taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul : “ hubungan dukungan keluarga pada wanita perimenopause dengan
tingkat kecemasan dalam menghadapi masa menopause di puskesmas bangkala”
yang merupakan salah satu persyartan untuk mencapai gelar Sarjan Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas
Megarezky.

Skripsi ini merupakan upaya dan kerja keras dari penulis untuk mendapatakan
sesuatu yang terbaik, meskipun penulis menyadari bahwa didalamnya masi
banyak terdapat kekeliruan dan kekurangan serta masih jauh dari apa yang
diharapakan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengalami banyak tantangan dan


hambatan, namun berkat usaha dan kemauan serta kerjasama yang baik dari
semua pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan skripis ini. Oleh karena itu,
perkenanlah penulis dengan segala hormat dan kerendahan hati mengucapkan
terima kasih dan pengharganya yang sebesar-besarnya terkhusus penulis ucapakan
kepada Ayahanda Alwi Suat dan Ibunda Teti Kadi Suat serta seluru keluarga
besar penulis atas segala perhatian, pengorbanan, kasih sayang, serta doa restunya
yang luar biasa selama ini. Kepada Ibu Ayu lestari, S.Kp.,M.Kep. Selaku
Pembimbing I dan Bapak Nusdin,S.Kep.,Ns.,M.kep. Selaku Pembimbing II
dengan penuh kesabaran dan ke ikhlasan meluangkan waktu, tenaga dan pikiranya
untuk memberikan perhatianya, bimbingan dan arahan kepada penulis serta Bapak
Syaiful, S.Kep.,Ns.,M.Kep. Selaku Penguji yang telah meluangkan waktu dan
tenaganya dalam memberikan masukan dan arahan guna perbaikan skripsi ini.

Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada :

iv
1. Bapak Dr. H. Allimuddin, SH., MH., MKn. Selaku Pembina YPI Mega
Rezky Makassar.
2. Ibu Hj. Suryani, SH., MH. Selaku Ketua YPI Mega Rezky Makassar.
3. Bapak Prof. dr. H. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Rektor
Universitas Mega Rezky.
4. Ibu Dr. Syamsuriyati, S.ST., SKM., M.Kes., selaku Dekan Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan.
5. Bapak Sudirman Efendi, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku Ketua Program Studi
Program Profesi Ners.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf universitas Megarezky yang telah
memberikan kemudahan bagi penulis dalam menyelesaikan pendidikan selama
ini.
7. Bapak/Ibu/Staf Puskesmas Bangkala yang telah memberikan izin untuk
melakukan pengambilan data awal.
8. Bapak/ Ibu yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi
responden penilitian ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Angkatan 2018 yang dapat penulis sebutkan satu
persatu yang secara langsung maupun tidak langsung telah diberikan
dukungan, dorongan moral dan berbagai bantuan selama perkuliahan sampe
menyelesaikan pendidikan.
10. Dan taklupa pula saya ucapakan terima kasih buat tuju orang, yang selama ini
temani saya menyusun proposal yaitu : Kim Namjoon, Kim Seok Jin, Min
Yoongi, Jung Hoseok, Prak Jimin, Kim Taehyung, Jeon Jungkook BTS.

Penulis menyadari Laporan Proposal ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penilis harapkan demi
menyempurnakan laporan proposal ini agar menjadi jauh lebih baik lagi.

Makassar, 10 April 2022

v
Legayatri Tasyalwi Suat
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iii

BIODATA PENULIS............................................................................................iv

DAFTAR ISI .........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................5
C. Tujuan Penilitian .........................................................................................5
D. Manfaat Penilitian .......................................................................................5
E. Keaslian Penelitian ......................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Menopause .........................................................7


B. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga .........................................13
C. Tinjauan Tentang Kecemasan ...................................................................17
D. Hubungan Dukungan Keluarga Pada Wanita Premenopause Dengan
Tingkat kecemasan Dalam Menghadapi Masa Menopause ......................22
E. Kerangka Konsep ......................................................................................24
F. Kerangka Teori ..........................................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ....................................................................................28
B. Populasi dan Sampel................................................................................28
C. Definisi Operasional ...............................................................................29
D. Alat Pengkuran Data................................................................................32
E. Metode Pengumpulan Data ....................................................................35

vi
F. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................36
G. Rencana Analisa Penelitian .....................................................................36
H. Etika Penelitian .......................................................................................37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian .....................................................................51


B. Hasil Penelitian .........................................................................................52
C. Pembahasan ...............................................................................................61
D. Keterbatasan penelitian .............................................................................67

DAFTAR PUSTAKA

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menopause merupakan proses perkembangan yang penting dan normal


dalam kehidupan seorang perempuan yang ditandai dengan penghentian
menstruasi secara permanen akibat hilangnya aktivitas folikel ovarium (Kim,
2014). Sebagian besar orang beranggapan menopause adalah sesuatu yang
menakutkan sehingga berdampak pada gangguan psikologis. Kondisi tersebut
dipengaruhi oleh perubahan gelombang hormon dan kebutuhan untuk beradaptasi
dengan cara-cara baru yang membuat masa menopause menjadi sangat sulit
(Jorge, 2016). Menopause adalah berakhirnya siklus menstruasi secara alami,
yang biasanya terjadi saat wanita memasuki usia 45 hingga 55 tahun. Perubahan
fisiologis akibat menopause kadangkadang mengganggu aktivitas dan
gairah seksual pada sejumlah wanita.Karena perubahan-perubahan tersebut
mengakibatkan kegiatan seksual menjadikurang menyenangkan (Hanifah et
al., 2021).

Pada dasarnya kaum wanita memiliki dua fase dalam kehidupannya


yaitu haid pertama (menarche) dan menstruasi terakhir (menopause). Dua fase ini
memiliki begitu banyak kesamaan proses yang bertahap dan akan dilalui kaum
wanita karena keduanya berkaitan dengan hormone estrogen, selain itu fase ini
juga merupakan suatu ada saat wanita telah memasuki tahapan menopause kadar
esterogen dan progeteron berangsur turun sehingga ikut mempengaruhi hormon
lainnya. Kondisi inilah yang sering mengakibatkan banyak wanita pengalami
sejumlah gejala klinis dan psikologis yang mengganggu aktifitas sehari-hari serta
menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup dan rasa percaya diri
(Lusiana, 2014).

Secara umum sebagian besar perempuan mulai memasuki masa


menopause pada usia 49-52 tahun. Mengacu hasil penelitian bahwa usia harapan
hidup perempuan Indonesia bertambah menjadi rata-rata 69 tahun. Maka sekitar
2

20-30 tahun atau sepertiga lama hidupnya, perempuan dalam keadaan menopause.
Banyak dari ibu-ibu yang mengalami menopause menjadi seorang yang mudah
mengalami rasa cemas. Akibat seringnya kekhawatiran yang menghantui dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah mereka khawatirkan, hal itu
juga dapat menimbulkan kecemasan. Dampak menopause yang sering terjadi di
masyarakat diantaranya kecemasan, takut, cepat marah, ingatannya menurun, sulit
konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna, mudah tersinggung, stress bahkan
depresi (Kulsum, 2017).

Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) menunjukan


pertambahan jumlah wanita yang memasuki fase klimakterium yang diperkirakan
meningkat hingga lebih satu miliar di tahun 2030. Proporsi di Asia diperkirakan
akan mengalami peningkatan dari 107 juta menjadi 373 juta di tahun 2025.
Sedangkan menurut Badan Sensus Penduduk, di Indonesia jumlah setiap tahunnya
mencapai 5,3 juta orang dari jumlah total penduduk perempuan Indonesia yang
berjumlah 118.010.413 juta jiwa (Koeryaman & Ermiati, 2018). Jumlah wanita
yang berusia 45-55 tahun mencapai 14,3 juta orang.

Pada tahun 2017 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 261,89 juta


orang yang terdiri dari 130,31 juta perempuan dengan jumlah perempuan yang
berusia 45-55 tahun dan jumlah wanita dengan umur menopause diperkirakan
15,8 juta orang. Pada tahun 2020 di Indonesia 30,3 juta wanita menopause (BPS,
2017).

Dilihat dari klasifikasi jumlah penduduk di Indonesia, pada tahun 2017


terdapat 14.787.721 jiwa, jumlah wanita usia 45-49 tahun sebanyak 8.485.479
jiwa, usia 50-54 tahun sebanyak 7.327.347 jiwa, usia 55-59 sebanyak 5.970.949
jiwa, 60-64 tahun 4.398.429 jiwa, 65-69 tahun sebanyak 3.084.716 jiwa, usia 70-
74 sebanyak 2.208.376 jiwa dan 75 tahun keatas sebanyak 2.726.944 jiwa
(Kemenkes RI, 2017).
3

Tahun 2019, jumlah lansia Indonesia diproyeksikan akan meningkat menjadi


27,5 juta atau 10,3%, dan 57,0 juta jiwa atau 17,9% pada tahun 2045 (Badan
Pusat Statistik, 2018).

Berdasarkan data dari Puskesmas Bangkala yang membawahi 2 kelurahan


yaitu kelurahan Bangkala dan kelurahan Biring Romang, jumlah penduduk
perempuan sebesar 15.557. jiwa dan perempuan usia 40-49 tahun sebesar 1.815
jiwa (11,67%) dan perempuan usia >50 sebesar 3.147 jiwa (20,23%). Adapun data
penduduk perempuan berdasarkan data dari kelurahan Bangkala yang tejadi atas
12 Rw adalah 7.519 jiwa (50,23%) dari total penduduk sebanyak 14.970 jiwa.
Berdasarkan kedua data diatas menunjuhkan bahwa jumlah perempuan di
kelurahan Bangkala lebih dari separuh jumlah penduduk, jumlah perempuan usia
premenopause dan menopause mencapai dari lebih dari 31%. Hal ini
menunjuhkan perlunya upaya untuk mengidetifikasi semua hubungan yang terkait
dengan kesiapan para perempuan premenopause untuk menghadapi dan menjalani
masa menopausenya nanti.

Berdasarkan kedua data diatas menunjukkan bahwa jumlah perempuan di


Kelurahan Bangkala lebih dari separuh jumlah penduduk, dan jumlah perempuan
usia premenopause dan menopause mencapai lebih dari 31%. Hal ini
menunjukkan perlunya upaya untuk mengidentifikasi semua faktor faktor terkait
dengan wanita dalam menghadapi menopause termasuk dukungan keluarga.

Dukungan keluarga pada seorang wanita yang menghadapi masa


menopause menjadi sanggat berharga dan menambah ketentaraman hidup.
Dukungan keluarga merupakan dukungan yang diterima individu dari orang yang
berada dalam lingkungan keluarga seperti suami, anak dan orang tua sehingga
wanita tersebut merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai. Wanita menjadi tidak
merasa cemas dalam menghadapi masa menopause yang terjadi, yang tentunya
akan menimbulkan perubahan fisik maupun emosional tersebut. Perubahan fisik
dan emosional dialami wanita menopause menimbulkan suatu kecemasan.
Kecemasan adalah respon emosional. Perubahan fisik dan emosional yang alami
wanita tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif dialami dan
4

dikomunikasihkan secara interpersional. Kecemasan adalah kebinggungan,


kehawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan
dihubungan dengan perasaan tidak menentu atau tidak berdaya. Kecemasan yang
timbul biasanya berupa ketidaktahuan wanita tentang gejala menopause seperti
rasa panas, pusing, perasaan yang berubah-ubah, rasa mual, muka merah, dan
berkeringat (Sulisiwati.2005 dalam Richard.2015).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas adapun masalah pada penelitian ini
adalah “Apakah ada Hubungan dukungan keluarga pada wanita premenopause
dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi masa menopause di Wilaya Kerja
Puskesmas Bangkala RW 09 Kota makassar ?.
C. Tujuan Penelitan
1) Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga pada wanita premenopause
dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi masa menopause di Wilaya
Kerja Puskesmas Bangkala RW 09 Kota Makassar
2) Tujuan Khususs
a. Untuk mengetahui dukungan keluarga pada wanita premenopause
b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada wanita premenopause
c. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga pada wanita
premenopause dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi masa
menopause.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Sebagai suatu wadah untuk menghubungkan ilmu yang dimiliki khususnya
bagi peneliti, untuk menambah wawasan atau pengalaman dan memperluas
cakrawala pengetahuan serta pengembangan diri khususnya dibidang
pendidikan.
2. Manfaat Teoritis
5

Sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya khususnya dalam hubungan


dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi masa
menoapuse.

3. Manfaat Institusi Pelayanan


Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan pada wanita menopause
4. Manfaat Bagi Instusi Pendidikan
Hasil penilitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan
merupakan salah satu sumber bahan bacaan.
5. Manfaat dari Peneliti

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


6. Manfaat Teoritis

Penelitian ini berguna sebagai bahan keilmuan yang dapat memberikan


wawasan dan pengetahuan terkait dengan dukungan keluarga terhadap wanita
yang mengalami pada masa pre menopause.

7. Manfaat Praktis
a. Bagi IPTEK
Dapat dijadikan dasar untuk mengurangi kemampuan suport sistem
ketidak nyamanan yang berkaitan dengan keluhan masa premenopause
pada wanita
b. Bagi Peneliti
Menambah pemahaman dan pengalaman melalui penelitian sebagai sarana
menerapkan ilmu dan teori yang telah diperoleh, terutama tentang
premenopause.
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat berguna sebagai bahan referensi untuk data dan
pengembangan penelitian selanjutnya terkait premenopuse yaitu
6

“gambaran dukungan keluarga pada wanita pre menopause dalam


menghadapi masa menopause.
d. Bagi masyarakat
Khususnya pada wanita pre menopause sebagai masukan yang bermanfaat
untuk peningkatan respon positif dalam menghadapi masa menopause.

No. Judul, peneliti Variabel Desain Hasil Penelitian Perbedaan


dan tahun penelitian Penelitian Penelitian
1. Hubungan Variabel Jenis Berdasarkan hasil  Variabel
Dukungan Independen: penelitian penelitian pada
Keluarga dukungan yang terhadap 84 Penelitian
Dengan keluarga pada digunakan responden di hanya
Kecemasan ibu adalah wilayah kerja mengguna
Ibu menghadapi penelitian Puskesmas kan 1
Menghadapi klimakterium kuantitatif Berseri variabel
Klimakterium Variabel dengan Pangkalan yaitu
(Siti Romlah Dependen: rancangan Kerinci mengenai dukungan
tahun 2019) kecemasan ibu deskriptif dukungan keluarga
menghadapi analitik yaitu keluarga terhadap  Metode
klimakterium mencari ibu klimakterium pada
hubungan diketahui penelitian
antara sebagian besar ini adalah
dukungan responden tidak kuantitatif
keluarga mendapatkan dengan
dengan dukungan mengguna
kecemasan keluarga kan
ibu sebanyak 57,1%, metode
menghadapi sedangkan dekskriptif
klimakterium responden yang  Analisa
. Rancangan mendapatkan data yang
penelitian ini dukungan
7

menggunaka keluarga digunakan


n pendekatan sebanyak 42,9%, adalah
Cross hal ini analisis
Sectional menggambarkan univariat
yaitu bahwa masih  Lokasi
rancangan banyak ibu yang penelitan
penelitian tidak
dengan mendapatkan
melakukan dukungan
pengukuran keluarga
atau
pengamatan
pada saat
bersamaan
(sekali
waktu)
antara faktor
resiko
(Hidayat,
2010).

2. Faktor Faktor Ada Jenis Berdasarkan hasil  Metode


Yang hubunngan penelitian ini yang di dapat penelitian
Mempengaruh yang adalah bahwa sebagian kuantitif
i Kesiapan signifikan kuantitatif besar responden dengan
Wanita Usia antara umur, dengan mejawab tidak mengguna
40-50 tahun tingkat dengan siap menghadapi kan
Dalam pendidikan, desain periode metode
Menghadapi status Cross- menopause dekskriptif
Menopause perkainan, sectional (58.5%) dan  Variabel
(Srie Wahyuni status yaitu sebanyak 65.1% penelitan
8

tahun 2019) pekerjaan, penelitian reponden mengguna


dukungan yang mendapat kan
keluarga, sikap pengumpula dukungan variabel
dan tingkat n datanya keluarga dalam yaitu
pengetahuan dilakukan menghadapi dukungan
terhadap pada suatu menopause. keluarga
kesiapan waktu (at Berdasarkan hasil  Lokasi
wanita dalam one point in penelitian antara penelitian
menghadapi time). Uji dukungan
menopause statistik keluarga dan
digunakan kesiapan wanita
adalah dalam
regresi menghadapi
logistik menopause.
berganda Responden yang
(Sugiyono mendapatkan
2013). dukungan dari
keluarga
berpeluang lebih
siap menghadapi
menopause
dibandingkan
pada respnden
yang tidak
mendapatkan
dukungan dari
keluarganya.

