Kehamilan
Disusun Oleh :
Kelompok I
Dini Ananda Hasymi 11194862011087
Listiana Dewi 11194862011094
Monica 11194862011092
Yolanda Audina 11194862011105
Salah satu ketakutan yang sering dirasakan oleh ibu hamil terutama trimester ketiga
adalah takut robek dan takut dijahit. Terutama pada ibu yang pernah mengalaminya, hal ini
bisa menjadikan trauma tersendiri baginya saat menghadapi proses persalinan berikutnya.
Trauma pada perineum juga menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri pada saat
melakukan hubungan seksual (Purnami, 2020). Persiapan yang baik pada ibu hamil sebelum
persalinan dapat mengurangi terjadinya beberapa komplikasi seperti retensio plasenta,
atonia uteri maupun rupture perineum (Fatimah, 2018).
Penyebab utama dari kematian ibu di Indonesia tersebut adalah perdarahan (28%),
dimana salah satunya dapat disebabkan oleh rupture jalan lahir termasuk di dalamnya ruptur
perineum. Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus robekan (ruptur) perineum
pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2020 (Mustikawati,
2020). Perineum adalah salah satu jalur yang dilalui pada saat proses persalinan dapat
robek ketika melahirkan atau secara sengaja digunting guna melebarkan jalan keluarnya
bayi (episiotomi). Laserasi atau ruptur selama persalinan adalah penyebab perdarahan masa
nifas nomor dua terbanyak. Persalinan pervaginam sering disertai dengan ruptur. Pada
beberapa kasus ruptur ini menjadi lebih berat, vagina mengalami laserasi dan perineum
sering robek terutama pada primigravida, ruptur dapat terjadi secara spontan selama
persalinan pervaginam. Perdarahan masa nifas akut, ruptur yang diabaikan dapat
menyebabkan kehilangan darah yang banyak tapi perlahan selama berjam-jam (Ratih,
2021).
Rupture perineum adalah robekan perineum yang terjadi pada saat persalinan dan
bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. (Moechtar, 2009; Prawirohardjo,
2010). Rupture perineum dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada luka jahitan yang
dapat menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu. Beberapa faktor
penyebab terjadinya rupture perineum antara lain faktor janin, faktor dari penolong
persalinan seperti cara memimpin meneran, komunikasi dengan ibu, keterampilan untuk
mempertahankan perineum perineum tetap utuh pada saat ekspulsi kepala, melakukan
episotomi dan posisi pada saat meneran (Shipman dkk., 2016). Salah satu upaya preventif
yang bisa dilakukan untuk mencegah robekan pada perineum saat bersalin adalah pijat
perineum. Pijat perineum merupakan teknik memijat pada bagian perineum saat hamil atau
beberapa waktu sebelum persalinan yang dapat meningkatkan perubahan hormonal
sehingga dapat melembutkan jaringan ikat, jaringan perineum menjadi lebih elastis dan
lebih mudah teregang. Elastisitas perineum yang meningkat dapat mencegah terjadinya
robekan perineum atau tindakan episiotomy dikarenakan kaku perineum (Khasanah, 2020).
Menurut Labreque (2014) teknik pijat perineum ini dapat dilakukan sehari sekali
dalam 6 minggu terakhir masa kehamilan atau antara usia kehamilan 37-42 minggu.
Pemijatan perineum apabila dilakukan selama 6 minggu dan teratur 1 hari l x selama 5-10
menit, maka kejadian ruptur perineum dapat dihindari. Ibu yang rajin melakukan pemijatan
perineum sejak 3 bulan sebelum hari persalinan, terbukti hampir tidak ada yang memerlukan
tindakan episiotomi, dan jika terjadi robekan secara alami, maka luka pulih dengan cepat
(Hidayat, 2014). Pemijatan perineum membantu menyiapkan mental ibu pada saat dilakukan
pemeriksaan dalam (vaginal touche) dan mempersiapkan jaringan perineum menghadapi
situasi pada saat kepala janin crowning (Hidayati, 2012; Handayani, 2020). Apabila pijat
perineum dilakukan secara tepat akan menurunkan nyeri persalinan karena robekan
perineum dan jahitan sekaligus mengurangi kekhawatiran terhadap persalinan yang akan
dihadapinya (Masita, 2016).
METODE
Metode yang digunakan adalah Litterature Review yang merupakan rangkaian
menyeluruh beberapa studi penelitian atau artikel yang ditentukan berdasarkan tema
tertentu, pencairan literature ini dilakukan pada bulan Agustus 2021. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatanlangsung,
akan tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terlebih
terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi baik nasional
maupun internasional dengan tema yang sudah ditentukan. Pencarian literature dalam
Literature review ini menggunakan database dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang, yaitu
Google Scholar.
