Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

Perdarahan masih menjadi penyebab utama kematian ibu. Di Amerika


serikat 17% dari 4200 kematian ibu yang berhubungan dengan kehamilan
disebabkan oleh perdarahan. Di Inggris, juga dilaporkan bahwa perdarahan
menjadi fator utama kematian ibu. Sementara di Negara-negara berkembang,
perdarahan merupakan alasan utama ibu hamil masuk di ruang perawatan
intensif.1
Mengabaikan kehilangan darah selama persalinan dan penundaan
pemberian komponen darah dilihat sebagai faktor yang sering menjadi penyebab
kematian ibu oleh karena perdarahan yang tidak dapat dihindari. Penilaian atau
taksiran kehilangan darah yang tidak akurat dapat menyebabkan sekuele yang
merugikan. Diagnosis dan penanganan yang terlambat dapat mengarah ke syok
hipovolemik hingga kematian.2
Secara tradisional, kehilangan darah selama kala III persalinan bisa
diperkirakan secara visual dengan ketepatan yang bervariasi oleh karena observasi
secara subjektif. Standar praktik untuk penilaian kehilangan darah saat ini ialah
dengan estimasi secara visual yang dilakukan oleh petugas kesehatan, ang melihat
secara kasar jumlah kehilangan darah saat persalinan dan membuat estimasi
jumlah kehilangan darah.2
Analisa kehilangan darah selama persalinan sangat penting. Ketepatan
penilaian jumlah kehilangan darah mnuntun kita kepada penatalaksanaan dan
identifikasi penyebab terjadinya kehilangan darah yang banyak. Ini membantu
dalam diagnosis dan penanganan dini serta mencegah morbiditas dan mortalitas
yang berhubungan dengan kehilangan darah.2
Ada berbagai metode yang bisa digunakan dalam mengukur atau
memperkirakan jumlah kehilangan darah setelah melahirkan, metode visual
merupakan metode yang sederhana dan tidak invasif yang dapat dilakukan yang
biasanya dihitung oleh penolong persalinan, meskipun beberapa studi
menunjukkan bahwa metode visual ini tidak terlalu akurat dan memiliki berbagai
kekurangan namun ini merupakan teknik yang mudah dan cepat dilakukan untuk

1
menghitung jumlah kehilangan darah, namun tidak hanya metode visual saja, ada
beberapa metode lain yang dapat dilakukan untuk memperkirakan jumlah
kehilangan darah, kekuragan serta kelebihan metode tersebut akan dibahas lebih
lanjut.2,3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHILANGAN DARAH SETELAH MELAHIRKAN


Kala III persalinan ialah masa diantara lahirnya bayi hingga lahirnya
plasenta. Kehilangan darah selama perode tersebut dan segera setelahnya
tergantung seberapa baik plasenta terlepas dari kavum uteri dan seberapa baik
uterus berkontraksi untuk menutup pembuluh darah yang terbuka di plasenta
bed. Terjadinya perdarahan setelah persalinan bisa juga disebabkan oleh hal
lain seperti robeknya vagina atau serviks, rupture uterus, rest plasenta,
perlekatan plasenta yang tidak normal (plasenta akreta, inkreta , perkreta),
ataupun gangguan hemostasis. Kehilangan darah yang dengan jumlah yang
sedang merupakan hal yang fisiologis dan tidak membuat masalah lebih lanjut
kecuali pada perempuan yang sebelumnya memang anemis. Komplikasi utama
yang berhubungan dengan ini ialah perdarahan post partum. Kehilangan darah
yang dialami setelah melahirkan belum tentu perdarahan post partum, menurut
World Health Organization (WHO), perdarahan post partum didefinisikan
sebagai perdarahan dari traktus genitalia yang lebih dari 500mL setelah
persalinan.secara global, komplikasi ini terjadi sekita 6% dari seluruh
persalinan, dan mungkin lebih tinggi pada negara-negara berkembang.
Keterlambatan dalam diagnosis dan penatalaksanaan kehilangan darah setelah
persalinan dikarenakan penolong persalinan sering meremehkan hal ini, selain
itu penyebab lainnya ialah kurangnya sumber daya dan ketrampilan klinis
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Selain itu, penilaian kehilangan darah
setelah persalinan diakui cukup sulit.4

B. METODE PENGUKURAN ESTIMASI KEHILANGAN DARAH


Adapun beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan untuk
menghitung erkiraan jumlah kehilangan darah setelah persalinan adalah :

3
1. Estimasi Visual
Estimasi visual merupakan metode yagng paling sering digunakan dalam
praktek sehari-hari untuk mengukur kehilangan darah dalam persalinan di
Amerika Serikat . metode ini tetap digunakan meski beberapa penelitin
menunjukkan bahwa metode ini urang akurat. Beberapa menemukan
bahwa metode ini memprediksi kehilangan darah yang berlebih atau
bahkan kurang dari kehilangan darah sesungguhnya. 3 Namun tidak sedikit
juga penelitian menunjukkan bahwa estimasi visual memprediksikan
kehilangan darah mendekati nilai kehilangan darah sesungguhnya. 5
a. Pembalut
Pembalut standar mampu menyerap 100ml darah
b. Tumpahan darah di lantai
Tumpahan darah dengan diameter 50cm, 75 cm, 100 cm secara
berturut turut mewakili kehilangan darah 500mL, 1000mL, dan
1500mL
c. Kidney Dish / Nierbeken
Nierbeken atau kidney dish mampu menampung 500mL darah
d. Stained incontinence pad / underpad
Underpad dengan ukuran 75cm x 57 cm, mampu menampung 250 mL
darah
e. Kasa
Kasa satndar ukuran 10cm x 10 cm mampu menyerap 60 mL darah
sedangkan kasa ukuran 45 cm x 45 cm mampu menyerap 350mL darah

4
2. Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung merupakan salah satu metode paling tua yang
akurat dalam mengukur kehilangan darah.metode ini menggunakan alat
untuk mengumpulkan darah secara langsung dan digunakan selama
persalinan untuk mengukur kehilangan darah dengan tepat. Sebuah studi
pada tahun 1898 dan 1904 melakukan metode pengukuran langsung, salah
satunya dengan meletakkan baskom atau wadah di depan genitalia
eksterna untuk mengumpulkan darah, dan yang lainnya dengan
menggunakan corong tembaga yang melewati matras/ tempat tidur
setinggi bokong yang nanti darah akan dialirkan ditempat penampungan di
bawah tempat tidur. Yang sering digunakan ialah terpal dengan kantong
diujungnya (drapes) yang nantinya darah yang ada di terpal terkumpul di
kantong diujung nya dan bisa dilakukan pengukuran. 3

5
Gambar 2.2 6

7
Gambar 2.3
3. Gravimetric
Metode gravimetric dilakukan dengan mengukur berat material yang
digunakan seperti spons dan mengurangi berat sebelumnya untuk
memperkirakan jumlah darah yang hilang. Metode ini digunakan terutama

6
untuk menilai kehilangan darah dalam operasi. 6 Berbagai macam variasi
dari metode gravimetric untuk menghitung kehilangan darah terlah
digunakan. Lima publikasi telah menggunakan metode gravimetric dan
semua penelitian ini digunakan untuk menghitung khilangan darah
intraoperatif. Salah satu nya menggunakan komputer untuk menghitung
kandungan selang penghiap (suction) dan spons yang digunakan. Lalu
tinggi dan berat pasien dimasukkan ke dalam komputer, komputer akan
menghitung secara otomatis kehilangan darah yang dapat diterima yaitu
0% dari total volume darah. Komputer akan member tahu bila jumlah
kehilangan darah sudah lebih dari 10%. Metode ini dapat menghitung
jumlah kehilangan darah yang besar atau sangat kecil sekalipun. Pada
penelitian lain membandingkan prediksi kehilangan darah metode
gravimetric dan pemeriksaan laboratorium, didapatkan hasil yang
signifikan dalam menghitung kehilangan darah, mendukug penggunaan
metode gravimetri karena lebih cepat dan lebih murah dibandingkan
pemeriksaan laboratorium.3