3. Hubungan Variabel Penelitian Hasil penelitian  Variabel


Dukungan Independen: yang menunjukkan penelitian
Keluarga, Hubungan dilakukan bahwa ada yang
9

Pengetahuan dukungan adalah hubungan digunakan


Dan Sikap Ibu keluaraga pada penelitian dukungan adalah
Dengan kesiapan ibu kuantitatif keluarga, variabel
Kesiapan dalam dengan pengetahuan, dan yaitu
Menghadapi menghadapi pendekatan/d sikap ibu secara dukungan
Perubahan perubahan esain dengan keluarga
Pada Masa pada masa penelitian premenopause ibu  Metode
Premenopause premenopause cross usia 45-50 tahun penelitian
Sri Handayani sectional yang
tahun 2021 Variabel yaitu digunakan
Dependen: pengukuran / deksriptif
pengetahuan observasi
dan sikap ibu variabel
terhadap independen
kesiapan dan
menghadapi dependen
perubahan pada saat
pada masa yang
premenopause bersamaan
E. Keaslian Penelitian
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Tentang Premenopause.


1. Pengertian
Fase premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase
klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, perdarahan
haid yang memanjang dan jumlah haid yang relatif banyak, kadang-kadang
disertai dengan nyeri haid (Price, 2012).
Premenopause merupakan masa terjadinya penurunan estrogen yang
tajam, meningkatnya hormone gonadotropin, gangguan keseimbangan
hormone (menstruasi tidak teratur, menstruasi anovulatoir (haid tanpa ovulasi),
hanya terdapat rangsangan estrogen, menimbulkan gejala psikologis (takut tua,
takut tidak menarik, emosi labil, cepat marah, sering sedih, sulit tidur) dan
kardivaskular seperti hot flushes, sering berdebar, dan kulit terasa kering
(Kusuma, 2011).
Premenopause sendiri terjadi ketika perempuan mulai memasuki usia 39 –
51 tahun, namun umur terjadinya premenopause pada masing-masing individu
tidaklah sama (Lauren dkk, 2012).
2. Proses premenopause
Menurunnya kadar hormonal estrogen dari ovarium. Masa ini bisa terjadi
selama 2-5 tahun, sebelum menopause (Proverawati, 2010). Fase
premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase
klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, perdarahan
haid yang memanjang dan jumlah haid yang relatif banyak, kadang-kadang
disertai dengan nyeri haid (Price, 2012). Premenopause merupakan masa
terjadinya penurunan estrogen yang tajam, meningkatnya hormone
gonadotropin, gangguan keseimbangan hormone (menstruasi tidak teratur,
menstruasi anovulatoir (haid tanpa ovulasi), hanya terdapat rangsangan
estrogen, menimbulkan gejala psikologis (takut tua, takut tidak menarik, emosi
labil, cepat marah, sering sedih, sulit tidur) dan kardivaskular seperti hot
11

flushes, sering berdebar, dan kulit terasa kering (Kusuma, 2009).


Premenopause sendiri terjadi ketika perempuan mulai memasuki usia 39 – 51
tahun, namun umur terjadinya premenopause pada masing-masing individu
tidaklah sama (Lauren dkk, 2012).
3. Tanda tanda menopause
Tanda-tanda premenopause perempuan yang usianya berkisar antara 40-45
tahun memasuki babak baru dalam rentang kehidupannya. Pada masa ini
perempuan mengalami premenopause, yaitu sejak fungsi reproduksinya mulai
menurun, sampai timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopause. Semua
perempuan pasti akan mengalami masa premenopause. Hal ini merupakan
tahap akhir proses biologi yang dialami perempuan berupa penurunan produksi
hormon seks perempuan yaitu hormon estrogen dan progesteron. Tanda tanda
dari premenopause adalah terjadinya perubahan, baik perubahan fisik maupun
perubahan psikis yang disebabkan oleh penurunan produksi hormone estrogen.
Perubahan fisik meliputi ketidakteraturan siklus haid, haid yang sangat banyak
atau sedikit, hot flushes, berkeringat dimalam hari dan tidak ada hentinya,
kerapuhan tulang, badan menjadi gemuk, dan muncul gejala penyakit.
Sedangkan perubahan psikis meliputi adanya kecemasan, ingatan menurun,
mudah tersinggung, stress dan depresi (Kasdu, 2010).
4. Tindakan mengatasi keluhan premenopause
a. Pengaturan makanan dan suplemen makanan
Menurut jurnal keperawatan tentang hubungan pengetahuan dan sikap
ibu Premenopause terhadap Menopause (Nipayu Sinta Puji, 2018)
menyatakan bahwa tindakan mengatasi Premenopause sebagai berikut :
1) Kopi, alkohol dan garam
Mengkonsusmsi kopi secara berlebihan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan, seperti jantung berdebar, gelisah, sulit tidur
(insomnia), gugup, tremor, bahkan mual sampai muntah. Minum kopi
juga berbahaya bagi penderita hipertensi karena senyawa kafein bisa
menyebabkan tekanan darah meningkat tajam. Kopi juga bisa
meningkatkan aliran darah ke ginjal dengan akibat produksi urin
12

bertambah, jadi tidak lama setelah mengkonsumsi kopi kandung kemih


cepat penuh. Bagi perempuan usia menopause, minum kopi dalam
jumlah banyak bisa menambah resiko kekeroposan tulang (osteoporosis).
Minum kopi terlalu banyak dapat juga mengurangi kesuburan
perempuan, apalagi jika dikombinasikan dengan alkohol. Minuman
alkohol yang dikonsumsi secara teratur dalam jumlah yang lebih, maka
akan meningkatkan tekanan darah dan mengganggu obat tekanan darah.
2) Merokok
Perempuan premenopause memiliki resiko osteoporosis dan penyakit
kardiovaskuler, dan kedua resiko itu akan meningkat lebih tinggi lagi bila
perempuan tersebut merokok. Berdasarkan penelitian dokter dari
Universitas Oslo perempuan yang aktif merokok lebih mungkin
mengalami menopause dini dibandingkan dengan yang tidak merokok.
3) Mengkonsumsi makanan rendah lemak dan kacang-kacangan
Makanan berlemak sering dikaitkan dengan berbagai penyakit,
seperti kolesterol dan stroke. Makanan seperti daging, sosis, kulit ayam,
krim, karena mengandung lemak jenuh hewani. Pilihlah makanan yang
rendah lemak seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

4) Fitoestrogen
Fitoestrogen memiliki efek menyerupai estrogen alami yang dapat
menurunkan risiko penyakit pada masa menopause. Sumber
fitoestrogen dapat diperoleh dari beras merah, wijen, biji labu kuning,
buah-buahan seperti stroberi, kismis, anggur, ceri, jeruk, melon,
bengkuang, serta sayuran seperti kacang panjang, buncis, brokoli,
paprika, seledri, daun bawang, bawang putih, bawang bombay, kacang
merah, kecambah, atau kedelai serta olahannya. Isoflavon merupakan
salah satu fitoestrogen yang banyak diteliti.
5) Kalsium
Bagi perempuan tabungan kalsium akan sangat berharga
terutama dimasa premenopause, menopause dan postmenopause. Di
13

usia 40-50 tahun, tubuh perempuan akan mengalami penurunan


kadar estrogen dalam darah secara drastis.
b. Aktivitas Fisik dan olahraga
Aktivitas fisik menurut penelitian Maghfiro (2014) menyatakan
bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian konstipasi pada
perempuan menopause. Aktivitas fisik adalah segala kegiatan
menggerakkan anggota tubuh. Salah satu cara mengatasi konstipasi adalah
dengan melakukan aktivitas fisik secara rutin setiap hari, karena dengan
aktivitas fisik dapat merangsang aktivitas usus sehingga memperlancar
proses buang air besar (Maghfiro, 2014).

c. Aktivitas seksual

Aktivitas seksual menurut (Proverawati, 2010) yaitu :

1) Aktivitas seksual tetap dilakukan


Aktivitas seksual dapat tetap dilakukan agar menjaga keharmonisan
hubungan dalam rumah tangga, kekurangan cairan vagina dapat diatasi
dengan menambahkan lubrikan. Sehingga saat berhubungan tidak terasa
sakit.
2) Gunakan air hangat untuk membasuh vagina setelah melakukan hubungan
seksual.
Setelah melakukan hubungan seksual sebaiknya segera dibasuh dengan
air hangat, ini bertujuan untuk menjaga kebersihan dari organ reproduksi
dan mencegah terjadinya infeksi. Saat premenopause mudah terjadi infeksi
karena pada masa ini secret keasamaan vagina berkurang.
3) Senam untuk menguatkan otot panggul (kegel)
Senam kegel adalah senam untuk menguatkan otot dasar panggul.
Kegel adalah suatu latihan otot dasar panggul yang semula digunakan
untuk terapi pada perempuan maupun pria yang tidak mampu mengontrol
keluarnya urin. Pada perempuan, selama proses kehamilan dan melahirkan
otot panggul dapat teregang dan melemah, yang mengakibatkan gangguan
kontrol buang air kecil (BAK) berbulan-bulan atau tahunan setelah
14

melahirkan. Selain itu, perempuan lanjut usia yang memiliki berat badan
lebih juga dapat mengalami kelemahan otot panggul. Senam kegel sangat
baik dilakukan untuk mencegah keluhan pada premenopause, yaitu
inkontinensia urine karena dapat meningkatkan kemampuan dalam
mengontrol keluarnya urin. Latihan kegel juga dapat meningkatkan
kepuasan seksual pada pria dan perempuan.
d. Teknik relaksasi
Menurut (Proverawati, 2010) relaksasi merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan sendiri untuk mengurangi stress, emosi bahkan dapat
mereduksi berbagai gangguan fisiologis tubuh. Beberapa penelitian
menunjukan teknik relaksasi mempunyai hubungan yang positif secara
psikologis dan kesehatan fisik, tidak hanya memberikan perasaan damai atau
ketenangan di dalam diri individu teknik ini juga dapat menjadi sebuah hobi
yang positif bila dilakukan secara rutin. Melakukan relaksasi pada perempuan
premenopause sangat baik karena dengan ini dapat memberikan persaan
tenang dan terhindar dari rasa panik serta dapat memberikan keuntungan baik
secara fisik dan psikis. Keuntungan yang diperoleh antara lain :
1) Memberikan rasa tenang
2) Memperlancar aliran darah
3) Mengatur nafas
4) Mengurangi pegal akibat meningkatnya tekanan otot di saat stress
5) Mengurangi sakit kepala (migrain), sakit punggung
6) Memberikan kontrol baik ketika marah atau frustasi
7) Memberikan tenaga lebih dalam menghadapi stress
8) Meningkatkan kemampuan konsentrasi
9) Memberikan ketenangan dalam mengambil keputusan.
B. Menopause
1. Pengertian Menopause
Menopause adalah istilah dari bahasa Yunani yang diambil dari kata
menos, yang berarti “bulan” dan pause yang berarti “berhenti”, secara
keseluruhan dapat diartikan sebagai berhentinya siklus datang bulan. Dalam
15

pengertian sehari-hari, kata menopause lebih merujuk pada proses dari pada
momen khusus dalam siklus menstruasi. Secara medis menopause mengacu pada
satu momen khusus yaitu tanggal menstruasi terakhir (Silalahi, 2016).
Pengertian menopause adalah kejadian biasa yang dihadapi wanita
ketika tahun-tahun kesuburannya menurun, sehingga bagi sebagian wanita
menimbulkan rasa cemas atau risau, namun sebaigan mendatangkan rasa
percaya diri. Menurut WHO menopause adalah berhentinya menstruasi secara
permanen, sebagai akibat hilangnya aktivitas ovarium. Menopause alami
dikenal, bila terjadi amenore selama 12 bulan berturut-turut, tanpa ditemukan
penyebab patofisiologi atau fisiologi. Menopause adalah suatu proses peralihan
dari masa produktif menuju ke masa non produktif secara perlahan, yang
disebabkan kurangnya hormone esterogen maupun progesterone (Suparmi &
Astutik, 2016).
Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir.
Kebanyakan menita mengalami menopause pada usia 56 samapi 60 tahun
dengan rata-rata mengalami menopause diusia 51 tahun. Menopause bukanlah
peristiwa yang terjadi mendadak. Menopause merupakan proses yang
berlangsung lama. Artinya, meskipun seorang wanita mengalami henti haid
untuk selamanya pada usia 50 tahun, ia mungkin sudah merasa bahwa siklus
haidnya mulai berubah sejak usia 40 tahun. Menopause alami akan dilalui
seorang perempuan secara bertahap selama beberapa tahun. Umumnya
menopause alami terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau diawal 50 tahun.
Menopause buatan adalah menopause yang terjadi akibat prosedur medis seperti
pembedahan atau penyinaran.Menopause akibat pembedahan terjadi akibat
histerektomi dan oforektomi bilateral. Pengangkatan ovarium dilakukan sebagai
tindakan preventif terhadap karsinoma ovarium (Kumolontang, Kundre, &
Hamel, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) menopause di artikan
sebagai tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut-turut yang
diakibatkan ovarium secara progresif telah gagal dalam memproduksi hormone
estrogen, folikel dalam ovarium menagalami penurunan aktivitas yang dapat
16

menyebabkan menstruasi berhenti sehingga wanita tidak mengalami


menstruasi selamanya.
Menopause merupakan berakhirnya masa subur atau masa
reproduksi wanita dan dapat diartikan sebagai masa berakhirnya seorang
wanita mendapatkan menstruasi bulannya. Menurut ilmu kedokteran seseorang
dikatakan menopause apabila tidak mendapatkan perdarahan selama 12 bulan
(Krishna, 2015).
2. Patofisiologi menopause
Menopause secara alami terjadi Ke arena penurunan aktivitas ovarium
yang diikuti dengan penurunan produksi hormon reproduksi. Ini terjadi secara
alamiah. Seorang wanita secara spontan telah memiliki folikel atau indung telur
dari sejak lahir. Namun, folikel – folikel ini matang dan bekerja untuk
menghasilkan sel telur pada saat memasuki usia pubertas yang ditandai dengan
proses menstruasi. Seiring dengan hal tersebut, granulose secara otomatis
menghasilkan estrogen yang merupakan salah satu hormon reproduksi wanita.
Estrogen tadi akan memaksa folikel untuk mengeluarkan sel telur, keluarnya sel
telur dari korpus luteum ini akan meningkatkan produksi estrogen dan
progesteron. Progesteron sendiri menyiapkan tempat pembuahan dengan
menebalkan dinding endometrium. Setiap bulannya jika sel telur tidak jadi
dibuahi, akan membuat dinding endometrium yang menebal tadi luruh.
Luruhnya dinding endometriumdibuktikan dengan keluarnya darah melalui
lubang vagina dan inilah yang disebut menstruasi. Ketika ovarium tidak lagi
produktif, folikel yang dihasilkan berkurang maka rangsangan produksi hormon
estrogen dan progesteron pun berangsur angsur menurun. Kondisi ini yang
semakin lama mencapai titik pada masa klimakterium dengan keadaan
menopause (Nirmala, 2017).
3. Penyebab menopause
Siklus menstruasi dikontrol dua hormon yang di produksi di kelenjar
hipofisis yang ada di otak (FSH dan LH) dan dua hormon yang dihasilkan oleh
ovarium (estrogen dan progesterone). Saat menjelang menopause FSH dan LH
akan terus diproduksi oleh kelenjar hipofisis secara normal. Tetapi, karena
17

ovarium semakin tua tidak dapat merespons FSH dan LH sebagaimana yang
seharusnya, sehingga menyebabkan estrogen dan progesterone yang di produksi
semakin berkurang. Menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak dapat
menghasilkan hormon estrogen dan progesterone dalam jumlah yang cukup
untuk bisa mempertahankan siklus menstruasi (Brown, P & Spencer, R. F,
2007).
4. Hormon yang mempengaruhi menopause
Menurut (Khofifah dkk, 2017) menstruasi berhenti karena kedua indung
telur (ovarium) tidak memproduksi hormon estrogen lagi. Di antara ketiga
hormon yang diproduksi kedua indung telur (estrogen, progesterone, dan
testosterone), hormon estrogenlah yang mempegaruhi secara langsung
perubahan emosi, fisik, dan organ reproduksi. Jadi, ada tiga hormone penting
bagi wanita yang diproduksi oleh indung telur, yaitu estrogen, progesterone, dan
testosterone.
a. Estrogen
Hormon estrogen berfungsi mengontrol perkembangan seksual
wanita dan fungsi organ seks beserta ciri seks sekunder. Produksi hormon
estrogen akan meningkat saat masa puber. Peningkatan ini yang
menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada tubuh wanita seperti payudara
akan mulai membesar dan bentuk pinggul yang mulai membesar juga.
Selain perubahan fisik, perkembangan intelektual dan emosi juga terjadi
pada fase ini. Hormon estrogen inilah yang paling berpengaruh dalam
kehidupan seks yang sehat.
Hormon iniilah yang menyebabkan vagina menjadi lembab saat
melakukan hubungan seksual. Pada masa menopause, tingkat hormon
estrogen menurun yang menyebabkan jaringan vagina menjadi lebih tipis
dan mongering. Lubrikasi oleh hormon estrogen untuk aktivitas seksual
menurun.

b. Progesterone
18

Hormon progesterone diproduksi oleh indung telur, kelenjar adrenalin


dan oleh plasenta selama kehamilan. Hormon ini berfungsi menjaga
kesehatan reproduksi wanita. Produksi hormon ini akan meningkat secara
cepat saat terjadi ovulasi. Tingkat hormon progesterone yang rendah dapat
mempengaruhi kondisi tubuh misalnya tubuh terasa kurang fit atau bahkan
mengalami gejala pramenstruasi (PMS) pada tahap tertentu dalam siklus
menstruasi. Produksi hormon progesterone akan menurun selama masa
menopause.
c. Testosterone
Hormon testosterone pada wanita diproduksi oleh indung telur dan
kelenjar adrenalin. Hormon ini membantu menentukan ciri-ciri seksual
sekunder seperti kepadatan otot dan pertumbuhan rambut. Hormon
testosterone juga berpengaruh dalam membangkitkan gairah, aktivitas, dan
respon seksual pada pria dan wanita. Tingkat hormon ini akan berkurang
pada wanita yang telah melewati masa menopause dan masih memiliki
indung telur. Namun, jika karena sesuatu hal dan terpaksa indung telurnya
diangkat maka hormone testosterone akan mengalami penurunan secara
drastis.
5. Perubahan-perubahan pada masa menopause
Menurut (Khofifah dkk, 2017) perubahan yang terjadi pada masa
menopause, sebagai berikut:
a. Perubahan organ reproduksi
Saat berhentinya menstruasi mengakibatkan berbagai organ
reproduksi akan mengalami perubahan karena sel telur tidak lagi
diproduksi, sehingga berpengaruh terhadap komposisi hormon dalam
organ reproduksi. Adapun perubahan organ reproduksi pada wanita, antara
lain :
1) Tuba Fallopi
Saluran tuba mengalami penipisan dan mengkerut, lipatan tuba
menjadi lebih pendek, endosalpingo menipis mendatar dan silia
menghilang
19

2) Uterus (Rahim)
Uterus mengecil disebabkan karena atrofi endometrium juga
disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk jaringan ikat
interstisal.

3) Vagina
Terjadinya atrofi pada epitel vagina hingga hanya tinggal lapisan
sel basal, vagina menjadi kering, dan hal ini yang menyebabkan rasa
sakit ketika berhubungan seksual.

4) Serviks
Serviks (mulut rahim) mengkerut terselubung dinding vagina,
saluran memendek dan menyempit.
5) Dasar Panggul
Kekuatan serta elastisitas dasar panggul berkurang karena atrofi
dan lemahnya daya sokong.
6) Perenium dan Anus
Lemak subcutan menghilang, atrofi, dan otot sekitarnya
menghilang sehingga menyebabkan tonus spinkter melemah dan
menghilang.
7) Kelenjar Payudara
Puting susu mengecil, kurang erektil, pigmentasi berkurang,
sehingga payudara menjadi mengendor dan mendatar. Disaat wanita
memasuki menopause, turunnya kadar esterogen ini akan
menyebabkan bentuk payudara yang kurang menarik lagi.
8) Kandung Kencing
Aktivitas kendali spinkter dandestrussor menghilang sehingga
menyebabkan sering kencing tanpa disadari.
20

b. Perubahan hormone
Hormon berperan dalam mengendalikan pertumbuhan,
perkembangan ciri-ciri seksual dan penyimpanan energi serta
mengendalikan volume cairan, kadar air, dan gula dalam darah. Hormon
mempunyai peranan penting bagi kesehatan tubuh terutama pada laki-laki
dan perempuan. Laki-laki yang kekurangan hormon testoteron dapat
berakibat terjadinya disfungsi ereksi, sedangkan pada wanita ketika ada
peningkatan sinyal hormon dari pituitari ke ovarium membantu dalam
produksi hormon progesterone dan estrogen yang dapat meningkatkan
terjadinya kehamilan, premenstrual syndrome (PMS) perimenopause
syndrome, siklus menstruasi yang kadang tidak teratur, dan lain sebagainya.
Kadar hormon akan berkurang seiring dengan pertambahan usia.
Hormon estrogen terdiri dari tiga jenis yaitu estradiol, estron, dan
estriol. Estradiol, estron, dan estriol memiliki fungsi yang sama yaitu
menjaga kesehatan jantung, tulang, kehalusan kulit, serta kelembapan
vagina. Pada masa remaja, ketika sudah mengalami menstruasi dan ovarium
sudah aktif, produksi estradiol menjadi meningkat dua belas kali lebih tinggi
dibandingkan ketika masa kanak-kanak. Setelah wanita mendekati masa
menopause produksi estradiol mulai menurun dan pada masa menopause
akan berhenti.
Selain itu, kadar hormon tiroid berpengaruh pada kadar hormone
estrogen dalam tubuh. Wanita yang memiliki kadar hormon tiroid terlalu
banyak maka metabolisme estrogen akan semakin cepat sehingga terjadinya
penurunan estrogen bebas dalam sirkulasi darah. Sebaliknya jika seorang
wanita memiliki kadar hormon tiroid yang rendah, kadar estrogen dalam
darah akan meningkat. Terlalu tinggi atau terlalu rendah kadar hormon
tiroid dapat berpengaruh pada penurunan tingkat ovulasi. Keluhan yang
dapat dialami ketika masa menopause dapat diakibatkan oleh abnormal
produksi hormon tiroid.
21

Perubahan hormon pada menopause tidak hanya hormon estrogen,


tetapi ada perubahan pada hormon progesteron namun hormon ini tidak
mempengaruhi langsung pada perubahan wanita. Produksi hormone
estrogen yang mengalami penurunan akan mengakibatkan terjadinya
perubahan pada menstruasi menjadi jarang, sedikit, bahkan siklusnya
menjadi terganggu. Produksi hormon estrogen yang menurun akan
mempengaruhi langsung pada kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi
wanita.

c. Perubahan fisik
1) Berat Badan Bertambah
Sebagian besar wanita mengalami pertambahan berat badan, hal
ini diduga ada hubungannya dengan gangguan pertukaran zat dasar
metabolik lemak dan turunnya kadar hormon estrogen dalam darah
menyebabkan lemak yang biasa digunakan untuk membentuk pantat
dan paha menjadi berkurang dan hilang. Akibatnya lemak akan
menumpuk di perut dan pinggul.
2) Perut Kembung
Wanita biasanya mengalami perut kembung sebelum periode
menstruasi disebabkan karena retensi gas dan cairan, dapat juga
disebabkan oleh terapi hormon pengganti atau yang disebut terapu
sulih hormon.
3) Mudah Lelah
Kondisi ini disebabkan karena berat badan yang berlebih atau
karena menopause itu sendiri. Lemas, pegal-pegal pada otot
persendian, dan kelelahan yang terjadi setelah makan merupakan
kondisi terkait dengan fluktasi hormon.
4) Insomnia dan Gangguan Tidur
Gejala menopause dapat menyebabkan stres pada tubuh,
sehingga dapat menyebabkan insomnia maupun gangguan tidur.
22

5) Kerontokan Rambut
Kondisi ini tidak hanya dialami oleh laki-laki karena
pengaruh usia dan stress tetapi juga dapat terjadi pada perempuan
menopause.
6) Pusing
Kondisi ini bisa terjadi dari tekanan darah rendah, fluktuasi
kadar gula darah, dan hipoglikemia yang semuanya merupakan
gejala menopause.

7) Denyut Jantung Tidak Teratur


Kondisi ini terjadi sebelum atau selama masa menopause yang
disebabkan karena penurunan hormon sehingga mempengaruhi
sistem kardiovaskuler.
8) Inkontinensia Urin
Masalah dalam mengontrol kandung kemih bisa terjadi selama
menopause. Kadar hormon estrogen yang rendah menyebabkan
penipisan jaringan kandung kemih dan saluran kemih yang berakibat
penurunan kontrol dari kandung kemih atau mudah terjadinya
kebocoran air seni akibat lemahnya otot di sekitar kandun kemih.
9) Perubahan Kulit
Perubahan kulit saat menopause dipengaruhi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam menjaga elastisitas kulit. Ketika
menstruasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis
terutama pada sekitar wajah, leher dan lengan kulit.
10) Alergi
Pada kondisi menopause tingkat sensitivitas akan meningkat
sampai pasca menopause. Biasanya ditandai kulit yang gatal, merah-
merah, ataupun berawarna biru.
11) Osteoporosis
23

Kondisi ini merupakan salah satu dampak yang paling merusak


dari menopause, tulang yang lemah atau rapuh lebih beresiko untuk
mengalami patah tulang kecil (small bonefractures).
d. Perubahan emosi
1) Perubahan Mood
Perubahan mood atau yang disebut mood swing merupakan
suatu kondisi yang umum terjadi pada wanita menopause seperti
mudah marah, cemas, tidak sabaran, dan depresi.
2) Munculnya Kecemasan
Kondisi ini dapat terjadi pada wanita menopause.
Kecemasan merupakan respon alamiah terhadap suatu hal yang
akan atau sudah dihadapi seperti khawatir, detak jantung yang
cepat, berkeringat, tremor otot, mual, ketegangan, dan ketakutan
yang tidak beralasan
3) Kehilangan Kesenangan
Sebagian wanita mulai kehilangan kesenangannya ketika
melakukan kegiatan yang disukai. Kondisi ini seringkali
memulai siklus kemarahan dan depresi.
4) Stres
Kondisi ini disebabkan karena penurunan kadar hormon
estrogen sehingga menyebabkan turunnya neurotransmiter di
dalam otak yang akan mempengaruhi suasana hati seseorang.
5) Gangguan Panik
Gangguan panik (panic disorder) dapat menyebabkan
ketakutan yang intens, berkeringat, menangis, detak jantung
yang semakin cepat, serta perasaan sedih yang mendalam.
6) Gangguan atau Penyimpangan Memori
Kondisi ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon
dalam tubuh dapat terjadi baik jangka pendek (short term
memory) maupun jangka panjang (long term memory). Tidak
semua wanita mengalami perubahan emosi ketika menghadapi
24

menopause adapula wanita yang merasa tidak ada perubahan


psikis yang dialaminya. Bagi wanita yang menganggap dan
menilai bahwa menopause itu hal yang menakutkan maka
perubahan emosi yang menjurus pada arah negative sulit untuk
dihindari dan akan membuat dirinya merasa menderita. Semua
tergantung penilaian setiap individu terhadap menopause.
6. Macam-macam menopause
Menurut Silalahi (2016) ada 2 macam menopause antara lain :
a. Menopause alami
Menopause ini terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45-
55 tahun. Menopause alamiah terjadi pada wanita yang masih
mempunyai indung telur. Durasinya sektar 5-10 tahun. Meskipun seluruh
proses ini kadang-kadang memerlukan waktu 13 tahun. Selama itu,
menstruasi mungkin berhenti beberapa bulan dan kemudian kembali lagi.
Wanita yang mengalami menopause alamiah mungkin membutuhkan
perawatan atau mungkin tidak membutuhkan perawatan apapun. Hal ini
karena kesehatan mereka secara menyeluruh cukup baik. Selain itu,
proses terjadinya menopause berjalan sangat lambat sehingga tubuhnya
dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi saat menopause.
b. Menopause dini
Menopause dini adalah berhentinya haid di bawah usia 40 tahun.
Menopause ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama bisa karena
indung telurnya diangkat akibat penyakit yang diderita, misalnya karena
menderita kanker indung telur,. Kedua diduga karena gaya hidup, seperti
merokok, kebiasaan minum-minuman beralko hol, makanan yang tidak
sehat, dan kurang berolahraga. Ketiga bisa karena pengaruh obat-obatan
seperti obat pelangsing dan jamu-jamuan yang tidak jelas kandungan zat
kimianya, karena pada umumnya dapat menghambat produksi hormon.
Dari segi perubahan fisik penderita menopause dini terlihat dari keluhan
yang mereka alami, yaitu osteoporosis dan penyakit jantung coroner yang
datang lebih cepat.
25

7. Batasan usia menopause


Usia menopause setiap wanita bervariasi, dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor keturunan, apabila ibu kandung mengalami
menopause di usia 40 tahun kemungkinan si anak juga akan mengalami
menopause di usia tersebut (Mulyani, 2013). Menopause adalah berhentinya
menstruasi secara alami yang terjadi pada wanita antara 45-55 tahun
(Chaturvedi, 2016). Pendapat lain mengatakan, usia menopause biasanya
berkisar antara 45-55 tahun. Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun
disebut menopause premature, sedangkan menopause yang terjadi pada usia
45 tahun disebut menopause dini (Krishna, 2013).