4. Judul jurnal : The Effect of Perineal Populasi / Dalam jurnal ini populasi atau
Massage on Perineal problem problem yang ditemukan yaitu di
Tear Case on Amerika Serikat dari 26 juta ibu
Primigravida Pregnant melahirkan, ada 40% ibu mengalami
Mothers In Their Third robekan perineum (NHDS, 2014).
Trimester In Public Sedangkan di Asia sebanyak 50%
Health Center Care of robekan perineum ditemukan (Sutra
Morokay 2018 Nurjanna & Isra, 2017). Penyebab
(Pengaruh Pijat umum robekan perineum adalah
Perineum pada Kasus partus yang cepat, mengejan yang
Robekan Perineum terlalu kuat, edema, perineum rapuh,
pada Ibu Hamil kelenturan jalan lahir, dan tindakan
Primigravida Di persalinan (Luthfiyah, 2014).
Intervensi Intervensi yang dapat dilakukan
Ketiganya Trimester
untuk mencegah robekan pada
Di Puskesmas
perineum adalah pijat perineum. Pijat
Perawatan Morokay
perineum adalah teknik memijat
2018)
perineum selama kehamilan atau
Minggu sebelum melahirkan untuk
Penulis : Triana Indrayani ,Nurabia
meningkatkan aliran darah atau
Tuasikal
elastisitas perineum (Backmann,
Tahun : 2020
2013) . Intervensi dilakukan kepada
2 kelompok. Kelompok eksperimen
Nama jurnal : STRADA Jurnal
dan kelompok kontrol yang tidak
Ilmiah Kesehatan
mendapatkan pijat perineum. Oleh
Vol.9 No.2 November
karena itu disarankan bagi ibu hamil
2020 Page.588-592.
untuk melakukan pijat perineum
DOI:
pada enam minggu terakhir
10.30994/sjik.v9i2.346
kehamilan, karena semakin sering
ISSN: 2252-3847
dilakukan akan semakin baik. Selain
(print); 2614-350X
itu kualitas pelayanan di masyarakat
(online)
khususnya pada fasilitas pelayanan
dasar seperti Pos Pelayanan
Database : Google Scholar
Terpadu (Posyandu) atau Dinas
Kesehatan harus meningkatkan
keterampilan tenaga kesehatannya
dalam memberikan penyuluhan
kehamilan dan mengajarkan cara
melakukan pijat perineum sehingga
dapat menurunkan jumlah kasus
robekan perineum selama proses
persalinan (Vitrisia, 2017)
PEMBAHASAN
Perineum adalah tempat yang paling sering terjadi robekan pada saat proses
persalinan. Robekan perineum dialami 85% wanita selama masa kelahiran dan 60-70%
membutuhkan penjahitan. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Jaringan lunak jalan lahir dan struktur di
sekitarnya akan mengalami kerusakan pada setiap persalinan. Kerusakan biasanya lebih
nyata pada wanita nullipara karena jaringan pada nullipara lebih padat dan lebih resisten dari
pada wanita multipara (Yulianti dkk, 2021).
Kasus robekan perineum di Asia cukup sering ditemukan, dimana 50% dari total
kasus robekan perineum yang terjadi di dunia berasal dari Asia (Nasution). Prevalensi ibu
yang menderita robekan perineum di Indonesia pada rentang usia 25-30 tahun sebesar 62%,
pada rentang usia 32-39 sebesar 24%, pada ibu primigravida sebesar 69,8%, pada ibu
multigravida sebesar 16,7% dan ibu grandemultigravida 13,5% (Indrayani, 2020). Laserasi
perineum atau Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua dari perdarahan post partum
setelah atonia uteri, hal ini sering terjadi pada primigravida karena pada primigravida
perineum masih utuh, belum terlewati oleh kepala janin sehingga akan mudah terjadi
robekan perineum (Rochmayanti, 2018).
Penyebab umum robekan perineum adalah partus terjal, mengejan terlalu kuat,
edema, perineum rapuh, fleksibilitas jalan lahir, dan tindakan persalinan (Indrayani, 2020).
