keperawatan ablasio
placenta (abruptio
placenta)
Kelompok : 6
Ninik qomaryati (20121660006)
Rohimah
(20121660016)
Miftahur ridho
(20121660009)
Definisi ..
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio
placenta atau ablasio placenta adalah
terlepasnya plasenta yang letaknya normal
di korpus uteri yang terjadi setelah
kehamilan 20 minggu dan sebelum janin
dilahirkan .
Definisi yang lain dari Abrupsio plasenta
adalah terlepasnya plasenta yang letaknya
normal pada fundus/korpus uteri sebelum
janin lahir. Abrupsio Plasenta adalah
lepasnya plasenta dari insersi sebelum
waktunya (Mansjoer,Arif dkk. 2001).
Klasifikasi..
Trijatmo Rachimhadhi membagi solusio plasenta
menurut derajat pelepasan plasenta
(Rachimhadhi T, 2002).
Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas
seluruhnya.
Solusio plasenta partialis, plasenta terlepas
sebagian.
Ruptura sinus marginalis, sebagian kecil pinggir
plasenta yang terlepas.
Pritchard JA, 2001 membagi solusio plasenta
menurut bentuk perdarahan :
Solusio plasenta dengan perdarahan keluar.
Solusio plasenta dengan perdarahan
tersembunyi, yang membentuk hematoma
retroplacenter.
Solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke
Epidemiologi
Insiden solusio plasenta bervariasi antara 0,2-2,4
% dari seluruh kehamilan. Literatur lain
menyebutkan insidennya 1 dalam 77-89
persalinan, dan bentuk solusio plasenta berat 1
dalam 500-750 persalinan (Pernoll ML, 1999).
Slava dalam penelitiannya melaporkan insidensi
solusio plasenta di dunia adalah 1% dari seluruh
kehamilan. Di sini terlihat bahwa tidak ada angka
pasti untuk insiden solusio plasenta, karena
adanya perbedaan kriteria menegakkan
diagnosisnya (slavaVG, 2006).
Penyebab perdarahan
sampel
(%)
1.
Solusio Plasenta
141
19
2.
125
16
3.
Atonia uteri
115
15
4.
Koagulopathi
108
14
5.
Plasenta previa
50
6.
44
7.
Perdaahan uterus
44
8.
Retanet plasenta
32
Etiologi
Belum diketahui dengan jelas, namun
terdapat beberapa keadaan tertentu
yang menyertai: hipertensi, riwayat
trauma, kebiasaan merokok, usia ibu <
20 atau >35 tahun, multiparitas, tali
pusat yang pendek, defisiensi asam folat,
perdarahan retroplasenta,
penyalahgunaan alcohol, obat-obatan.
Faktor predisposisi yang mungkin ialah
hipertensi kronik,trauma eksternal, tali
pusat pendek, dekompresi tali pusat
mendadak, anomaly atau tumor uterus,
defisiensi gizi, merokok, komsumsi
alkohol, penyalahgunaan kokain, serta
Patogenesis
Solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan ke
dalam desidua basalis dan terbentuknya hematom
subkhorionik yang dapat berasal dari pembuluh darah
miometrium atau plasenta, dengan berkembangnya hematom
subkhorionik terjadi penekanan dan perluasan pelepasan
plasenta dari dinding uterus (Pritchard JA et al, 2001).
Manifestasi Klinis..
Anamnesis : perdarahan biasanya pada
trisemester ketiga, perdarahan
pervaginam berwarna kehitam-hitaman
yang sedikit sekali tanpa rasa nyeri
samapi dengan yang disertai nyeri perut,
uterus tegang, perdarahan pervaginam
yang banyak, syok dan kematian janin
intrauterin.
Pemeriksaan fisik : tanda vital dapat
normal sampai menunjukkan tanda syok.
Pemeriksaan obstertri : nyeri tekan
uterus tegang, bagian-bagian janin sukar
dinilai, denyut jantung jani sulit dinilai
atau tidak ada, air ketuban berwarna
Gambaran Klinis..
1.Abrupsio Plasenta Ringan
Salah satu tanda kecurigaannya yaitu Perdarahan pervaginam
yang kehitam-hitaman berbeda dengan perdarahan plasenta previa
yang berwarna merah segar.
2. Abrupsio Plasenta Sedang
Plasenta telah terlepas > tapi < 2/3 bagian. Walaupun
perdarahan pervagianm tampak sedikit, seluruh perdarahannya
mungkin telah mencapai 1000 ml. Dinding uterus teraba tegang
terus menerus dan nyeri tekan sehingga bagian janin sukar teraba
3. Abrupsio Plasenta Berat
Plasenta telah terlepas dari 2/3 permukaannya. Terjadi sangat tiba-tiba.
Biasanya ibu telah jatuh dalam keadaan syok dan janinnya telah
meninggal. Uterusnya sangat tegang seperti papan dan sangat nyeri .
Patofisiologi..
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau
uterus yang membentuk hematoma di desidua, sehingga
plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Perdarahan
berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan tidak mampu lebih berkontraksi
untuk menghentikan perdarahan. Akibatnya, hematoma
retroplasentar akan bertambah besar, sehingga sebagian dan
akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus.
Sebagian darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban
keluar melalui vagina atau menembus selaput ketuban masuk
ke dalam kantong ketuban, atau ekstravasasi di antara serabutserabut otot uterus
Woc.
Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya
plasenta yang terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta
berlangsung. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :
1. Syok perdarahan
2. Gagal ginjal
3. Kelainan pembekuan darah
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Mekanisme gangguan pembekuan darah terjadi melalui dua fase (Maryuni SW,
2005).
. Fase I
Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadi pembekuan darah,
disebut disseminated intravasculer clotting.
. Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh untuk membuka
kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat
. Fetal distress
Kematian janin
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bervariasi tergantung kondisi/status ibu dan
janin. Perdarahan anterpartum yang sedikit, dengan uterus
yang tidak tegang, pertama kali harus ditangani sebagai kasus
plasenta previa. Apabila kemudian ternyata kemungkinan
plasenta previa dapat disingkarkan, barulah ditangani sebagai
solusio/abrupsio plasenta.
Beberapa wanita hamil yang menunjukkan tanda-tanda
abrupsio plasenta harus dirawat di rumah sakit dan dievaluasi
dalam waktu tertentu. Evaluasi wajib dilakukan untuk
mengetahui keadaan kardiovaskuler ibu hamil dan kondisi
janin. Jika kondisi itu sudah membaik, janin belum matur, dan
tidak menunjukkan tanda distress, maka dianjurkan untuk
melakukan manajemen konservatif. Hal ini termasuk bedrest
dan mungkin termasuk pemberian mukolitik untuk
menurunkan aktivitas uterus.
Abrupsio plasenta
Etiologi
Tidak di ketahui
Tidak ketahui
Faktor
Multipara kehamilan
ganda di atas 35
tahun,insiasi
uterus,kehamilan
sesar,dan letak belakang
Hipertensi maternal,grade
multipara,kehamilanganda,
hidraminon,trauma
ekstra,dan tali pusat yang
pendek.
Manifestasi
klinis
komplikasi
Hemoragi ,syok
hipovolemik,anemia,ma
lposisi janin,emboli
udara,perdarahan
postpartum
Hemoragi,syok
hipovolemik,gangguan
pembekuan darah
(hipofiibrinogenemia),anem
ia,gagal ginjal dan repture
uterus.
resiko
Pengelolaan ..
Setiap pasierlukan monitoring yang lengkap, baik dalam kehamilan ataupun
persalinan.
Pengelolahan pada solution plasenta adalah sebagai berikut :
1). Tidak terdapat rejatan : usia gestasi kurang dari 36 minggu/taksiran berat fetus
kurang dari 2500gr.
a. Solusio plasenta ringan dilakukan pengelolaan secara ekspektatif meliputi tirah
baring.
Sedatif
Mengatasi anemia
Monitoring keadaan janin dengan kardiotokografi dan USG
Serta menunggu persalinan spontan.
b.Aktif dengan mengakhiri kehamilan bila :
Keadaaan memburuk
Perdarahan berlangsung terus
Kontraksi uterus berlangsung
c. Sedang/berat
Resusitasi cairan
Atasi anemia (tranfusi darah)
Partus pervaginam : bila diperkirakan partus dapat
berlangsung dalam 6 jam (aminotomi dan oksitosin).
Partus perabdominal : bila partus pervaginam diperkirakan
tidak dapat
2). Tidak terdapat rejatan : usia gestasi 37 minggu atau lebih/
taksiran berat fetus 2500gr
Solution plasenta ringan/sedang/berat : partus perabdominal,
bila persalinan pervaginam diperkirakan berlangsung lama.
3) Terdapat rejatan
Atasi rejatan, resusitasi cairan dan transfuse darah
Bila ada rejatan tidak teratasi, upayakan tindakan
penyelamatan yang optimal
1 Pengkajian Keperawatan
a) Pengkajian Kesehatan
Identitas / biodata klien
Nama
: Ny. T
Tempat / tanggal lahir
: Surabaya, 30 Januari 1985
Pekerjaan
: Wiraswasta
Agama
: Islam
Alamat
: Kolongan Link. IV, Surabaya
Suku dan Ras
: Jawa
Warga Negara
: Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 26 tahun
1.Health Perception..
a. Keluahan utama
Perdarahan (saat pengkajian perhatian jumlah dan sifat
perdarahan)
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien perempuan, 26 tahun datang dengan keluhan
keluar darah dari kemaluan sejak 6 jam sebelum
masuk rumah sakit (SMRS), saat itu pasien terjatuh
dari tangga rumahnya
c. Riwayat Kesehatan Masa Lalu (Riwayat
Kehamilan )
d. Kehamilan (Gravida, para, riwayat aborsi, dan
melahirkan bayi prematur).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
-
3. Pola Eliminasi
4. Aktivitas dan Latihan
5. Pola Istirahat-Tidur
6. Pola Cognitif-Presepsi.
7. Konsep Diri dan Presepsi Diri
8. Pola Peran-Hubungan
9.Pola Seksual-Reproduksi
10. Pola Coping Stress
11.Keyakinan dan Kepercayaan
1) B1 (breath)
Tidak ada sesak napas, irama napas teratur,suara napas
vesikuler.
2) B2 (blood)
Tidak ada keluhan nyeri dada, irama jantung regular, CRT
>3detik, akral dingin, konjungtiva pucat.
3) B3 (brain)
GCS = 456, tidak ada keluhan pusing, pupil isokor
4) B4 (bladder)
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada keluhan saat kencing
5) B5 (bone)
Tugor kulit baik
5
5
5
Pemeriksaan Penunjang
Dari
hasil
pemeriksaan
laboraturium (Hb, hematokrit,
golongan
darah, USG
dll)
Misalnya : didapatkan anemia (Hb
6,8 g/dl). Hasil USG ; tampak
janin presentasi kepala tunggal
hidup, tidak terdapat denyut
jantung janin. Diameter bipariental
92 mm, abdominal circumference
300 mm, fetal length 69 mm, dan
taksiran berat badan janin 2700 g.
Plasenta terletak di fundus dan
tampak perdarahan retroplasenta
dengan ukuran 7x7 cm. kesan :
sesuai hamil aterm, intrauterine
fetal death (IUFD), dan solusio
plasenta.
Analisa Data .
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemi.
2. Penurunan kardiak output berhubungan dengan perdarahan dalam
jumlah berlebihan.
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai efek
perdarahan dan manajenannya, kesehatan janin.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan akibat implatansi plasenta yang abnormal.
6. Resiko perubahan kasih saying orang tua bayi yang berhubungan
dengan kemungkinan kebutuhan perawatan bayi.
7. Gangguan manajemen pemeliharaan tubuh yang berhubungan dengan
bedrest dan pembatasan aktivitas.
8. Harga diri rendah situasional yang berhubungan dengan
ketidakmampuan sementara untuk memberikan perawatan keluarga.
9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan regimen pengobatan
Intervensi Keperawatan
1) Penurunan kardiak output berhubungan dengan perdarahan dalam
jumlah berlebihan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24
jamdiharapakan pernurunan kardiak output tidak terjadi/dapat
teratasi.
Kriteria Hasil :
Volume darah intravascular dan cardiac output dapat diperbaiki
sampai nadi, TD, nilai hemodinamik, serta nilai laboraturium
menunjukkan tanda norma.
2) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam
diharapkan suplai/ kebutuhan darah ke jaringan terpenuhi.
Kriteria Hasil :
Hb >10 gr%
Konjungtiva tidak lagi pucat
Akral hangat
Tidak merasakan lemas.
Evaluasi..
1. Persalinan berjalan dengan baik tanpa kompikasi
2. Hb normal, konjungtiva tidak pucat
3. Ancietas dapat berkurang