Anda di halaman 1dari 9

A.

    Kebutuhan Fisik Nutrisi,Cairan dan Personal Hygiene


1.      Pemberian minum
a.       Pengertian ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam sekali atau on demand
(semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara samai teras kosong setelah itu baru ganti
payudara yang lain. ASI eksklusive adalah memberiakn ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa
tambahan makanan apapun kecuali imunisasi, vitamin. Berikan ASI sampai 2 tahun dengan
tambahan makan lunak sesuai tahapan usia bayi.
b.      Pedoman menyusui ASI antara lain:
Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha menyusu sendiri diatas perut ibu segera setelah
minimal 1 jam.
Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh payudara, mulut membuka
lebar, hidung mendekat terkadang menyentuh payudara, mulut mencakup areola, lidah
menopang putting dan areola bagian bawah, bibir melengkung keluar, bayi menghisap dengan
kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat.
c.       Perawatan payudara selama ibu menyusui
Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum dan sesudah menyusui untuk mencegah
lecet. Jika mengalami bendungan payudara atau mastitis tetap susukan ke bayi sesering mungkin
serta lakukan perawatan payudara.

2.      Menolong BAB pada Bayi


BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwana kehitaman, hari 3-6 feces tarnsisi
yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur mekoneum, selanjutnya feces akan
berwarna kekuningan. Segera bersihkan bayi setiap selesai BAB agarbtidak terjadi iritasi
didaerah genetalia.

3.      Menolong BAK pada bayi


Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam pertama kelahirannya, BAK lebih
dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok
supaya tidak terjadi ritasi didaerah genetalia.

4.      Kebutuhan Istirahat/ tidur


Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam sehari. Pada umumnya bayi
mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dan
selimut bayi.

5.      Menjaga kebersihan kulit


Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, sebelum mandi sebaiknya periksa
suhu tubuh bayi. Jika terjadi hipotermi lakukan skin to skin dan tutpi kepala bayi dengan ibu
minimal 1 jam. Sebaiknya bayi mandi minimal 2 kali sehari, mandikan dengan air hangat dan di
tempat yang hangat.

6.      Menjaga keamanan bayi


Hindari memberikan makanan selain ASI, jangan tinggalkan bayi sendirian, jangan
menggunakan alat penghangat buatan.

7.      Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi


a.       Sulit bernafas
b.      Hipotermi atau hipertermi
c.       Kulit bayi kering, biru, pucat, atau memar
d.      Hisapan melemah, rewel, muntah, mengnatuk
e.       Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah
f.       Tanda-tanda infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan, sulit bernafas
g.      Tidak BAB dalam 3 hari atau tidak BAK selama 24 jam
h.      Diare
i.        Menggigil, rewel, lemas, ngantuk, kejang

8.      Penyuluhan sebelum bayi pulang


a.       Perawatan tali pusat
b.      Pemberian ASI
c.       Refleks laktasi
d.      Memulai pemberian ASI
e.       Posisi menyusui
f.       Jaga kehangatan bayi
g.      Mencegah kehilangan panas
h.      Tempatkan dilingkungan yang hangat
i.        Tanda-tanda bahaya
j.        Imunisasi
k.      Perawatan harian

B.  Kebutuhan Kesehatan Dasar meliputi pakaian,perumahan,sanitasi lingkungan yang baik


1.      Pakaian
a.       Neonatus
                                  i.          Gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak sempit

                                ii.          Segera ganti pakaian jika basah dan kotor

                              iii.          Pada saat di bawa keluar rumah, gunakan pakaian secukupnya tidak terlalu tebal atau tipis
iv.          Jangan gunakan gurita terlalu kencang, yang penting pakaian harus nyaman (tidak
                              

mengganggu aktivitas bayi).

b.      Bayi, Balita dan Anak Prasekolah


                                  i.          Beri pakaian yang warna-warni untuk melatih motorik halus

                                ii.          Pilihlah produk dan pakaian anak yang sudah SNI.

Menurut penelitian, resiko yang muncul misalnya, iritasi yang bersifat mutagenik maupun
karsiogenik. Pakaian bayi yang di maksud dalam peraturan ini adalah pakaian dan aksesoris
pakaian (perlengkapan bayi). Aksesoris termasuk di antaranya topi, selimut, sarung tangan, kaos
kaki, serta tas bayi. Tujuan peraturan ini adalah untuk menjamin kesehatan bayi dan anak
indonesia.
Jangan pakaikan sepatu berhak tinggi pada anak. Kadang ada orang tua yang memakaikan
sepatu berhak tinggi pada anak agar terlihat lebih cantik, padahal hal ini tidak baik bagi
kesehatan anak. Anak yang baru belajar berjalan dan diberi sepatu berhak tinggi lama-kelamaan
akan menyebabkan tungkai berbentuk “O” atau “X” dan membuat anak kesulitan untuk berjalan
dan sering jatuh.

2.    Perumahan
a.       Atur suhu rumah agar jangan terlalu panas ataupun terlalu dingin
b.      Bersihkan rumah dari debu dan sampah
c.       Usahakan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah
d.      Beri ventilasi pada rumah dan minimal 1/15 dari luas rumah

3.    Sanitasi lingkungan
a.       Persediaan air:
1)      Air harus jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa
2)       Air tidak mengandung zat-zat yang berbahaya dan mineral yang melebihi batas normal
3)      Air tidak mengandung suatu bibit penyakit (cholera, thypus, dysentri, cacing dll)
4)      Tidak mengandung bakteri E coli, bakteri saprotik tidak lebih 100/ml air.
5)      Lakukan pengurasan pada bak penampungan air dan lakukan penutupan agar tidak ada jentik-
jentik nyamuk

b.      Pembuangan kotoran (septiteng)


1)      Tempat pembuangan kotoran tidak boleh mengotori tanah permukaan
2)      Tidak mengotori air permukaan, tidak mengotori air dalam tanah dan tidak boleh terbuka
3)      Kakus terlindungi dari penglihatan orang.

c.       Pembuangan sampah
Tempat pembuangan sampah jangan terlalu dekat dengan rumah

C.  Kebutuhan Psikososial meliputi Rasa Aman,Kasih Sayang,Harga Diri,Rasa


Memiliki,Kebutuhan mendapat Pengalaman,Kebutuhan Stimulasi.

A.    Kasih sayang
a.       Neonatus
1)      Sering memeluk dan menimang dengan penuh kasih sayang
2)      Perhatikan saat sedang menyusui dan berikan belaian penuh kasih sayang
3)      Bicara dengan nada lembut dan halus, serta penuh kasih sayang.
b.      Bayi, balita dan anak prasekolah
1)      Ciptakan rasa aman dan nyaman agar anak merasa di lindungi
2)      Perhatikan minat, keinginan, damn pendapatannya, serta beri contoh yang baik (bukan dipaksa),
dibantu, di dorong/dimotivasi dan dihargai, di didik dengan kegembiraan.
3)      Dengarkan apa yang ingin dibicarakan/diceritakan anak

B.     Rasa Aman
a.       Neonatus
1)      Hindari pemberian makanan selain ASI
2)      Jaga dari trauma dengan meletakkan BBL di tempat yang aman dan nyaman, tidak
membiarkannya sendirian tanpa pengamata, dan tidak meletakkan barang-barangyang mungkin
membahayakan di dekat BBL.

b.      Bayi dan Balita


1)      Biasakan anak dari kecil selalu memakai alas kaki kemanapun ia pergi agar tidak tertusuk benda
tajam.
2)      Jauhkan anak dari asap rokok, asap dapur, asap sampah, dan polusi kendaraan bermotor
3)      Sebaiknya anak tidur di dalam selambu

c.       Anak Pra Sekolah


1)      Jangan biarkan anak bermain di dekat sumur, kolam, sungai, dan jalan raya
2)      Jauhkan anak dari benda panas seperti kompor, setrika, termos, dan air panas
3)      Jauhkan anak dari benda berbahaya seperti pisau, colokan listrik, dan kabel
4)      Sembunyikan benda yang bisa di sangka maanan atau minuman dari anak seperti racun tikus,
racun serangga, minyak tanah, sabun dan deterjen

C.     Harga Diri pada Neonatus, Bayi Balita, dan Anak Pra Sekolah
a)      Ajarkan anak untuk tidak mudah percaya dengan orang yang baru kenal
b)      Ajarkan anak untuk tidak mengambil barang orang lain
D.    Rasa memiliki pada Neonatus, Bayi Balita, dan Anak Pra Sekolah
Ajarkan anak untuk mencintai barang-barang yang ia punya (mainan,pakaian,aksesoris
bayi).

E.     Pengalaman stimulasi
Stimulasi dilakukan setiap saat ada kesempatan berinteraksi, setiap hari, terus menerus,
bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, serta dilakukan oleh
keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu). Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan dan kegembiraan antara ibu/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan
terburu-buru, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan
bayi/balita, atau bayi balita sedang mengantuk, bosan, atau ingin bermain yang lain. Pengasuh
yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsangan
emosional yang negatif karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap, dan perbuatan pengasuh
adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat, dan akan ditiru atau justru menimbulkan
ketakutan bayi-balita.

a.       Neonatus Umur 0-3 Bulan


1)      Sering memeluk dan menimang bayi dengan penuh kasih sayang.
2)      Gantung benda berwarna cerah yang bergerak dan bisa dilihat
3)      Gendong dalam posisi tegak agar ia dapat belajar menahan kepalanya tetap tegak
4)      Ajak bayi tersenyum dan bicara.
5)      Perdengarkan musik
b.      Bayi dan Balita
a)      Bayi
1)      Umur 3-6 Bulan (1) Sering tengkurapkan bayi.
2)      Gerakkan benda ke kiri dan kanan, di depan matanya.
3)      Perdengarkan berbagai bunyi-bunyian.
4)      Beri mainan benda yang besar dan berwarna.

b)      Umur 6-12 Bulan


(1)   Ajari bayi duduk
(2)   Ajak main ciluk-ba
(3)   Ajari memegang dan makan biskuit
(4)   Ajari memegang benda kecil dengan 2 jari
(5)   Ajari berdiri dan berjalan dengan berpegangan
(6)   Ajak bicara sesering mungkin
(7)   Latih mengucapkan ma...ma...pa...pa...
(8)   Beri mainan yang aman dipukul-pukul
c)      Balita
Umur 1-2 Tahun
1)      Ajari berjalan di undakan/tangga
2)      Ajak membersihkan meja dan menyapu
3)      Ajak membereskan mainan
4)      Ajari mencoret-coret di kertas
5)      Ajari menyebut bagian tubuhnya
6)      Bacakan cerita anak
7)      Ajak bernyanyi
8)      Ajak bermain
9)      Berikan pujian kalau ia berhasil melakukan sesuatu
Umur 2-3 Tahun
1)      Ajari berpakaian sendiri
2)      Ajak melihat buku bergambar
3)      Bacakan cerita anak
4)      Ajari makan di piringnya sendiri
5)      Ajari cuci tangan
6)      Ajari buang air besar dan kecil di tempatnya
Umur 3-5 Tahun
1)      Minta anak menceritakan apa yang ia lakukan
2)      Dengarkan ia ketika bicara
3)      Jika ia gagap, ajari bicara pelan-pelan
4)      Awasi dia mencoba hal baru

C.    Kebutuhan Imunisasi  bagi  Neonatus, Bayi, dan Balita


1.      Pengertian
Imunisasi adalah bentuk interfensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan
angka kematian bayi dan balita. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, Difteri,
Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan Campak dapat di cegah. Pentingnya pemberian
imunisasi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal akibat penyakit yag dapat di cegah
dengan imunisasi. Hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi karena penyakit tersebut bisa di cegah
dengan imunisasi. Oleh kerna itulah, untuk mencegah balita menderita beberapa penyakit yang
berbahaya, imunisasi pada bayi dan balita harus lengkap serta deberikan sesuai jadwal.

2.      Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah
disentri, tetanus, batuk(pertussis), campak, polio dan TBC.

3.      Manfaat
Manfaat imunusasi bagi anak dapat mencegah penyakit,cacat dan kematian. Sedangkan
manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan
yang tinggi bila anak sakit. Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasarlengkap akan
terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan
teman-teman disekitarnya.imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh. Bayi dan anak
sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah
di imunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan menularka ke adik, kakak dan
teman-teman sekitarnya.

4.      Sasaran
Program imunisasi di Indonsia merupakan program unggulan untuk mencegah angka
kematian pada bayi, anak bawah 3 tahun, bawah 5 tahun, program ini akan mencakup beberapa
jenis imunisasi, sementara sasran dari program itu sendiri antara lain mencakup: bayi di bawah
umur 1 tahun (0-11 bulan), ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan), wanita usia subur (calon
mempelai wanita), anak SD (kelas I-VI).
5.      Jenis imunisasi
A.    Imunisasi aktif
Tubuh akan membuat sendiri zat anti setelah adanya rangsangan antigen dari luar tubuh,
rangsangan virus yang telah dilemahkan seperti pada imunisasi polio atau campak.
B.     Imunisasi pasif
Tubuh anak tidak membuat zat antibody sendiri, tetapi kekebanlan tersebut diperoleh dari
luar dengan cara menyuntikkan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti, atau anak
tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan, setelah memperoleh zat
penolak, prosesnya cepat, tetapi tidak bertahan lama.
6.      Imunisasi dasar
a.       Jenis imunisasi dasar wajib
a)      BCG (Bacille Calmette Guerin)
Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru
berat. Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2-3 bulan. Dosis untuk bayi
kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. disuntikkan secara intra dermal di bawah
lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak dianjurkan BCG ulang.suntukan
BCG akan meninggalkan jatinga parut pada bekas suntikan. BCG tidak boleh terkena sinar
matahari, tidak boleh beku, dan harus disimpan pada suhu 2-8֯C.vaksin yang telah diencerkan
harus dibuang dalam 8 jam. Imunisasi diberikan pada anak ketika berumur kurang lebih 2 bulan
dan sebaiknya dilakukan uji Mantoux (tuberculin) terlebih dahulu (imunisasi bisa diberikan jika
uji Mantoux negative).
b)      Kejadian ikutan pasca/imunisasi (KIPI)
Penyuntikan BCG secara intra dermal yang benar akan menimbulkan ulkus local
superfisial di 3 minggusetelah penyuntikan. Ulkus yang biasanya tertutup krusta akan sembuh
dalam2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. apabila dosis terlalu
tinggi, maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntika terlalu dalam, maka parut
aka tertarik kedalam (retractin). Limfadenitis sufuratif di aksila atau leher terkadang di jumpai.
Hal ini bergantung pada umur anak, dosis dan galur (strain) yang di pakai. Limfadenitis akan
sembuh dengan sendirinya, jika tidak perlu diobati. Apabila limfadenitis melekat pada kulit atau
timbul fistula, maka dapat di bersihkan dengan melakukan drainase dan di berikan obat anti
tuberculosis oral. Tidak perlu memberikan anti tuberculosis sistemik karena hasilnya tidak
efektif.
BCG-itis desiminasi jarang terjadi, biasanya behubungan dengan imunodefisiensi berat.
Komplikasi lainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris dan osteomyelitis. Komplikasi
ini harus di obati dengan kombinasi obat anti tuberculosis.
A.    Kesimpulan
Kebutuhan asuh yaitu kebutuhan neonatus memerlukan nutrisi yang meliputi ASI, susu
formula, dan makanan pendamping ASI sebagai kebutuhan bayi. Ketiganya digunakan untuk
pertumbuhan dan aktivitas seiring dengan makin bertambahnya usia anak. Produksi ASI relative
tetap, dengan pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat, kebutuhan nutrisi pada usia
toddler, kebutuhan nutrisi pada balita serta kebutuhan imunisasi. Kebutuhan asah yaitu pada
kebutuhan ini diperlukan stimulasi serta deteksi untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan
perkembangan dari neonatus, bayi, balita.
B.     Saran
Semoga makalah ini dapat diterima bagi semua pembaca dan dapat memberikan kritik untuk
perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak Balita. Jakarta :Salemba
Medika.
Hidayat, Azis Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba MedikaHasni.(2012). asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita
“imunisasi” .<http://www. asuhan-kebidanan-neonatus-bayi-dan.html>[ 12 Novemver 2012].
Linda V. Walsh. 2003. Midwifery Chapter 23. W. B. Saunders. San Fransisco California. Hal.
330-335
Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku IV Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum. Hal.
30-37
Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery 3th edition. Jones and Bartlett. New York. Hal. 623-625

Anda mungkin juga menyukai