8. Tahap-tahap menopause
Menurut Mulyani (2013), fase klimakterium ada 4, yaitu :
a. Pramenopause
Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan
perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relatif
banyak serta kadang-kadang disertai nyeri haid.
b. Perimenopause
Fase peralihan antara masa pramenopause dan pasca menopause
yang ditandai dengan siklus menstruasi menjadi lebih panjang.
c. Menopause
Masa menopause menandakan haid terakhir yang diakibatkan
menurunnya fungsi hormone esterogen dalam tubuh.
d. Postmenopause
Pascamenopause terjadi setelah masa menopause. Biasanya
keadaan fisik dan psikologisnya sudah stabil karena sudah dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan hormonalnya.
9. Hormone yang berperan dalam menopause
Hormon merupakan pembawa pesan kimia yang dilepaskan dalam
system peredaran darah yang akan mempengaruhi organ yang ada di seluruh
tubuh. Hipotalamus akan mengontrol menstruasi dengan mensekresikan
26

hormone gonadotropin ke kelenjar pituitary. Selama masa reproduksi kelenjar


pituitary akan merespon dengan memproduksi dua hormon, yaitu follicle-
stimulating hormone (FSH) dan leutenizing hormone (LH). Hormon ini akan
menentukan jumlah hormon estrogen dan progesterone yang dihasilkan oleh
ovarium atau indung telur (Guyton, 2011).
Hormon FSH akan merangsang produksi ovum atau sel telur dan
hormone LH akan merangsang untuk terjadinya ovulasi atau pelepasan sel
telur. Ketika akan mendekati masa menopause maka ovulasi akan semakin
jarag terjadi. Hal ini yang menyebabkan menstruasi menjadi tidak teratur dan
tidak menentu sampai pada akhirnya sama sekali berhenti. Sehingga untuk
mengimbanginya maka tubu akan lebih banyak untuk mensekresikan
hormone FSH dan LH agar mampu merangsang produksi ovum atau sel telur
(Guyton, 2011).
Hormon estrogen bertanggung jawab atau juga ikut terlibat dalam
mempertahankan suhu tubuh. Hal ini yang juga banyak menyebabkan banyak
wanita yang mengalami hot flush ketika kadar hormone estrogen dalam tubuh
menurun. Penurunan hormon progesteron selama masa menopause akan
menyebabkan timbulnya rasa gelisah, depresi, mudah tersinggung atau marah,
libido menjadi rendah, dan bertambahnya berat badan (Guyton, 2011).
10. Tanda dan gejala menopause
Adapun tanda gejala pada wanita yang mengalami menopause
menurut (Bong, Mudayatiningsih 2019), antara lain :
a. Rasa panas (hot flushes)
Gejala ini akan dirasakan dari dadi hingga ke wajah. Selain terasa
panas, biasanya juga disertai dengan ada warna kemerahan pada kulit.
b. Berkeringat di malam hari (night sweat)
Kondisi ini merupakan dari rasa panas pada malam hari, sehingga
seringkali menimbulkan berupa keringat yang banyak.
c. Kekeringan di vagina (dryness vagina)
27

Kondisi ini dikarenakan menurunnya hormone esterogen yang


menyebabkan dinding vagina menjadi tipis, dan dapat membuat rasa
tidak nyaman atau ssakit saat melakukan hubungan seksual.
d. Insomnia
Tingkat esterogen yang lebih rendah dapat mempengaruhi
kualitas tidur. Keringat berlebih dimalam hari jga dapat menimbulkan
ketidak nyamanan, sehingga menimbulkan masalah insomnia.
e. Penurunan libido
Penurunan libido ini dikarenakan menurunnya hormone
esterogen dan hormone seks, sehingga gairah seksual juga menrun.
Serta diperparah dengan rasa tidak nyaman atau nyeri, karena vagina
kering.

f. Rasa sakit ketika melakukan hubungan seksual


Kondisi ini disebabkan keringnya vagina, sehingga
menimbulkan rasa nyeri atau tidak nyaman.
g. Beser (inontinene urinary)
Stress inkontinensia dapat menjadi masalah, yang disebabkan
penipisan jaringan dan hilangnya elastisitas. Kondisi ini juga dapat
dipengaruhi oleh berkurangnya kapasitas kandung kemih, yang berarti
perlu buang air kecil lebih seering. Ada juga peningkatan resiko
infeksi saluran kemih.
h. Sakit kepala
Gejala pada seorang wanita yang akan mengalami menopause
salah satunya yaitu sakit pada tubuh atau nyeri karena tingkat estrogen
yang rendah.
i. Daya ingat menurun
Gejala pada seorang wanita yang akan mengalami menopause
salah satunya yaitu sakit pada tubuh atau nyeri karena tingkat estrogen
yang rendah.
j. Mudah tersinggung
28

Keadaan ini disebabkan oleh menurunnya hormon estrogen


sehingga wanita akan lebih mudah marah dan tertekan.
11. Factor yang mempengaruhi menopause
Adapun faktor yang mempengaruhi menopause menurut Mulyani
(2013) sebagai berikut :
a. Faktor Psikis
Keadaan psikis sangat mempengaruhi terjadinya menopause
pada wanita, keadaan wanita yang tidak menikah dan bekerja akan
mempengaruhi perkembangan psikis. Menurut beberapa penelitian,
mereka akan mengalami waktu menopause yang lebih mudah atau
cepat di bandingkan yang menikah dan tidak bekerja atau bekerja dan
tidak menikah.

b. Cemas
Seorang perempuan lebih cenderung mengalami kecemasan
dalam hidupnya, maka bisa di perkirakan bahwa dirinya akan
mengalami menopause lebih dini. Sebaliknya, apabila seorang wanita
yang lebih santai dan rileks dalam menjalani hidup biasanya masa-
masa menopausenya akan lebih lambat.
c. Usia pada saat pertama haid (menarche)
Wanita yang mendapatkan menstruasi pada usia 16 atau
17 tahun akan mengalami menopause lebih dini, sedangkan wanita
yang menstruasi lebih dini seringkali akan mengalami menopause
sampai pada usia mencapai 50 tahun.
d. Usia Melahirkan
Ketika seorang wanita yang masih melahirkan diatas usia 40
tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau lama. Hal
ini disebabkan karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat
sistem kerja organ reproduksi bahkan memperlambat sistem penuaan
tubuh.
e. Merokok
29

Menurut beberapa studi yang pernah dilakukan, wanita


perokok akan mengalami masa menopause pada usia yang lebih muda
yaitu 43 hingga 50 tahun. Merokok akan mempengaruhi cara tubuh
dalam memproduksi atau membuang hormon estrogen. Penelitian
meyakini bahwa komponen tertentu dari rokok berpotensi membunuh
sel telur.
f. Pemakaian Kontrasepsi
Pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal
akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause.
g. Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan,
dan pendidikan. Apabila faktor tersebut baik, akan mengurangi beban
fisiologis dan psikologis.
h. Budaya dan Lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan dibuktikan sangat
mempengaruhi perempuan untuk dapat atau tidak bisa menyesuaikan
diri dengan fase klimakterium.
i. Diabetes
Diabetes merupakan salah satu penyakit autoimun yang dapat
menyebabkan menopause dini. Pada penyakit autoimun, antibodi yang
terbentuk akan menyerang FSH.
j. Status Gizi
Konsumsi makanan yang sembarangan ataupun pola hidup
yang tidak sehat akan mempengaruhi menopause lebih awal.
k. Stres
Stres merupakan salah satu faktor yang menentukan kapan
wanita akan mengalami menopause. Jika sering merasa stres maka
cenderung akan lebih cepat mengalami menopause.

12. Penyakit yang terjadi pada saat menopause


30

Menurut Mulyani (2013) dan Fox-Spencer & Brown (2007) banyak wanita
melewati menopause tanpa perlu nasihat atau pengobatan medis untuk
menghilangkan gejala-gejalanya. Akan tetapi, perubahan kadar hormon,
khususnya hormon estrogen dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi di
kemudian hari. Komplikasi yang dapat terjadi pada wanita usia menopause
menurut diantaranya:
a. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit serius yang berpotensi terjadi di mana
kepadatan tulang menjadi berkurang sehingga menyebabkan tulang menjadi
lemah dan mudah patah. Faktor risiko osteoporosis yang paling penting pada
wanita adalah menopause dan hal ini secara langsung berkaitan dengan
penurunan kadar estrogen yang terjadi pada saat menopause. Hormon
estrogen yang dihasilkan oleh ovarium membantu mengontrol regenerasi
tulang. Pada masa menopause, produksi hormon estrogen menurun sehingga
menyebabkan tulang menjadi mudah keropos.

b. Penyakit Kardiovaskuler
Risiko wanita terkena penyakit kardiovaskuler mulai meningkat secara
signifikan setelah mengalami menopause. Hal ini dikarenakan penurunan
kadar estrogen meningkatkan tekanan darah dan berat badan yang
mengakibatkan pembuluh darah yang mengalir ke jantung tidak bergerak
dengan baik. Selain itu terjadi peningkatan kadar LDL (kolesterol jahat)
sehingga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
c. Penyakit Kanker
Pada usia menopause, risiko terkena kanker menjadi meningkat. Hal
ini disebabkan turunnya beberapa fungsi organ tubuh dan beberapa hormon
lainnya sehingga menurunkan ketahanan tubuh terhadap penyakit kanker
payudara, kanker serviks, maupun kanker endometrium.
d. Obesitas
Menopause sering kali dijadikan sebagai penyebab peningkatan berat
badan, hal ini disebabkan karena berkurangnya kemampuan tubuh untuk
31

membakar energi akibat menurunnya efektivitas proses dinamika fisik pada


umumnya. Setelah menopause kelebihan lemak akan disimpan di sekitar
panggul dan paha yang menyebabkan bentuk butuh wanita seperti buah apel.
e. Asam Urat
Asam urat merupakan hasil metabolisme tubuh oleh salah satu unsur
protein (zat purin), yang kestabilan kadar dan pembuangan sisanya melalui air
seni diatur oleh ginjal. Penyakit asam urat yang dikenal dengan penyakit gout
terjadi karena penimbunan kristal monosodium urat dalam tubu sehingga
menyebabkan nyeri sendi, benjolan-benjolan pada bagian tubuh tertentu, dan
gangguan pada saluran kemih.
f. kencing manis
Hormon estrogen dan progesteron mempengaruhi kinerja sel-sel tubuh
dalam merespon insulin. Setelah memasuki masa menopause, kedua hormon
tersebut bisa saja mengalami ketidakseimbangan dan mempengaruhi kadar
gula dalam darah. Jika kadar gula tidak dapat dikontrol, akan meningkatkan
risiko penderitanya mengalami peningkatan kadar gula darah.
g. Demensia (pikun)
Hubungan antara menopause dan masalah memori tidak sepenuhnya
jelas, tetapi hormon estrogen memainkan beberapa peran dalam fungsi otak.
Penurunan hormon estrogen akan mengakibatkan berkurangnya
neurotransmitter pada otak yaitu serotonin, endorphin, dan dopamin.
Penurunan kadar neurotransmitter tersebut dapat mengakibatkan penurunan
daya ingat dan suasana hati sering berubah-ubah.
13. Penanganan menghadapi menopause
Menurut Pinem (2009) secara garis besar, terdapat dua cara penanganan
dalam menghadapi menopause, yaitu terapi hormonal dan terapi non-hormonal.
a. Terapi Hormonal (Terapi Sulih Hormon/TSH)
Terapi hormon yang biasa digunakan pada wanita menopause adalah
sulih estrogen, karena gejala menopause disebabkan oleh defisiensi estrogen.
Terapi sulih hormon terdapat dalam beberapa jenis sediaan seperti tablet,
32

plester (patch), implan, semprot hidung, cincin vagina, gel, dan krim atau
tablet vaginal.
b. Terapi Non-hormonal
Rasa kurang nyaman dalam menghadapi menopause akan semakin
terasa berat bila wanita dalam kondisi takut atau cemas. Terdapat beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk membantu wanita lebih siap dalam
menghadapi masa menopause, diantaranya:
1) Teknik Relaksasi
Relaksasi seperti meditasi dan yoga merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk mengurangi stres, kekalutan emosi, dan
mengurangi berbagai gangguan fisiologi dalam tubuh. Melakukan
relaksasi sangat menguntungkan terutama bagi wanita yang mengalami
sindrom menopause karena dapat memberikan rasa tenang dan terhindar
dari rasa panik.
2) Menjaga pola makan
Pola makan yang dianjurkan untuk wanita yang mendekati usia
tengah baya diantaranya adalah menghindari makanan berlemak,
mengurangi asupan garam untuk mengurangi kemungkinan tekanan darah
tinggi, serta meningkatkan asupan serat yang akan melindungi dari
berbagai penyakit seperti diabetes dan kanker.
3) Olahraga teratur
Olah raga ringan seperti bersepeda, berenang, atau berlari dapat
menjaga jantung tetap sehat sehingga menurunkan risiko terkena penyakit
kardiovaskular, selain itu olah raga juga dapat membantu mempertahankan
bahkan meningkatkan massa tulang sehingga dapat mencegah
osteoporosis.
C. Tinjaun Umum Tentang Dukungan Keluarga
1. Pengertian Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota
keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasehat yang mampu membuat
penerima dukungan akan merasa di sayang, dihargai dan tentram. Dukungan
33

ini merupakan sikap atau tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita
yang sakit. Menurut Effendi, 2008 dalam (Luthfiyaningtyas, 2016).
Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung
akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang di perlukan.
Dukungan keluarga yang di terima salah satu anggota keluarga dari dari
anggota keluarga yang lainnya dalam rangka menjalangkan fungsi-fungsi yang
terdapat dalam sebuah keluarga.
2. Jenis- jenis dukungan keluarga
a. Dukungan instrumental
Keluarga meruapakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.
Dukungan instrumental merupakan dukungan yang diberikan keluarga
kepada anggota keluarga lain yang ditunjukan dalam bentuk pemberian
dana,tenaga dan fasilitas bagi anggota keluarga. Dukungan keluarga .
dukungan instrumental termasuk dalam pemenuhan fungsi ekonomi dan
fungsi pemenuhan kesehatan keluarga.
b. Dukungan informatif
Keluarga berfungsi sebuah kolektor dan diseminator (penyebar
informasi). Dukungan informatif merupakan suatu dukungan yang
diberiakan oleh keluarga kepada anggota keluarga yang lain dalam hal
pemberian saran dan sugesti untuk menyelesaikan suatu masalah. Manfaat
dari dukungan informasi adalah menekan munculnya stressor karena
informasi yang diberiakan dapat menyubang sugesti positif pada individu.
Aspek – aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran,
pertunjuk, dan pemberian informasi.
c. Dukungan Penghargaan

Dukungan penghargaan yaitu ungkapan hormat atau penghargaan,


persetujuan akan gagasan dan perasaan individu penerima dukungan dari
luar. Dukungan penghargaan kepada wanita memasuki masa pre
menopause dapat dilihat dari:
1) Keluarga memberi penghormatan sehingga wanita tersebut
merasa dihargai
34

2) Keluarga memberi dorongan sehingga wanita tersebut bisa


percaya diri.
d. Dukungan emosional.
Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penggusahan terhadap emosi. Dukungan
emosional merupakan bentuk dukungan yang diberiakan keluarga kepada
angot a keluarga yang lain merupakan perhatia, kasih sayang, dan empati.
Dukungan emosional merupakan fungsi efektif keluarga yang harus
diberikan kepada seluru anggota keluarga (Luthfiyaningtyas, 2016).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
a. Sosial
Manusia adalah mahluk sosial, dimana dalam kehidupan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain, individu yang berinteraksi
kontinyu akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan
sosial juga mempengaruhi hubungan individu sebagai komunikasi untuk
untuk menerima pesan menurut komunikasi media. Dengan demikian
hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang
tentang suatu hal.
b. Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, keluarga
dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi dibandingkan dengan
keluarga status ekonomi lemah. Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan
akan informasi yang termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan
bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan tentang berbagai hal.
c. Budaya
Berbagai wilayah Indonesia terutama di dalam masayarakat yang
masih tradisional kaum wanita tidak sederajat dengan kaum pria.
Anggapan seperti ini mempengaruhi kelakuan keluarga terhadap kesehatan
reproduksi wanita, misal: kualiatas dan kuantitas makanan yang lebih baik
dibanding wanita.
d. Lingkungan
35

Adanya kesadaran, sikap, praktik kelestarian lingkungan intern


keluarga, lingkungan ekstern keluarga, pola hidup keluarga mrnuju
keluarga kecil bahagia sejaterah.

e. Sikap
Bila keluarga mempunyai sikap yang positif terhadap wanita pre
menopause maka, akan dapat melakukan pendampingan dengan baik.
f. Umur
Umur merupakan salah satu salah satu hal yang mempengaruhi
pengetahuan. Semakin tinggi umur semakin bertambah pula ilmu atau
pengetahuan seseorang.
g. Pengetahuan
Bila keluarga mempunyai pengetahuan dengan baik maka akan
dapat mengindra suatu keadaan dimana kehadiran sangat sangat diperlukan
dalam pendampingan pada wanita pre menopause dalam menghadapi masa
menopause.

h. Pendidikan
Tingkat pendidikakan akan mempengaruhi wawasan dan
pengetahuan keluarga pada wanita pre menopause.

4. Ciri-ciri dukungan keluarga


a. Informatif
Bantuan informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh
seseoarang dalam menangulangi persoal – persoal yang dihadapi, meliputih
pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang
dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain yang
mungkin mengahadapi persoal yang sama atau hampir sama.
b. Perhatian emosinal
36

Setiap orang pasti membutuhkan bantuan efektif dari orang lain,


dukungan ini berupakan dukungan simpati dan empati, cinta, dan kepercayaan
dan penghargaan. Dengan demikian seseorang yang menghadapi persoalan
merasa dirinya tidak menanggu beban sendiri tetapi masi ada orang lain yang
memperhatikan, mau mendengar, segala keluhanya, bersimpati dan empati
tehadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan
masalah yang dihadapi seseorang tersebut.
c. Bantuan instrumental
Bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam
melakukan aktifitasnya, bekaitan dengan persoalan-persoalan yang hadapinya,
misal dengan menyediakan obat-obatan yang di butuhkan dan lain-lain.
d. Bantuan penilaian
Suatu bentuk penghargaan yang di berikan seseorang kepada pihak lain
berdasarkan kondisi sebenarnya dan penderita. Penilaian ini bisa dalam bentuk
positif dan negatif yang nama pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang
(Luthfiyaningtyas, 2016).

