Wajib Dilakukan
written by Tri Astuti, ST March 17, 2017
Bayi yang baru lahir baik melalui melahirkan normal atau caesar memiliki resiko terkena infeksi
yang sangat besar. Kondisi ini sangat berhubungan dengan kondisi sistem kekebalan tubuh bayi
yang sangat lemah. Bayi yang baru lahir hanya memiliki sistem kekebalan tubuh termasuk untuk
penyakit yang terbatas saja. Karena itu perawatan untuk bayi yang baru lahir memang lebih
rumit dibandingkan ketika bayi sudah berusia beberapa bulan. Infeksi bisa menular ke tubuh bayi
baik selama dalam kehamilan, persalinan maupun setelah dilahirkan. (baca: proses persalinan –
proses kehamilan)
Berikut ini adalah beberapa upaya pencegahan infeksi pada bayi baru lahir.
kehamilan ektopik
hamil anggur
tanda-tanda hamil kosong
beda hamil anggur dan hamil diluar kandungan
hamil anggur pada wanita
hamil yang tidak terdeteksi
4. Pemberikan vaksin hepatitis B
Penyakit hepatitis B adalah jenis penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak cairan dan
hubungan seksual. Kemungkinan bayi juga bisa mengalami infeksi ini karena tertular dari ibu
hamil yang terkena hepatitis B. untuk mengatasi ini maka bayi yang baru lahir sebaiknya
langsung menerima vaksin hepatitis B. Biasanya dokter akan mengatakan hal ini ketika bayi
sudah menerima vaksin dari rumah sakit. (baca: bahaya hepatitis bagi ibu hamil – gejala hepatitis
B pada ibu hamil)
5. Pemberian antibiotik salep ke mata bayi
Bayi yang lahir normal atau caesar kemungkinan juga bisa terkena infeksi akibat penyakit
gonore atau clamidya dari ibu hamil. Penyakit ini bisa menular ke bayi melalui cairan mata.
Karena itu bayi harus menerima antibiotik agar tidak terkena penyakit infeksi mata pada bayi.
Tindakan ini mungkin bisa tidak dilakukan jika memang ibu sudah bebas dari infeksi penyakit
seksual ini. Antibiotik bisa menyebabkan pandangan mata bayi kabur namun akan membaik
dalam beberapa hari setelah dilahirkan.
Baca: pengertian obstetri dan ginekologi – peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
9. Pemeriksaan infeksi B Strep pada ibu hamil
Infeksi B strep untuk bayi yang baru lahir adalah kasus yang paling sering terjadi. Sebenarnya
infeksi ini akan dimulai semenjak bayi baru lahir hingga berusia kurang lebih 1 minggu. Untuk
itu ibu hamil harus bisa melakukan pengujian ketika kehamilan berumur 35 sampai 37 minggu.
Jika memang ibu hamil terkena infeksi maka bisa menerima antibiotik yang sangat aman untuk
ibu dan bayi dalam rahim. infeksi B strep sering tidak menyebabkan gejala apapun sehingga
banyak ibu hamil yang tidak menyadari ketika terkena infeksi ini. Dan jika tidak dicegah maka
bayi bisa terkena infeksi dengan cepat.
Baca: ciri kehamilan bermasalah – gejala torch pada ibu hamil – manfaat pemeriksaan VDRL
pada ibu hamil
10. Menerima antibiotik selama persalinan
Jika ibu dinyatakan terkena infeksi B Strep maka ibu harus menerima antibiotik selama proses
persalinan. Antibiotik akan diberikan melalui cairan IV dan sangat aman untuk bayi dan ibu.
Dokter bisa memberikan antibiotik ini jika memang ibu terkena infeksi dan obat yang diberikan
setelah pengujian tidak berhasil membunuh bakteri yang ada dalam tubuh ibu.
Baca: bahaya antibiotik bagi ibu hamil – amankah antibiotik bagi ibu hamil
11. Persalinan caesar
Ketika ibu menderita beberapa infeksi penyakit menular seksual maka kemungkinan dokter bisa
memberikan alternatif persalinan caesar. Persalinan normal akan membuat bayi melewati jalan
lahir dan kemungkian bayi akan terkena infeksi dari bakteri atau sumber penyakit lain pada ibu.
Namun pertimbangan ini juga bisa dilakukan jika ibu mengalami kondisi seperti preeklampsia
atau bayi besar dalam kandungan.
Baca: imunisasi polio – vaksin BCG pada bayi – bahaya bayi tidak imunisasi – bahaya
imunisasi – infeksi paru paru pada bayi
Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir menjadi peran penting bagi ibu hamil, keluarga dan
semua tenaga medis yang menolong persalinan. Jadi semua orang yang berada dalam tahap
tersebut harus menjaga agar bayi tetap sehat hingga tumbuh tanpa infeksi apapun.
Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial adalah istilah yang merujuk pada suatu infeksi yang berkembang di
lingkungan rumah sakit. Artinya, seseorang dikatakan terkena infeksi nosokomial
apabila penularannya didapat ketika berada di rumah sakit. Termasuk juga infeksi yang
terjadi di rumah sakit dengan gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke rumah,
dan infeksi yang terjadi pada pekerja di rumah sakit.
Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan berpengaruh buruk pada kondisi
kesehatan di negara-negara miskin dan berkembang. Selain itu, infeksi nosokomial
termasuk salah satu penyebab terbesar kematian pada pasien yang menjalani
perawatan di rumah sakit.
Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu unit ke unit
yang lain, dan penempatan pasien dengan kondisi yang mudah terserang infeksi
nosokomial (misalnya pada ruang perawatan intensif, ruang perawatan bayi, ruang
perawatan luka bakar) di satu tempat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi nosokomial. Lamanya waktu perawatan di rumah sakit juga semakin
meningkatkan risiko terkena penyakit nosokomial.
Gejala Infeksi Nosokomial
Gejala yang dialami sama dengan tanda-tanda infeksi lainnya seperti
demam, takikardia, sesak, dan lemas. Pada pneumonia dapat terjadi batuk dengan
dahak yang kental dan pada infeksi saluran kemih terdapat nyeri daerah punggung
bawah atau perut bawah. Yang terpenting, seluruh gejala ini timbul setelah perawatan
di rumah sakit dan tidak sesuai dengan keluhan awal saat masuk rumah sakit.
Analisis urine dan USG saluran kemih untuk mendeteksi terjadinya infeksi saluran
kemih.
Foto Rontgen dada untuk mendeteksi pneumonia.
Cuci tangan. Tangan merupakan media yang paling baik bagi kuman untuk berpindah.
Oleh karena itu penting bagi seluruh orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci
tangan dengan cara dan waktu yang tepat. Terdapat lima saat yang penting untuk
melakukan cuci tangan:
o Sebelum memegang pasien.
o Sebelum melakukan prosedur kepada pasien.
o Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses).
o Setelah menyentuh pasien.
o Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien.
Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit. Kebersihan lingkungan rumah sakit
dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan
cairan pembersih atau disinfektan dengan frekuensi 2-3 kali per hari untuk lantai dan 2
minggu sekali untuk dinding.
Penggunaan alat dan prosedur. Menggunakan alat atau selang yang menempel pada
tubuh seperti alat bantu napas atau kateter urine, serta melakukan tindakan medis
lainnya sesuai dengan indikasi (tepat guna).
Penempatan pasien di ruang isolasi. Pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah
atau pasien yang berpotensi untuk menularkan penyakit diharuskan untuk ditempatkan
di ruang isolasi.
Mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Bagi staf rumah sakit penting untuk
mengikuti SOP setiap melakukan tindakan seperti menggunakan pelindung standar
seperti sarung tangan, masker, atau perlengkapan lain yang dianjurkan.