Persalinan dengan ruptur perineum apabila tidak ditangani secara efektif dapat berdampak
terhadap terjadinya infeksi, disparenia (ketidaknyamanan ibu dalam hubungan seksual dan
saat buang air besar) dan resiko komplikasi yang mungkin terjadi jika ruptur perineum tidak
segera diatasi yaitu perdarahan. Robekan jalan lahir utamanya ruptur perineum merupakan
penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Selain itu, adanya ruptur pada
perineum juga dapat menimbulkan infeksi (Rini, 2019). Robekan perineum juga dapat
mengakibatkan robekan jaringan pararektal, sehingga rektum terlepas dari jaringan
sekitarnya. Perlukaan dapat menyebabkan kelemahan dasar panggul sehingga mudah
terjadi prolapsus genitalis dan dapat terjadi rektokel (Wiknjosastro 2010 dalam jurnal Yulianti
dkk , 2021)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah robekan perineum saat
melahirkan adalah pijat perineum. Pijat perineum adalah teknik memijat perineum selama
kehamilan atau minggu sebelum melahirkan untuk meningkatkan aliran darah atau
elastisitas perineum. Peningkatan elastisitas perineum dapat mencegah robekan perineum
atau episiotomi (Rochmayanti, 2019). Menurut Handayani (2018) pemijatan perineum adalah
salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-
otot dasar panggul, sehingga menimalkan terjadinya laserasi perineum, dengan demikian ibu
nifas dapat melewati masa nifasnya lebih berkualitas tanpa rasa nyeri yang diakibatkan oleh
laserasi perineum. Pemijatan perineum dilakukan pada saat hamil dengan usia kehamilan ≥
34 minggu. Pemijatan perineum membantu menyiapkan mental ibu pada saat dilakukan
pemeriksaan dalam (vaginal touche) dan mempersiapkan jaringan perineum menghadapi
situasi pada saat kepala janin crowning.
Perineum Massage adalah teknik memijat perineum di saat hamil atau beberapa
minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan perubahan hormonal yang melembutkan
jaringan ikat, sehingga jaringan perineum lebihelastisdan lebih mudah meregang.
Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah kejadian robekan perineum
maupunepisiotomi. Teknik ini dapat dilakukan satu kali sehari selama beberapa minggu
terakhir kehamilan didaerah perineum (area antara vagina dan anus) (Rini dkk, 2019).
Penelitian lain menyimpulkan bahwa pemijatan perineum selama kehamilan dapat
melindungi fungsi perineum paling tidak selama 3 bulan pasca melahirkan (Handayani,
2018).
Pijat dilakukan oleh ibu hamil dan dapat dibantu oleh pasangan dengan
menggunakan minyak kelapa murni (minyak kletik). Pijat dilakukan dengan memasukkan
satu atau dua jari yang telah diberi pelumas ke dalam vagina (Handayani, 2018). Hal ini
sesuai dengan pendapat Labrecque, Eason et al 1999 dalam Dekker (2012) yang
mengungkapkan pemijatan dilakukan selama 10 menit per hari. Dimulai pada usia kehamilan
34-35 minggu, dan pemijatan bisa dilakukan oleh ibu atau pasangannya. Namun minyak
yang digunakan oleh Labreque untuk pelumas adalah minyak almond. Hal ini sejalan dengan
penelitian Indrayani (2020) yang menyarankan bagi ibu hamil untuk melakukan pijat
perineum pada enam minggu terakhir kehamilan, karena semakin sering dilakukan akan
semakin baik. Pemberian edukasi kepada ibu hamil tentang pelaksanaan pijat perineum
meliputi manfaat, indikasi dan kontra indikasi, waktu pelaksanaan dan cara pijat perineum
dengan menggunakan phantom perineum. Pemberian informasi tentang pijat perineum
sangat penting untuk dilakukan terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan mengingat
dampak positif yang diperoleh sangat besar (Yulianti dkk, 2021).
Diperlukan kepatuhan ibu untuk menggunakan dan menerapkan pijat perineum
secara teratur sehingga dapat meminimalisir terjadinya laserasi perineum (Yulianti dkk,
2021). Peran serta suami dan keluarga juga sangat penting dalam memberikan dukungan
selama ibu melakukan pijat perineum pada kehamilan begitu pula peran bidan dan tenaga
kesehatan di pelayanan masyarakat khususnya pada fasilitas pelayanan dasar seperti
puskesmas, posyandu atau BPM (Bidan Praktek Mandiri) yang juga harus meningkatkan
keterampilan tenaga kesehatannya dalam memberikan penyuluhan kehamilan dan
mengajarkan cara melakukan pijat perineum sehingga dapat menurunkan jumlah kasus
robekan perineum selama proses persalinan (Indrayani, 2020).
KESIMPULAN
Salah satu terapi komplementer yang dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya
rupture perineum adalah dengan memberikan dan mengajarkan ibu hamil teknik pijat
perineum. Pijat perineum yang dilakukan selama masa kehamilan efektif untuk menurunkan
kejadian rupture perineum dan menurunkan tindakan episiotomi saat persalinan, sehingga
sangat disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan
pemahaman dan kepatuhan ibu dalam melakukan pemijatan perineum pada kehamilan
melalui pendidikan kesehatan, menjadikan pemijatan perineum sebagai bahan
pertimbangan/masukan pada program kelas ibu hamil dan menerapkan intervensi ini kepada
setiap ibu hamil yang datang saat ANC trimester III.
