Anda di halaman 1dari 9

12 Pencegahan Infeksi pada Bayi Baru Lahir –

Wajib Dilakukan
written by Tri Astuti, ST March 17, 2017

Bayi yang baru lahir baik melalui melahirkan normal atau caesar memiliki resiko terkena infeksi
yang sangat besar. Kondisi ini sangat berhubungan dengan kondisi sistem kekebalan tubuh bayi
yang sangat lemah. Bayi yang baru lahir hanya memiliki sistem kekebalan tubuh termasuk untuk
penyakit yang terbatas saja. Karena itu perawatan untuk bayi yang baru lahir memang lebih
rumit dibandingkan ketika bayi sudah berusia beberapa bulan. Infeksi bisa menular ke tubuh bayi
baik selama dalam kehamilan, persalinan maupun setelah dilahirkan. (baca: proses persalinan –
proses kehamilan)
Berikut ini adalah beberapa upaya pencegahan infeksi pada bayi baru lahir.

1. Hidung dan mulut bayi segera dibersikan setelah lahir


Segera setelah bayi lahir maka tenaga medis harus membersihkan bagian mulut dan hidung bayi.
Cara ini dilakukan dengan alat pengisap yang sangat aman untuk bayi. Ketika bayi lahir normal
dan melewati perineum maka kemungkinan bayi menghisap berbagai cairan dan kotoran yang
mungkin bisa masuk ke tubuh bayi. Bahkan tindakan ini sangat penting untuk mengeluarkan
lendir dan mekonium jika memang ada dalam mulut dan hidung bayi. Tindakan ini juga sangat
penting untuk membantu bayi agar bisa bernafas dengan baik melalui hidung dan mulut.
Jika bayi tidak bisa bernafas dengan baik maka dokter bisa memberikan alat bantu nafas khusus
untuk bayi.

Informasi persalinan normal:

 tanda tanda akan melahirkan


 ciri ciri kontraksi akan melahirkan
 cara agar persalinan normal tidak sakit
 cara agar melahirkan normal tidak sakit
 teknik pernafasan saat melahirkan
 resiko melahirkan normal setelah caesar
 pembukaan saat melahirkan
2. Segera mengikat plasenta setelah lahir
Ketika bayi lahir maka bayi masih tali plasenta yang terhubung langsung dengan plasenta.
Setelah bayi lahir maka sistem peredaran darah beralih dari plasenta sampai ke tubuh bayi secara
mandiri. Sehingga bagian plasenta sebenarnya sudah tidak diperlukan lagi. Kemudian tenaga
medis akan menjepit bagian tali plasenta hingga beberapa lama kemudian semua bagian itu akan
dipotong dengan alat yang steril. Cara ini bisa membantu bayi agar tidak terkena infeksi dari
plasenta yang masih melekat dengan tubuh bayi. (baca: plasenta letak rendah – janin terlilit tali
pusat)
Informasi persalinan caesar:

 resiko melahirkan normal setelah caesar


 resiko operasi caesar
 bahaya operasi caesar
 pemulihan rahim pasca caesar
3. Bayi menerima suntikan vitamin K
Semua bayi yang baru lahir sangat penting untuk menerima suntikan vitamin K. Suntikan ini
sangat penting untuk membantu sistem pembekuan darah dalam tubuh bayi dan juga mencegah
adanya pendarahan dalam tubuh bayi. Bahkan tindakan ini sangat penting untuk mencegah
adanya infeksi bakteri atau virus yang kemungkinan sudah masuk ke dalam darah bayi selama
dalam kandungan.

