Tingkat/SMT : II B/Gajil
SOAL
JAWAB
Sedangkan Labiopalatoskizis yaitu kelainan kotak palatin (bagian depan bibir serta
langit-langit mulut) tidak menutup dengan sempurna.
d.Celah dapat terjadi lebih dari satu organ, terjadi di bibir dan langit-langit(labiopalatoskizis)
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Beberapa
jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
a)Unilateral Incomplete. Jika celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.
b)Unilateral Complete. Jika celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.
c)Bilateral Complete. Jika celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga
ke hidung.
PENATALAKSANAAN
Menurut Vivian (2010) penatalaksanaan pada penderita labioskizis dan labio
palatoskizis adalah sebagai berikut
1. Pemberian asi secara langsung dapat pula di upayakan jika ibu mampu
mempunyai reflex pengeluaran air susu dengan baik yang mungkin dapat di coba
dengan sedikit menekan payudara
2. Bila anak sukar menghisap sebaiknya gunakan botal peras untuk mengatasi
gangguan menghisap, pakailah dot yang panjang dengan memeras botol maka
susu dapat di dorong jatuh di belakang mulut sehingga dapat di hisap. Jika anak
tidak mau, berikan dengan cangkir dan sendok.
3. Dengan bantuan ortodonsis dapat pula I buat okulator untuk menutup
sementara celah palatum agar memudahkan pemberian minum, dan sekaligus
mengurangi deformitas palatum sebelum dapat melakukan tindakan bedah
4. Tindakan bedah, dengan kerja sama yang baik antara ahli bedah dokter anak,
dokter THT, serta ahli wicara
a. Umur 3 bulan atau > 10 minggu
b. Berat badan kira-kira 4,5 kg
c. Haemoglobin > 10 kg
d. Hitung jenis leukosit < 10000
1. Perawatan
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi dengan bibir
sumbing tidak menghambat penghisapan susu ibu. Ibu dapat mencoba sedikit menekan payudara
untuk mengeluarkan susu. Dapat juga menggunakan pompa payudara untuk mengeluarkan susu
dan memberikannya kepada bayi dengan menggunakan botol setelah dioperasi, karena bayi tidak
menyusu sampai 6 minggu.
Dot domba
Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan melalui hidung, bayi tersebut
lebih baik diberi makan dengan dot yang diberi pegangan yang menutupi sumbing, suatu dot
domba (dot yang besar, ujung halus dengan lubang besar), atau hanya dot biasa dengan lubang
besar.
Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian belakang mulut hingga dapat
dihisap bayi.
Ortodonsi
Pemberian plat/dibuat okulator untuk menutup sementara celah palatum agar memudahkan
pemberian minum dan sekaligus mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan
tindakan bedah.
c. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi atau belakang lidah
bayi.
d. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali secara perlahan karena cenderung untuk menelan
banyak udara.
e. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka terbentuk pada bagian
pemisah lobang hidung.
f. Suatu kondisi yang sangat sakit dapat membuat bayi menolak menyusu. Jika hal ini terjadi
arahkan dot ke bagian sisi mulut untuk memberikan kesempatan pada kulit yang lembut tersebut
untuk sembuh.
g. Setelah siap menyusu, perlahan-lahan bersihkan daerah sumbing dengan alat berujung kapas
yang dicelupkan dalam hydrogen peroksida setengah kuat atau air.
2. Pengobatan
Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk penanganan
selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki kelainan, tetapi waktu yang tepat
untuk operasi tersebut bervariasi
B. ATRESIA ESOPHAGUS
PENGERTIAN
Atresia esofagus merupakan cacat lahir di mana bagian esofagus bayi (saluran yang
menghubungkan mulut dan lambung) tidak berkembang dengan baik.
Pada bayi dengan kondisi cacat lahir ini, esofagus memiliki dua bagian
terpisah, yakni kerongkongan atas dan bawah, yang tidak saling terhubung.
Akibatnya, bayi menjadi kesulitan menelan makanan dari mulut ke perut,
dan terkadang kesulitan bernapas.
Atresia esofagus seringkali terjadi dengan fistula trakeoesofagus, cacat lahir di
mana bagian esofagus terhubung ke trakea atau tenggorokan.
PENYEBAB
Salah satu kondisi penyebab bayi sulit menyusu ini diduga disebabkan oleh
masalah perkembangan esofagus saat bayi masih berada di dalam rahim, meskipun
belum dapat dipastikan secara jelas mengapa kondisi cacat lahir ini terjadi.
Kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi yang lahir dari ibu dengan
terlalu banyak cairan ketuban saat masa kehamilan (polihidramnion).
Selain itu, kondisi ini juga lebih umum terjadi pada bayi yang
memiliki masalah pada perkembangan ginjal, jantung, dan tulang belakang
TANDA-TANDA & GEJALA
Tanda dan gejala dari esophageal atresia biasanya akan terlihat dengan jelas segera setelah bayi
lahir.
Gejala umum dari atresia esofagus adalah sebagai berikut:
Klasifikasi asli oleh Vogt tahun 1912 masih digunakan sampai saat ini . Gross pada tahun
1953 memodifikasi klasifikasi tersebut, sementara Kluth 1976 menerbitkan "Atlas Atresia
Esofagus" yang terdiri dari 10 tipe utama, dengan masing-masing subtipe yang didasarkan pada
klasifikasi asli dari Vogt. Hal ini terlihat lebih mudah untuk menggambarkan kelainan anatomi
dibandingkan memberi label yang sulit untuk dikenali.
Atresia Esophagus diklasifikasikan sebagai berikut :
Merupakan gambaran yang paling sering pada proksimal esofagus, terjadi dilatasi dan penebalan
dinding otot berujung pada mediastinum superior setinggi vetebra thoracal III/IV. Esofagus distal
(fistel), yang mana lebih tipis dan sempit, memasuki dinding posterior trakea setinggi carina atau
1-2 cm diatasnya. Jarak antara esofagus proksimal yang buntu dan fistula trakheooesofageal
distal bervariasi mulai dari bagian yang overlap hingga yang berjarak jauh.
Esofagus distal dan proksimal benar-benar berakhir tanpa hubungan dengan segmen esofagus
proksimal, dilatasi dan dinding menebal dan biasanya berakhir setinggi mediastinum posterior
sekitar vetebra thorakalis II. Esofagus distal pendek dan berakhir pada jarak yang berbeda diatas
diagframa.
Terdapat hubungan seperti fistula antara esofagus yang secara anatomi cukup intak dengan
trakhea. Traktus yang seperti fistula ini bisa sangat tipis/sempit dengan diameter 3-5 mm dan
umumnya berlokasi pada daerah servikal paling bawah. Biasanya single tapi pernah ditemukan
dua bahkan tiga fistula.
Atresia esofagus dengan fistula trakeo esofagus proksimal (2%. Vogt III & Gross B).
Gambaran kelainan yang jarang ditemukan namun perlu dibedakan dari jenis terisolasi. Fistula
bukan pada ujung distal esofagus tapi berlokasi 1-2 cm diatas ujung dinding depan esofagus.
Pada kebanyakan bayi, kelainan ini sering terlewati (misdiagnosa) dan di terapi sebagai atresia
proksimal dan fistula distal. Sebagai akibatnya infeksi saluran pernapasan berulang, pemeriksaan
yang dilakukan memperlihatkan suatu fistula dapat dilakukan dan diperbaiki keseluruhan.
Seharusnya sudah dicurigai dari kebocoran gas banyak keluar dari kantong atas selama
membuat/ merancang anastomose.
PENATALAKSANAAN
Pasang sonde lambung no. 6 – 8 F yang cukup halus. Dan radioopak sampai di esophagus
yang buntu. Lalu isap air liur secara teratur setiap 10 – 15 menit.
Pada Gross type II, tidur terlentang kepala lebih tinggi. Pada Gross type I, tidur terlentang
kepala lebih rendah. Bayi dipuasakan dan diinfus. Kemudian segera siapkan operasi.
(FKUI.1982).
Pemberian minum baik oral/enteral merupakan kontra indikasi mutlak untuk bayi ini. Bayi
sebaiknya ditidurkan dengan posisi “prone”/ telungkup, dengan posisi kepala 30o lebih tinggi.
Dilakukan pengisapan lendir secara berkala, sebaiknya dipasang sonde nasogastrik untuk
mengosongkan the blind-end pouch. Bila perlu bayi diberikan dot agar tidak gelisah atau
menangis berkepanjangan.
1. Pasang sonde lambung antara No 6-8 F yang cukup kalen dan radio opak sampai di
esophagus yang buntu. Lalu isap air liur secara teratur setiap 10-15 menit.
2. Pada groos II bayi tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi.
3. Pada groos I bayi tidur terlentang dengan kepala lebih rendah.
4. Bayi di puasakan dan di infuse
5. Konsultasi dengan yang lebih kompeten
6. Rujuk ke rumah sakit
Tahap pertama biasanya adalah pengikatan fistula dan pemasukan pipa gastrotomi untuk
memasukkan makanan,
Tahap kedua adalah anastomosis primer, makanan lewat mulut biasanya dapat diterima.
Esofagografi pada hari ke 10 akan menolong menilai keberhasilan anastomosis.
Malformasi struktur trakhea sering ditemukan pada penderita atresia dan fistula esophagus.
Trakeomalasia, pneumonia aspirasi berulang, dan penyakit saluran nafas reaktif sering
ditemukan. Perkembangan trakheanya normal jika ada fistula, stenosis esophagus dan refluks
gastroesofagus berat lebih sering pada penderita ini.
Keperawatan => Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk
mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung ke dalam paru, cairan lambung harus
sering diisap untuk mencegah aspirasi.
Medik => Pengobatan dilakukan dengan operasi. Pada penderita atresia anus ini dapat
diberikan pengobatan sebagai berikut :
o Fistula yaitu dengan melakukan kolostomia sementara dan setelah 3 bulan dilakukan
koreksi sekaligus
o Eksisi membran anal
C. Atresi rekti dan atresia ani
PENGERTIAN
Atresia ani adalah kelainan congenital anus dimana anus tidak mempunyai lubang untuk
mengeluarkan feces karena terjadi gangguan pemisahan kloaka yang terjadi saat
kehamilan.
PENYEBAB
Anus imperforata dapat muncul dalam beberapa bentuk. Rektum dapat berakhir pada kantong
buntu yang tidak terhubung dengan kolon. Ataupun dapat memiliki lubang yang terhubung ke
uretra, kandung kemih, atau skrotum pada anak laki-laki atau vagina pada anak perempuan.
Kondisi stenosis anus ataupun hilangnya anus dapat muncul.3
Masalah ini disebabkan perkembangan abnormal pada janin, dan kebanyakan bentuk anus
imperforata berhubungan dengan kelainan bawaan lahir lainnya. Merupakan kondisi umum
relatif yang terjadi pada 1 dari 5000 bayi baru lahir.3
KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain :
1. Asidosis hiperkioremia.
2. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
3. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
4. Komplikasi jangka panjang.
5. Eversi mukosa anal
6. Stenosis (akibat kontriksi jaringan perut dianastomosis)
7. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
8. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi)
9. Prolaps mukosa anorektal.
10. Fistula kambuan (karena ketegangan diare pembedahan dan infeksi)
DIAGNOSIS
a. Bayi cepat kembung antara 4-8 jam setelah lahir
b. Tidak ditemukan anus, kemungkinan ada fistula
c. Bila ada fistula pada perineum (mekonium +) kemungkinan letak rendah
Untuk menegakkan diagnosis Atresia Ani adalah dengan anamnesis dan pemeriksaan
perineum yang teliti .1 Pemeriksaan foto abdomen setelah 18-24 jam setelah lahir agar usus terisi
udara, dengan cara Wangenstein Reis (kedua kaki dipegang posisi badan vertikal dengan kepala
dibawah) atau knee chest position (sujud) → bertujuan agar udara berkumpul di daerah paling
distal. Bila terdapat fistula lakukan fistulografi.1
PENATALAKSANAAN
Pada bayi harus diperiksa permasalahan lain, terutama pada genital, saluran kemih dan tulang
belakang.3 Rekonstruksi bedah untuk pembuatan anus diperlukan. Dan jika rektum mengalami
perlengketan dengan organ lain, maka organ tersebut harus dibebaskan dan diperbaiki.
Kolostomi sementara mungkin diperlukan.3
Jika anus tidak berkembang baik, pembedahan akan dilakukan untuk membuat lubang, atau
anus baru agar kotoran dapat keluar. Pengobatan dapat berbeda bergantung pada jenis anorektal
anomali. Jika ujung usus berada pada letak tinggi, pengobatan umumnya dilakukan dalam tiga
prosedur, pertama adalah pembuatan stoma pada usus yang dikenal dengan kolostomi. Bayi baru
lahir dengan stoma akan membutuhkan kantung khusus untuk mengumpulkan feses. Prosedur
kedua adalah anoplasti yaitu menarik turun rektum ke posisi anus dimana akan dibuat anus
buatan. Jika terdapat fistula atau penghubung yang abnormal antara kandung kemih atau vagina,
maka fistula ini harus ditutup. Beberapa bulan kemudian setelah anus baru telah sembuh, maka
dilakukan prosedur ketiga yaitu penutupan stoma.4
Jika ujung usus berada pada letak rendah di pelvis, pembuatan lubang anus dapat dilakukan
dengan operasi tunggal. Rektum ditarik turun ke posisi anus dan lubang anus yang baru dibuat,
dengan teknik minimal invasif yang dikenal dengan laparoskopi. Pada kasus ini, stoma tidak
diperlukan. Jika anus baru berada pada posisi yang salah, maka anus tersebut akan ditutup dan
dipindahkan ke posisi yang benar.4
PERAN BIDAN
memberi dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu yang terpenting untuk saat ini,
adalah memberi bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan sampai operasi dapat
dilakukan. Apabila hanya labioskiziz dapat menganjurkan ibu untuk tetap menyusui. Apabila
kasus labiopalatoskizis pemberian ASI peras untuk memenuhi kevbutuhan nutrisinya. Bila
masalah minum teratasi BB naik, rujuk bayi untuk operasi.
D. HIRSCHPRUNG
PENGERTIAN
Hisprung atau mega kolon adalah penyakit yang tidak adanya sel – sel ganglion dalam
rectum atau bagian rectosigmoid colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkan abnormal
atau tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily &Sowden : 2000)
PENYEBAB HIRSCHSPRUNG
Dalam keadaan normal, saat janin berkembang di dalam kandungan, sel saraf juga akan
berkembang di usus. Dengan demikian usus dapat berkontraksi dengan baik saat ada makanan
yang masuk ke dalamnya. Tanpa ada kontraksi, feses akan terperangkap dalam usus dan tidak
bisa keluar.
Pada pengidap penyakit Hirschsprung, sel saraf tersebut berhenti berkembang sehingga ada
bagian usus besar yang tidak memiliki saraf. Penyebab gangguan perkembangan sel saraf itu
hingga kini belum diketahui pasti.
Pada beberapa kasus, penyakit Hirschsprung diduga terkait dengan faktor keturunan atau
genetika. Selain itu, bayi laki-laki juga ditemukan lebih berisiko terhadap penyakit Hirschsprung
dibandingkan bayi perempuan.
GEJALA HIRSCHSPRUNG
Selain bayi tidak BAB, di bawah ini adalah gejala lain penyakit Hirschsprung pada bayi baru
lahir:
Pada penyakit Hirschsprung yang ringan, gejala baru muncul saat anak berusia lebih besar.
Gejala penyakit Hirschsprung pada anak yang lebih besar terdiri dari:
FAKTOR RISIKO HIRSCHSPRUNG
DIAGNOSIS HIRSCHSPRUNG
Anak yang mengidap penyakit Hirschsprung sangat berisiko mengalami infeksi pada usus
(enterocolitis), yang dapat mengancam nyawa. Tidak hanya dari penyakitnya, tindakan operasi
untuk mengobati penyakit ini juga dapat menimbulkan komplikasi.
KOMPLIKASI
PENATALAKSANAAN
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar
untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga
normal dan juga fungsi spinkter ani internal.
Ada dua tahap pembedahan pertama dengan kolostomi loop atau double barrel dimana
diharapkan tonus dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali menjadi
normal dalam waktu 3-4 bulan . Terdapat prosedur dalampembedahan diantaranya:
a) Prosedur duhanel biasanya dilakukan terhadap bayi kurang dari 1 tahun dengan cara
penarikan kolon normal kearah bawah dan menganastomosiskannya dibelakang usus
aganglionik, membuat dinding ganda yaitu selubung aganglionik dan bagian
posterior kolon normal yang telah ditarik.
b) Prosedur Swenson membuang bagian aganglionik kemudian menganastomosiskan
end to end pada kolon yang berganglion dengan saluran anal yang dilatasi dan
pemotongan sfingter dilakukan pada bagian posterior.
c) Prosedur soave dilakukan pada anak-anak yang lebih besar dengan cara membiarkan
dinding otot dari segmen rectum tetap utuh kemudian kolon yang bersaraf normal
ditarik sampai ke anus tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan
jaringan otot rektosigmoid yang tersisa.
2. Keperawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe pelaksanaanya bila
ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
a. Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital pada anak secara
dini
b. Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c. Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan )
d. Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana pulang.