Berdasarkan dari hasil telaah semua artikel didapatkan hasil bahwa kelompok yang
tidak dipijat menunjukkan kejadian rupture perineum lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok yang dilakukan pemijatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pemijatan terhadap kejadian rupture perineum dibandingkan dengan kelompok yang tidak
dilakukan pemijatan perineum selama akhir periode kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, F. D., & Anggasari, Y. (2019). Pengaruh Pijat Perineum Pada Kehamilan
Trimester III Terhadap Robekan Perineum Primigravida Di Puskesmas Jagir
Surabaya. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 5(1)
Beckmann, M. M., & Garrett, A. J. (2006). Antenatal perineal massage for reducing perineal
trauma. Cochrane Database of Systematic Reviews(1).
Dartiwen, Kusharisupeni, Sabri, L. 2015. Pengaruh Pemijatan Perineum Pada Primigravida
Terhadap Kejadian Laserasi Perineum Saat Persalinan di Bidan Praktik Mandiri
(BPM) Wilayah Kerja Puskesmas Margadadi Kabupaten Indramayu Tahun 2015.
Jurnal Stikesmuhla Vol. 08, No. 02
Dina Herdiana D. H. (2018). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “M” Di Bpm D Di
Bukit Tinggi Tanggal 9 Februari-21 Maret tahun 2018. Stikes Perintis Padang.
Dinkes Sambas. 2016. Profil kesehatan Kabupaten Sambas 2016. Sambas: Tim Penyusun
Donmez Sevgul, Kavlak Oya. 2015. Effects of Prenatal Perienal massage and Kegel
Exercise on the Integrity postnatal Perine. Di unduh dari www.iosrjournal.org
Fatimah, P. L. 2018. Hubungan Pemberian Edukasi Pijat Perineum dengan Pelaksanaan
Pijat Perineum pada Ibu Hamil Trimester III
Fritria Dwi Anggraini,SST., M.Kes, Yasi Anggasari, SST. MK. 2017. Pengaruh pijat perineum
pada kehamilan trimester III terhadap robekan perineum primigravida di
puskesmas Jagir Surabaya. UNUSA
Handayani, IF. 2018. Efektivitas Pemijatan Perineum Pada Primigravida Terhadap Kejadian
Laserasi Perineum. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume 9 Nomor
2.
Herdiana,Trirejeki.Dr. (2009). Tips Pijat Perineum. Liu, David.T.Y. (2008). Manual Persalinan
Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hidayati R, Zahariah Sultanah. 2012. Pengaruh pemijatan perineum terhadap ruptur
perineum pada primigravida di BPS Ny. R di kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember. Smart Midwifery The Journal Of Midwifery. Diunduh dari
http://www.akbidplus-drsoebandi.com
Hidayati R, Zahariah Sultanah. 2017. Pengaruh pemijatan perineum terhadap ruptur
perineum pada primigravida di BPS Ny. R di kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember. Smart Midwifery The Journal Of Midwifery.
Labrecque M, M. 2014. The Association Between Perineal Trauma And Spontaeus Perineal
Tear.RCOG. Br J Obs Gyn 109.
Luthfiyah, N. (2014). Determinan Pemanfaatan Pelayanan Nifas di Daerah Rural Indonesia
Tahun 2011-2012.
Masita, E. D. 2016. Pengaruh Pijat Perineum Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu
Hamil Primigravida Trimester III,” Journal of Health Sciences, 9(1)
Safitri, W. 2014. Pengaruh Pemijatan Perineum pada Primigravida Terhadap Kejadian
Ruptur Perineum Saat Persalinan di Bidan Praktik Mandiri di Kota Bengkulu Tahun
2014. Jurnal Kesehatan Andalas 2015. tersedia dalam http://jurnal.fk.unand.ac.id
Shipman, M.K. dkk. 2016. Antenatal perineal massage and subsequent perineal outcomes:
a randomised controlled trial,” BJOG: An International Journal of Obstetrics &
Gynaecology. Wiley Online Library, 104(7), hal. 787–791
Simkin, P. 2016. Pregnancy, Childbirth and the Newborn. New York: Book Trade Distribution.
Sinclair, C. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC
Sutra Nurjanna, P., & Isra, W. A. (2017). IDENTIFIKASI IBU BERSALIN YANG MENGALAMI
RUPTUR PERINEUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI
SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016. Poltekkes Kemenkes Kendari
VITRISIA, M. (2017). PENERAPAN PIJAT PERINEUM UNTUK MENGURANGI RUPTUR
PERINEUM SAAT PERSALINAN DI KLINIK PRATAMA PERMATA IBU
TERSOBO, PREMBUN. STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG.