Anda di halaman 1dari 30

Laporan Tugas Literature Review dalam Asuhan Kebidanan dengan tema Massage dalam

Kehamilan

Disusun Oleh :
Kelompok I
Dini Ananda Hasymi 11194862011087
Listiana Dewi 11194862011094
Monica 11194862011092
Yolanda Audina 11194862011105

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LATAR BELAKANG

Salah satu ketakutan yang sering dirasakan oleh ibu hamil terutama trimester ketiga
adalah takut robek dan takut dijahit. Terutama pada ibu yang pernah mengalaminya, hal ini
bisa menjadikan trauma tersendiri baginya saat menghadapi proses persalinan berikutnya.
Trauma pada perineum juga menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri pada saat
melakukan hubungan seksual (Purnami, 2020). Persiapan yang baik pada ibu hamil sebelum
persalinan dapat mengurangi terjadinya beberapa komplikasi seperti retensio plasenta,
atonia uteri maupun rupture perineum (Fatimah, 2018).
Penyebab utama dari kematian ibu di Indonesia tersebut adalah perdarahan (28%),
dimana salah satunya dapat disebabkan oleh rupture jalan lahir termasuk di dalamnya ruptur
perineum. Di seluruh dunia pada tahun 2009 terjadi 2,7 juta kasus robekan (ruptur) perineum
pada ibu bersalin. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta pada tahun 2020 (Mustikawati,
2020). Perineum adalah salah satu jalur yang dilalui pada saat proses persalinan dapat
robek ketika melahirkan atau secara sengaja digunting guna melebarkan jalan keluarnya
bayi (episiotomi). Laserasi atau ruptur selama persalinan adalah penyebab perdarahan masa
nifas nomor dua terbanyak. Persalinan pervaginam sering disertai dengan ruptur. Pada
beberapa kasus ruptur ini menjadi lebih berat, vagina mengalami laserasi dan perineum
sering robek terutama pada primigravida, ruptur dapat terjadi secara spontan selama
persalinan pervaginam. Perdarahan masa nifas akut, ruptur yang diabaikan dapat
menyebabkan kehilangan darah yang banyak tapi perlahan selama berjam-jam (Ratih,
2021).
Rupture perineum adalah robekan perineum yang terjadi pada saat persalinan dan
bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. (Moechtar, 2009; Prawirohardjo,
2010). Rupture perineum dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada luka jahitan yang
dapat menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu. Beberapa faktor
penyebab terjadinya rupture perineum antara lain faktor janin, faktor dari penolong
persalinan seperti cara memimpin meneran, komunikasi dengan ibu, keterampilan untuk
mempertahankan perineum perineum tetap utuh pada saat ekspulsi kepala, melakukan
episotomi dan posisi pada saat meneran (Shipman dkk., 2016). Salah satu upaya preventif
yang bisa dilakukan untuk mencegah robekan pada perineum saat bersalin adalah pijat
perineum. Pijat perineum merupakan teknik memijat pada bagian perineum saat hamil atau
beberapa waktu sebelum persalinan yang dapat meningkatkan perubahan hormonal
sehingga dapat melembutkan jaringan ikat, jaringan perineum menjadi lebih elastis dan
lebih mudah teregang. Elastisitas perineum yang meningkat dapat mencegah terjadinya
robekan perineum atau tindakan episiotomy dikarenakan kaku perineum (Khasanah, 2020).
Menurut Labreque (2014) teknik pijat perineum ini dapat dilakukan sehari sekali
dalam 6 minggu terakhir masa kehamilan atau antara usia kehamilan 37-42 minggu.
Pemijatan perineum apabila dilakukan selama 6 minggu dan teratur 1 hari l x selama 5-10
menit, maka kejadian ruptur perineum dapat dihindari. Ibu yang rajin melakukan pemijatan
perineum sejak 3 bulan sebelum hari persalinan, terbukti hampir tidak ada yang memerlukan
tindakan episiotomi, dan jika terjadi robekan secara alami, maka luka pulih dengan cepat
(Hidayat, 2014). Pemijatan perineum membantu menyiapkan mental ibu pada saat dilakukan
pemeriksaan dalam (vaginal touche) dan mempersiapkan jaringan perineum menghadapi
situasi pada saat kepala janin crowning (Hidayati, 2012; Handayani, 2020). Apabila pijat
perineum dilakukan secara tepat akan menurunkan nyeri persalinan karena robekan
perineum dan jahitan sekaligus mengurangi kekhawatiran terhadap persalinan yang akan
dihadapinya (Masita, 2016).
METODE
Metode yang digunakan adalah Litterature Review yang merupakan rangkaian
menyeluruh beberapa studi penelitian atau artikel yang ditentukan berdasarkan tema
tertentu, pencairan literature ini dilakukan pada bulan Agustus 2021. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh bukan dari pengamatanlangsung,
akan tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terlebih
terdahulu. Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel jurnal bereputasi baik nasional
maupun internasional dengan tema yang sudah ditentukan. Pencarian literature dalam
Literature review ini menggunakan database dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang, yaitu
Google Scholar.

HASIL DAN PEMBAHASAN


No Jurnal Kriteria Pembenaran & Critical Thinking
.
1. Judul jurnal : Efektivitas Pijat Populasi / Dalam jurnal ini, populasi atau
Perineum Pada Ibu problem problem yang ditemukan yaitu
Primigravida kejadian robekan perineum atau
Terhadap Robekan rupture perineum dialami 85% wanita
Perineum Di Wilayah selama masa kelahiran dan 60-70%
Puskesmas Selakau membutuhkan penjahitan. Hal ini
Kabupaten Sambas. dapat menjadi salah satu faktor
resiko terjadinya infeksi pada masa
Penulis : Emy Yulianti, Utin Siti nifas. Robekan perineum terjadi
Candra Sari & pada hampir semua persalinan
Etika Damayanti pertama.
Intervensi Intervensi yang diberikan yaitu
Tahun : 2021 dengan cara pemberian edukasi
Nama jurnal : JURNAL kepada responden tentang
KEBIDANAN pelaksanaan pijat perineum meliputi
KHATULISTIWA 27 manfaat, indikasi dan kontra indikasi,
Volume 7 Nomor 1, waktu pelaksanaan dan cara pijat
Januari 2021, hlm perineum. Pijat perineum dilakukan
27-32 P-ISSN 2460- dengan melakukan massage atau
1853, E-ISSN 2715- pijat pada daerah perineum atau
727X kerampang vagina.
Intervensi dilakukan pada 2
Database : Google Scholar kelompok, yaitu kelompok kontrol
dan kelompok pembanding. Pijat
perineum diberikan kepada
kelompok kontrol kemudian
dibandingkan dengan kelompok
pembanding yang tidak menerima
program atau intervensi.
Pemberian informasi tentang pijat
perineum sangat penting untuk
dilakukan terutama pada ibu yang
pertama kali melahirkan mengingat
dampak positif yang diperoleh
sangat besar. Diperlukan kepatuhan
ibu untuk melakukan pijat perineum
secara teratur sehingga didapatkan
manfaat yang lebih baik. Selain itu
peran bidan, suami dan keluarga
sangat penting dalam memberikan
dukungan selama ibu melakukan
pijat perineum pada kehamilan.
Comparasi Hasil metode perbandingan terhadap
ibu hamil yang diberikan intervensi
dengan ibu hamil yang tidak
diberikan intervensi menunjukkan
bahwa melakukan pijat perineum
lebih efektif mengurangi kejadian
rupture perineum dibandingkan yang
tidak dilakukan pijat perineum
didapatkan seluruh responden
mengalami rupture perineum.
Perineum yang tidak dilakukan
pemijatan memilki risiko sebesar
16,8 kali lebih besar untuk terjadinya
robekan pada perineum.
dibandingkan perineum yang
dilakukan pemijatan. Berkurangnya
robekan perineum dapat terjadi
karena pada saat ibu dilakukan
pemijatan perineum, jaringan pada
perineum menjadi rileks sehingga
dapat menyebabkan peningkatan
elastisitas jalan lahir yang dapat
mempermudah proses melahirkan
serta mengurangi robekan perineum.
Pada perineum terdapat jaringan ikat
dan kolagen yang bersifat elastis
maka apabila dirangsang dengan
melakukan pemijatan perineum akan
terjadi regangan dan kontraksi pada
daerah perineum sehingga aliran
darah menjadi lancer dan perineum
menjadi elastis. Hal ini membuktikan
bahwa manfaat pemijatan perineum
dapat membantu melunakkan
jaringan perineum, jaringan tersebut
akan membuka tanpa resistensi
pada saat persalinan dan dapat
mempermudah lewatnya bayi
(Aprilia, 2010).
Outcome Dari hasil evaluasi, didapatkan hasil
kelompok ibu hamil yang
mendapatkan intervensi berjumlah
14 responden (50%) yang
melakukan pijat perineum, hanya
sebanyak 9 responden (32,1%) yang
mengalami robekan perineum.
Sedangkan kelompok pembanding
yang berjumlah 14 responden (50%)
dan tidak diberikan intervensi pijat
perineum, seluruh responden
mengalami robekan perineum. Ada
perbedaan bermakna terhadap
terjadinya robekan perineum antara
kelompok kontrol dan kelompok
pembanding. Sehingga didapatkan
hasil pijat perineum efektif
menurunkan risiko robekan perineum
pada ibu primigravida. Sehingga
sangat disarankan untuk
meningkatkan pemahaman dan
kepatuhan ibu dalam melakukan pijat
perineum pada masa kehamilan
melalui pendidikan kesehatan, dan
menjadikan pemijatan perineum
sebagai bahan masukan pada
program kelas ibu hamil.
Hasil Penelitian ini adalah untuk
analisa mengetahui keefektivitasan pijat
perineum pada ibu hamil
primigravida. Dari hasil penelitiannya
dapat disimpulkan bahwa teknik pijat
perineum merupakan cara yang
efektif untuk mengurangi terjadinya
rupture perineum dan mengurangi
tindakan episiotomi pada proses
persalinan. Penelitian ini bisa
diterapkan ditempat pelayanan
kesehatan karena mudah dilakukan
dan tidak membutuhkan alat, ibu
hamil juga dapat melakukan teknik
ini secara mandiri ketika sudah
diajarkan.
2. Judul Jurnal : Efektifitas Pemijatan Populasi / Dalam jurnal ini, populasi atau
Perineum Pada problem problem yang ditemukan yaitu ibu
Primigravida hamil primigravida belum pernah ada
Terhadap Kejadian yang melakukan pemijatan perineum
Laserasi Perineum selama kehamilan. Pijat perineum
adalah salah satu cara untuk
Penulis : Ida Farida Handayani menimalkan terjadinya laserasi
perineum. Dimana angka kejadian
Tahun : 2018 laserasi perineum lebih banyak
ditemukan pada primipara, yaitu
Nama Jurnal : Jurnal Penelitian sekitar 73,53 persen.
Intervensi Intervensi yang diberikan yaitu
Kesehatan Suara
diberikan penyuluhan dan dilatih
Forikes, Volume 9
cara memijat perineum. Pemijatan
Nomor 2, April
dilakukan pada ibu hamil
2018 ISSN 2086-
primigravida dengan usia kehamilan
3098 (p) -- ISSN
> 34 minggu sampai menjelang
2502-7778 (e)
persalinan dengan frekuensi 2 kali
seminggu dengan durasi pemijatan
Database : Google Schoolar
kurang lebih 10 menit. Pijat
dilakukan oleh responden atau oleh
pasangan responden (suami)
dengan menggunakan minyak
kelapa murni (minyak kletik). Pijat
dilakukan dengan memasukkan satu
atau dua jari yang telah diberi
pelumas ke dalam vagina.
Selanjutnya peneliti melakukan
pemantauan/observasi dengan
menggunakan lembar observasi
pada kelompok perlakuan sampai
responden melahirkan. Pemijatan
perineum ini memungkinkan
perineum tetap utuh. Pemijatan
perineum adalah teknik memijat
perineum pada waktu hamil atau
beberapa minggu sebelum
melahirkan guna meningkatkan
aliran darah ke daerah ini dan
meningkatkan elastisitas perineum.
Peningkatan elastisitas perineum
akan mencegah kejadian robekan
perineum maupun episiotomi.
Comparasi Hasil metode perbandingan terhadap
ibu hamil yang diberikan pijat
perineum, menunjukan bahwa pijat
perineum efektif untuk menurunkan
kejadian laserasi perineum pada
primigravida. Keuntungan utama dari
pijat perineum dapat mengurangi
resiko mengalami laserasi sebesar
8,5 kali dibandingkan dengan
primigravida yang tidak melakukan
pijat perineum.
Pemijatan perineum membuat
kelahiran bayi dengan perineum
utuh, menstimulasi aliran darah ke
perineum yang mempercepat
penyembuhan, membantu ibu
mempelajari sensasi proses
persalinan (saat kepala crowning)
sehingga ibu menjadi rileks saat
bersalin, membantu menyiapkan
mental ibu terhadap tekanan dan
rengangan perineum, menghindari
episiotomi atau robeknya perineum
di kala II dengan meningkatkan
elastisitas perineum. Peregangan
perineum saat persalinan bisa
mengakibatkan perlunakan yang
positif apabila perineum elastis,
fleksibel dan lentur maka kejadian
ruptur perineum dapat diminimalisir
atau tidak terjadi ruptur perineum
sama sekali dan perubahan yang
negatif apabila perineum tidak
elastis, flesibel dan lentur maka
regangan pada perineum akan
mengakibatkan terjadinya ruptur
perineum.
Outcome Dari hasil evaluasi menunjukan
kejadian laserasi perineum lebih
tinggi ditemukan pada kelompok
yang tidak dipijat (93,5 %)
dibandingkan pada kelompok yang
dipijat (45,2%). Pada kelompok
dipijat sebagian besar tidak
mengalami laserasi sebanyak 54,8
%, sedangkan pada kelompok tidak
dipijat yang tidak mengalami laserasi
sebanyak 6,5%. Pada kelompok
dipijat lebih banyak responden yang
tidak mengalami laserasi perineum
(54,8%), selanjutnya laserasi grade 2
(35,5%) dan laserasi grade 1 (9,7%).
Pada kelompok yang tidak dipijat
lebih banyak ditemukan laserasi
grade 2 (64,5%), selanjutnya laserasi
grade 3 (19,4%) laserasi grade 1
(9,7%) dan yang tidak mengalami
laserasi (6,4%). Hal ini membuktikan
manfaat pemijatan perineum yang
dapat membantu melunakan jaringan
perineum sehingga jaringan tersebut
akan membuka tanpa resistensi saat
persalinan untuk mempermudah
lewatnya bayi. Pemijatan perineum
ini memungkinkan perineum tetap
utuh. Pemijatan perineum sejak
kehamilan dapat menurunkan risiko
dan mencegah terjadinya laserasi
perineum yang lebih besar.
Hasil Penelitian ini adalah untuk
Analisa mengetahui keefektivitasan pijat
perineum pada ibu hamil
primigravida terhadap kejadian
laserasi perineum. Dari hasil
penelitianya dapat disimpulkan
bahwa pijat perineum efektif untuk
menurunkan kejadian laserasi
perineum pada primigravida. Melihat
besarnya manfaat pijat perineum
pada ibu hamil diharapkan bidan
maupun tenaga kesehatan
meningkatkan pemahaman
pemijatan perineum pada kehamilan
melalui pendidikan kesehatan
sebagai upaya meningkatkan
kemandirian dan kepatuhan ibu
hamil dalam melakukan pemijatan
perineum. Hasil penelitian ini dapat
menjadi bahan
pertimbangan/masukan untuk
menerapkan pemijatan perineum
sejak kehamilan pada program kelas
ibu hamil.
3. Judul Jurnal : Pengaruh Pijat Populasi / Dalam jurnal ini, populasi atau
Perineum Selama Problem problem yang ditemukan yaitu 90%
Masa Kehamilan penyebab kematian ibu terjadi pada
Terhadap Kejadian saat persalinan. Perdarahan post
Rupture Perenium partum sebagai penyebab utama
Spontan Di Pmb Shinta yaitu menyumbang 40% .
Nur Rochmayanti, perdarahan post partum terjadi
SST.,M.Kes diantaranya karena adanya robekan
jalan lahir atau perineum. Laserasi
Penulis : Shinta Nur Rochmayanti & perineum atau robekan jalan lahir
Kholifatul Ummah merupakan penyebab kedua dari
perdarahan post partum setelah
Tahun : 2018 atonia uteri, hal ini sering terjadi
pada primigravida perineum masih
Nama Jurnal : Jurnal Kebidanan utuh, belum terlewati oleh kepala
Universitas Islam janin sehingga akan mudah terjadi
Lamongan Vol. 10 No. robekan pernium (Manuba IBG,
1, Juni 2018 2005, 15:157).