D. Tinjauan Umum Tentang Kecemasan


1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir


yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Banyak hal
yang harus dicemaskan, misalnya kesehatan, relasi sosial, ujian, karir, kondisi
lingkungan dan sebagaianya. Adalah normal, bahkan adaptif, untuk sedikit
cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut. Kecemasan bermanfaat bila hal
tersebut mendorong untuk melakukan pemeriksaan medis secara reguler atau
memotivasi untuk belajar menjelang ujian. Kecemasan adalah respon yang
tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila
tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau sepertinya datang
tanpa ada penyebabnya – yaitu bila bukan merupakan respon terhadap
37

perubahan lingkungan. Pada dasarnya, kecemasan merupakan hal wajar yang


pernah dialami oleh setiap manusia. Kecemasan sudah dianggap sebagai
bagian dari kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu perasaan yang
sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan
kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya (Sutardjo A.
Wiramihardja, 2017).

Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fitri Fauziah & Julianti Widuri,
2007:73) kecemasan adalah respon terhadap situasi tertentu yang
mengancam, dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
perkembangan, perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah
dilakukan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup. Kecemasan
adalah reaksi yang dapat dialami siapapun. Namun cemas yang berlebihan,
apalagi yang sudah menjadi gangguan akan menghambat fungsi seseorang
dalam kehidupannya.

Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat diatas bahwa


kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi tertentu yang sangat
mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan karena adanya
ketidakpastian dimasa mendatang serta ketakutan bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi.

Salah satu gejala yang dialami oleh semua orang dalam hidup adalah
kecemasan. Kecemasan adalah ke khawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik kecemasa berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap bahaya.
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart.
2013).
Cemas adalah emosi dan merupakan pengalam subjektif individual
yang di komunikasikan secara interpersonal, mempunyai kekuatan tersendiri
dan sulit untuk di observasi secara langsung (Nursalam. 2017).
2. Aspek – aspek kecemasan
38

Aspek-aspek Kecemasan Menurut Nolen-Hoeksema (2004)


terdapat empat aspek kecemasan:
a. Somatic symptoms
Berhubungan dengan bagian tubuh, dengan indikator, yaitu
merinding, tekanan otot, detak jantung meningkat, pernafasan
meningkat, pernafasan mendalam, limpa kecil berkontraksi,
pembuluh darah membesar, liver mengeluarkan karbohidrat, paru-
paru melebar, pupil membesar, mengeluarkan banyak keringat,
adrenalin mengeluarkan cairan, zat kimia perut hanya sedikit, air
liur berkurang, dan kandung kemih berelaksasi.
b. Behavioral symptom
Menghindar dari segala situasi karena ketakutan, dengan
indikator, yaitu melarikan diri, menghindar, menyerang, kaku,
respon terhadap selera berkurang, dan respon antipati meningkat.
c. Emotional symptoms
Merupakan rasa ketakutan dan kewaspadaan, dengan
indikator, yaitu rasa takut, ancaman, kurang istirahat, dan mudah
marah.
d. Cognitive symptoms
Rasa khawatir yang tidak nyata dan sesuatu yang buruk
akan terjadi, dengan indikator, yaitu harapan akan kekerasan,
memperbesar bahaya, bermasalah dalam konsentrasi, terlalu
waspada, khawatir dan suka termenung, ketakutan akan kehilangan
kendali, ketakutan akan kematian, dan rasa ketidaknyataan.

3. Tanda-tanda cemas.
Menurut Stuart dan Stundeen (2003) dalam Priyoto (2015), efek
terhadap respons cemas dapat di ketahui dari hal-hal berikut :
e. Fisiologis
Muncul dalam keadaan mulut kering, tangan dan kaki dingin, diare,
sering kencing, nadi cepat, tensi meningkat, ketegangan otot, sukar
39

bernapas, berkeringat, pupil mata, anoreksia, kontipasi, sakit kepala,


penglihatan kabur, mual muntah, dan gangguan tidur.
f. Perilaku
Gelisah, tremor, mudah terkejut, bicara cepat, aktivitas gerakan
kurang terkoordinasi atau gerakan tidak menentu seperti gemetar , serta
perasaan tegang yang berlebihan.
g. Kognitif
Tidak mampu memusatkan perhatian atau konsentrasi, persepsi
menyempit atau kreativitas menurun, sering kali memikirkan tentang
malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi.
4. Jenis-jenis kecemasan
Freund membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu :
a. Kecemasan Realitas atau objektif (Reality or Objectiveanxiety)
Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap
bahaya yang mengancam didunia nyata. Kecemasan seperti ini misalnya
ketakutan terhadap kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatang
buas. Kecemasan ini kita untuk berperilaku bagaimana mengadapi bahaya.
Tidak jaranf ketakutan yang bersumber pada realitas ini terjadi ekstrim.
Seseorang dapat menjadi sangat takut untuk keluar rumah karena takut
kecelakaan pada dirinya atau takut menyalakan korek api karena takut
terjadi kebakaran.
b. Kecemasan Neorosis (Neorotic Anxiety)
Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa keci, pada konflik
antara pemuasan instigual dan realitas. Pada masa kecil, terkadang
beberapa kali seorang anak mengalami hukuman dari orangtua akibat
pemenuhan kebutuhan isnting seksual dan agresif. Anak biasanya di
hukum karena secara berlebihan mengekspresikan implus seksual atau
agresifnya itu, kecemasan atau ketakutan untuk itu berkembang karena
adanya harapan untuk memuaskan implus tetentu. (Hawari. 2013).
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
40

Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara Id dan


superego. Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu
sendiri. Ketika individu termotivasi mengekspresikan implus instigual
yang berlawanan dengan nilai normal yang termasuk dalam super ego
individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah. Pada kehidupan
sehari-hari ia akan menemukan diriya sebagai “Concienci stricken”.
Kecemasan moral menjelaskan bagaimana berkembangnya superego.
Biasanya individu dengan kata hati yang kuat dan akan mengalami konflik
yang lebih hebat dari pada individu yang mempunyai kondisi toleransi
moral yang lebih longgar. Seperti kecemasan neorosis, kecemasan lebih
longgar.anak-anak akan di hukum bila melanggar aturan yang di tetapkan
orang tua mereka . orang dewasa juga akan mendapatkan hukuman jika
melanggar norma yang ada di masyarakat. Rasa malu dan perasaan
bersalah menyertai kecemasan moral.
Dapat di katakan bahwa yang menyebabkan kecemasan adalah kata
individu itu sendiri. Freud mengatakan bahwa superego dapat memberikan
balasan yang setimpa karena pelanggaran terhadap aturan moral.apaun
tipenya, kecemasan merupakan suatu tanda peringatan kepada individu.

5. Tingkat Kecemasan
Menurut Carpenito, (2013), tingkat kecemasan terbagi atas:
a. Kecemasan ringan
Waspada, persepsi dan perhatian meningkat, gerakan mata,
ketajaman pendengaran bertambah, kesadaran meningkat, mampu mengatasi
situasi bermasalah.
b. Kecemasan sedang
Berfokus pada dirinya, menurunnya perhatian terhadap lingkungan,
persepsi menyempit, secara elektif dapat mengarahkan perhatian, sedikit
41

lebih sulit untuk berkonsentrasi, memandang pengalaman saat ini dengan


arti masa lalu.
c. Kecemasan berat
Perubahan pola pikir, ketidakselera pikiran, tindakan dan perasaan,
lapang presepsi penyempit, belajar sangat terganggu, mudah mengalihkan
perhatian, tidak mampu berkonsentrasi, memandang pengalaman ini dengan
arti masa lalu, tidak mampu memahami situasi saat ini, komunikasi sulit di
pahami, hiperventilasi, takikardia, pusing dan mual.
d. Kecemasan panik dari kecemasan
Ketidakmampuan memahami situasi, respon tidak dapat diduga,
aktivitas motorik yang tidak menentu, persepsi menyimpang, berfokus pada
hal-hal yang tidak jelas, tidak dapat mengintegrasikan pengalaman, hilang
kemampuan mengingat, komunikasi tidak dapat di pahami, muntah dan
merasa mau pingsan.
6. Gejala-gejala Kecemasan
Kecemasan juga memiliki karakteristik berupa munculnya perasaan
takut dan kehati-hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas dan tidak
menyenangkan. Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada
masing-masing orang (Fitri Fauziah & Julianti Widury, 2007:74)
Kholil Lur Rochman, (2010) menyebutkan bahwa takut dan cemas
merupakan dua emosi yang berfungsi sebagai tanda akan adanya suatu
bahaya. Rasa takut muncul jika terdapat ancaman yang jelas atau nyata,
berasal dari lingkungan, dan tidak menimbulkan konflik bagi individu.
Sedangkan kecemasan muncul jika bahaya berasal dari dalam diri, tidak jelas,
atau menyebabkan konflik bagi individu. Kecemasan berasal dari perasaan
tidak sadar yang berada didalam kepribadian sendiri, dan tidak berhubungan
dengan objek yang nyata atau keadaan yang benar-benar ada. Beberapa
gejala-gejala dari kecemasan antara lain :
a. Ada saja hal-hal yang sangat mencemaskan hati, hampir setiap kejadian
menimbulkan rasa takut dan cemas. Kecemasan tersebut merupakan bentuk
ketidakberanian terhadap hal-hal yang tidak jelas.
42

b. Adanya emosi-emosi yang kuat dan sangat tidak stabil. Suka marah dan sering
dalam keadaan exited (heboh) yang memuncak, sangat irritable, akan tetapi
sering juga dihinggapi depresi.
c. Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, delusi, ilusi, dan delusion of persecution
(delusi yang dikejar-kejar).
d. Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan terasa sangat lelah, banyak
berkeringat, gemetar, dan seringkali menderita diare.
e. Muncul ketegangan dan ketakutan yang kronis yang menyebabkan tekanan
jantung menjadi sangat cepat atau tekanan darah tinggi.
1. Faktor-faktor Penyebab Kecemasan
Zakiah Daradjat dan Kholil Lur Rochman, (2010). mengemukakan
beberapa penyebab dari kecemasan yaitu :
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
terlihat jelas didalam pikiran
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula
menyertai gejala-gejala gangguan mental, yang kadang-kadang terlihat
dalam bentuk yang umum.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk.
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
dengan apapun yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang
mempengaruhi keseluruhan kepribadian penderitanya.
2. Jenis Jenis Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan
didalam dirinya sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsangan
dari luar (Pedak Mustamir, 2009) membagi kecemasan menjadi tiga jenis
kecemasan yaitu :
a. Kecemasan Rasional
Merupakan suatu ketakutan akibat adanya objek yang memang
mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian.Ketakutan ini
43

dianggap sebagai suatu unsur pokok normal dari mekanisme pertahanan


dasariah kita.
b. Kecemasan Irrasional
Yang berarti bahwa mereka mengalami emosi ini dibawah keadaan
keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan Fundamental
Kecemasan fundamental merupakan suatu pertanyaan tentang siapa
dirinya, untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya
berlanjut. Kecemasan ini disebut sebagai kecemasan eksistensial yang
mempunyai peran fundamental bagi kehidupan manusia.
3. Dampak Kecemasan
Rasa takut dan cemas dapat menetap bahkan meningkat meskipun
situasi yang betul-betul mengancam tidak ada, dan ketika emosi-emosi ini
tumbuh berlebihan dibandingkan dengan bahaya yang sesungguhnya, emosi
ini menjadi tidak adaptif. Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai
dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat
menimbulkan penyakit penyakit fisik (Semiun Yustinus, 2006). membagi
beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya
hukuman dan bencana yang mengancam dari suatu sumber tertentu yang
tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan tidak bisa tidur, dan
dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada
individu mengenai hal-hal yang tidak menyenangkan yang mungkin
terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-masalah real
yangada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif,
dan akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motor
44

Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang,


gugup, kegiatan motor menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari
kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap suara yang terjadi secara
tiba-tiba. Simtom motor merupakan gambaran rangsangan kognitif yang
tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari
apa saja yang dirasanya mengancam.
E. Hubungan Dukungan Keluarga Pada Wanita Premenopause Dengan Tingkat
Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Menopause.
Dukungan keluarga menjadi seorang wanita yang menghadapi masa
menopasue menjadi sanggat berharga dan menambah ketentaraman hidup.
Dukungan keluarga merupakan dukungan yang diteriman individu dari orang yang
berada dalam lingkungan keluarga seperti suami, anak dan orang tua sehingga
individu tersebut mersa diperahatikan, diharga dan dicintai. Dukungan keluarga
meliputi emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan
informatif. Manfaat dukungan keluarga yaitu menjadi seorang wanita yang
menghadapi masa menopause lebih nyaman. ( Tri Mistina, 2017)
Sedangka Dukungan sosial dapat diartikan sebagai sejauh mana individu
memandang bahwa orang-orang peduli terhadap dirinya dan bahwa orang-orang
tersebut mengekspresikan kepedulian mereka dengan menyediakan bantuan dan
juga saling memiliki perasaan terhubung atau memiliki ikatan sosial (Sirgy, 2017).
Dengan adanya dukungan sosial individu akan merasa dirinya berharga, dicintai
dan menjadi bagian dari komunitas. Dukungan sosial wanita menopause dapat
diperoleh baik dari keluarga khususnya suami dan anak maupun dari teman atau
komunitas (Siregar, 2018). Dukungan sosial termasuk faktor eksternal yang dapat
memengaruhi kualitas hidup wanita menopause. Bentuk dukungan tersebut dapat
berupa memberikan saran, informasi dan membantu meringankan keluhan-keluhan
yang dialami wanita menopause. Selain itu juga dapat berempati dan memberikan
semangat sehingga wanita menopause tidak merasa sendiri dan keluhan yang
terjadi.
F. Kerangka Teori

Premenopause Fase-fae menopause

1. Premenopause
2. Menopause
3. Pascamenopause
45

Masalah

Perubahan fisik yang terjadi saat


menopause
Kecemasan
1. Jantung berdebar-debar
2. Perubahan mulut
3. Perubahan kulit
Tinggkat kecemasan

1. Kecemasan
ringan Perubahan psikologi yang terjadi
2. Kecemasan saat menopause
sedang 1. Kecemasan
3. Kecemasan 2. Stres yang berkepanjangan
berat/panik 3. Emosional

Faktor yang
mempengaruhi
kecemasan

1. Dukungan
emosional
2. Dukungan
instrumental
3. Dukungan
informatif
4. Dukungan
G. Kerangka konsep
penilaian
Konsep adalah abstrak dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan, dan
5. Dukungan
membentuk suatu teori yang keterkaitan antar variabel (baik variabel yang diteliti
maupun yang tidak diteliti) (Nursalam, 2017).
Berdasarkan kerangka teori yang telah dibuat, peneliti kemudian membuat
kerangka penelitian yang akan dilakukan jelas, dan tidak keluar dari tema
penelitian. Untuk itu yang menjadi variabel independen (bebas) yaitu hubunga
46

dukungan keluarga dan yang menjadi variabel dependen yaitu kecemasan pada
wanita premenopause.
Berdasarkan kerangka konsep dalam penelitian digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat
Dukungan keluarga
kecemasan

Keterangan :

: Variabel independen

: Variabel Dependen
46

H. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
Variabel independen, sering disebut juga sebagai variabel bebas, variabel
yang mempengaruhi. Variabel bebas juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi
atau nilai yang jika muncul maka akan memunculkan (mengubah) kondisi atau
nilai yang lain. Menurut Tritjahjo Danny Soesilo, variabel Independen
merupakan variabel yang dapat mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen (Surahman, 2018). Variabel
independen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga pada wanita
menopause.
2. Variabel Dependen
Variabel Dependen (variabel terikat) adalah variabel yang secara struktur
berpikir keilmuan menjadi variabel yang disebabkan oleh adanya peru bahan
variabel lainnya. Variabel tak bebas ini menjadi primaryinterest to the
researcher atau persoalan pokok bagi si peneliti, yang selanjutnya menjadi objek
penelitian (Hardani.ddk, 2017) Variabel dependen pada penelitian ini adalah
tingkat kecemasan wanita premenopause.

I. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu penelitian. Berdasarkan
kerangka konsep di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Hipotesis alternatif (Ha)
Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pada wanita premenopause
2. Hipotesis (H0)
Tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kecemasan pada wanita premenopause.
47

BAB III
METODE PENILITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik deskriptif
bertujuan untuk mengetahui dukungan keluarga, tingkat kecemasan dan
hubungan dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi
masa manopause di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala RW 09 Kota
Makassar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross
Sectional dengan melakukan pengukuran pada saat yang bersamaan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh objek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perempuan
yang berusia 40-49 tahun di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala RW 09
Kota Makassar, yang berjumlah 78 jiwa.
2. Sampel
Sampel adalah kumpulan satuan unit yang kita ambil dari
populasi studi dimana pengambilan data atau pengukuran data (Sri, 2019).
Sampel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah wanita yang akan
memasuki masa menopause yang bertempat tinggal Wilayah kerja
Puskesmas Bangkala RW 09 Kota Makassar.

Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan cara


perhitungan statistik yaitu dengan menggunakan Rumus Slovin. Rumus
tersebut digunakan untuk menentukan ukuran sampel dari populasi yang
telah diketahui jumlahnya yaitu sebanyak 78 jiwa Menurut Sugiyono
(2017:81). Untuk tingkat presisi yang ditetapkan dalam penentuan sampel
adalah 5 %.
Rumus Slovin:
𝑛 = 𝑁 / (1+(𝑁 x d2) Dimana:
48

n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
d = presisi 5%
Berdasarkan Rumus Slovin, maka besarnya penarikan jumlah
sampel penelitian adalah
N
n=
N . d 2+1
78
n=
78.5 % 2+1
78
=
78.0,0025+ 1
78
1) = =65 jiwa
1,195
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan
kriteria spsesifik yang telah ditetepkan oleh peneliti. Teknik purposive
sampling adalah salah satu teknik dalam mengambil sampel dengan
tidak berdasarkan random, daerah atau sastra melainkan berdasarkan
atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan tertentu
(Muafira,2018).
4. Kriteria Inklusi Dan Eklusif
a) Adapun kriteria inklusi adalah sebagai berikut:
a. Wanita yang berusia 40-49 tahun yang belum
mengalami menopause.
b. Bertempat tinggal di Kelurahan Bangkala
c. Bersedia menjadi responden
b) Adapun kriteria ekslusif Responden
a. Tidak bisa membaca dan menulis
b. Tidak mengikuti proses penelitian sampai selesai
49

C. Definisi Oprasional

Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Hasil ukur Skala


Independen Operasional ukur ukur
Dukungan Dukungan Lembaran Kuesione Setiap pernyataan Ordinal
keluarga pada keluarga adalah pernayataa r diberikan penilain
wanita hubungan n ini pernyataan positif.
premenopause keberadaan, mengunak Selalu: 4
kesedihan, an skla Sering : 3
kesiapan keluarga likert Jarang :2
untuk memberi terdiri dari Tidak perna : 1
perhatian, 17 Kriteria pernyataan
menyayangi dan peryataan (negatif 3 dan 6
menolong. Sosial alternatif dukungan
dari House jawaban emosional,
(Smet,1994) 1. Selalu : dukungan
dengan aspek: 2. Sering : penghargaan,1
dukungan 3. Jarang : dukungan
informatif, 4. Tidak instrumental,3
dukungan Perna : dukungan
instrumental,duku informatif 3)
ngan emosional Selalu : 1
dan dukungan Sering : 2
penilain Jarang : 3
Tidak Perna: 4

Baik jika > 62%


Tidak baik jika ≤
62%
Tingkat Perasaan Lembaran kusionere Ordinal
50

Kecemasan takut,khawatir  pertanyaan Ringan <10


dalam dalam ini Sedang 10-40
menghadapi menghadapi mengunak Berat > 40
masa menopause an skla
menopause terutama saat likert
mengalami fase terdiri dari
siklus haid 20
yang tidak teratur Pertanyaan
sehingga dengan
menimbulkan gelaja,
perasaan cemas. masing-
masing
diberikan
penilain 0-
1

D. Alat pengumpulan data


1. Alat pengumpulan data
Pengukuran data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden tentang laporan pribadi atau hal-hal yang
diketahui (Nursalam, 2017). Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian
yang pertama yaitu kuesioner demografi, yang kedua kuesioner dukungan
keluarga pada wanita dalam menghadapi masa menopause.
a. Pertama adalah kuesioner demografi yang bersi data-data personal responden,
Pendidikan, pekerjaan.
b. Instrumen dukungan keluarga
Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel dukungan keluarga
yaitu berupa kuesioner yang diadopsi dari penelitian Hartinah, (2020).
Kuesioner dukungan keluarga terdiri dari 17 butir pernyataan, dalam kuesioner
penelitian menggunakan skala Likert. Skala ini terdiri dari empat jawaban,
51

yaitu Selalu, Sering, Jarang , dan Tidak Pernah dalam bentuk pernyataan
positif dan negatif. Untuk pernyataan yang bersifat negative adalah pada
dukungan emosional nomor 3 dan 6, dukungan penghargaan nomor.1,
dukungan instrumental nomor 3 dan dukungan informatif nomor 3. Adapun
pemberian nilainya favorable yaitu jika Selalu memperoleh skor 1, Sering
memperoleh skor 2, Jarang memperoleh skor 3, Tidak Perna memperoleh skor
4. Untuk pernyataan unfavorable pemberian nilainya yaitu Selalu memperoleh
skor 4, Sering memperoleh skor 3, Jarang memperoleh skor 2, Tidak Pernah
memperoleh skor 1.
Menentukan kategori menggunakan rumus Azwar (2012) sebagai
berikut :
Keterangan :
Minimum : 36
Maksimum : 68
𝜇 : mean teoritis = 52,88
𝜎 : besar satuan standar deviasi untuk kategori = 7,516
× : nilai scoring (Azwar, 2012) Atau
× < (𝜇 − 𝜎) = kurang
(𝜇 − 𝜎 ) ≤ × < (𝜇 + 𝜎) = cukup
(𝜇 + 𝜎 ) ≤ × = baik Atau
× < (52,88 − 7,516 ) = kurang
(52,88 − 7,616 ) ≤ × < (52,88 + 7,516)= cukup
(52,88 + 7,516 ) ≤ × = baik
Setelah ditetapkan kriteria seperti diatas maka responden mendapat skor:
< 45 = kurang
45 – 60 = cukup
> 60 = baik

c. Instrument tingkat kecemasan wanita dalam menghadapi menopause

Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel tingkat kecemasan


yaitu berupa kuesioner yang diadopsi dari penelitian Prabandani (2009).
Kuesioner ini terdiri dari 20 pernyataan dimana untuk pernyataan negatif terdiri
dari 4 pernyataan yaitu pernyataan nomor 7,8,14 dan 16. Sedangkan untuk
52

pernyataan positif terdiri dari 16 pernyataan. Kuesioner ini terdiri dari 2 pilihan
jawaban yang dimana untuk pernyataan negatif jika responden menjawab Ya=0
dan jika menjawab tidak=1. Sedangkan jawaban untuk pernyataan positif jika
responden menjawab Ya=1 dan jika menjawab tidak=0.

2. Validitasi dan Reabilitas


c. Uji Validitas
Validitas adalah suatu pengukuran dan pengamatan yang menunjukkan
tingkat kevalidan dan kesaksian suatu instrument dalam pengumpulan data,
suatu instrument yang valid memiliki nilai validitas yang tinggi (Nursalam,
2017). Kuesioner dukungan keluarga tidak dilakukan uji validitas karena sudah
diuji validitas oleh Hartinah (2018) sebanyak 30 orang, hasil dari 23 item
pernyataan menghasilkan 17 item yang valid 6 item yang gugur, hasil keofisien
correlated item-total correlated bergerak antara 0,336 hingga 0,709,
Uji validitas ini dilakukan dengan analisa bukti yaitu skor yang ada pada
bukti dipandang sebagai nilai x dan skor total dipandang sebagai nilai y.
Selanjutnya dihitung dengan korelaksi produkt moment (Notoatmodjo,2005).
Setelah diperoleh harga r xy hasilnya dikonsultasi harga kriktik product moment.
Jika harga r xy >r tabel berarti butir soal valid dengan tingkat kemaknaan 0,05.
Hasil uji coba kuesioner dukungan keluarga pada wanita menopause sebanyak
30 orang, hasil dari 23 item pernyataan menghasilkan 17 item yang valid 6
item yang gugur, hasil keofisien correlated item-total correlated bergerak
antara 0,336 hingga 0,709 (Hartinah,2018). Sedangkan pada kuesioner pada
tingkat kecemasan wanita dalam menghadapi masa menopause dari 25 soal
diperoleh 20 soal valid dan 5 soal tidak valid. Hasil uji validitas terlampir.
d. Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk mengetahui bahwa kuesioner tersebut dapat
dipercaya sebagai alat ukur penelitian. Uji reliabilitas ini menggunakan rumus
sprearman-brown, sebagai berikut (Hidayat,2017)
2 xr xy keterangan :
r 11=
1+r xy
r 11 : reliabilitas instrument
r xy : korelasi product moment belahan
53

Hasil uji reliabilitas pada kuesioner dukungan keluarga pada wanita dalam
menghadapi menopause adalah sebesar 0,9453. Sedangka hasil uji reliabilitas pada
kuesioner tingkatat kecemasan wanita dalam menghadapi menopause adalah sebesar
0,8020. Hasil uji reliabilitas > 0,7 sehingan kuesioner dinyatakan reliabel.
E. Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden berdasarkan
kuesioner yang diberikan kepada responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain
badan/intansi yang secara rutin mengumpulkan data. Data sekunder yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu: data jumlah penduduk wanita di
wilayah kerja Puskesmas Bangkala RW 09 dari Pusat Informasi Kantor
Kelurahan Bangkala Kota Makassar
F. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala RW 09
Kota Makassar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus 2022.
G. Rencana Analisa penelitian
Analisis data diartikan pengupayaan data yang ada dan diolah dalam
bentuk statistik untuk menjawab rumusan masalah yang ada dalam
penelitian (Sujarweni, 2014). Analisa data hasil penelitian dilakukan
dengan menggunakan SPSS versi 22.0 salah satu software yang dapat
digunakan untuk membantu pengolahan, perhitungan, dan analisis data
secara statistik (Sujarweni, 2014). Sumber data pada penelitian terdiri dari 2
sumber yaitu:
1. Analisis Data
a) Analisa Univariat
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa
univariate atau biasa juga di sebut analisis deskriptif untuk
54

menjelaskan atau mendekripsikan karakteristik responden dan variabel


yang diteliti (Notoatmodjo, 2018).
b) Analisa Bivariat
Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan
variabel dependen. Dalam analisa ini dilakukan pengujian statistik dan
chi square dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan
dukungan keluarga pada wanita premenopaouse dengan tingkat
kecemasan pada masa menopause di Wilayah Kerja Puskesmas
Bangkala RW 09 Kelurahan Bangkala Kota Makassar.
H. Etika Penelitian
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut
1. Informed Consent
Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan di
teliti yang memenuhi kriteria inklusi dan di sertai judul penelitian dan
manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak memaksa dan
tetap menghormati hak-hak subjek.
2. Anomity (tanpa nama)
Dalam penelitian akan di jamin kerahasiaannya data dari responden
dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Setiap orang memiliki hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi dalam memberikan
informasi. Oleh sebab itu peneliti tidak boleh menampilkan informasi
mengenai identitas dan kerahasiaan subjek. Peneliti cukup menggunakan
coding sebagai pengganti identitas pasien. (Mensius Darus, 2018).
55

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasih Penelitian


Puskesmas Bangkala mulai berdiri sendiri pada tahun 2013. Puskesmas
bangkala berada di Wilayah Kecamatan Manggala, dengan Wilayah Kerja pada
Kelurahan Bangkala, luas wilayah sekita 2,812,06 ha.
Batas Wilayah :
a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Antang
b. Sebelah Timur : Berbatasan dengan kelurahan Tamangapa
c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Gowa
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kelurahan Borong
Puskesmas Bangkala memiliki fasilitas dan sarana pelayanan maupun
penunjang yang baik pada suatu lokasi, Puskesmas Bangkala sebagai unit Teknis
Dinas Kesehatan Kota Makassar yang bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Bangkala serta berperan
menyelenggaarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan
yang optimal.
Kelurahan Bangkala adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Manggala,
Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan. Yang terletak di jalan Tamangapa
Raya dengan luas wilaya : ±73.71.12.002 km2 yang batas wilayahnya sebagai
berikut : sebelah Utara Berbatasan dengan Kelurahan Bitoa, sebalah Selatan
Berbatasan Kelurahan Bangkala, sebalah barat Berbatasan Kelurahan Batua dan
Kelurahan Borong dengan kode pos: 90235 dan Tititk koordinat:
5.10155.11928282.Di kelurahan Bangkala. (TribunNews Network.2022)
Hal yang menjadi alasan peneliti memilih kelurahan Bangkala sebagai
tempat penelitian dikarenakan banyak usia wanita 40 – 49 di wilayah tersebut,
sehingga peneliti memilih Kelurahan Bangkala untuk di lakukan penelitian
tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan dalam
menghadapi masa menopause.
56

B. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala RW
09 Kecamatan Manggala Kota Makassar pada 09 Agustus sampai dengan 08
September 2022 dengan jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 65
responden yang merupakan wanita premenopause. Dengan mengunakan
rancangan penelitian analitik deskriptif dimana responden akan minta untuk
mengisi kuesioner tentang dukungan keluarga dan tingkat kecemasan. Hasil
penelitian ini di sajikan secara berurutan yaitu dengan analisis univariat dan
bivariat, selanjutnya dilakukan pembahasan tehadap hasil penelitian.
1. Karakteristik Responden
Adapun karakteristik sampel penelitian berdasarkan usia, siklus haid,
status responden, usia ketika menikah, usia pertama kali melahirkan,
usia terakhir kali melahirkan, pendidikan terakhir, pekerjaan, jumlah
anak dan status tempat tingal.
a. Usia
Tabel 4.1. karakteristik responden berdasarkan usia pada wanita
yang menghadapai menopause di Wilaya Kerja Pusekesmas
Bangkala RW 09 Kota Makassar.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden Wanita
Premenopause Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala RW
09
USIA Frequenc Percent Valid Cumulative
RESPONDEN y Percent Percent
40-45 38 58,5 58,5 58,5

46-49 27 41,5 41,5 100,0

Total 65 100,0 100,0

Sumber : data primer 2022


Berdasarkan tabe 4.1 Di atas karaktersitik responden menurut umur yang
tebanyak pada usia 40 - 46 yaitu 38 responden (58,5%) di badingkan usia 46
– 49 dengan respoden 27 (41,5%).
57

2. Siklus haid
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Siklus Haid Responden Wanita
Premenopause Di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala
SIKLUS HAID Frequenc Percent Valid Cumulative
y Percent Percent

Vali TERATUR 36 55,4 55,4 55,4


d TIDAK 29 44,6 44,6 100,0
TERATUR
Total 65 100,0 100,0
Sumber : data primer 2022
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa lebih dari separuh responden yang
mengalami sklus haid yang teratur yaitu sebanyak 36 responden (55,4%)
3. Status Responden
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Status Responden Wanita
Premenopause Di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala
STATUS Frequency Percent Valid Percent Cumulative
RESPONDEN Percent
MENIKAH 62 95,4 95,4 95,4
Valid JANDA 3 4,6 4,6 100,0
Total 65 100,0 100,0

Sumber : data primer 2022


Berdasarkan tabel 4.3 karakteristik responden bahwa status responden
terbanyak yaitu 62 responden (95,4%) sedangkan yang paling sedikit status
responden yaitu sebanyak 3 responden (4,6%).
4. Usia ketika menikah
Tabel 4.4 Dstribusi Frekuensi Usia Ketika Menikah Responden
Wanita Premenopause Di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala
Usia Ketika Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Menikah Percent
15 3 4,6 4,6 4,6
16 1 1,5 1,5 6,2
17 3 4,6 4,6 10,8
18 4 6,2 6,2 16,9
19 7 10,8 10,8 27,7
20 9 13,8 13,8 41,5
21 5 7,7 7,7 49,2
Valid 22 12 18,5 18,5 67,7
23 9 13,8 13,8 81,5
24 4 6,2 6,2 87,7
25 3 4,6 4,6 92,3
26 3 4,6 4,6 96,9
27 1 1,5 1,5 98,5
28 1 1,5 1,5 100,0
Total 65 100,0 100,0

