Anda di halaman 1dari 13

GIZI BALITA

Disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan


Praktik Kerja Lapangan Manajemen Asuhan Gizi Klinik (MAGK)

DISUSUN OLEH :

Aulia Eka Putri P2.13.41.1.18.005

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II

JURUSAN GIZI

2021
Bab I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Balita adalah anak yang berumur di bawah lima tahun, tidak termasuk bayi
karena bayi mempunyai karakter makan yang khusus (Irianto, 2009). Peraturan
Menteri Kesehatan mendefinisikan anak balita adalah anak umur 12 sampai dengan
59 bulan. Pada umur tersebut anak berada pada periode tumbuh kembang manusia
yang disebut dengan the golden age. Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan
bahwa the golden age terdapat pada masa konsepsi, yaitu sejak manusia masih dalam
rahim ibu hingga beberapa tahun pertama kelahirannya yang diistilahkan dengan usia
dini. Setelah anak berumur 24 bulan, tidak ada lagi pertambahan sel-sel neuron baru
seperti yang terjadi pada umur sebelumnya, tetapi pematangannya masih berlangsung
sampai anak berusia empat atau lima tahun (Uce, 2017).

Setelah manusia lahir, apa yang dimakan oleh bayi sejak usia dini merupakan
fondasi yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraannya di masa depan. Balita akan
sehat jika awal kehidupannya sudah diberi makanan sehat dan seimbang sehingga
kualitas sumber daya yang dihasilkan optimal (Susilowati dan Kuspriyanto. 2016).

Salah satu prinsip yang harus diperhatikan dalam makanan seimbang adalah
keanekaragaman pangan. Prinsip keanekaragaman yang dimaksud adalah
keanekaragaman jenis pangan termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam
jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur (Kemenkes RI,
2014). Ketika masuk usia tiga tahun, anak mulai bersifat ingin mandiri dalam memilih
dan menentukan makanan yang ingin dikonsumsinya. Anak sering menolak makanan
yang tidak disukai dan hanya memilih makanan yang disukai sehingga perlu
diperkenalkan kepada mereka keragaman makanan untuk mengoptimalkan
pencapaian gizi seimbang (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016). Mengonsumsi
keragaman makanan perlu dilakukan karena tidak ada satupun jenis makanan yang
mengandung semua jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin
pertumbuhan dan mempertahankan kesehatannya (Kemenkes RI, 2014).
Menurut UNICEF, status gizi balita dipengaruhi langsung oleh asupan
makanan dan penyakit infeksi. Asupan zat gizi pada makanan yang tidak optimal
dapat menimbulkan masalah gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi pada balita
antara lain kekurangan energi protein (KEP), kekurangan vitamin A (KVA), anemia
gizi besi (AGB), gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), dan gizi lebih
(Susilowati dan Kuspriyanto. 2016). Masalah gizi lain pada balita adalah stunting
(Kemenkes RI, 2018).

B. Rumusan Masalah
 Apa itu Gizi untuk Balita?
 Berapa banyak kebutuhan Gizi untuk Balita?
 Bagaimana cara memenuhi Gizi untuk Balita?
C. Tujuan
 Mengetahui Gizi untuk Balita
 Mengetahui kebutuhan Gizi untuk Balita
 Mengetahui cara memenuhi Gizi untuk Balita
Bab II
Isi

A. Gizi Balita
1. Pengertian balita
Balita adalah anak yang berumur di bawah lima tahun, tidak termasuk bayi
karena bayi mempunyai karakter makan yang khusus (Irianto dalam Wahyuni, 2018).
Menurut Peraturan Menteri Nomor 25 tahun 2014 pasal 1 ayat 4, anak balita adalah
anak umur 12 bulan sampai dengan 59 bulan.
Menurut Maria Montessori menyatakan bahwa pada rentang usia lahir sampai
6 tahun anak mengalami masa keemasan (golden age) yang merupakan masa dimana
anak mulai peka/sensitive menerima berbagai rangsangan.
2. Karakteristik balita
Septriasa (2012) dalam Widyawati, dkk (2016) menyatakan karakteristik balita dibagi
menjadi dua yaitu:
a) Anak usia 1-3 tahun, merupakan konsumen pasif artinya anak menerima
makanan yang disediakan orang tuanya. Laju pertumbuhan usia balita
lebih besar dari usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan
yang relatif besar. Perut yang lebih kecil menyebabkan jumlah makanan
yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil bila
dibandingkan dengan anak yang usianya lebih besar. Oleh sebab itu, pola
makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering;
b) Anak usia prasekolah (3-5 tahun), anak menjadi konsumen aktif yang
mulai memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini berat badan anak
cenderung mengalami penurunan, disebabkan karena anak beraktivitas
lebih banyak dan mulai memilih maupun menolak makanan yang
disediakan orang tuanya.
3. Pentingnya usia balita
Sampai usia dua tahun merupakan masa kritis bagi anak dan termasuk dalam
periode window of opportunity. Pada periode ini sel-sel otak tumbuh sangat cepat
sehingga saat umur dua tahun pertumbuhan otak sudah mencapai lebih dari 80% dan
masa kritis bagi pembentukan kecerdasan (Susilowati dan Kuspriyanto, 2016). Pada
umur tersebut anak berada pada periode tumbuh kembang manusia yang disebut
dengan the golden age. Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa the
golden age terdapat pada masa konsepsi, yaitu sejak manusia masih dalam rahim ibu
hingga beberapa tahun pertama kelahirannya yang diistilahkan dengan usia dini (Uce,
2017).
4. Masalah Gizi pada Balita
Menurut UNICEF, status gizi balita dipengaruhi langsung oleh asupan
makanan dan penyakit infeksi. Asupan zat gizi pada makanan yang tidak optimal
dapat menimbulkan masalah gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi pada balita
antara lain kekurangan energi protein (KEP), kekurangan vitamin A (KVA), anemia
gizi besi (AGB), gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), dan gizi lebih
(Susilowati dan Kuspriyanto. 2016). Masalah gizi lain pada balita adalah stunting
(Kemenkes RI, 2018).
B. Kebutuhan Gizi untuk Balita
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk balita dibagi menjadi :
anak usia 1-3 tahun dengan rata-rata berat badan 13,0 kg dan tinggi badan 92 cm; dan
anak usia 4-6 tahun dengan rata-rata berat badan 19,0 kg dan tinggi badan 113 cm.
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Anak

Lemak (gr)
Kelompok BB TB Energi Protein KH Serat Air
Omega Omega
Umur (kg) (cm) (kkal) (gr) Total (gr) (gr) (ml)
3 6
1-3 tahun 13 92 1350 20 45 0.7 7 215 19 1150
4-6 tahun 19 113 1400 25 50 0.9 10 220 20 1650