Intervensi Intervensi yang diberikan yaitu


Database : Google Schoolar
dengan cara pemijatan perineum
pada ibu hamil terhadap kejadian
rupture perineum saat persalinan
atara kelompok intervensi dan
kelompok control, karena di daerah
perineum terdapat jaringan ikat dan
kolagen yang bersifat elastis maka
bila dirangsang dengan melakukan
pemijatan perineum maka akan
terjadi rangsangan kontraksi pada
daerah perineum sehingga aliran
darah menjadi lancer dan perineum
menjadi elastis. Peregangan pada
perineum saat persalinan bisa
mengakibatkan perubahan yang
positif apabila perineum elastis,
fleksibel dan lentur maka kejadian
repture perineum dapat dimanimalisir
atau tidakterjadi repture perineu,
sama sekali ( perineum utuh) dan
perubahan yang negative apabila
perineum tidak elastis, fleksibel dan
lentur maka regangan pada
perineum akan mengakibatkan
terjadi rupture perineum. Maka salah
satu cara yang dilakukan untuk
menghindari terjadi rupture perineum
dengan melakukan pemijatan
perineum.
Comparasi Hasil metode perbandingan terhadap
ibu hamil yang melakukan pemijatan
perineum dengan ibu hamil yang
tidak melakukan pemijatan
perineum. Terdapat pengaruh
pemijatan perineum pada ibu hamil
terhadap kejadian rupture perineum
saat persalinan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol,
karena didaerah perineum terdapat
jaringan ikat dan kolagen yang
bersifat elastis maka bila dirangsang
dengan melakukan pemijatan
perineum maka akan terjadi
regangan dan kontraksi pada daerah
perineum sehingga aliran darah
menjadi lancer dan perineum
menjadi elastis. Peregangan pada
perineum saat persalinan bisa
mengakibatkan perubahan yang
positif apabila perineum elastis,
fleksibel dan lentur maka kejadian
rupture perineum dapat diminimalisir
atau tidak terjadi rupture perineum
sama sekali (perineum utuh) dan
perubahan yang negatif apabila
perineum tidak elastis, fleksibel dan
lentur maka regangan pada
perineum akan mengakibatkan
terjadi rupture perineum.
Outcome Dari hasil evaluasi, didapatkan hasil
bahwa kejadian rupture perineum
lebih banyak terjadi pada kelompok
kontrol 12 orang (85,7%) yang tidak
dilakukan pemijatan perineum
dibandingkan pada kelompok
intervensi 2 orang orang (14,3%)
yang dilakukan pemijatan perineum.
Berdasarkan penelitian ini dapat
dianalisis ternyata ada pengaruh
pemijatan perineum pada ibu hamil
terhadap kejadian repture perineum
saat persalinan antara kelompok
intervensi dan kelompok control, hal
ini membuktikan manfaat pemijatan
perineum yang dapat membantu
melunakkan jaringan perineum
sehingga jaringan tersebut akan
membuka tanpa resistensi pada saat
persalinan, untuk mempermudah
lewatnya bayi.
Hasil Penelitian ini adalah untuk
Analisis mengetahui pengaruh pijat perineum
selama masa kehamilan terhadap
kejadian rupture perineum
didapatkan hasil bahwa pijat
perineum efektif untuk mengurangi
kejadian rupture perineum. Sehingga
dapat disarankan kepada tenaga
kesehatan khususnya bidan untuk
dapat mengeksplore dan
mengembangkan metode ini dalam
melakukan asuhan kebidanan pada
masyarakat.

4. Judul jurnal : The Effect of Perineal Populasi / Dalam jurnal ini populasi atau
Massage on Perineal problem problem yang ditemukan yaitu di
Tear Case on Amerika Serikat dari 26 juta ibu
Primigravida Pregnant melahirkan, ada 40% ibu mengalami
Mothers In Their Third robekan perineum (NHDS, 2014).
Trimester In Public Sedangkan di Asia sebanyak 50%
Health Center Care of robekan perineum ditemukan (Sutra
Morokay 2018 Nurjanna & Isra, 2017). Penyebab
(Pengaruh Pijat umum robekan perineum adalah
Perineum pada Kasus partus yang cepat, mengejan yang
Robekan Perineum terlalu kuat, edema, perineum rapuh,
pada Ibu Hamil kelenturan jalan lahir, dan tindakan
Primigravida Di persalinan (Luthfiyah, 2014).
Intervensi Intervensi yang dapat dilakukan
Ketiganya Trimester
untuk mencegah robekan pada
Di Puskesmas
perineum adalah pijat perineum. Pijat
Perawatan Morokay
perineum adalah teknik memijat
2018)
perineum selama kehamilan atau
Minggu sebelum melahirkan untuk
Penulis : Triana Indrayani ,Nurabia
meningkatkan aliran darah atau
Tuasikal
elastisitas perineum (Backmann,
Tahun : 2020
2013) . Intervensi dilakukan kepada
2 kelompok. Kelompok eksperimen
Nama jurnal : STRADA Jurnal
dan kelompok kontrol yang tidak
Ilmiah Kesehatan
mendapatkan pijat perineum. Oleh
Vol.9 No.2 November
karena itu disarankan bagi ibu hamil
2020 Page.588-592.
untuk melakukan pijat perineum
DOI:
pada enam minggu terakhir
10.30994/sjik.v9i2.346
kehamilan, karena semakin sering
ISSN: 2252-3847
dilakukan akan semakin baik. Selain
(print); 2614-350X
itu kualitas pelayanan di masyarakat
(online)
khususnya pada fasilitas pelayanan
dasar seperti Pos Pelayanan
Database : Google Scholar
Terpadu (Posyandu) atau Dinas
Kesehatan harus meningkatkan
keterampilan tenaga kesehatannya
dalam memberikan penyuluhan
kehamilan dan mengajarkan cara
melakukan pijat perineum sehingga
dapat menurunkan jumlah kasus
robekan perineum selama proses
persalinan (Vitrisia, 2017)

Comparasi Hasil metode perbandingan terhadap


ibu hamil yang diberikan intervensi
dengan ibu hamil yang tidak
diberikan intervensi menunjukkan
bahwa pijat perineum efektif dapat
meminimalisir terjadinya ruptur
perineum. Sedangkan pada
kelompok pembanding yang tidak
melakukan pijat menunjukkan bahwa
kejadian ruptur perineum lebih
banyak. Hal ini membuktikan bahwa
pijat perineum membantu
melembutkan jaringan perineum
sehingga akan terbuka tanpa
hambatan selama proses persalinan,
dan mempermudahkan bayi
dikeluarkan. Pijat perineum
memungkinkan persalinan dilakukan
dengan perineum tetap utuh, atau
robekan (Dina Herdiana, 2018).

Outcome Dari hasil evaluasi didapatkan hasil


kelompok ibu hamil yang
mendapatkan intervensi berjumlah
16 respondem yang melakukan pijat
perineum (50%) dan hanya 5
responden (31,2%%) yang
mengalam robekan perineum.
Sedangkan kelompok pembanding
yang tidak diberikan intervensi
berjumlah 16 responden (50%)
didapatkan 13 responden (81,2%)
mengalami robekan perineum dan
sebanyak 3 responden (18,8%) yang
tidak mengalami robekan perineum
dan dapat disimpulkan bahwa 78,6%
dari mereka yang mendapatkan pijat
perineum tidak menderita robekan
perineum dan 72,2% dari mereka
yang tidak mendapatkan pijat.
perineum menderita robekan
perineum Maka secara statistik
menunjukkan ada pengaruh
pemijatan perineum pada ibu hamil
terhadap kejadian ruptur perineum
pada saat persalinan antara
kelompok intervensi dan kelompok
pembanding. Maka dari itu ibu hamil
disarankan menerima pengertian
tentang pemijatan perineum,
manfaat dan cara pemijatan
perineum lebih efektif dan dapat
mempelajarinya
Hasil Penelitian ini untuk mengetahui
Analisa pengaruh pijat perineum terhadap
kasus robek perineum pada ibu
hamil primigravida trimester III.
Berdasarkan penelitian ini dapat
dianalisis ternyata ada pengaruh
pemijatan perineum pada ibu hamil
terhadap kejadian rupture perineum
saat persalinan antara kelompok
intervensi dan kelompok kontrol,
karena didaerah perineum terdapat
jaringan ikat dan kolagen yang
bersifat elastis maka bila dirangsang
dengan melakukan pemijatan
perineum maka akan terjadi
regangan dan kontraksi pada daerah
perineum sehingga aliran darah
menjadi lancer dan perineum
menjadi elastis. Peregangan pada
perineum saat persalinan bisa
mengakibatkan perubahan yang
positif apabila perineum elastis,
fleksibel dan lentur maka kejadian
rupture perineum dapat diminimalisir
atau tidak terjadi rupture perineum
sama sekali (perineum utuh) dan
perubahan yang negatif apabila
perineum tidak elastis, fleksibel dan
lentur maka regangan pada
perineum akan mengakibatkan
terjadi rupture perineum. Maka salah
satu cara yang dilakukan untuk
menghindari terjadinya rupture
perineum dengan melakukan
pemijatan perineum.
5. Judul Jurnal : Pengaruh Pijat Populasi / Populasi dalam penelitian ini adalah
Perineum Terhadap Laserasi Saat Problem seluruh ibu hamil primigravida
Inpartu Pada Primigravida di dengan usia kehamilan diatas 36
Kabupaten Rejang Lebong. minggu sebanyak 76 responden
yaitu 38 orang untuk kelompok
Penulis : Rini Patroni, Mulyadi dan perlakuan dan 38 orang untuk
Jon Farizal. kelompok control. Sekitar 40%-85%
dari wanita yang melahirkan normal
Tahun : 2019. mengalami laserasi perineum dan
sekitar 2/3 dari wanita ini
Nama Jurnal : Jurnal Ilmiah, memerlukan penjahitan. Laserasi
AVICENNA, ISSN : 1978 – 0664 jalan lahir merupakan penyebab
EISSN: 2654 – 3249, Vol. 14, No. kedua perdarahan setelah atonia
3, Desember 2019 : 52 – 110 uteri. Trauma genital dapat
diakibatkan episiotomi, robekan
Database : Google Scholar spontan atau keduanya.