Informasi gangguan kehamilan:

 kehamilan ektopik
 hamil anggur
 tanda-tanda hamil kosong
 beda hamil anggur dan hamil diluar kandungan
 hamil anggur pada wanita
 hamil yang tidak terdeteksi
4. Pemberikan vaksin hepatitis B
Penyakit hepatitis B adalah jenis penyakit infeksi yang ditularkan melalui kontak cairan dan
hubungan seksual. Kemungkinan bayi juga bisa mengalami infeksi ini karena tertular dari ibu
hamil yang terkena hepatitis B. untuk mengatasi ini maka bayi yang baru lahir sebaiknya
langsung menerima vaksin hepatitis B. Biasanya dokter akan mengatakan hal ini ketika bayi
sudah menerima vaksin dari rumah sakit. (baca: bahaya hepatitis bagi ibu hamil – gejala hepatitis
B pada ibu hamil)
5. Pemberian antibiotik salep ke mata bayi
Bayi yang lahir normal atau caesar kemungkinan juga bisa terkena infeksi akibat penyakit
gonore atau clamidya dari ibu hamil. Penyakit ini bisa menular ke bayi melalui cairan mata.
Karena itu bayi harus menerima antibiotik agar tidak terkena penyakit infeksi mata pada bayi.
Tindakan ini mungkin bisa tidak dilakukan jika memang ibu sudah bebas dari infeksi penyakit
seksual ini. Antibiotik bisa menyebabkan pandangan mata bayi kabur namun akan membaik
dalam beberapa hari setelah dilahirkan.

Informasi penyakit mata pada bayi:

 penyebab belekan pada bayi baru lahir


 obat belekan pada bayi
 obat sakit mata untuk bayi
 penyebab mata merah dan berair pada bayi
 penyakit mata pada bayi
6. Membersihkan semua cairan dalam tubuh bayi
Ketika bayi baru lahir maka ada banyak cairan dan lendir yang melekat dalam tubuh bayi.
Terkadang lapisan lemak juga masih menempel dalam kulit bayi. Semua bahan yang melekat
dalam kulit bayi bisa menyebabkan infeksi yang berbahaya untuk bayi. Karena itu semua kotoran
ini juga harus segera dibersihkan sehingga bayi langsung bersih. Untuk memandikan bayi
biasanya tidak dilakukan kecuali dengan pertimbangkan khusus. Memandikan bayi yang baru
lahir bisa meningkatkan resiko penurunan suhu yang menyebabkan hipotermia pada bayi baru
lahir.(baca: cara merawat bayi baru lahir)
7. Semua perlengkapan dan ruangan persalinan yang steril
Ketika Anda melahirkan di sebuah rumah sakit maka semua alat dan ruang persalinan harus
sangat steril. Infeksi bisa terjadi dimana saja termasuk dari alat yang digunakan atau bahkan
kain-kain yang berada dalam ruang persalinan. Karena itu biasanya rumah sakit menerapkan
suhu yang rendah untuk mencegah perkembangan bakteri atau infeksi pada bayi baru lahir. Jika
Anda tidak mendapatkan fasilitas ini maka segera bicarakan dengan dokter. (baca: tips memilih
rumah sakit bersalin)
Informasi bayi prematur dan sungsang

 ciri ciri bayi lahir prematur


 penyebab bayi lahir prematur
 cara mencegah bayi lahir prematur
 resiko bayi lahir prematur 7 bulan
 penyebab bayi sungsang
 ciri bayi sungsang
 cara agar bayi tidak sungsang
 bahaya melahirkan bayi sungsang
8. Tenaga medis harus menggunakan sarung tangan dan steril
Tenaga medis yang terlibat dalam persalinan harus menggunakan sarung tangan yang steril.
Semua orang harus mencuci tangan dengan cairan antiseptik sehingga bayi tidak tertular infeksi
ketika diperiksa atau disentuh. Pemeriksaan yang berhubungan dengan jalur lahir harus
dilakukan ketika diperlukan dan semua alat harus steril.

Baca: pengertian obstetri dan ginekologi – peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
9. Pemeriksaan infeksi B Strep pada ibu hamil
Infeksi B strep untuk bayi yang baru lahir adalah kasus yang paling sering terjadi. Sebenarnya
infeksi ini akan dimulai semenjak bayi baru lahir hingga berusia kurang lebih 1 minggu. Untuk
itu ibu hamil harus bisa melakukan pengujian ketika kehamilan berumur 35 sampai 37 minggu.
Jika memang ibu hamil terkena infeksi maka bisa menerima antibiotik yang sangat aman untuk
ibu dan bayi dalam rahim. infeksi B strep sering tidak menyebabkan gejala apapun sehingga
banyak ibu hamil yang tidak menyadari ketika terkena infeksi ini. Dan jika tidak dicegah maka
bayi bisa terkena infeksi dengan cepat.