 Energi
Kebutuhan energi anak secara perorangan didasarkan pada
kebutuhan energi untuk metabolisme basal, kecepatan pertumbuhan,
dan aktivitas. Energi untuk metabolisme basa bervariasi sesuai jumlah
dan komposisi jaringan tubuh yang aktif secara metabolik bervariasi
sesuai umur dan gender. Aktifitas fisik memerlukan energi di luar
kebutuhan untuk metabolisme basal. Aktifitas fisik adalah gerakan
yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama
aktifitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk
bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan
energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh
dan untuk mengeluarkan sisa dari tubuh.
Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan
sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan
bijibijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat, seperti
padipadian, umbi-umbian, dan gula murni. Semua makanan yang
dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber
energi. Energi merupakan kemampuan atau tenaga untuk melakukan
kerja yang diperoleh dari zat-zat gizi penghasil energi. Berdasarkan
hasil Angka Kecukupan Gizi (2019), angka kecukupan energi untuk
anak berusia 1-3 tahun adalah sebesar 1350kkal/orang/hari, sedangkan
untuk anak berusia 4-6 tahun adalah sebesar 1400kkal/orang/hari.
 Karbohidrat
Karbohidrat-zat tepung / pati-gula adalah makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan energi, energi yang terbentuk dapat digunakan
untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh baik yang disadari maupun
yang tidak disadari misal, gerakan jantung, pernapasan, usus, dan
organ-organ lain dalam tubuh. Pangan sumber karbohidrat misalnya
serealia, biji-bijian, gula, buah-buahan, umumnya menyumbang paling
sedikit 50% atau separuh kebutuhan energi keseluruhan.
Anjuran konsumsi karbohidrat menurut Angka Kecukupan Gizi
(2019) sehari bagi anak usia 1-3 tahun sebesar 215 gram, dan untuk
usia anak 4-6 tahun sebesar 220 gram.
 Protein
Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan jaringan.
Perubahan komposisi tubuh, dan pembentukan jaringan baru. Selama
pertumbuhan, kadar protein tubuh meningkat dari 14,6% pada umur
satu tahun menjadi 18-19% pada umur empat tahun, yang sama dengan
kadar protein orang dewasa. Kebutuhan protein untuk pertumbuhan
diperkirakan berkisar antara 1-4 g/kg penambahan jaringan tubuh.
Protein diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan
jaringan tubuh, serta membuat enzim pencernaan dari zat kekebalan
yang bekerja untuk melindungi tubuh balita. Protein bermanfaat
sebagai presekutor untuk meurotransmitter demi perkembangan otak
yang baik nantinya.
Kebutuhan protein menurut Angka Kecukupan Gizi (2019),
untuk anak usia 1-3 tahun sebesar 20 gram, dan anak usia 4-6 bulan
sebesar 25 gram.
Penilaian terhadap asupan protein anak harus didasarkan pada:
(1) kecukupan untuk pertumbuhan, (2) mutu protein yang dimakan, (3)
kombinasi makanan dengan kandungan asam amino esensial yang
saling melengkapi bila dimakan bersama, (4) kecukupan asupan
vitamin, mineral, dan energi.
 Lemak
Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi yang
cukup tinggi. Balita membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan
orang dewasa karena tubuh mereka menggunakan energi yang lebih
secara proporsional selama masa pertumbuhan dan perkembangan
mereka. Angka kecukupan lemak untuk anak usia 1-3 tahun sebesar 45
gram, dan anak usia 4-6 tahun sebesar 50 gram.
 Serat
Serat adalah bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang
tidak dipecah dalam usus kecil dan penting untuk mencegah sembelit,
serta gangguan usus lainnya. Serat dapat membuat perut anak menjadi
cept penuh dan terasa kenyang, menyisakan ruang untuk makanan
lainnya sehingga sebaiknya tidak diberikan secara berlebih. Kecukupan
serat untuk anak usia 1-3 tahun adalah 19 gram/hari, sedangkan anak
4-6 tahun adalah 20 g/hari.
 Vitamin dan Mineral
Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam
jumlah yang sangat kecil untuk beberapa proses penting yang
dilakukan di dalam tubuh. Fungsi vitamin adalah untuk membantu
proses metabolisme, yang berarti kebutuhannya ditentukan oleh asupan
energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Mineral adalah zat anorganik
yang dibutuhkan oleh tubuh untuk berbagai fungsi. Mineral penting
untuk proses tumbuh kembang secara normal. Kekurangan konsumsi
terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat, mineralisasi tulang yang
tidak cukup, cadangan besi yang kurang, dan anemia.
C. Memenuhi Gizi untuk Balita
Dalam buku Penuntun Diet Anak disebutkan bahwa anak umur 2 – 5
tahun menunjukkan perkembangan sosial, intelektual emosional yang cepat.
Pada saat yang sama pertumbuhan fisik secara keseluruhan menetap,
sementara keterampilan motorik meningkat. Anak pra sekolah (2 – 5 tahun)
lebih menyukai hal yang baru yaitu keteraturan dalam kehidupan sehari-hari
dan kemudahan dalam memakan makanan mereka. Mereka senang makan
sesuai waktu makan bersama keluarga.
Dalam pedoman umum gizi seimbang terdapat 13 pesan yang perlu
diperhatikan yaitu :
1) Makanlah aneka ragam makanan,
2) Makanlah makanan yang memenuhi kebutuhan energi,
3) Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan
energi,
4) Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari
kecukupan energi,
5) Gunakan garam beryodium,
6) Makanlah makanan sumber zat besi,
7) Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan dan tambahkan
MP-ASI sesudahnya,
8) Biasakan makan pagi
9) Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya,
10) Lakukan aktifitas fisik secara teratur,
11) Hindari minuman yang beralkohol,
12) Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan,
13) Bacalah label pada makanan yang dikemas.