Intervensi Intervensi yang diberikan yaitu


dengan Perineum Massage adalah
teknik memijat perineum di saat
hamil atau beberapa minggu
sebelum melahirkan guna
meningkatkan perubahan hormonal
yang melembutkan jaringan ikat,
sehingga jaringan perineum lebih
elastis dan lebih mudah meregang.
Peningkatan elastisitas perineum
akan mencegah kejadian robekan
perineum maupun episiotomi. Teknik
ini dapat dilakukan satu kali sehari
selama beberapa minggu terakhir
kehamilan. Perineum massage
selain dapat meminimalisasi robekan
perineum, juga dapat meningkatkan
aliran darah, melunakkan jaringan di
sekitar perineum ibu dan membuat
elastis semua otot yang berkaitan
dengan proses persalinan termasuk
kulit vagina (Aprilia, 2010). Saat
semua otot-otot itu menjadi elastis,
ibu tidak perlu mengejan terlalu
keras cukup pelan-pelan saja
bahkan bila prosesnya lancer
robekan pada perineum tidak terjadi
dan vagina tidak perlu dijahit
(Indivara,2009). Bidan di Kab.
Rejang lebong rata-rata bidan masih
melakukan episiotomi saat menolong
persalinan, saat ANC belum ada
bidan yang melakukan pijet
perineum untuk meminimalisir
terjadinya ruptur perineum.
Comparasi Hasil metode perbandingan terhadap
ibu hamil yang diberikan pijat
perineum dan tidak diberikan pijat
perineum menunjukan hasil kejadian
laserasi perineum lebih banyak
terjadi pada responden yang tidak
dilakukan pijat perineum. Minimalnya
robekan perineum dapat terjadi
karena pada saat ibu di lakukan pijat
perineum otot-otot disekitar
perineum ibu akan lebih rileks
sehingga dapat menyebabkan
peningkatan elastisitas jalan lahir
yang dapat mempermudah
melahirkan serta mengurangi
kejadian robekan perineum. Selain
dilakukan pemijatan pada perineum,
posisi ibu selama persalinan juga
sangat mempengaruhi keutuhan dari
perineum. Ibu bersalin dengan posisi
miring akan merasa lebih rileks dan
nyaman,selain itu juga mengurangi
peregangan yang berlebihan pada
daerah perineum.
karakteristik responden yang
dilakukan pijat perineum dan tidak
dilakukan pijat perineum adalah.

Outcome Dari hasil evaluasi didapatkan hasil


bahwa kejadian laserasi perineum
banyak pada responden yang tidak
dilakukan pijat perineum 25 (65,7,%)
dibandingkan dengan laserasi yang
dilakukan pijat perineum 5 orang
(13,1%). Setelah dilakukan uji Chi-
square diperoleh nilai p=0,02 (,0,05)
maka secara statistik menunjukan
ada pengaruh pijat perineum dan
tidak pijat perineum. Minimalnya
robekan perineum dapat terjadi
karena pada saat ibu di lakukan pijat
perineum otot-otot disekitar
perineum ibu akan lebih rileks
sehingga dapat menyebabkan
peningkatan elastisitas jalan lahir
yang dapat mempermudah
melahirkan serta mengurangi
kejadian robekan perineum.
Hasil Penelitian ini bertujuan untuk
Analisa mengetahui pengaruh pijat perineum
terhadap laserasi saat inpartu pada
ibu primigravida. Dari hasil
penelitiannya dapat disimpulkan
bahwa pijat perineum berpengaruh
menurunkan kejadian laserasi saat
persalinan. Pijat perineum dapat
disarankan untuk dibuat menjadi
program dengan metode pijat
perineum sehingga bidan dapat
menerapkan pijat perineum ini
kepada semua ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan ANC
trimester III