Baca: ciri kehamilan bermasalah – gejala torch pada ibu hamil – manfaat pemeriksaan VDRL
pada ibu hamil
10. Menerima antibiotik selama persalinan
Jika ibu dinyatakan terkena infeksi B Strep maka ibu harus menerima antibiotik selama proses
persalinan. Antibiotik akan diberikan melalui cairan IV dan sangat aman untuk bayi dan ibu.
Dokter bisa memberikan antibiotik ini jika memang ibu terkena infeksi dan obat yang diberikan
setelah pengujian tidak berhasil membunuh bakteri yang ada dalam tubuh ibu.

Baca: bahaya antibiotik bagi ibu hamil – amankah antibiotik bagi ibu hamil
11. Persalinan caesar
Ketika ibu menderita beberapa infeksi penyakit menular seksual maka kemungkinan dokter bisa
memberikan alternatif persalinan caesar. Persalinan normal akan membuat bayi melewati jalan
lahir dan kemungkian bayi akan terkena infeksi dari bakteri atau sumber penyakit lain pada ibu.
Namun pertimbangan ini juga bisa dilakukan jika ibu mengalami kondisi seperti preeklampsia
atau bayi besar dalam kandungan.

Informasi persalinan caesar:

 resiko melahirkan normal setelah caesar


 resiko operasi caesar
 bahaya operasi caesar
 pemulihan rahim pasca caesar
12. Bayi menerima vaksin lengkap sesuai jadwal
Kemudian ketika semua cara untuk mencegah infeksi sudah dilakukan sejak proses persalinan
hingga bayi lahir, maka bayi juga harus menerima vaksin secara rutin sesuai jadwal. Bayi yang
sudah menerima berbagai vaksin atau imunisasi bisa terhindari dari bahaya bayi tidak imunisasi.
Cara ini juga sangat penting untuk mencegah berbagai penyakit pada bayi hingga tumbuh
menjadi anak-anak.

Baca: imunisasi polio – vaksin BCG pada bayi – bahaya bayi tidak imunisasi – bahaya
imunisasi – infeksi paru paru pada bayi
Pencegahan infeksi pada bayi baru lahir menjadi peran penting bagi ibu hamil, keluarga dan
semua tenaga medis yang menolong persalinan. Jadi semua orang yang berada dalam tahap
tersebut harus menjaga agar bayi tetap sehat hingga tumbuh tanpa infeksi apapun.
Infeksi Nosokomial

Infeksi nosokomial adalah istilah yang merujuk pada suatu infeksi yang berkembang di
lingkungan rumah sakit. Artinya, seseorang dikatakan terkena infeksi nosokomial
apabila penularannya didapat ketika berada di rumah sakit. Termasuk juga infeksi yang
terjadi di rumah sakit dengan gejala yang baru muncul saat pasien pulang ke rumah,
dan infeksi yang terjadi pada pekerja di rumah sakit.
Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia dan berpengaruh buruk pada kondisi
kesehatan di negara-negara miskin dan berkembang. Selain itu, infeksi nosokomial
termasuk salah satu penyebab terbesar kematian pada pasien yang menjalani
perawatan di rumah sakit.

Infeksi nosokomial bisa menyebabkan pasien terkena bermacam-macam penyakit


dengan gejala yang berbeda-beda. Beberapa penyakit yang paling sering terjadi akibat
infeksi nosokomial adalah:

 Infeksi aliran darah primer (IADP).


 Pneumonia.
 Infeksi saluran kemih (ISK).
 Infeksi luka operasi (ILO).

Penyebab dan Faktor Risiko Infeksi Nosokomial


Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dapat terkena infeksi nosokomial adalah:

 Patogen (bakteri, jamur, virus, parasit)


Jumlah dan virulensi (kekuatan) bakteri yang tinggi, serta resistensi bakteri terhadap
antibiotik dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi nosokomial. Umumnya, infeksi
nosokomial disebabkan oleh bakteri yang ada di rumah sakit. Bakteri tersebut bisa
didapat dari orang lain yang ada di rumah sakit, bakteri yang menjadi flora normal
(bakteri yang secara normal ada di dalam tubuh dan pada keadaan normal tidak
menyebabkan gangguan) orang itu sendiri, atau bakteri yang mengontaminasi
lingkungan dan alat-alat di rumah sakit. Selain bakteri, jamur dan virus atau parasit juga
dapat menjadi penyebab infeksi nosokomial.Yang dimaksud dengan bakteri yang
resisten adalah ketika antibiotik menjadi kurang efektif untuk membunuh bakteri
tersebut. Hal ini disebabkan oleh penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan
anjuran dokter. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan mengakibatkan bakteri
yang ada di dalam tubuh manusia berubah karakter dan menjadi tahan terhadap
antibiotik. Rumah sakit merupakan tempat beragam jenis pasien, sehingga bakteri yang
resisten tersebut dapat menyebar di lingkungan rumah sakit dan akan lebih sulit untuk
ditangani bila menjangkiti seseorang.
 Kondisi Pasien
Selain bakteri, kondisi dari pasien tersebut juga memengaruhi dapat atau tidaknya
terkena infeksi nosokomial. Beberapa kondisi pasien yang membuat lebih mudah
terserang infeksi nosokomial:
- Usia. Pasien lansia (usia di atas 70 tahun) dan bayi lebih mudah terserang infeksi
nosokomial.
- Daya tahan tubuh dan penyakit yang dimiliki. Pasien dengan penyakit kronis seperti
diabetes, gagal ginjal, dan kanker meningkatkan risiko seseorang terkena infeksi
nosokomial. Keadaan akut seperti koma, gagal ginjal akut, cedera berat (seperti habis
kecelakaan atau luka bakar), dan syok juga berkontribusi dalam meningkatkan risiko
infeksi nosokomial. Kondisi yang mengakibatkan daya tahan tubuh turun seperti pada
penyakit HIV/AIDS, malnutrisi, dan menggunakan obat-obatan yang dapat menurunkan
daya tahan tubuh. (misalnya: immnunosuppresant, kemoterapi) akan meningkatkan
risiko terkena infeksi nosokomial.
- Prosedur yang dilakukan terhadap pasien. Prosedur seperti tindakan operasi,
pemasangan alat bantu napas (ventilator), endoskopi, atau kateter meningkatkan risiko
seseorang untuk terkena infeksi nosokomial melalui kontaminasi langsung dengan alat
yang masuk ke dalam tubuh.

 Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah sakit yang padat, kegiatan memindahkan pasien dari satu unit ke unit
yang lain, dan penempatan pasien dengan kondisi yang mudah terserang infeksi
nosokomial (misalnya pada ruang perawatan intensif, ruang perawatan bayi, ruang
perawatan luka bakar) di satu tempat dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi nosokomial. Lamanya waktu perawatan di rumah sakit juga semakin
meningkatkan risiko terkena penyakit nosokomial.
Gejala Infeksi Nosokomial
Gejala yang dialami sama dengan tanda-tanda infeksi lainnya seperti
demam, takikardia, sesak, dan lemas. Pada pneumonia dapat terjadi batuk dengan
dahak yang kental dan pada infeksi saluran kemih terdapat nyeri daerah punggung
bawah atau perut bawah. Yang terpenting, seluruh gejala ini timbul setelah perawatan
di rumah sakit dan tidak sesuai dengan keluhan awal saat masuk rumah sakit.