Sumber : data primer 2022


58

Berdasarkan tabel 4.4 Karateristik responden menurut usia ketika menikah


sebanyak 22 tahun (18,5%) dan usia termuda ketika menikah yaitu 15 tahun
(4,6%).
5. Usia Pertama Kali Melahirkan
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Usia Pertama Kali Melahirkan
Responden Wanita Premenopause Di Wilaya Kerja Puskesmas
Bangkala
USIA PERTAMA Frequency Percent Valid Percent Cumulative
KALI Percent
MELAHIRKAN
16 2 3,1 3,1 3,1
18 2 3,1 3,1 6,2
19 3 4,6 4,6 10,8
20 5 7,7 7,7 18,5
21 3 4,6 4,6 23,1
22 8 12,3 12,3 35,4
23 12 18,5 18,5 53,8
Valid
24 12 18,5 18,5 72,3
25 6 9,2 9,2 81,5
26 4 6,2 6,2 87,7
27 6 9,2 9,2 96,9
28 1 1,5 1,5 98,5
30 1 1,5 1,5 100,0
Total 65 100,0 100,0

Sumber : data primer 2022


Berdasarkan tabel 4.5 diatas bahwa karateristik responden menurut usia
pertama kali melahirkan sebanyak pada usia 23 dan 24 tahun (18,5%) dan usia
termuda ketika melahirkan adalah 16 tahun sebanyak (3,1%).
6. Usia Terakhir Kali Melahirkan
Tabel 4.6 Dstribusi Frekuensi Usia Terakhir Kali Melahirkan
Responden Wanita Premenopause Di Wilaya Kerja Puskesmas
Bangkala.
USIA TERAKHIR Frequency Percent Valid Percent Cumulative
KALI Percent
MELAHIRKAN
Valid 20 1 1,5 1,5 1,5
26 3 4,6 4,6 6,2
27 2 3,1 3,1 9,2
28 6 9,2 9,2 18,5
29 4 6,2 6,2 24,6
30 7 10,8 10,8 35,4
31 5 7,7 7,7 43,1
32 4 6,2 6,2 49,2
33 4 6,2 6,2 55,4
34 6 9,2 9,2 64,6
35 4 6,2 6,2 70,8
36 6 9,2 9,2 80,0
37 3 4,6 4,6 84,6
38 1 1,5 1,5 86,2
59

39 3 4,6 4,6 90,8


40 4 6,2 6,2 96,9
41 1 1,5 1,5 98,5
42 1 1,5 1,5 100,0
Total 65 100,0 100,0

Sumber : data primer 2022


Berdasarkan tabel 4.6 karakristik responden bahwa usia terakhir kali
melahirkan yaitu sebanyak di usia 30 tahun (10,8%) dan responden yang
terakhir kali melahirkan di usia tertua di atas 40 tahun sebanyak (9,2%).
7. Pendidikam Terakhir
Tabel 4.7 Dstribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden Wanita
Premenopause Di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala.
PENDIDIKAN Frequency Percent Valid Percent Cumulative
TERAKHIR Percent
SD 17 26,2 26,2 26,2
SMP 13 20,0 20,0 46,2
Valid SMA 23 35,4 35,4 81,5
AKADEMI/PT 12 18,5 18,5 100,0
Total 65 100,0 100,0

Sumber : data primer 2022


Dari tabel 4.7 diketahui karakteristik responden berdasarkan pendidikan
terbanyak yang berpendidikan SMA (35,4%) sedangkan paling sedikit yang
berpendidikan Akademi/PT(18,5%).
8. Pekerjaan
Tabel 4.8 Dstribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Wanita Premenopause Di
Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala.
PEKERJAAN RESPONDEN Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
BELUM/TIDAK BEKERJA 2 3,1 3,1 3,1
IRT 38 58,5 58,5 61,5
Valid WIRASUASTA 19 29,2 29,2 90,8
PEGAWAI NEGERI 6 9,2 9,2 100,0
Total 65 100,0 100,0
Sumber Data primer,2022
Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa responden yang berstatus
terbanyak yaitu Ibu Rumah Tangga sebesar (58,5%).
9. Jumlah anak
Tabel 4.9 Dstribusi Frekuensi Jumlah Anak Responden Wanita
Premenopause Di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala.J
JUMLAH ANAK Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid 1 - 2 ANAK 29 44,6 44,6 44,6
>2 ANAK 36 55,4 55,4 100,0
60

Total 65 100,0 100,0

Sumber Data primer,2022


Berdasarkan tabel 4.9 karakteristik responden menurut frekuensi jumlah anak
paling banyak yaitu lebih dari 2 (55,4%).
10. Status Tempat Tinggal
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Status Tempat Tinggal Responden Wanita
Premenopause Di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala.
STATUS TEMPAT TINGGAL Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
BERSAMA KELUARGA INTI 38 58,5 58,5 58,5
BERSAMA KELUARGA BESAR 21 32,3 32,3 90,8
Valid
BERSAMA MERTUA 6 9,2 9,2 100,0
Total 65 100,0 100,0
Sumber Data primer,2022
Berdasarkan tabel 4.10 karakteristik responden frekuensi status tempat tinggal
terbanyak yaitu tingal bersama keluarga inti (58,5%).

2. Analisis Univariat
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden Wanita
Premenopause Di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala.

Dukungan Frequency Percent Valid Percent Cumulative


keluarga Percent

Cukup 54 83,1 83,1 83,1


Valid Kurang 11 16,9 16,9 100,0
Total 65 100,0 100,0
Sumber Data primer,2022
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dari 65 responden yang di teliti dengan
melihat frekuensi penelitian menemukan bahwa tingkat dukungan keluarga yang
paling banyak yaitu 54 responden atau (81,1%) sedangkan yang paling sedikit
dukungan keluarga sebanyak 11 responden atau (16,9%).

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Responden Wanita


Premenopause Di Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala.

TINGKAT Frequency Percent Valid Percent Cumulative


KECEMASAN Percent

RINGAN 22 33,8 33,8 33,8


Valid SEDANG 43 66,2 66,2 100,0
Total 65 100,0 100,0
Sumber Data primer,2022
61

Berdasarkan tabel 4.12 di atas dari 65 responden yang di teliti dengan


melihat frekuensi penelitian menemukan bahwa tingkat kecemasan yang
tertinggi sebanyak 43 responden atau (66,2%) sedangkan tingkat
kecemasan yang paling rendah sebanyak 22 responden atau (33,8%).

3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap 2 variabel, yang diduga
berhubungan, dalam hal ini variabel independen (dukungan keluarga)
dengan variabel dependen (tingkat kecemasan). Adapun hasil Analisi
bivariat dalam penelitian ini dilakukan menggunakan uji Chi Square
dengan tingkat kemknaan p = 0,05 dapat dilihat dalam uraian di bawa ini.

A. Hubungan Dukungan Keluarga pada Wanita Premenopause dengan


Tingkat Kecemasan dalam Menghadapi Masa Menopause

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Hubungan Dukungan keluarga dan


Tingkat Kecemasan Responden Wanita Premenopause Di Wilaya
Kerja Puskesmas Bangkala.

DUKUNGAN KELUARGA * TINGKAT TINGKAT KECEMASAN Total


KECEMASAN CUKUP KURANG
CUKUP 20 35 55
DUKUNGAN KELUARGA
KURANG 2 8 10
Total 22 43 65
Sumber Data primer,2022

Berdasarkan 4.12. didapatakan hasil penelitian yang dilakukan tentang dukungan


keluarga dengan tingkat kecemasan dalam mengadapi masa menopause di dapatkan
hasil, responden dengan dukungan keluarga yang cukup sebanyak 35 responden atau
(55,4%) dan responden dengan tingakat kecemasan sebanyak 20 responden atau(13,8%)
dari hasil Uji Chi- Square diperoleh nilai P – 0,000 < ά = 0,05. Dengan demikian Ha
diterima dan Ho ditolak, hal ini berarti ada hubungan antara dukungan keluarga denga
tingka kecemasan dalam menghadapi masa menopause.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi uji Chi-Square Tests Wanita Premenopause Di


Wilaya Kerja Puskesmas Bangkala.
Chi-Square Tests
Chi-Square Tests Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square ,054a 1 ,816
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,054 1 ,817
Fisher's Exact Test 1,000 ,552
N of Valid Cases 65
Sumber Data primer,2022
62

Berdasarkan tabel 4.12. uji statistik dengan menggunakan uji chi – square
di peroleh nilia p-value = 0,000 lebih kecil dari nilai ά = 0,05. Hasil tersebut
memberikan makna bahwa hipotesis 0 di tolak yang berarti bahwa ada hubungan
dukungan keluarga pada wanita premenopause dengan tingkat kecemasan dalam
menghadapi masa menopause.

C. PEMBAHASAN
1. Karakteristik Responden.
Dari hasil karakteristik responden pada usia wanita premenopause yang
paling banyak adalah 40 – 45 tahun dengan responden sebanyak 38 atau (58,5%)
dan untuk responden yang berusiah 46 – 49 tahun sebanyak 27 responden atau
(41,5%). Sesuai Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa wanita dengan usia
40-45 tidak berpengaruh terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi menopause. Hal
ini sependapat oleh Mulyani (2016), bahwa premenopause adalah Fase terjadi pada usia
40 tahun dan dimulainya fase klimakterium.
Data karakteristik responden wanita premenopause yang mengalami sklus haid
teratur sebanyak 36 responden (55,4%) dan wanita yang mengalami siklus haid tidak
terartur sebanyak 27 responden (41,5%) hal ini menujukan bahwa wanita yang berusia
40 -45 tidak semua wanita premenopause yang mengalami siklus haid yang tidak teratur
atau mengalami fase klimaterimum. sedangkan menurut Mulyani (2016), bahwa Fase
klimaterium ini timbul ditandai dengan siklus menstruasi menjadi tidak teratur,
perdarahan menstruasi memanjang, jumlah darah menstruasi menjadi lebih banyak, dan
adanya rasa nyeri saat menstruasi. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang
pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak
menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Premenopause Menghadapi
Kecemasan Menopause Di wilaya kerja puskesama bangakal RW 09, Responden
terbanyak berdasarkan pekerjaan adalah responden yang bekerjaan sebagai ibu rumah
tangga yaitu sebanyak 38 responden (58,5%).
Hasil penelitian menunjukkan wanita bekerja atau tidak bekerja akan meghadapi
menopause, ibu rumah tangga memiliki kesibukan dengan urusan rumah tangga sehingga
63

dapat mengalihkan keluhan-keluhan yang dapat dirasakan menjelang menopause.


Menurut Darmojo (2018) menunjukkn bahwa wanita mempunyai aktivitas sosial di luar
rumah akan lebih banyak mendapatkan informasi baik misalnya melalui bersoasialisasi
dan berinteraksi dalam kegiatan berbelanja, posyandu, pengajian, selain dari media cetak
dan eltektronik yang dapat mengurangi kecemasan menghadapi menopause.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Premenopause Menghadapi
Kecemasan Menopause Di wilaya kerja puskesmas bangkala RW 09, Responden
terbanyak berdasarkan pendidikan adalah responden dengan pendidikan Menengah
dengan yaitu sebanyak 18 responden (36,7%). Hal ini sesuai dengan jurnal penelitian
Aprillia (20017) menunjukkan bahwa pengaruh tingkat pendidikan seseorang dalam
memberikan respon terhadap suatu yang datang baik dari dalam maupun dari luar.
Responden terbanyak berdasarkan pendidikan dengan pengetahuan adalah responden
dengan pendidikan Menengah dengan pengetahuan baik yaitu sebanyak 17 responden
(34,7%) dari jumlah total 49 reponden. Penelitian tersebut wanita yang mempunyai
pendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dibandingkan mereka
yang berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak berpendidikan.
Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak ibu Premenopause
Menghadapi Kecemasan Menopause Di wilaya kerja puskesama bangakal RW 09,
Responden terbanyak berdasarkan jumlah anak lebih dari 1 yaitu sebanyak 36 responden
(55,4%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jumlah


anak lebih dari 1, sehingga dalam sebuah keluarga akan memberi dukungan dan peran
positif dari suami dan anggota keluarga dalammenghadapi menopause. Hal ini sesuai
dengan Aprillia (20017), bahwa dukungan keluarga memberikan arti tersendiri bahwa
peran wanita sebagai seorang istri atau ibu masih diperlukan dalam kehidupan rumah
tangga
2. Hubungan Dukunga Keluarga Pada Wanita Premenopause Dengan Tingkat
Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Menopause.
Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan dukungan keluarga pada
wanita premenopause dengan tingkat kecemasan dalam menghadapi masa
menopause diwilayah kerja Puskemas Bangakala RW 09 Kota Makassar.
Pengumpulan data di mlai dari tanggal 31 Mei s/d 6 juni 2022 dengan total
responden sebanyak 26 responden. Penelitian ini merupakan penelitian Analitik
Deskriptif dengan pendekatan
64

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan


keluarga dan tingkat kecemasan pada wanita premenopause. Hipotesis dalam
penelitian ini berbunyi terdapat hubungan positif antara dukungan keluarga
dengan tingakt kecemasan pada wanita yang masa menopause. Dari hasil
penelitian serta analisis yang telah dilakukan, uji korelasi menunjukkan nilai r= -
0.350 dengan p=0.006 (p<0,05), dimana hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang signifikan antara dukungan suami dengan kecemasan pada wanita
menjelang masa menopause. Nilai r sebesar – 0.350 menunjukkan bahwa korelasi
positif antara kedua variabel tersebut. Hal ini berarti semakin tinggi dukungan
pada keluarga maka semakin rendah kecemasan pada wanita masa premenopause
dan sebaliknya jika semakin rendah dukungan keluarga maka semakin tinggi
kecemasan wanita premenopause.
Penelitian ini sejalan dengan yang telah dilakukan oleh Arifin, Kundre dan
Rompas (2015) yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga dan kecemasan pada ibu hamil di Puskesmas Budilatama
Kecamatan Gadung Kabupaten Buol Propinsi Sulawesi Tengah. Hasil serupa juga
ditemukan oleh Susanti pada tahun 2014, yang menyatakan bahwa terdapat
hubungan dukungan suami dengan kecemasan wanita dalam menghadapi
menopause.
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat kecemasan pada wanita premenopause. Salah satu kebutuhan pokok
manusia selain sandang, pangan dan papan adalah kebutuhan psikologis yaitu rasa
dicintai dan disayangi. Maka dibutuhkan dukungan suami berupa rasa kasih
sayang dan rasa diperhatikan sehingga perasaan buruk yang dirasakan akan sedikit
menghilang. Dukungan yang baik dari suami akan dapat menurunkan kecemasan
yang dialami wanita (Susanti, 2017).
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, ditemukan nilai keofisien
determinasi (r2 ) sebesar 0.123 yang menunjukkan bahwa dukungan keluarga
memberi sumbangan sebesar 55.4% terhadap tingakat kecemasan pada wanita
premenopause. Smet (1994) menegaskan bahwa individu yang merasa didukung
oleh lingkungan akan merasa segala sesuatu lebih mudah pada waktu mengalami
kejadian-kejadian yang menegangkan. Dukungan sosial dapat mengatasi
65

psikologis pada masa sulit dan menekan, membantu individu agar tetap waras
serta membantu individu cepat pulih dari sakit.
Sarason dkk. (Aziz & Noviekayati, 2016) mengatakan bahwa pemberian
bantuan tingkah laku atau materi melalui hubungan sosial yang akrab atau hanya
disimpulkan dari keberadaan mereka yang membuat seseorang merasa
diperhatikan, bernilai dan dicintai. Dukungan penghargaan adalah salah satu bukti
keluarga atau orang lain menyayangi individu. Wanita menjelang masa
menopause membutuhkan dukungan penghargaan karena akan memasuki dunia
baru yang memiliki banyak tantangan.
Berdasarkan hal tersebut, ada sekitar 87.7% faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kecemasan pada wanita premenopause. Menurut Supriani dan
Trisnawati (2014) faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa
menopause tidak hanya dukungan suami melainkan pengetahuan wanita mengenai
menopause, sikap yang dilakukan atau cara pandang wanita mengenai menopause,
kondisi ekonomi dan gaya hidup wanita juga turut mempengaruhi kecemasan
menjelang masa menopause.
Pada hasil deskripsi data penelitian (tabel 11 dan 12) dapat dilihat bahwa
dukungan dukungan keluarga memiliki kecenderungan kategori pada posisi tinggi
yaitu sebesar 81,1%. Hasil deskripsi data penelitian tingakat kecemasan pada
wanita premenopause memperlihatkan kecenderungan berada pada kategori
rendah yaitu sebesar 33,8%. Hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian bahwa
semakin tinggi dukungan dukungan keluarga yang dimiliki seorang wanita maka
semakin rendah pula kecemasan yang dirasakan menjelang masa menopause
Menurut Jannah (Putri, Asih & Hidayat, 2017) seorang wanita yang
memasuki masa menopause membutuhkan dukungan dari orang yang dicintai
seperti dukungan dari suami. Dukungan keluarga sangat penting karena
menentukan bahkan dapat menurunkan tingakt kecemasan pada wanita
premenopause. Suami yang tidak banyak menuntut kepada istri untuk tampil
dengan kesempurnaan fisik dan dapat meyakinkan baik dalam perkataan maupun
tindakan dapat membantu menghilangkan kecemasan ketika datang masa
menopause.
Berdasarkan hasil analisis korelasi antara aspek-aspek dukungan keluarga
66

dan kecemasan dan tingakat kecemasan dalam menghadapi masa menoapsuse,


diperoleh hasil bahwa aspek-aspek dukungan keluarga berupa dukungan
emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental dan penilaian positif
memiliki hubungan negative yang signifikan. Aspek penilaian positif memiliki
sumbangsih terhadap kecemasan menjelang masa menopause lebih besar
dibanding aspek-aspek yang lain yaitu sebesar 23,8%.
Menurut Supriani dan Trisnawati (2014) dukungan dan penilaian positif
dari suami sebagai pasangan hidup dan anak-anak sebagai anggota keluarga
terdekat dapat memberikan bantuan yang sangat besar dalam mengatasi
kecemasan. Hal ini memberikan arti tersendiri bahwa peran wanita sebagai
seorang istri atau ibu masih diperlukan dalam kehidupan rumah tangga.
Dukungan emosional berkorelasi negatif dengan kecemasan menjelang
masa menopause. Individu yang mempersepsi dukungan emosional yang
diperoleh dari lingkungan secara positif akan menganggap peristiwa yang dialami
bukan sebagai stressor dan merasa nyaman serta berharga karena diperhatikan,
dicintai, dan memiliki perasaan serta pemikiran positif terhadap diri sendiri.
Persepsi terhadap dukungan emosional merupakan bentuk dukungan yang paling
dominan dirasakan daripada bentuk dukungan yang lain (Amylia & Surjaningrum,
2016)
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Setyaningsih, Makmuroch, dan Andayani (2011) ditemukan bahwa adanya
hubungan yang signifikan antara dukungan emosional keluarga dengan
kecemasan. Arah hubungan tersebut adalah negatif. Semakin tinggi dukungan
emosional keluarga yang diterima, maka kecemasan yang dialami semakin rendah
dan sebaliknya semakin rendah dukungan emosional keluarga yang diterima,
maka kecemasan dirasakan semakin tinggi.
Dukungan informatif adalah dukungan yang berupa memberikan
informasi, petunjuk dan nasehat yang diberikan untuk menambah pengetahuan
seseorang dalam mencari jalan keluar. Menurut Notoatmodjo (Damayanti, 2012)
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih bermanfaat daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan manusia banyak
diperoleh dari mata dan telinga. Jadi dapat disimpulkan apabila ibu mempunyai
67

pengetahuan yang memadai mengenai masa menopause maka kecemasan dalam


menghadapi menopause akan menurun.
Hasil penelitian pada penelitian ini menemukan bahwa dukungan
informatif memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan tingkat kecemasan
dalam menghadapi masa menopause. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Damayanti (2016) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan dan kecemasan wanita menjelang masa menopause.
Semakin tinggi tingkat pengetahuan maka semakin rendah tingkat kecemasan dan
sebaliknya, semakin rendah tingkat pengetahuan maka semakin tinggi tingkat
kecemasan.
Hasil penelitian ini pada penelitian ini adalah terdapat hubungan positif
yang signifikan antara dukungan instrumental dan dan tingkat kecemasan dalam
menghadapi masa menopuase. Menurut Cohen dan Syme (Almasitoh, 2011)
dukungan instrumental adalah dukungan berupa pemberian sarana yang dapat
mempermudah tujuan yang ingin dicapai dalam bentuk materi, pemberian
kesempatan waktu, pekerjaan, peluang serta modifikasi lingkungan. Menurut
Moksin (Wulandari, Suswardany & Firnawati, 2011) dukungan instrumental
keluarga dimana keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit
yang mencakup bantuan langsung seperti dalam bentuk uang, peralatan, waktu
maupun modifikasi lingkungan.
D. Keterbatasan Penelitian.
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu:
1. Kurangnya masyarakat yang mau bersedia menjadi responden di
karenakan khawatir ada pemerikasaan dan pembayaran.
68

BAB V
PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, simpulan yang dapat


diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara dukungan keluarga pada wanita premenopause
2. Ada hubungan antara tingakat kecemasana pada wanita premenopause.
3. Ada hubungan dukungan keluarga pada wanita premenopause dengan tingkat
kecemasan dalam menhadapi masa menopause.
Hasil penelitian memberikan pula keterangan yang menjelaskan bahwa,
ada hubungan positif yang sangat signifikan antara jenis dukungan keluarga
dengan tingkat kecemasan menghadapi menopause berdasarkan hasil tersebut,
dapat dijelaskan bahwa hipotesis diterima.
B. Saran
1. Bagi subjek
Hendaknya subjek dapat mengelola kecemasannya dalam menghadapi
menopause. Melalui hasil penelitian ini, maka dapat disarankan bahwa salah
satu upaya dalam mengelola kecemasannya adalah dengan mencari dukungan
keluarga berupa dukungan emosional, atau jika sudah mendapat dukungan
sosial keluarga berupa dukungan emosional, maka subjek hendaknya dapat
memanfaatkan dukungan yang sudah ada dari keluarganya. Upaya dalam
mencari dukunga keluarga sepenuhnya, berkaitan dengan dukungan
informatif, dukungan penghargaan, dan dukungan instrumental, diharapkan
subjek mampu meminta pertolongan dari keluarga (dapat berupa bantuan
nyata atau informatif), dan bersedia mengutarakan permasalahannya kepada
keluarga
69

2. Bagi penelitian selanjutnya


Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti mengenai kecemasan
menghadapi menopause disarankan untuk memperhatikan kendala dan keterbatasan
dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan pengambilan data secara klasikal.
Saran lainnya adalah melibatkan faktor lain dari kecemasan menghadapi menopause
untuk diteliti sehingga akan diperoleh gambaran yang lebih lengkap mengenai
kecemasan menghadapi menopause. Faktor-faktor tersebut antara lain ancaman
terhadap integritas fisik dan sistem diri (termasuk ancaman terhdap nilai eksistensi
dasar manusia), patofisiologis, situasional, tidak terpenuhinya kebutuhan atau
frustrasi, konflik, dan proses pertumbuhan fisiologis.
70

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2018). Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 5,34
Persen. https://www.bps.go.id/pressrelease/20%0A18/11/05/1485/agustus-
2017--%0Atingkatpengangguran-terbuka--tpt--%0Asebesar-5-34-
persen.html

BPS. (2017). Proyeksi Penduduk Indonesia 2005-2025. 2017 Juli 26.


https://www.bps.go.id/publication/2017/07/26/b598fa587f5112432533a65
6/statistik-indonesia-2017.html

Donsu, J. D. T. (2016). Metodologi penelitian keperawatan. Pustaka Baru Press.

Hanifah, I., Hidayati, T., & Yuliana, W. (2021). Pengaruh Penyuluhan Tentang
Menopause Terhadap Kecemasan Seks Masa Menopause Pada Komunitas
Muslimatan. Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific Journal of Midwifery),
7(2), 91–96. https://doi.org/10.33023/jikeb.v7i2.824

Ibrahim. 2012. Kecemasan Menghadapi Persalinan. Bandung : Gramedia.


Ibrahim, Ayub Sani, 2012. Panik Neorosis & Gangguan Cemas,Jakarta :
Jelajah Nusa.

Jorge, L. (2016). Association between anxiety and severe quality-of-life


impairment in postmenopausal women: analysis of a multicenter Latin
American cross-sectional study. The Journal of The North American
Menopause Societ, 24(6).

Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.2017.


http://perpustakaan.bppsdmk.kemkes.go.id//index.php?
p=show_detail&id=5998

Kim, M. (2014). Model dukungan sosial untuk menurunkan kecemasan


71

perempuan monopouse di kacamatan diwek kabupaten jombang. Well


Being, 3(1), 54–70.

Koeryaman, M. T., & Ermiati, E. (2018). Adaptasi gejala perimenopause dan


pemenuhan kebutuhan seksual wanita usia 50-60 tahun. Medisains, 16(1),
21. https://doi.org/10.30595/medisains.v16i1.2411.

Kulsum. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Dalam


Menghadapi Menopause di Desa Meunasah Dayah Kecamatan
Peusangan Kabupaten Bireun Factors that Influence Anxiety In Facing
Menopause in The Village of Meunasah Dayah Peusangan Sub-district In
Bireuen District. Journal of Healthcare Technology and Medicine, 5(2),
2615–109.

Koeryaman, M. T., & Ermiati, E. (2018). Adaptasi gejala perimenopause dan


pemenuhan kebutuhan seksual wanita usia 50-60 tahun. Medisains, 16(1),
21.

Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan mental (Rohmad (ed.)). STAIN Press
dan kerjasama dengan Fajar Media Press Bibliografi.

Luthfiyaningtyas, Siskha. 2016. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan


Tingkat Kecemasan Pada Pasien Sindrom Koroner Akut Di RSUD
Tugurejo Semarang, Skripsi. Semarang : Fakultas Ketokteran Universitas
Diponegoro Semarang.

Lusiana, N. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kecemasan Wanita


dalam Menghadapi Menopause di Puskesmas Melur Pekanbaru Tahun
2014. Jurnal Kesehatan Komunitas, 2(77).
https://www.researchgate.net/publication/318193046_Faktor-
faktor_yang_Berhubungan_dengan_Kecemasan_Wanita_dalam_Menghad
api_Menopause_di_Puskesmas_Melur_Pekanbaru_Tahun_201

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis


Edisi 4 (4th ed.). Salemba Medika.
Proverawati, A. (2010). Menopause Dan Sindrome Premenopause.
http://ucs.sulsellib.net//index.php?p=show_detail&id=116558
72

Stuart, Gail W. 2013 Mengenal Sebab-Sebab, Akibat-Akibat Dan Cara Terapi


Insomnia. Yogyakarta : Flashbooks.. Buku Saku Keperawatan Jiwa.
Jakarta : EGC.

Sutardjo A. Wiramihardja. (2017). Pengantar psikologi abnormal / Sutardjo A.


Wiramihardja; penyunting, Rose Herlina (edisi 2). Ferika Aditama.
73

Lampiran I
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth:
Bapak/Ibu
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Fakultas
Keperawatan dan Kebidanan Universitas Megarezky :
Nama : Legayatri Tasyalwi Suat
Nim : 183145105035
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan
Dukungan Keluarga Pada Wanita Premenopause Dengan Tingkat
Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Menopasue Di Wilayah
Kerja Puskesmas Bangkala RW 09 Kota Makassar”.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi responden.
Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila Bapak/Ibu
menyetujui, maka dengan ini saya mohon kesediaan menandatangani
lembar persetujuan dan menjadi responden yang akan diteliti.
Atas perhatian dan kesediaan Bapak/Ibu sebagai responden saya
ucapkan terimakasih.

Makassar 2022

Penelitian
74

(LegayatriTasyalwi Suat)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Alamat :

Dengan ini bersedia menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan


oleh mahasiswa program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Megarezky yang
bernama Legayatri Tasyalwi Suat (183145105035) dengan judul Hubungan
Dukungan Keluarga Pada Wanita Premenopause Dengan Tingakat
Kecemasan Dalam Menghadapi Masa Menopause Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bangkala RW 09 Kota Makassar. Saya memahami penelitian ini
dimaksudkan untuk kepentingan ilmiah dalam rangka penelitian dan tidak
merugikan saya serta hal-hal yang bersifat rahasia dijaga kerahasiaannya.

Dengan demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari
siapapun, saya siap berpartisipasi dalam penelitian ini.

Makassar, 2022

Responden

( )
75

I. DUKUNGAN KELUARGA PADA WANITA PREMENOPAUSE


DALAM MENGHADAPI MASA MENOPAUSE
Berilah tanda check (√) pada kolom jawaban yang
tersedia dengan memperhatikan kriteria di bawah ini:
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Perna

No. Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


perna
1. Disaat saya mengalami kesedihan, keluarga saya
memberi penghiburan
2. Keluarga saya peduli dengan kulit saya yang mulai
tipis dan keriput
3. Ketika saya sakit, keluarga tidak peduli sama saya

4. Keluarga peduli dengan kesehatan saya

5. Keluarga saya sering memberikan saran yang


terbaik untuk kesehatan saya
6. Keluarga tidak peduli dengan pola makan saya

a. Dukungan Emosional

b. Dukungan penghargaan

No. Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


perna
1. Dengan perubahan tubuh saya, keluarga kurang
menghargai saya
76

2. Keluarga menganjurkan saya membaca artikel


melalui media sosial mengenai menopause
3. Keluarga meluangkan waktu untuk berbagai
pendapat mengenai menopause bersama saya
4. Keluarga saya mau menerima keadaan saya apa
adanya

c. Dukungan instrumental

No. Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak


perna
1. Keluarga saya memberikan vitamin untuk menjaga
kesehatan tubuh menjelang menopause
2. Ketika saya kelelahan dalam mengerjakan pekerjaan
maka keluarga membantu menyelesaikan
3. Keluarga saya tidak memberikan saran yang terbaik
untuk kesehatan saya
4. Bila mempunyai masalah, keluarga membantu saya
mengatasinya

d. Dukungan Informatif
No. Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak
Perna
1. Keluarga memberikan solusi yang baik terhadap
kenaikan berat badan yang saya alami
2. Saya merasa senang jika berkumpul bersama
keluarga
3. Keluarga tidak memberikan pujian, saat saya
berhasil melakukan sesuatu
77

Tingkat kecemasan wanita dalam menghadapi menopause

Berilah tanda check ( √ ) pada kolom jawaban yang tersedia dengan


memperhatikan kriteria di bawah ini :

“Ya” = Bila pernyataan sesuai dengan perasaan anda

“Tidak” = Bila pernyataan tidak sesuai dengan perasaan anda

No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya merasakan banyak keringat berlebih walaupun tidak
beraktivitas
2 Rasa panas pada wajah saya akhir-akhir ini berpengaruh banyak
pada penampilan saya
3 Saya sering mudah kelelahan belakangan ini
4 Saya sering terganggu oleh rasa pusing
5 Saat saya berhubungan seksual dengan suami saya merasakan
sakit pada vagina
6 Saya merasa kerutan pada kulit cukup mengganggu penampilan
saya
7 Saya tetap dapat tidur dengan nyenyak
8 Di usia saya sekarang, saya masih dapat mengingat sesuatu
dengan baik
9 Saya kurang percaya diri belakangan ini
10 Belakangan ini saya lebih dapat meredam amarah saya
11 Saya mengalami kesukaran untuk memusatkan perhatian
terhadap suatu pekerjaan
12 Jika sudah berhenti haid saya merasa peran saya sebagai istri dan
ibu akan hilang
13 Saya seringkali dalam keadaan tegang
14 Saya merasa lebih rileks saat menghadapi menopause
78

15 Akhir-akhir ini saya tidak merasakan kenikmatan saat


berhubungan intim bersama suami
16 Saya tetap dapat merasakan kepuasan seksual bersama suami
saya
17 Saya khawatir vagina saya yang terasa kering belakangan ini
mengganggu hubungan intim saya bersama suami
18 Menopause akan menghambat aktifitas sosial saya
19 Jika sudah sudah berhenti haid, produktivitas saya akan menurun
20 Menopause akan menghambat pekerjaan saya
Jumlah
Sumber : Prabandani (2009)

Anda mungkin juga menyukai