NPM: 1102010247
Skenario 1 (Kesehatan Ibu dan Anak)
Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing individu. Walaupun
setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempunyai batas yang jelas, karena
proses tumbuh kembang berjalan secara berkesinambungan.
Tahap
Diferentiation
Usia
12-14
Karakteristik
Remaja menyadari bahwa ia berbeda secara sikologis dari orang
tuanya. Kesadaran ini sering membuatnya mempertanyakan dan
menolak nilai-nilai dan nasihat-nasihat orang tuanya, sekalipun
nilai-nilai dan nasihat tersebut masuk akal.
Practice
14-15
Rapprochment
15-18
Consolidation
18-21
Perilaku beresiko
Risiko kehamilan (ibu & janin). Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami risiko
Berakibat pada kematian ibu. Kehamilan usia muda dapat berisiko menderita kanker di
masa yang akan datang
Persalinan prematur, IUGR, BBLR & kematian perinatal.
Tekanan pasangan
Merasa sudah siap melakukan hubungan seks
Keinginan dicintai
Keingintahuan tentang seks
Keinginan menjadi populer
Tidak ingin diejek masih perawan
Film, tayangan TV, & media massa (termasuk internet) menampakkan bahwa normal bagi
remaja utk melakukan hubungan seks
Tekanan dari seseorang untuk melakukan hubungan seks
Karena kurangnya pengetahuan yg lengkap & benar ttg proses terjadinya kehamilan &
metode2 pencegahannya
Akibat terjadi tindak perkosaan
Dampak
a. Kehamilan dipertahankan
1. Risiko Fisik: kesulitan dalam persalinan seperti pendarahan, komplikasi lain
(PEB, persalinan prematur, IUGR, CPD) hingga kematian
2. Risiko Psikis/Psikologis.
Pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena pasangan tidak mau
menikahinya/ tidak mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Kalau mereka menikah: perkawinan bermasalah yang penuh konflik krn
sama-sama belum dewasa & siap memikul tanggung jawab sebagai orang tua.
Pasangan muda terutama pihak perempuan : dibebani o/ berbagai perasaan yg
tdk nyaman (dihantui rasa malu terus menerus, rendah diri, bersalah/ berdosa,
depresi atau tertekan, pesimis dll) hingga gangguan kejiwaan
3. Risiko Sosial
Berhenti/putus sekolah atas kemauan sendiri krn rasa malu/cuti melahirkan.
Dikeluarkan dari sekolah : sekolah tdk mentolerir siswi hamil.
Menjadi objek gosip, kehilangan masa remaja yg seharusnya dinikmati, &
terkena cap buruk karena melahirkan anak "di luar nikah" : kelahiran anak di
luar nikah masih menjadi beban orang tua maupun anak yg lahir.
4. Risiko Ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan & membesarkan bayi/anak membutuhkan biaya
besar
b. Mengakhiri kehamilan
Abortus dalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum
buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup diluar kandungan, dimana beratnya <
500 gram atau sebelum kehamilan usia 20 mgg
Abortus terbagi 2:
- Abortus spontan keguguran
- Abortus buatan pengguguran, aborsiImami/KRR 24
Risiko aborsi tdk aman
1. Risiko Fisik: Pendarahan & komplikasi lain (infeksi, emboli, KE, robekan ddg rahim,
kerusakan leher rahim) kematian. Aborsi yang berulang: komplikasi & juga
mengakibatkan kemandulan.
2. Risiko Psikis
Pelaku aborsi: perasaan takut, panik, tertekan atau stress, trauma mengingat proses
aborsi dan kesakitan. Kecemasan karena rasa bersalah/ dosa akibat aborsi bisa
berlangsung lama. Depresi
Perasaan sedih karena kehilangan bayi
Kehilangan kepercayaan diri
3. Risiko Sosial
Ketergantungan pada pasangan menjadi > besar karena perempuan merasa sudah
tidak perawan, pernah mengalami KTD dan aborsi.
Remaja perempuan > sukar menolak ajakan seksual pasangannya.
Pendidikan terputus dan masa depan terganggu.
4. Risiko Ekonomi. Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya
menjadi semakin tinggi.
3. Upaya pemerintah dalam menurunkan AKI dan IMR
3.1. Latar belakang
A. Perundang-undangan
1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H ayat (1)
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
2) Pasal 34 ayat (3)
Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
fasilitas pelayanan umum yang layak.
3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pada Pasal 5 ayat
- (1): Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan.
- (2): Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau.
- (3): Setiap orang berhak secara mandiri dan bertanggung jawab menentukan
sendiri pelayanan kesehatan yang diperlukan bagi dirinya.
4) Pasal 6: setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian
derajat kesehatan.
B. Pengaruh dunia kesehatan internasional
MDGs
Deklarasi Milenium adalah hasil kesepakatan kepala negara dan perwakilan dari 189
negara Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mulai dijalankan pada September 2000,
berupa delapan butir tujuan untuk dicapai pada tahun 2015 yang berisi komitmen untuk
mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan.
(Stalker P, 2008)
Hubungan tujuan MDGs dengan kesehatan ibu dan anak (KIA)
Syndrome/RDS (14%), prematuritas (14%), ikterus (3%), cedera lahir (3%), tetanus (3%),
defisiensi nutrisi (3%) dan Suddenly Infant Death Syndrome/SIDS (3%). Penyebab kematian
bayi (29 hari 1 tahun) adalah diare (42%), pneumonia (24%), meningitis/ensefalitis (9%),
kelainan saluran cerna (7%), kelainan jantung kongenital dan hidrosefalus (6%), sepsis (4%),
tetanus (3%) dan lain-lain (5%). Penyebab kematian balita (1 4 tahun) adalah diare (25,2%),
pneumonia (15,5%), Necrotizing Enterocolitis E.Coli/NEC (10,7%), meningitis/ensefalitis
(8,8%), DBD (6,8%), campak (5,8%), tenggelam (4,9%) dan lain-lain (9,7%).
3.2. Macam-macam upaya penurunan AKI, AKB dan AKN
Preventif
-
Jampersal
1. Tujuan Umum
Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir
dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan
berwenang di fasilitas kesehatan dalam rangka menurunkan AKI dan AKB.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya cakupan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan
pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan yang kompeten;
b. Meningkatnya cakupan pelayanan bayi baru lahir, keluarga berencana pasca
persalinan dan penanganan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru
lahir, kb pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten; dan
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efisien, efektif, transparan, dan
akuntabel.
Sasaran
Sesuai dengan tujuan Jaminan Persalinan yakni untuk menurunkan AKI dan
AKB, maka sasaran Jaminan Persalinan dikaitkan dengan pencapaian tujuan tersebut.
Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan adalah:
1. Ibu hamil
2. Ibu bersalin
3. Ibu nifas ( sampai 42 hari pasca melahirkan)
4. Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari)
Sasaran yang dimaksud diatas adalah kelompok sasaran yang berhak
mendapat pelayanan yang berkaitan langsung dengan kehamilan dan persalinan baik
normal maupun dengan komplikasi atau resiko tinggi untuk mencegah AKI dan AKB
dari suatu proses persalinan.
Agar pemahaman menjadi lebih jelas, batas waktu sampai dengan 28 hari pada
bayi dan sampai dengan 42 hari pada ibu nifas adalah batas waktu pelayanan PNC dan
tidak dimaksudkan sebagai batas waktu pemberian pelayanan yang tidak terkait
langsung dengan proses persalinan dan atau pencegahan kematian ibu dan bayi karena
suatu proses persalinan.
Ruang Lingkup Jampersal
A. Pelayanan persalinan tingkat pertama
Pelayanan persalinan tingkat pertama adalah pelayanan yang diberikan oleh dokter
atau bidan yang berkompeten dan berwenang memberikan pelayanan yang meliputi
pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan KB pasca
salin, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pelayanan persiapan rujukan
pada saat terjadinya komplikasi (kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir serta KB
paska salin) tingkat pertama.
Jenis pelayanan Jaminan persalinan di tingkat pertama meliputi:
1. Pelayanan ANC sesuai standar pelayanan KIA dengan frekuensi 4 kali;
2. Deteksi dini faktor risiko, komplikasi kebidanan dan bayi baru lahir
3. Pertolongan persalinan normal;
4. Pertolongan persalinan dengan komplikasi dan atau penyulit pervaginam yang
merupakan kompetensi Puskesmas PONED.
5. Pelayanan Nifas (PNC) bagi ibu dan bayi baru lahir sesuai standar pelayanan KIA
dengan frekuensi 4 kali;
Indikator keberhasilan
1. Indikator Kinerja Program (sesuai dengan Program KIA)
a. Cakupan (Akses pelayanan antenatal /K1)
b. Cakupan (Pelayanan ibu hamil/K4)
c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
d. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan
e. Cakupan pelayanan nifas lengkap (KF lengkap)
f. Cakupan peserta KB pasca persalinan
g. Cakupan kunjungan neonatal 1 (KN1)
h. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN Lengkap)
i. Cakupan penanganan komplikasi neonatal
2. Indikator Kinerja Pendanaan dan Tata Kelola Keuangan
a. Tersedianya dana jaminan persalinan pada seluruh daerah sesuai kebutuhan.
b. Termanfaatkannya dana Jaminan Persalinan bagi seluruh sasaran yang
membutuhkan.
c. Terselenggaranya proses klaim dan pertanggungjawaban dana Jaminan
Persalinan untuk pelayanan dasar dan pelayanan rujukan secara akuntabel.
3.3. Pemantauan dan Evaluasi
Konsep Dasar
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi
belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara
garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah
kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan
oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat
konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang
terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktorfaktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Kegunaan Angka Kematian Bayi dan Balita
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana
angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan
perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena
kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan
maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang
bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian
pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka
Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program
imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak,
program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5
tahun.
X 1000
3. Angka kematian neonatal
Angka Kematian Neonatal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu
bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
Ahmad menambahkan satu syarat lagi, yaitu wanita tersebut harus sudah tobat dari dosa
zinanya. Jika belum bertobat dari dosa zina, maka dia masih boleh menikah dengan siapa pun.
Menggugurkan Janin Sebelum Peniupan Roh
Dalam hal ini, para ulama berselisih tentang hukumnya dan terbagi menjadi tiga pendapat :
Pendapat Pertama :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya boleh. Bahkan sebagian dari
ulama membolehkan menggugurkan janin tersebut dengan obat. ( Hasyiat Al Qalyubi :
3/159 ). Pendapat ini dianut oleh para ulama dari madzhab Hanafi, SyafiI, dan
Hambali. Tetapi kebolehan ini disyaratkan adanya ijin dari kedua orang tuanya,( Syareh
Fathul Qadir : 2/495 ). Mereka berdalil dengan hadist Ibnu Masud di atas yang menunjukkan
bahwa sebelum empat bulan, roh belum ditiup ke janin dan penciptaan belum sempurna, serta
dianggap benda mati, sehingga boleh digugurkan.
Pendapat kedua :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya makruh. Dan jika sampai pada
waktu peniupan ruh, maka hukumnya menjadi haram. Dalilnya bahwa waktu peniupan ruh
tidak diketahui secara pasti, maka tidak boleh menggugurkan janin jika telah mendekati
waktu peniupan ruh , demi untuk kehati-hatian . Pendapat ini dianut oleh sebagian ulama
madzhab Hanafi dan Imam Romli salah seorang ulama dari madzhab SyafiI . ( Hasyiyah
Ibnu Abidin : 6/591, Nihayatul Muhtaj : 7/416 )
Pendapat ketiga :
Menggugurkan janin sebelum peniupan roh hukumnya haram. Dalilnya bahwa air
mani sudah tertanam dalam rahim dan telah bercampur dengan ovum wanita sehingga siap
menerima kehidupan, maka merusak wujud ini adalah tindakan kejahatan . Pendapat ini
dianut oleh Ahmad Dardir , Imam Ghozali dan Ibnu Jauzi ( Syareh Kabir : 2/ 267, Ihya
Ulumuddin : 2/53, Inshof : 1/386). Adapun status janin yang gugur sebelum ditiup rohnya
(empat bulan) , telah dianggap benda mati, maka tidak perlu dimandikan, dikafani ataupun
disholati. Sehingga bisa dikatakan bahwa menggugurkan kandungan dalam fase ini tidak
dikatagorikan pembunuhan, tapi hanya dianggap merusak sesuatu yang bermanfaat.
Ketiga pendapat ulama di atas tentunya dalam batas-batas tertentu, yaitu jika di dalamnya ada
kemaslahatan, atau dalam istilah medis adalah salah satu bentuk Abortus Profocatus
Therapeuticum, yaitu jika bertujuan untuk kepentingan medis dan terapi serta pengobatan.
Dan bukan dalam katagori Abortus Profocatus Criminalis, yaitu yang dilakukan karena alasan
yang bukan medis dan melanggar hukum yang berlaku, sebagaimana yang telah dijelaskan di
atas.
Menggugurkan Janin Setelah Peniupan Roh
Secara umum, para ulama telah sepakat bahwa menggugurkan janin setelah peniupan
roh hukumnya haram. Peniupan roh terjadi ketika janin sudah berumur empat bulan dalam
perut ibu, Ketentuan ini berdasarkan hadist Ibnu Masud di atas. Janin yang sudah ditiupkan
roh dalam dirinya, secara otomatis pada saat itu, dia telah menjadi seorang manusia, sehingga
haram untuk dibunuh. Hukum ini berlaku jika pengguguran tersebut dilakukan tanpa ada
sebab yang darurat.
Namun jika disana ada sebab-sebab darurat, seperti jika sang janin nantinya akan
membahayakan ibunya jika lahir nanti, maka dalam hal ini, para ulama berbeda pendapat:
Pendapat Pertama :
Menyatakan bahwa menggugurkan janin setelah peniupan roh hukumnya tetap
haram, walaupun diperkirakan bahwa janin tersebut akan membahayakan keselamatan ibu
yang mengandungnya. Pendapat ini dianut oleh Mayoritas Ulama.
Dalilnya adalah firman Allah swt :
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan
dengan suatu (alasan) yang benar. ( Q.S. Al Israa: 33 )
Kelompok ini juga mengatakan bahwa kematian ibu masih diragukan, sedang
keberadaan janin merupakan sesuatu yang pasti dan yakin, maka sesuai dengan kaidah
fiqhiyah : Bahwa sesuatu yang yakin tidak boleh dihilanngkan dengan sesuatu yang masih
ragu., yaitu tidak boleh membunuh janin yang sudah ditiup rohnya yang merupakan sesuatu
yang pasti , hanya karena kawatir dengan kematian ibunya yang merupakan sesuatu yang
masih diragukan. ( Hasyiyah Ibnu Abidin : 1/602 ).
Selain itu, mereka memberikan permitsalan bahwa jika sebuah perahu akan
tenggelam, sedangkan keselamatan semua perahu tersebut bisa terjadi jika sebagian
penumpangnya dilempar ke laut, maka hal itu juga tidak dibolehkan.
Pendapat Kedua :
Dibolehkan menggugurkan janin walaupun sudah ditiupkan roh kepadanya, jika hal
itu merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan ibu dari kematian. Karena menjaga
kehidupan ibu lebih diutamakan dari pada menjaga kehidupan janin, karena kehidupan ibu
lebih dahulu dan ada secara yakin, sedangkan kehidupan janin belum yakin dan
keberadaannya terakhir.( Mausuah Fiqhiyah : 2/57 )
Prediksi tentang keselamatan Ibu dan janin bisa dikembalikan kepada ilmu
kedokteran, walaupun hal itu tidak mutlak benarnya. Wallahu Alam.
Dari keterangan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama sepakat
bahwa Abortus Profocatus Criminalis, yaitu aborsi kriminal yang menggugurkan kandungan
setelah ditiupkan roh ke dalam janin tanpa suatu alasan syarI hukumnya adalah haram dan
termasuk katagori membunuh jiwa yang diharamkan Allah swt.
Adapun aborsi yang masih diperselisihkan oleh para ulama adalah Abortus
Profocatus Therapeuticum, yaitu aborsi yang bertujuan untuk penyelamatan jiwa, khususnya
janin yang belum ditiupkan roh di dalamnya.
Sanksi aborsi pasca peniupan ruh
a. Diyat (denda)
Dapat dilakukan terhadap keluarga korban dalam bentuk 100 ekor unta, atau 1000
dinar atau 12.000 dirham.
b. Ghurrah
Jika yang melakukan aborsi adalah perempuan itu sendiri. Dengan membayar uang
tebusan lengkap kepada ahli waris janin, dan dia tidak mendapatkannya, ia telah
kehilangan hak pewarisan karena membunuh
c. Al-kaffarah (penebusan dosa atau tobat)
Sanksi bagi si pembunuh, dengan membebaskan budak sahaya muslim.
d. Dokter dan pihak-pihak yang menuntut aborsi
Daftar Pustaka