4. Fotometri 3
Sebelas publikasi menggunakan teknik fotometri untuk menghitung
kehilangan darah. Penelitian menggunakan metode ini digunakan pada
kehilangan darah pascasalin dan operasi. Salah satu teknik fotometrik
digunkan dengan mengubah pigmen darah menjadi hematin alkali. Metode
hematin alkali ini dijadikan sebagai baku emas untuk menghitung darah.
Semua kasa, pembalut handuk yang mengandung darah dikumpulkan
dalam kantong plastic dan dikirim ke laboratorium, lalu dicuci dengan air,
ammonium hidroksida dan surface active agent untuk mempercepat
pelepasan hemoglobin. Sampel dari larutan tersebut di sentrifus dan di
filtrasi. Lalu diukur kadar oxyhemoglobinnya dengan photoelectric
colorimeter dan membandingkan dengan kadar hemoglobin sebelum
persalinan.

7
5. Perubahan hematokrit dan hemoglobin6
Perubahan hematokrit dan hemoglobin sebelum dan sesudah persalinan
dapat digunakan untuk menghitung jumlah kehilangan darah setelah
persalinan. The American College of Obstetricians and Gynecologist
menyatakan baha penurunan hematokrit sebanyak 10% setelah persalinan
sebagai definisi lain dari perdarahan pasca persalinan, namun menekankan
bahwa konsentrasi hemoglobin dan hematokrit pasca persalinan tidak
selalu langsung menggambarkan status hematologi. Penilaian hematokrit
rutin bisa dilakukan jika tersedia sarana. Meskipun demikian, pengukuran
hematokrit pasca persalinan tidak perlu dilakukan pada ibu yang stabil
secara klinis dengan estimasi kehilangan darah kurang dari 500mL. setelah
persalinan, hematokrit turun 3-4 hari lalu kemudian naik kembali. Puncak
penurunan hematokrit di dapatkan pada hari ke dua dank e tiga setelah
persalinan. Pada hari ke 5-7, kadar hematokrit akan kembali seperti
sebelumnya.

6. Metode-Metode Lain3
Bayak metode-metode lain dalam mengukur jumlah kehilangan darah
setelah melahirkan yang sedang diteliti salah satunya dengan
membandingkan estimasi visual dengan jumlah darah yang dihitung yaitu
dengan menghitung volume darah maternal dan dikalikan dengan
persentase jumlah kehilangan darah yang dihitung dengan menghitung
level hematokrit sebelum dan sesudah melahirkan, dikatakan bahwa hasil
perhitungan mungkin tidak akurat karena status hidrasi dari ibu, terutama
bila ibu diberi cairan. Metode lain yang diteliti ialah dengan menggunakan
radioaktif pada sel darah merah untuk menghitung perubahan volume
darah. Namun didapatkan bahwa metode ini tidak terlalu akurat terutama
untuk volume yang kecil. Serta masih banyak metode-metode lain yang
coba diteliti.