Diagnosis Infeksi Nosokomial


Dokter dapat mencurigai seorang pasien terkena infeksi nosokomial berdasarkan
tanda-tanda atau gejala yang dialaminya. Diagnosis infeksi nosokomial dipastikan
dengan menemukan bakteri penyebab dari tempat yang dicurigai mengalami infeksi.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel urine, dahak, darah, atau cairan
lainnya (misalnya cairan luka operasi) untuk dibiakkan atau dikultur dalam sebuah
medium untuk melihat adanya pertumbuhan bakteri. Pemeriksaan kultur ini juga dapat
dilakukan untuk jamur, bila dicurigai penyebab infeksi nosokomial adalah jamur.
Selain pemeriksaan kultur, untuk mendiagnosis infeksi nosokomial juga didukung dari
pemeriksaan lain seperti:

 Analisis urine dan USG saluran kemih untuk mendeteksi terjadinya infeksi saluran
kemih.
 Foto Rontgen dada untuk mendeteksi pneumonia.

Pengobatan Infeksi Nosokomial


Sambil menunggu hasil kultur bakteri, pengobatan awal untuk infeksi nosokomial
adalah pemberian antibiotik secara empiris, yaitu pemberian antibiotik yang tidak
spesifik sebelum ada hasil dari kultur. Biasanya diberikan antibiotik dengan kemampuan
luas yang dapat menyerang hampir seluruh jenis bakteri. Setelah ada hasil
pemeriksaan, pemberian antibiotik akan disesuaikan dengan jenis bakteri secara lebih
spesifik. Antijamur maupun antivirus juga dapat diberikan bila dicurigai penyebabnya
dari jamur atau virus.
Seluruh alat yang menempel pada tubuh dan mengakibatkan infeksi seperti kateter,
selang napas, selang infus, atau lainnya bila memungkinkan segera dicabut. Terapi
suportif seperti pemberian cairan, oksigen, atau obat untuk mengatasi demam dapat
diberikan.
Prosedur operasi debridement dapat dilakukan untuk infeksi pada luka operasi, dengan
cara memmotong atau mengangkat jaringan yang tidak sehat.

Komplikasi Infeksi Nosokomial


Komplikasi yang dapat terjadi dari infeksi nosokomial adalah:
 Endokarditis.
 Gagal ginjal.
 Sepsis.

Pencegahan Infeksi Nosokomial


Langkah-langkah pencegahan infeksi nosokomial menjadi tanggung jawab seluruh
orang yang ada di rumah sakit termasuk petugas kesehatan, pasien dan orang yang
berkunjung. Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran
infeksi ini adalah:

 Cuci tangan. Tangan merupakan media yang paling baik bagi kuman untuk berpindah.
Oleh karena itu penting bagi seluruh orang yang berada di rumah sakit untuk mencuci
tangan dengan cara dan waktu yang tepat. Terdapat lima saat yang penting untuk
melakukan cuci tangan:
o Sebelum memegang pasien.
o Sebelum melakukan prosedur kepada pasien.
o Setelah terpapar dengan cairan tubuh (misalnya darah, urin, atau feses).
o Setelah menyentuh pasien.
o Setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien.
 Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit. Kebersihan lingkungan rumah sakit
dilakukan dengan cara membersihkan lingkungan rumah sakit dengan menggunakan
cairan pembersih atau disinfektan dengan frekuensi 2-3 kali per hari untuk lantai dan 2
minggu sekali untuk dinding.
 Penggunaan alat dan prosedur. Menggunakan alat atau selang yang menempel pada
tubuh seperti alat bantu napas atau kateter urine, serta melakukan tindakan medis
lainnya sesuai dengan indikasi (tepat guna).
 Penempatan pasien di ruang isolasi. Pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah
atau pasien yang berpotensi untuk menularkan penyakit diharuskan untuk ditempatkan
di ruang isolasi.
 Mengikuti Standar Operasional Prosedur (SOP). Bagi staf rumah sakit penting untuk
mengikuti SOP setiap melakukan tindakan seperti menggunakan pelindung standar
seperti sarung tangan, masker, atau perlengkapan lain yang dianjurkan.

Terakhir diperbarui: 31 Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai