iii. Pada saat di bawa keluar rumah, gunakan pakaian secukupnya tidak terlalu tebal atau tipis
iv. Jangan gunakan gurita terlalu kencang, yang penting pakaian harus nyaman (tidak
Menurut penelitian, resiko yang muncul misalnya, iritasi yang bersifat mutagenik maupun
karsiogenik. Pakaian bayi yang di maksud dalam peraturan ini adalah pakaian dan aksesoris
pakaian (perlengkapan bayi). Aksesoris termasuk di antaranya topi, selimut, sarung tangan, kaos
kaki, serta tas bayi. Tujuan peraturan ini adalah untuk menjamin kesehatan bayi dan anak
indonesia.
Jangan pakaikan sepatu berhak tinggi pada anak. Kadang ada orang tua yang memakaikan
sepatu berhak tinggi pada anak agar terlihat lebih cantik, padahal hal ini tidak baik bagi
kesehatan anak. Anak yang baru belajar berjalan dan diberi sepatu berhak tinggi lama-kelamaan
akan menyebabkan tungkai berbentuk “O” atau “X” dan membuat anak kesulitan untuk berjalan
dan sering jatuh.
2. Perumahan
a. Atur suhu rumah agar jangan terlalu panas ataupun terlalu dingin
b. Bersihkan rumah dari debu dan sampah
c. Usahakan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah
d. Beri ventilasi pada rumah dan minimal 1/15 dari luas rumah
3. Sanitasi lingkungan
a. Persediaan air:
1) Air harus jernih, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa
2) Air tidak mengandung zat-zat yang berbahaya dan mineral yang melebihi batas normal
3) Air tidak mengandung suatu bibit penyakit (cholera, thypus, dysentri, cacing dll)
4) Tidak mengandung bakteri E coli, bakteri saprotik tidak lebih 100/ml air.
5) Lakukan pengurasan pada bak penampungan air dan lakukan penutupan agar tidak ada jentik-
jentik nyamuk
c. Pembuangan sampah
Tempat pembuangan sampah jangan terlalu dekat dengan rumah
A. Kasih sayang
a. Neonatus
1) Sering memeluk dan menimang dengan penuh kasih sayang
2) Perhatikan saat sedang menyusui dan berikan belaian penuh kasih sayang
3) Bicara dengan nada lembut dan halus, serta penuh kasih sayang.
b. Bayi, balita dan anak prasekolah
1) Ciptakan rasa aman dan nyaman agar anak merasa di lindungi
2) Perhatikan minat, keinginan, damn pendapatannya, serta beri contoh yang baik (bukan dipaksa),
dibantu, di dorong/dimotivasi dan dihargai, di didik dengan kegembiraan.
3) Dengarkan apa yang ingin dibicarakan/diceritakan anak
B. Rasa Aman
a. Neonatus
1) Hindari pemberian makanan selain ASI
2) Jaga dari trauma dengan meletakkan BBL di tempat yang aman dan nyaman, tidak
membiarkannya sendirian tanpa pengamata, dan tidak meletakkan barang-barangyang mungkin
membahayakan di dekat BBL.
C. Harga Diri pada Neonatus, Bayi Balita, dan Anak Pra Sekolah
a) Ajarkan anak untuk tidak mudah percaya dengan orang yang baru kenal
b) Ajarkan anak untuk tidak mengambil barang orang lain
D. Rasa memiliki pada Neonatus, Bayi Balita, dan Anak Pra Sekolah
Ajarkan anak untuk mencintai barang-barang yang ia punya (mainan,pakaian,aksesoris
bayi).
E. Pengalaman stimulasi
Stimulasi dilakukan setiap saat ada kesempatan berinteraksi, setiap hari, terus menerus,
bervariasi, disesuaikan dengan umur perkembangan kemampuannya, serta dilakukan oleh
keluarga (terutama ibu atau pengganti ibu). Stimulasi harus dilakukan dalam suasana yang
menyenangkan dan kegembiraan antara ibu/balitanya. Jangan memberikan stimulasi dengan
terburu-buru, memaksakan kehendak pengasuh, tidak memperhatikan minat atau keinginan
bayi/balita, atau bayi balita sedang mengantuk, bosan, atau ingin bermain yang lain. Pengasuh
yang sering marah, bosan, sebal, maka tanpa disadari pengasuh justru memberikan rangsangan
emosional yang negatif karena pada prinsipnya semua ucapan, sikap, dan perbuatan pengasuh
adalah merupakan stimulasi yang direkam, diingat, dan akan ditiru atau justru menimbulkan
ketakutan bayi-balita.
2. Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari
penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah
disentri, tetanus, batuk(pertussis), campak, polio dan TBC.
3. Manfaat
Manfaat imunusasi bagi anak dapat mencegah penyakit,cacat dan kematian. Sedangkan
manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan
yang tinggi bila anak sakit. Bayi dan anak yang mendapat imunisasi dasarlengkap akan
terlindung dari beberapa penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan ke adik, kakak dan
teman-teman disekitarnya.imunisasi akan meningkatkan kekebalan tubuh. Bayi dan anak
sehingga mampu melawan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin tersebut. Anak yang telah
di imunisasi bila terinfeksi oleh kuman tersebut maka tidak akan menularka ke adik, kakak dan
teman-teman sekitarnya.
4. Sasaran
Program imunisasi di Indonsia merupakan program unggulan untuk mencegah angka
kematian pada bayi, anak bawah 3 tahun, bawah 5 tahun, program ini akan mencakup beberapa
jenis imunisasi, sementara sasran dari program itu sendiri antara lain mencakup: bayi di bawah
umur 1 tahun (0-11 bulan), ibu hamil (awal kehamilan 8 bulan), wanita usia subur (calon
mempelai wanita), anak SD (kelas I-VI).
5. Jenis imunisasi
A. Imunisasi aktif
Tubuh akan membuat sendiri zat anti setelah adanya rangsangan antigen dari luar tubuh,
rangsangan virus yang telah dilemahkan seperti pada imunisasi polio atau campak.
B. Imunisasi pasif
Tubuh anak tidak membuat zat antibody sendiri, tetapi kekebanlan tersebut diperoleh dari
luar dengan cara menyuntikkan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti, atau anak
tersebut mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan, setelah memperoleh zat
penolak, prosesnya cepat, tetapi tidak bertahan lama.
6. Imunisasi dasar
a. Jenis imunisasi dasar wajib
a) BCG (Bacille Calmette Guerin)
Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru
berat. Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2-3 bulan. Dosis untuk bayi
kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. disuntikkan secara intra dermal di bawah
lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak dianjurkan BCG ulang.suntukan
BCG akan meninggalkan jatinga parut pada bekas suntikan. BCG tidak boleh terkena sinar
matahari, tidak boleh beku, dan harus disimpan pada suhu 2-8֯C.vaksin yang telah diencerkan
harus dibuang dalam 8 jam. Imunisasi diberikan pada anak ketika berumur kurang lebih 2 bulan
dan sebaiknya dilakukan uji Mantoux (tuberculin) terlebih dahulu (imunisasi bisa diberikan jika
uji Mantoux negative).
b) Kejadian ikutan pasca/imunisasi (KIPI)
Penyuntikan BCG secara intra dermal yang benar akan menimbulkan ulkus local
superfisial di 3 minggusetelah penyuntikan. Ulkus yang biasanya tertutup krusta akan sembuh
dalam2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. apabila dosis terlalu
tinggi, maka ulkus yang timbul lebih besar, namun apabila penyuntika terlalu dalam, maka parut
aka tertarik kedalam (retractin). Limfadenitis sufuratif di aksila atau leher terkadang di jumpai.
Hal ini bergantung pada umur anak, dosis dan galur (strain) yang di pakai. Limfadenitis akan
sembuh dengan sendirinya, jika tidak perlu diobati. Apabila limfadenitis melekat pada kulit atau
timbul fistula, maka dapat di bersihkan dengan melakukan drainase dan di berikan obat anti
tuberculosis oral. Tidak perlu memberikan anti tuberculosis sistemik karena hasilnya tidak
efektif.
BCG-itis desiminasi jarang terjadi, biasanya behubungan dengan imunodefisiensi berat.
Komplikasi lainnya adalah eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris dan osteomyelitis. Komplikasi
ini harus di obati dengan kombinasi obat anti tuberculosis.
A. Kesimpulan
Kebutuhan asuh yaitu kebutuhan neonatus memerlukan nutrisi yang meliputi ASI, susu
formula, dan makanan pendamping ASI sebagai kebutuhan bayi. Ketiganya digunakan untuk
pertumbuhan dan aktivitas seiring dengan makin bertambahnya usia anak. Produksi ASI relative
tetap, dengan pengaturan makanan untuk bayi dan anak sehat, kebutuhan nutrisi pada usia
toddler, kebutuhan nutrisi pada balita serta kebutuhan imunisasi. Kebutuhan asah yaitu pada
kebutuhan ini diperlukan stimulasi serta deteksi untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan
perkembangan dari neonatus, bayi, balita.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat diterima bagi semua pembaca dan dapat memberikan kritik untuk
perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Kebidanan Bayi dan Anak Balita. Jakarta :Salemba
Medika.
Hidayat, Azis Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba MedikaHasni.(2012). asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita
“imunisasi” .<http://www. asuhan-kebidanan-neonatus-bayi-dan.html>[ 12 Novemver 2012].
Linda V. Walsh. 2003. Midwifery Chapter 23. W. B. Saunders. San Fransisco California. Hal.
330-335
Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. 2003. Buku IV Asuhan Kebidanan pada Ibu Post Partum. Hal.
30-37
Varney, H. 1997. Varney’s Midwifery 3th edition. Jones and Bartlett. New York. Hal. 623-625