8
C. KELEBIHAN DAN KETERBATASAN TIAP METODE3
Estimasi Visual merupakan metode yang paling erring digunakan untuk
memperkirakan jumlah kehilangan darah pada saat persalinan, namun hasilnya
tidak terlalu akurat oleh karena berbagai faktor. Namun, simulasi, edukasi dan
evaluasi untuk metode ini sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan akurasi .
selain itu metode ini mudah dilakukan.
Perhitungan langsung jumlah kehilangan darah merupakan metode paling
tua dalam menghitung kehilangan darah etelah persalinan. Metode ini hanya
memerlukan tempat penampung dan tempat untuk mengukur kehilangan
darah, ibu bisa melahirkan dengan posisi dan lokasi dimana saja. Satu
kekurangan yang sulit dihindari ialah bila darah tercampur dengan cairan lain
seperti urin dan cairan amnion. Selain itu metode ini tidak bisa mengumpulkan
semua darah untuk dihitung, misalnya seperti yang melekat pada pada sarung
tangan, apron, linen, serta yang menempel pata bokong dan punggung ibu.
Metode gravimetric dimana kita menimbang semua material yang
terkontaminasi darah seperti linen, pembalut, handuk atau kasa lalu beratnya
dikurang dengan berat dari material sebelum terkontaminasi hanya
membutuhkan alat penimbang yang akurat, namun metode ini tidak
membedakan cairan lain yang terdapat pada material seperti cairan amnion
dan urin.
Metode fotometri memiliki beberapa keterbatasan. Darah harus diambil
sebelum ibu melahirkan, peralatan khusus harus tersedia, dan rumus
dibutuhkan setelah hasil pembacaan didapatkan. Kesalahan dapat terjadi pada
saat pengumpulan darah, pada saat konversi hemoglobin menjadi hematin
alkali atau pada saat dilakukan pemeriksaan spektrofotometer. Metode ini
memerlukan ahil dalam melakukannya meskipun metode ini yang paing aurat,
namun belum bisa tersedia dimana saja, karena metode ini sangat mahal. Oleh
karena itu metode ini lebih sering digunakan untuk penelitian.
Perubahan hemtokrit dan hemoglobin juga bisa dilakukan, namun hasil dari
perhitungan tidak terlalu akurat, dan jarang dilakukan pada ibu-ibu yang
memiliki keadan klinis yang stabil.

9
BAB III
KESIMPULAN

Menghitung jumlah atau perkiraan jumlah kehilangan darah setelah


persalinan sangat penting dilakukan untuk diagnosis dini dan penanganan lebih
awal pada perdarahan pasca persalinan. Oleh karena itu metode-metode dalam
perhitungan jumlah kehilangan darah semakin berkembang dan banyak diteliti
serta dimodifikasi untuk meingkatkan ketepatannya. Ada banyak mtode metode
yang dapat digunakan dlam menghitung jumlah kehilangan darah seperti yang
telah dibahas pada bab sebelumnya. Setiap metode kelebihan dan kekurangan
dalam aplikasinya, oleh karena itu dalam penggunaannya tergantung dari klinisi
atau petugas kesehatan yang menangani persalinan, penggunaan metode-metode
ini juga tergantung pada ketersediaan sarana dan prasarana diruah sakit ataupun
fasilitas kesehatan lainnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham F.G, Leveno K.J, Bloom S.L, et al. William Obstetric 23rd
Edition section “Obstetrical Hemorrhage”. New York: McGraw-Hill
Education: 2010
2. MB Bella, BV Laxmi, SS Goudar, Kumar A. Standardized Visual
estimation of Blood Loss during Vaginal Delivery with its Correlation
Hematocrit Changes. Karnataka, India : 2009
3. Schron MN. Measurement of Blood Loss : Review of the Literature.
American College of Nurse-Midwives:Elsevier. 2010
4. Diaz V, Abalos E, Carroli G. Methods for blood loss estimation after
vaginal birth (protocol). Cochrane database of Systematic Reviews. 2014
5. Bose P, regan F, Paterson-Brown S. Improving the accuracy of estimated
blood loss at obstetric hemorrhage using clinical reconstructions. BJOG.
2006
6. Kodkany BS, Derman RJ, Sloan NL. A textbook of postpartum
hemorrhage in section Pitfalls in Assesing Blood Loss Decision to
Transfer. GLOWM. 2006
7. Toledo P, McCarthy RJ, Hewlett BJ, et al. The accuracy of Blood Loss
Estiation after simulated Vaginal Delivery. International Anesthesia
Research Society. 2007
8.

11

Anda mungkin juga menyukai