Porsi makan balita di dasarkan pada “Isi Piringku” menurut Kemenkes. Isi
piringku merupakan panduan makan sehat yang dapat menjadi acuan sajian sekali
makan. Isi piringku digunakan untuk mendorong masyarakat menyajikan makanan
dengan gizi yang seimbang dengan cara yang mudah dikenali dan dipahami.
Aturan pembagian dalam isi piringku menggambarkan porsi makan yang
dikonsumsi dalam satu kali makan yang terdiri dari 50% makanan pokok sebagai
sumber karbohidrat dan lauk-pauk sebagai sumber protein. Dari separuh isi piring
tersebut dibagi menjadi 2/3 bagian terdiri dari makanan pokok dan 1/3 sisanya adalah
lauk-pauk. Sedangkan 50% lagi sebagai sumber serat pangan, vitamin, dan mineral
yang terdiri dari sayuran dan buah-buahan, pembagiannya 2/3 sayuran dan 1/3 buah-
buahan.

Gambar 1. Poster Isi Piringku oleh Kemenkes RI

Tabel 2. Anjuran jumlah bahan makanan sehari anak pra sekolah

Umur 1-3 tahun (1125 Umur 4-6 tahun (1600


Bahan Makanan kkal) kkal)
Berat (gr) Berat (gr)
Nasi / penukar 150 300
Daging Sapi 30 125
Ikan Segar 40
Tempe 50 100
Sayur 75 100
Buah (pepaya) 110 400
ASI Dilanjutkan hingga 2 th
atau lebih
Susu 200 ml 200 ml
Minyak / penukar 10 25
Gula 15 20
Sumber : Modifikasi Kemenkes RI, Direktorat Bina Gizi, Pedoman Gizi Seimbang Jakarta, 2014 .

Pada usia balita (2 - 5 tahun), mengajarkan anak untuk mengonsumsi buah dan
sayur sangat penting, supaya kelak mereka terbiasa mengonsumsi buah dan sayur
untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Ada beberapa cara yang disarankan Kemenkes
RI dalam menangani masalah anak yang memilih-milih makanan atau picky eaters,
sebagai berikut.

 Sajikan buah dan sayur dengan menarik


Hidangkan potongan buah dengan bentuk unik sehingga menarik
perhatian anak. Persepsi anak akan mulai berubah bahwa rupanya
buah-buahan tidak “semengerikan” yang dia bayangkan selama ini. 
 Kenalkan buah yang manis terlebih dahulu
Jangan mengenalkan buah-buahan dengan tekstur keras, rasa yang
asam, sepat atau kurang menarik pada anak. Buah-buahan dengan rasa
manis umumnya lebih disukai anak. Pastikan untuk mengenalkan
buah-buahan dengan rasa yang segar dan manis terlebih dahulu seperti
semangka, pisang, atau pepaya.
 Modifikasi ke bentuk lain
Sajikan buah dan sayur dalam bentuk yang berbeda. Anak sering
penasaran akan hal baru. Cara kreatif bisa menambah kegemaran anak
dalam mengkonsumsi buah dan sayur. Misalnya, memodifikasi buah-
buahan dengan membuat sup buah, membuat sayuran menjadi puding,
dan sebagainya.
 Tidak memberi banyak jenis
Variasi dari jenis buah dan sayur yang diberikan kepada anak juga
diatur. Jangan terlalu dekat dalam memberikan variasi. Misalnya,
berikan rentang antara 7-10 hari untuk mengenalkan satu buah pada
anak-anak atau bahkan bisa butuh waktu lebih dari sepuluh kali untuk
mengenalkan satu jenis buah atau sayur, karena setiap anak memiliki
kemampuan berbeda untuk mengidentifikasi rasa. 
 Mengajak anak berpartisipasi dalam membuat makanan
Mengajak serta anak saat mempersiapkan buah dan sayur bisa
dilakukan supaya anak lebih tertarik untuk mencoba memakan buah.
Ajak anak untuk mengupas buah atau mencuci sayur, hal ini
bermanfaat untuk mengajari anak dalam menyiapkan buah dan sayur
yang akan ia konsumsi.  
 Menyisipkan buah dan sayur dalam bekalnya
Konsisten dalam memberikan menu buah dan sayur pada si anak.
Sebagai contoh, tambahkan buah ke bekal si anak. Ini bisa membuat
dia rutin untuk mengkonsumsi buah-buahan. Variasinya pun bisa
disesuaikan dengan kesukaan anak. 
Bab III
Kesimpulan

 Balita adalah anak yang berumur di bawah lima tahun, tidak termasuk bayi
karena bayi mempunyai karakter makan yang khusus. Karakteristik balita dibagi
menjadi dua, yaitu anak usia 1-3 tahun yang merupakan konsumen pasif artinya
anak menerima makanan yang disediakan orang tuanya, dan anak usia prasekolah
(3-5 tahun), anak menjadi konsumen aktif yang mulai memilih makanan yang
disukainya.
 Kebutuhan gizi balita dibagi menjadi dua, yaitu anak usia 1-3 tahun dengan rata-
rata berat badan 13,0 kg dan tinggi badan 92 cm; dan anak usia 4-6 tahun dengan
rata-rata berat badan 19,0 kg dan tinggi badan 113 cm. Karbohidrat menurut
Angka Kecukupan Gizi (2019) sehari bagi anak usia 1-3 tahun sebesar 215 gram,
dan untuk usia anak 4-6 tahun sebesar 220 gram. Kebutuhan protein menurut
Angka Kecukupan Gizi (2019), untuk anak usia 1-3 tahun sebesar 20 gram, dan
anak usia 4-6 bulan sebesar 25 gram. Angka kecukupan lemak untuk anak usia 1-
3 tahun sebesar 45 gram, dan anak usia 4-6 tahun sebesar 50 gram. Kecukupan
serat untuk anak usia 1-3 tahun adalah 19 gram/hari, sedangkan anak 4-6 tahun
adalah 20 g/hari.
 Pemenuhan gizi balita dilakukan sejalan dengan Program Gizi Seimbang dan Isi
Piringku.
Daftar Pustaka

Fakultas Kedokteran UI. (2015). Penuntun Diet Anak. (S. S. Nasar, S. Djoko, S. B.
Hartati, & Y. E. Budiwiarti, Eds.). Jakarta: Badan Penerbit FK UI.

Riyadi, Hadi. 2009. Asupan Gizi Anak Balita Peserta Posyandu. J Gizi dan Pangan.
4(1): 42-51

Susilowati, Kuspriyanto. 2016. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Bandung: PT Refika


Aditama.

Web Kementrian Kesehatan RI (promkes.kemkes.go.id) diakses pada 18 Mei 2021 pukul


21.19 WIB.

Anda mungkin juga menyukai