DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
C. Tujuan............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Perubahan Fisiologis Masa Nifas Pada Sistem Hematologi.......................3
B. Perubahan Sistem Hematologi.............................................................................. 4
C. Perubahan Volume Darah........................................................................................ 4
D. Perubahan Vaskular Lokal...................................................................................... 5
E. Komponen Darah........................................................................................................ 10
F. Kehilangan Darah ...................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 14
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode pasca partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir
sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum
hamil. Periode ini biasanya disebut puerpurium atau trimester ke 4
kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun
dianggap normal dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik.
Banyak faktor, termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan, kesehatan
BBL, dan perawatan serta dorongan semangat yang diberikan tenaga
kesehatan profesional ikut membentuk respon ibu terhadap bayinya
selama masa ini. Untuk memberi perawatan yang menguntungkan ibu,
bayi dan keluarganya, seorang perawat harus memanfaatkan
pengetahuannya tentang anaotmi dan fisiologi ibu pada periode
pemulihan, karakteristik fisik, dan perilaku BBL, dan respon keluarga
terhadap kelahiran seorang anak.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan
eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume
plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini
dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika
hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen
atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien
dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen
kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari
ke 3-7 post partum dan akan normaldalam 4-5 minggu postpartum.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500
1
ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa
masa nifas berkisar 500 ml.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang ingin dipelajari dalam penyusunan makalah ini yaitu
bagaimana perubahan haematologi yang terjadi pada masa nifas?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
perubahan haematologi yang terjadi pada masa nifas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa
masa nifas berkisar 500 ml.
4
Dalam kehamilan, cairan intraseluler tidak berubah namun terjadi
peningkatan volume darah dan cairan interstitsiil. Peningkatan volume
plasma lebih besar dibandingkan peningkatan sel darah merah sehingga
terjadi anemia dan peningkatan kadar protein sehingga kekentalan
(viskositas) darah menurun.
5
hitung eritrosit menjadi sedikit meningkat sehingga kadar hematokrit
selama kehamilan menurun namun sedikit meningkat menjelang aterm.
Packed Cell Volume (% ase )
Non – pregnant 40 – 42
Minggu ke 20 39
Minggu ke 30 38
Minggu ke 40 40
6
Peningkatan volume eritrosit dan massa hemoglobin selama
kehamilan berhubungan dengan jumlah besi yang tersedia dari
cadangan besi dalam tubuh ibu hamil. Rata-rata volume total eritrosit
meningkat sekitar 450 ml dalam sirkulasi, di mana dalam 1 ml
eritrosit normal terkandung 1,1 mg besi. Dari 1000 mg kebutuhan besi
pada kehamilan, sekitar 300 mg ditransfer secara aktif ke janin dan
plasenta, serta sekitar 200 mg hilang di sepanjang jalur ekskresi
normal. Keadaan ini tetap terjadi walaupun ibu kekurangan zat besi.
Bila zat besi tersebut tersedia, 500 mg besi lainnya akan digunakan
dalam eritrosit. Akibatnya, semua zat besi akan terpakai selama paruh
akhir kehamilan dan dibutuhkan zat besi yang cukup besar selama
paruh kedua kehamilan. Pritchard dan Scott (1970) menuliskan
kebutuhan zat besi selama paruh kedua kehamilan tersebut sekitar 6-
7 mg/hari. Dalam keadaan tidak ada zat besi suplemental, konsentrasi
hemoglobin dan hematokrit turun cukup besar saat volume darah ibu
bertambah, meskipun absorpsi zat besi dari traktus gastrointestinal
tampak meningkat. Pada ibu dengan anemia defisiensi berat, produksi
hemoglobin dalam janin tidak akan terganggu. Hal ini disebabkan
perolehan besi dari plasenta ibu cukup untuk menghasilkan kadar
hemoglobin normal untuk janin (Cunningham dkk., 2006).
2. Leukosit
Terjadi kenaikan kadar leukosit selama kehamilan dari 7.109 / l
dalam keadaan tidak hamil menjadi 10.5.109 / l. Peningkatan ini
hampir semuanya disebabkan oleh peningkatan sel PMN –
polimorfonuclear. Pada saat inpartu, jumlah sel darah putih ininakan
menjadi semakin meningkat lagi.
Selama kehamilan, jumlah leukosit akan meningkat sekitar
5.000-12.000/μl. Pada saat kelahiran dan masa nifas, jumlah leukosit
mencapai puncak, yaitu antara 14.000-16.000/ μl. Distribusi tipe sel
7
juga berubah selama kehamilan. Pada awal kehamilan, aktivitas
leukosit alkalin fosfatase dan C-Reactive Protein (CRP) meningkat.
Selain itu, reaktan serum akut dan Erythrocyte Sedimentation Rate
(ESR) meningkat akibat dari peningkatan plasma globulin dan
fibrinogen. Pada trimester ketiga kehamilan, jumlah granulosit dan
limfosit CD8 T meningkat, tetapi limfosit dan monosit CD4 T menurun
(Sulin, 2009).
3. Trombosit
Pada kehamilan terjadi thromobositopoeisis akibat kebutuhan
yang meningkat. Kadar prostacyclin (PGI2) sebuah “platelet
aggregation inhibitor” dan Thromboxane (A2) sebuah perangsang
aggregasi platelet dan vasokonstriktor meningkat selama kehamilan.
Nilai rata – rata selama awal kehamilan adalah 275.000 / mm3
sampai 260.000 / mm3 pada minggu ke 35. Mean Platelet Size sedikit
meningkat dan life span trombosit lebih singkat.
8
dinding pembuluh darah dibandingkan dengan adanya perubahan
faktor koagulasi itu sendiri.
5. Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa faktor,
misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta
pengeluaran cairan ekstravaskuler (odema fisiologis). Kehilangan
darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat,
tetapi terbatas. Setelah itu terjadi perpindahan normal cairan tubuh
yang menyebabkan volume darah menurun dengan lambat. Pada
minggu ke-3 dan 4 setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun
sampai mencapai volume sebelum hamil.
Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan (peningkatan
sekurang-kurangnya 40% lebih dari volume tidak hamil)
menyebabkan kebanyakan ibu bisa menoleransi kehilangan darah saat
melahirkan. Banyak ibu kehilangan 300-400ml darah sewaktu
melahirkan bayi tunggal per vaginam atau sekitar dua kali lipat jumlah
ini pada saat operasi caesaria.
Penyesuaian pembuluh darah maternal setelah melahirkan
berlangsung dramatis dan cepat. Respons wanita dalam menghadapi
kehilangan darah selama masa pascapartum dini berbeda dari respon
wanita tidak hamil. Tiga perubahan fisiologi pasca partum yang
melindungi wanita:
a. Hilangnya sirkulasi uteroplasma yang mengurangi ukuran
pembuluh darah maternal 10-15%,
b. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus
vasodilatasi, 3. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskular yang
disimpan dalam wanita hamil. Oleh karena itu, syok hipovolemik
biasanya tidak terjadi pada kehilangan darah normal.
9
E. Komponen Darah
1. Hematokrit dan Hemoglobin
Selama 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang
hilang lebih besar daripada sel darah yang hilang. Penurunan volume
plasma dan peningkatan sel darah merah dikaitkan dengan
peningkatan hematokrit pada hari ke-3 sampai hari ke-7 pasca
partum. Tidak ada SDM yang rusak selama masa pasca partum, tetapi
semua kelebihan SDM akan menurun secara bertahap sesuai dengan
usia SDM. Waktu yang pasti kapan volume SDM kembali ke nilai
sebelum hamil tidak diketahui, tetapi volume ini berada dalam batas
normal saat dikaji 8 minggu setelah melahirkan.
Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun
selama kehamilan normal walaupun terdapat peningkatan
eritropoiesis. Jika dibandingkan dengan peningkatan volume plasma,
peningkatan volume eritrosit sirkulasi tidak begitu banyak, sekitar
450 ml atau 33%. Akibatnya, viskositas darah secara keseluruhan
menurun (Cunningham dkk., 2006).
Konsentrasi hemoglobin tertinggi terdapat pada trimester
pertama, mencapai nilai terendah pada trimester kedua, dan mulai
meningkat kembali pada trimester ketiga. Konsentrasi hemoglobin
rata-rata adalah 12,73 ± 1,14 g/dl pada trimester pertama, 11,41 ±
1,16 g/dl pada trimester kedua, dan 11,67 ± 1,18 g/dl pada trimester
ketiga (James dkk., 2008).
Pada sebagian besar wanita, konsentrasi hemoglobin di bawah
11,0 g/dl, terutama di akhir kehamilan, dianggap abnormal dan
biasanya lebih berhubungan dengan defisiensi besi daripada
hipervolemia gravidarum (Sulin, 2009).
2. Sel Darah putih
Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar
12.000/mm3. Selama 10-12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai
10
leukosit antara 20.000 dan 25.000/mm3 merupakan hal yang umum.
Neutrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak. Keberadaan
leukositosis disertai peningkatan normal laju endap darah merah
dapat membingungkan dalam menegakkan diagnosis infeksi akut
selama waktu ini.
3. Faktor Koagulasi
Faktor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat
selama masa hamil dan tetap meningkat pada awal puerperium.
Keadaan hiperkoagulasi, yang bisa diiringi kerusakan pembuluh darah
dan imobilitas, mengakibatkan peningkatan resiko tromboembolisme,
terutama setelah wanita melahirkan secara caesaria.aktivitas
fibrinolitik juga meningkat selama beberapa hari pertama setelah bayi
lahir. Faktor I,II,VIII,IX, dan X menurun dalam beberapa hari untuk
mencapai kadar sebelum hamil. Produk pemecahan fibrin, yang
memungkinkan dilepaskan, dari bekas tempat plasenta juga dapat
ditemukan dalam darah maternal.
F. Kehilangan Darah
Pada mayoritas wanita, separuh dari eritrosit yang ditambahkan ke
sirkulasi ibu selama masa kehamilan akan hilang saat pelahiran per
vaginam normal sampai beberapa hari setelahnya. Kehilangan ini terjadi
melalui tempat implantasi plasenta, plasenta, episiotomi atau laserasi,
dan lokia. Pritchard (1965) dan Ueland (1976) menyatakan sekitar 500-
600 ml darah prapelahiran akan hilang saat kelahiran per vaginam bayi
tunggal sampai setelahnya. Sedangkan, sekitar 1000 ml darah hilang pada
seksio sesarea dan pelahiran per vaginam bayi kembar (Cunningham
dkk.,)
Perkiraan darah yang hilang pada masa persalinan terutama kala III
dan kala IV sangat sulit memperkirakan kehilangan darah secara tepat
karena darah sering kali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan
11
mungkin terserap kain. Salah satu cara untuk menilai kehilangan darah
adalah dengan melihat volume darah yang terkumpul dan
memperkirakan berapa banyak botol 500ml dapat menampung semua
darah tersebut. Jika darah bisa mengisi 2 botol, artinya pasien telah
kehilangan 1L darah, jika darah bisa mengisi ½ botol pasien kehilangan
250ml darah dan seterusnya. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah
salahsatu cara untuk menilai kondisi pasien, cara tak langsung untuk
mengukur kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan
tekanan darah apabila perdarahan menyebabkan pasien lemas, pusing
dan kesadaran menurun serta tekanan darah sistole turun lebih dari
10mmHg dari kondisi sebelumya, maka telah terjadi perdarahan ebih dari
500ml. Bila pasien mengalami syok hipovolemik, maka pasien telah
kehilangan darah 50% dari total jumlah darah (2000-2500ml). Penting
untuk selalu memantau keadaan umum dan menilai jimlah kehilangan
darah pasien selama kala IV melalui pemeriksaan tanda vital, jumlah
darah yang keluar dan kontraksi uterus.
12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan
plasma serta faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari
pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun
tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih
sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi
selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih
akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya
kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.
Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan
eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume
plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini
dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika
hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen
atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien
dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen
kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah.
Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari
ke 3-7 post partum dan akan normal dalam 4-5 minggu post partum.
Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500
ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa
masa nifas berkisar 500 ml.
13
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, I.M , Lowdermilk, D.L et.all. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Jakarta: EGC.
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm:
86).
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
(hlm: 61-62).
14