PEMBAHASAN

Perineum adalah tempat yang paling sering terjadi robekan pada saat proses
persalinan. Robekan perineum dialami 85% wanita selama masa kelahiran dan 60-70%
membutuhkan penjahitan. Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Jaringan lunak jalan lahir dan struktur di
sekitarnya akan mengalami kerusakan pada setiap persalinan. Kerusakan biasanya lebih
nyata pada wanita nullipara karena jaringan pada nullipara lebih padat dan lebih resisten dari
pada wanita multipara (Yulianti dkk, 2021).
Kasus robekan perineum di Asia cukup sering ditemukan, dimana 50% dari total
kasus robekan perineum yang terjadi di dunia berasal dari Asia (Nasution). Prevalensi ibu
yang menderita robekan perineum di Indonesia pada rentang usia 25-30 tahun sebesar 62%,
pada rentang usia 32-39 sebesar 24%, pada ibu primigravida sebesar 69,8%, pada ibu
multigravida sebesar 16,7% dan ibu grandemultigravida 13,5% (Indrayani, 2020). Laserasi
perineum atau Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua dari perdarahan post partum
setelah atonia uteri, hal ini sering terjadi pada primigravida karena pada primigravida
perineum masih utuh, belum terlewati oleh kepala janin sehingga akan mudah terjadi
robekan perineum (Rochmayanti, 2018).
Penyebab umum robekan perineum adalah partus terjal, mengejan terlalu kuat,
edema, perineum rapuh, fleksibilitas jalan lahir, dan tindakan persalinan (Indrayani, 2020).
Persalinan dengan ruptur perineum apabila tidak ditangani secara efektif dapat berdampak
terhadap terjadinya infeksi, disparenia (ketidaknyamanan ibu dalam hubungan seksual dan
saat buang air besar) dan resiko komplikasi yang mungkin terjadi jika ruptur perineum tidak
segera diatasi yaitu perdarahan. Robekan jalan lahir utamanya ruptur perineum merupakan
penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan. Selain itu, adanya ruptur pada
perineum juga dapat menimbulkan infeksi (Rini, 2019). Robekan perineum juga dapat
mengakibatkan robekan jaringan pararektal, sehingga rektum terlepas dari jaringan
sekitarnya. Perlukaan dapat menyebabkan kelemahan dasar panggul sehingga mudah
terjadi prolapsus genitalis dan dapat terjadi rektokel (Wiknjosastro 2010 dalam jurnal Yulianti
dkk , 2021)
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah robekan perineum saat
melahirkan adalah pijat perineum. Pijat perineum adalah teknik memijat perineum selama
kehamilan atau minggu sebelum melahirkan untuk meningkatkan aliran darah atau
elastisitas perineum. Peningkatan elastisitas perineum dapat mencegah robekan perineum
atau episiotomi (Rochmayanti, 2019). Menurut Handayani (2018) pemijatan perineum adalah
salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-
otot dasar panggul, sehingga menimalkan terjadinya laserasi perineum, dengan demikian ibu
nifas dapat melewati masa nifasnya lebih berkualitas tanpa rasa nyeri yang diakibatkan oleh
laserasi perineum. Pemijatan perineum dilakukan pada saat hamil dengan usia kehamilan ≥
34 minggu. Pemijatan perineum membantu menyiapkan mental ibu pada saat dilakukan
pemeriksaan dalam (vaginal touche) dan mempersiapkan jaringan perineum menghadapi
situasi pada saat kepala janin crowning.
Perineum Massage adalah teknik memijat perineum di saat hamil atau beberapa
minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan perubahan hormonal yang melembutkan
jaringan ikat, sehingga jaringan perineum lebihelastisdan lebih mudah meregang.
Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah kejadian robekan perineum
maupunepisiotomi. Teknik ini dapat dilakukan satu kali sehari selama beberapa minggu
terakhir kehamilan didaerah perineum (area antara vagina dan anus) (Rini dkk, 2019).
Penelitian lain menyimpulkan bahwa pemijatan perineum selama kehamilan dapat
melindungi fungsi perineum paling tidak selama 3 bulan pasca melahirkan (Handayani,
2018).
Pijat dilakukan oleh ibu hamil dan dapat dibantu oleh pasangan dengan
menggunakan minyak kelapa murni (minyak kletik). Pijat dilakukan dengan memasukkan
satu atau dua jari yang telah diberi pelumas ke dalam vagina (Handayani, 2018). Hal ini
sesuai dengan pendapat Labrecque, Eason et al 1999 dalam Dekker (2012) yang
mengungkapkan pemijatan dilakukan selama 10 menit per hari. Dimulai pada usia kehamilan
34-35 minggu, dan pemijatan bisa dilakukan oleh ibu atau pasangannya. Namun minyak
yang digunakan oleh Labreque untuk pelumas adalah minyak almond. Hal ini sejalan dengan
penelitian Indrayani (2020) yang menyarankan bagi ibu hamil untuk melakukan pijat
perineum pada enam minggu terakhir kehamilan, karena semakin sering dilakukan akan
semakin baik. Pemberian edukasi kepada ibu hamil tentang pelaksanaan pijat perineum
meliputi manfaat, indikasi dan kontra indikasi, waktu pelaksanaan dan cara pijat perineum
dengan menggunakan phantom perineum. Pemberian informasi tentang pijat perineum
sangat penting untuk dilakukan terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan mengingat
dampak positif yang diperoleh sangat besar (Yulianti dkk, 2021).
Diperlukan kepatuhan ibu untuk menggunakan dan menerapkan pijat perineum
secara teratur sehingga dapat meminimalisir terjadinya laserasi perineum (Yulianti dkk,
2021). Peran serta suami dan keluarga juga sangat penting dalam memberikan dukungan
selama ibu melakukan pijat perineum pada kehamilan begitu pula peran bidan dan tenaga
kesehatan di pelayanan masyarakat khususnya pada fasilitas pelayanan dasar seperti
puskesmas, posyandu atau BPM (Bidan Praktek Mandiri) yang juga harus meningkatkan
keterampilan tenaga kesehatannya dalam memberikan penyuluhan kehamilan dan
mengajarkan cara melakukan pijat perineum sehingga dapat menurunkan jumlah kasus
robekan perineum selama proses persalinan (Indrayani, 2020).
KESIMPULAN

Salah satu terapi komplementer yang dapat diberikan untuk mengurangi terjadinya
rupture perineum adalah dengan memberikan dan mengajarkan ibu hamil teknik pijat
perineum. Pijat perineum yang dilakukan selama masa kehamilan efektif untuk menurunkan
kejadian rupture perineum dan menurunkan tindakan episiotomi saat persalinan, sehingga
sangat disarankan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan dapat meningkatkan
pemahaman dan kepatuhan ibu dalam melakukan pemijatan perineum pada kehamilan
melalui pendidikan kesehatan, menjadikan pemijatan perineum sebagai bahan
pertimbangan/masukan pada program kelas ibu hamil dan menerapkan intervensi ini kepada
setiap ibu hamil yang datang saat ANC trimester III.
Berdasarkan dari hasil telaah semua artikel didapatkan hasil bahwa kelompok yang
tidak dipijat menunjukkan kejadian rupture perineum lebih tinggi dibandingkan dengan
kelompok yang dilakukan pemijatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
pemijatan terhadap kejadian rupture perineum dibandingkan dengan kelompok yang tidak
dilakukan pemijatan perineum selama akhir periode kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, F. D., & Anggasari, Y. (2019). Pengaruh Pijat Perineum Pada Kehamilan
Trimester III Terhadap Robekan Perineum Primigravida Di Puskesmas Jagir
Surabaya. Jurnal Ilmiah Kebidanan, 5(1)
Beckmann, M. M., & Garrett, A. J. (2006). Antenatal perineal massage for reducing perineal
trauma. Cochrane Database of Systematic Reviews(1).
Dartiwen, Kusharisupeni, Sabri, L. 2015. Pengaruh Pemijatan Perineum Pada Primigravida
Terhadap Kejadian Laserasi Perineum Saat Persalinan di Bidan Praktik Mandiri
(BPM) Wilayah Kerja Puskesmas Margadadi Kabupaten Indramayu Tahun 2015.
Jurnal Stikesmuhla Vol. 08, No. 02
Dina Herdiana D. H. (2018). Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada Ny “M” Di Bpm D Di
Bukit Tinggi Tanggal 9 Februari-21 Maret tahun 2018. Stikes Perintis Padang.
Dinkes Sambas. 2016. Profil kesehatan Kabupaten Sambas 2016. Sambas: Tim Penyusun
Donmez Sevgul, Kavlak Oya. 2015. Effects of Prenatal Perienal massage and Kegel
Exercise on the Integrity postnatal Perine. Di unduh dari www.iosrjournal.org
Fatimah, P. L. 2018. Hubungan Pemberian Edukasi Pijat Perineum dengan Pelaksanaan
Pijat Perineum pada Ibu Hamil Trimester III
Fritria Dwi Anggraini,SST., M.Kes, Yasi Anggasari, SST. MK. 2017. Pengaruh pijat perineum
pada kehamilan trimester III terhadap robekan perineum primigravida di
puskesmas Jagir Surabaya. UNUSA
Handayani, IF. 2018. Efektivitas Pemijatan Perineum Pada Primigravida Terhadap Kejadian
Laserasi Perineum. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume 9 Nomor
2.
Herdiana,Trirejeki.Dr. (2009). Tips Pijat Perineum. Liu, David.T.Y. (2008). Manual Persalinan
Edisi 3. Jakarta: EGC.
Hidayati R, Zahariah Sultanah. 2012. Pengaruh pemijatan perineum terhadap ruptur
perineum pada primigravida di BPS Ny. R di kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember. Smart Midwifery The Journal Of Midwifery. Diunduh dari
http://www.akbidplus-drsoebandi.com
Hidayati R, Zahariah Sultanah. 2017. Pengaruh pemijatan perineum terhadap ruptur
perineum pada primigravida di BPS Ny. R di kecamatan Sumbersari
Kabupaten Jember. Smart Midwifery The Journal Of Midwifery.
Labrecque M, M. 2014. The Association Between Perineal Trauma And Spontaeus Perineal
Tear.RCOG. Br J Obs Gyn 109.
Luthfiyah, N. (2014). Determinan Pemanfaatan Pelayanan Nifas di Daerah Rural Indonesia
Tahun 2011-2012.
Masita, E. D. 2016. Pengaruh Pijat Perineum Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu
Hamil Primigravida Trimester III,” Journal of Health Sciences, 9(1)
Safitri, W. 2014. Pengaruh Pemijatan Perineum pada Primigravida Terhadap Kejadian
Ruptur Perineum Saat Persalinan di Bidan Praktik Mandiri di Kota Bengkulu Tahun
2014. Jurnal Kesehatan Andalas 2015. tersedia dalam http://jurnal.fk.unand.ac.id
Shipman, M.K. dkk. 2016. Antenatal perineal massage and subsequent perineal outcomes:
a randomised controlled trial,” BJOG: An International Journal of Obstetrics &
Gynaecology. Wiley Online Library, 104(7), hal. 787–791
Simkin, P. 2016. Pregnancy, Childbirth and the Newborn. New York: Book Trade Distribution.
Sinclair, C. 2010. Buku Saku Kebidanan. Jakarta: EGC
Sutra Nurjanna, P., & Isra, W. A. (2017). IDENTIFIKASI IBU BERSALIN YANG MENGALAMI
RUPTUR PERINEUM DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA PROVINSI
SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016. Poltekkes Kemenkes Kendari
VITRISIA, M. (2017). PENERAPAN PIJAT PERINEUM UNTUK MENGURANGI RUPTUR
PERINEUM SAAT PERSALINAN DI KLINIK PRATAMA PERMATA IBU
TERSOBO, PREMBUN. STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG.

Anda mungkin juga menyukai