sampai ke-34. Volume darah akan kembali seperti semula pada 2-6 minggu
setelah persalinan (Cunningham dkk., 2006; Sulin, 2009).
Menurut Cunningham dkk. (2006) dan Sulin (2009), hipervolemia
yang diinduksi oleh kehamilan mempunyai beberapa fungsi penting
sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi kebutuhan uterus yang membesar dan sistem vaskuler
yang hipertrofi.
2. Untuk melindungi ibu dan janin terhadap efek merusak dari gangguan
aliran balik vena pada posisi telentang dan berdiri tegak.
3. Untuk menjaga ibu dari efek samping kehilangan darah selama
persalinan.
b. Konsentrasi Hemoglobin dan Hematokrit
Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun selama
kehamilan normal walaupun terdapat peningkatan eritropoiesis. Jika
dibandingkan dengan peningkatan volume plasma, peningkatan volume
eritrosit sirkulasi tidak begitu banyak, sekitar 450 ml atau 33%. Akibatnya,
viskositas darah secara keseluruhan menurun (Cunningham dkk., 2006).
Konsentrasi hemoglobin tertinggi terdapat pada trimester pertama,
mencapai nilai terendah pada trimester kedua, dan mulai meningkat
kembali pada trimester ketiga. Konsentrasi hemoglobin rata-rata adalah
12,73 1,14 g/dl pada trimester pertama, 11,41 1,16 g/dl pada trimester
kedua, dan 11,67 1,18 g/dl pada trimester ketiga (James dkk., 2008).
Pada sebagian besar wanita, konsentrasi hemoglobin di bawah 11,0
g/dl, terutama di akhir kehamilan, dianggap abnormal dan biasanya lebih
berhubungan dengan defisiensi besi daripada hipervolemia gravidarum
(Sulin, 2009).
c. Metabolisme Besi
Peningkatan volume eritrosit dan massa hemoglobin selama
kehamilan berhubungan dengan jumlah besi yang tersedia dari cadangan
besi dalam tubuh ibu hamil. Rata-rata volume total eritrosit meningkat
sekitar 450 ml dalam sirkulasi, di mana dalam 1 ml eritrosit normal
terkandung 1,1 mg besi. Dari 1000 mg kebutuhan besi pada kehamilan,
sekitar 300 mg ditransfer secara aktif ke janin dan plasenta, serta sekitar
200 mg hilang di sepanjang jalur ekskresi normal. Keadaan ini tetap terjadi
walaupun ibu kekurangan zat besi. Bila zat besi tersebut tersedia, 500 mg
besi lainnya akan digunakan dalam eritrosit. Akibatnya, semua zat besi
akan terpakai selama paruh akhir kehamilan dan dibutuhkan zat besi yang
cukup besar selama paruh kedua kehamilan. Pritchard dan Scott (1970)
menuliskan kebutuhan zat besi selama paruh kedua kehamilan tersebut
sekitar 6-7 mg/hari. Dalam keadaan tidak ada zat besi suplemental,
konsentrasi hemoglobin dan hematokrit turun cukup besar saat volume
darah ibu bertambah, meskipun absorpsi zat besi dari traktus
gastrointestinal tampak meningkat. Pada ibu dengan anemia defisiensi
berat, produksi hemoglobin dalam janin tidak akan terganggu. Hal ini
disebabkan perolehan besi dari plasenta ibu cukup untuk menghasilkan
kadar hemoglobin normal untuk janin (Cunningham dkk., 2006).
d. Fungsi Leukosit dan Sistem Imunologis
Selama kehamilan, jumlah leukosit akan meningkat sekitar 5.00012.000/l. Pada saat kelahiran dan masa nifas, jumlah leukosit mencapai
puncak, yaitu antara 14.000-16.000/l. Distribusi tipe sel juga berubah
selama kehamilan. Pada awal kehamilan, aktivitas leukosit alkalin
fosfatase dan C-Reactive Protein (CRP) meningkat. Selain itu, reaktan
serum akut dan Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) meningkat akibat
dari peningkatan plasma globulin dan fibrinogen. Pada trimester ketiga
kehamilan, jumlah granulosit dan limfosit CD8 T meningkat, tetapi
limfosit dan monosit CD4 T menurun (Sulin, 2009).
e. Kehilangan Darah
Pada mayoritas wanita, separuh dari eritrosit yang ditambahkan ke
sirkulasi ibu selama masa kehamilan akan hilang saat pelahiran per
vaginam normal sampai beberapa hari setelahnya. Kehilangan ini terjadi
melalui tempat implantasi plasenta, plasenta, episiotomi atau laserasi, dan
lokia. Pritchard (1965) dan Ueland (1976) menyatakan sekitar 500-600 ml
darah prapelahiran akan hilang saat kelahiran per vaginam bayi tunggal
laboratorium
untuk
menapis
(menyaring)
seorang
pasien