Anda di halaman 1dari 5

TUGAS II CARA PENGUKURAN PERDARAHAN POSTPARTUM

Masalah Perdarahan pasca persalinan (PPP) adalah perdarahan masif yang


antara lain berasal dari tempat implantasi plasenta atau robekan pada jalan lahir dan
jaringan sekitarnya. Jika perdarahan pasca persalinan tidak mendapatkan penanganan
yang semestinya, maka dapatmeningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu serta proses
penyembuhan kembali (CunninghamFG, 2005),

Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir
yang melewati batas fisiologis normal. Pritchard dkk. (1962) menggunakan metode
pengukuran yang akurat telah menemukan bahwa sekitar 5% ibu yang melahirkan per
vaginam kehilangan lebih dari1000 ml darah. Mereka juga melaporkan bahwa hasil
perkiraan kehilangan darah umumnyahanya sekitar separuh volume kehilangan darah
yang sebenarnya. Karena itu, perkiraankehilangan darah yang melebihi 500 ml
dikategorikan dalam perdarahan pasca persalinan danharus diwaspadai. Sebab kondisi
tersebut dapat menyebabkan gangguan homeostasis pada ibu(Prawirohardjo, 2008).

Perdarahan yang terjadi sebelum dan selama plasenta lahir lebih dikenal
sebagai perdarahankala III dan perdarahan setelah plasenta lahir sebagai perdarahan
kala IV, dan sering disebut sebagai immediate postpartum bleeding. Berdasarkan waktu
kejadiannya perdarahan pasca persalinan dibagi dua, yakni perdarahan pasca
persalinan dini terjadi dalam 24 jam pertamasetelah bayi lahir dan perdarahan pasca
persalinan lanjut terjadi setelah 24 jam sejak bayi lahir(Campbell, 2006)
Adapun beberapa metode atau teknik yang dapat digunakan untuk
menghitung erkiraan jumlah kehilangan darah setelah persalinan adalah :

1. Estimasi Visual
Estimasi visual merupakan metode yagng paling sering digunakan dalam praktek
sehari-hari untuk mengukur kehilangan darah dalam persalinan. metode ini tetap
digunakan meski beberapa penelitin menunjukkan bahwa metode ini urang
akurat. Beberapa menemukan bahwa metode ini memprediksi kehilangan darah
yang berlebih atau bahkan kurang dari kehilangan darah sesungguhnya. Namun
tidak sedikit juga penelitian menunjukkan bahwa estimasi visual memprediksikan
kehilangan darah mendekati nilai kehilangan darah sesungguhnya.
a. Pembalut
Pembalut standar mampu menyerap 100ml darah
b. Tumpahan darah di lantai
Tumpahan darah dengan diameter 50cm, 75 cm, 100 cm secara berturut
turut mewakili kehilangan darah 500mL, 1000mL, dan 1500mL
c. Kidney Dish / Nierbeken
Nierbeken atau kidney dish mampu menampung 500mL darah
d. Stained incontinence pad / underpad
Underpad dengan ukuran 75cm x 57 cm, mampu menampung 250 mL darah
e. Kasa
Kasa satndar ukuran 10cm x 10 cm mampu menyerap 60 mL darah
sedangkan kasa ukuran 45 cm x 45 cm mampu menyerap 350mL darah
2. Pengukuran Langsung
Pengukuran langsung merupakan salah satu metode paling tua yang
akurat dalam mengukur kehilangan darah.metode ini menggunakan alat untuk
mengumpulkan darah secara langsung dan digunakan selama persalinan untuk
mengukur kehilangan darah dengan tepat. Sebuah studi pada tahun 1898 dan
1904 melakukan metode pengukuran langsung, salah satunya dengan
meletakkan baskom atau wadah di depan genitalia eksterna untuk
mengumpulkan darah, dan yang lainnya dengan menggunakan corong tembaga
yang melewati matras/ tempat tidur setinggi bokong yang nanti darah akan
dialirkan ditempat penampungan di bawah tempat tidur. Yang sering digunakan
ialah terpal dengan kantong diujungnya (drapes) yang nantinya darah yang ada
di terpal terkumpul di kantong diujung nya dan bisa dilakukan pengukuran.
3. Gravimetric
Metode gravimetric dilakukan dengan mengukur berat material yang
digunakan seperti spons dan mengurangi berat sebelumnya untuk
memperkirakan jumlah darah yang hilang. Metode ini digunakan terutama untuk
menilai kehilangan darah dalam operasi.

4. Fotometri
Sebelas publikasi menggunakan teknik fotometri untuk menghitung
kehilangan darah. Penelitian menggunakan metode ini digunakan pada
kehilangan darah pascasalin dan operasi. Salah satu teknik fotometrik digunkan
dengan mengubah pigmen darah menjadi hematin alkali. Metode hematin alkali
ini dijadikan sebagai baku emas untuk menghitung darah. Semua kasa,
pembalut handuk yang mengandung darah dikumpulkan dalam kantong plastic
dan dikirim ke laboratorium, lalu dicuci dengan air, ammonium hidroksida dan
surface active agent untuk mempercepat pelepasan hemoglobin. Sampel dari
larutan tersebut di sentrifus dan di filtrasi. Lalu diukur kadar oxyhemoglobinnya
dengan photoelectric colorimeter dan membandingkan dengan kadar hemoglobin
sebelum persalinan.

5. Perubahan hematokrit dan hemoglobin


Perubahan hematokrit dan hemoglobin sebelum dan sesudah persalinan dapat
digunakan untuk menghitung jumlah kehilangan darah setelah persalinan
Meskipun demikian, pengukuran hematokrit pasca persalinan tidak perlu
dilakukan pada ibu yang stabil secara klinis dengan estimasi kehilangan darah
kurang dari 500mL. setelah persalinan, hematokrit turun 3-4 hari lalu kemudian
naik kembali. Puncak penurunan hematokrit di dapatkan pada hari ke dua dank
ketiga setelah persalinan. Pada hari ke 5-7, kadar hematokrit akan kembali
seperti sebelumnya.

6. Metode-Metode Lain
Bayak metode-metode lain dalam mengukur jumlah kehilangan darah
setelah melahirkan yang sedang diteliti salah satunya dengan membandingkan
estimasi visual dengan jumlah darah yang dihitung yaitu dengan menghitung
volume darah maternal dan dikalikan dengan persentase jumlah kehilangan
darah yang dihitung dengan menghitung level hematokrit sebelum dan sesudah
melahirkan, dikatakan bahwa hasil perhitungan mungkin tidak akurat karena
status hidrasi dari ibu, terutama bila ibu diberi cairan. Metode lain yang diteliti
ialah dengan menggunakan radioaktif pada sel darah merah untuk menghitung
perubahan volume darah. Namun didapatkan bahwa metode ini tidak terlalu
akurat terutama untuk volume yang kecil. Serta masih banyak metode-metode
lain yang coba diteliti.

Anda mungkin juga menyukai