Pada perawatan preoperasi harus diperhatikan juga kondisi klinis anak – anak dengan
malnutrisi tidak dapat bertahan dalam pembedahan sampai status fisiknya meningkat. Hal ini
sering kali melibatkan pengobatan simptomatik seperti enema. Diperlukan juga adanya diet
rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein serta situasi dapat digunakan nutrisi parenteral
total ( NPT )
Perencanaan pulang dan perawatan dirumah :
1) Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala komplikasi
jangka panjan berikut ini.
a) Stenosis dan kontriksi
b) Inkontinensia
c) Pengosongan usus yang tidak adekkuat
2) Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua dan anak.
a) Persiapan kulit
b) Penggunaan alat kolostomi
c) Komplikasi stoma (perdarahan, gagal defekasi, diare meningkat , prolaps,
feses seperti pita )
d) Perawatan dan pembersihan alat kolostomi
e) Irigasi kolostomi
3) Beri dan kuatkan informasi-informasi tentang penatalaksanaan diet.
a) Makanan rendah sisa
b) Masukan cairan tanpa batas
c) Tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolot dan dehidrasi.
4) Dorong orang tua dan anak untuk mengekspresikan perasaannya tentang
kolostomi.
a) Tampilan
b) Bau
c) Ketidaksesuaian antara anak mereka dengan anak “ideal”
5) Rujuk ke prosedur institusi spesifik untuk informasi yang dapat diberikan pada
orang tua tentang perawatan dirumah.
3. Kolaboratif
Untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat penyumbatan usus, segera dilakukan
kolostomi sementara. Kolostomi adalah pembuatan lubang pada dinding perut yang
disambungkan dengan ujung usus besar. Pengangkatan bagian usus yang terkena dan
penyambungan kembali usus besar biasanya dilakukan pada saat anak berusia 6 bulan atau
lebih. Jika terjadi perforasi (perlubangan usus) atau enterokolitis, diberikan antibiotik.
E. OBSTRUKSI BILIARIS
PENGERTIAN OBSTRUKSI BILIARIS
Obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran kandung empedu karena terbentuknya
jaringan fibrosis. Hal ini disebabkan oleh degenerasi sekunder atau karena kelainan
konginetal.
Obstruksi biliaris adalah penyumbatan saluran empedu sehingga mengakibatkan
penumpukan bilirubin dan terjadi kuning atau ikterus. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, yang salah satunya karena penyumbatan kandung empedu oleh bati
empedu. Biasanya, ditandai dengan kuning pada bayi sehingga sangat sulit dibedakan
antara ikterus yang fisiologis dan ikterus patologis atau obstruksi biliaris apabila tidak
dilakukan pemeriksaan lebih mendetail. Obstruksi biliaris merupakan bentuk patologis
dari ikterus, sehingga memerlukan penanganan khusus dan lebih kompleks dari pada
ikterus fisiologis yang biasanya sering dialami oleh bayi baru lahir. Penanganan obstruksi
biliaris ini memerlukan pembedahan untuk mengatasinya. ( Sitiatava Rizema Putra; 369 –
373; 2012 ).
Obstruksi biliaris hampir mirip dengan atresia empedu, karena sama-sama menyumbat
saluran empedu. Sedangkan, insidensi atresia empedu eksrabepatis adalah 5 – 10 kasus /
100.000 kelahiran hidup, atau 3 – 15 / 100.000 dari bayi – bayi yang dirawat. Atau,
sekitar 1/ 2500 per kelahiran hidup untuk ikterus obstruksi. Dari data tersebut dapat
dilihat angka kejadian obstruksi biliaris di indonesia tidak begitu besar. Namun, tetap
harus ditangani dan diwaspadai dengan seksama untuk mengurangi kematian perinatal
yang masih tinggi di indonesia
GEJALA
1. Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
2. Kemudian feses bayi berwarna putih agak keabu-abuan dan liat seperti dempul
3. Urine menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen
4. Perut sakit di sisi kanan atas
5. Demam
6. Mual dan muntah (Zieve David,2009)
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyakit yang ditimbulkan, meliputi :
a. Atresia biliaris
Merupakan suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu tidak terbentuk atau tidak
berkembang secara normal.
c. Kolangitis sklerosing
Obat-obatan long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar dibandingkan dengan obat-
obatan short-acting. (Sarjadi,2000)
PENCEGAHAN
Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan
pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah.
(Attasaranya S, Fogel EL, 2008)
Mengetahui faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan
pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat dicegah.
(Attasaranya S, Fogel EL, 2008)
KOMPLIKASI
1. Demam
2. Nafsu makan berkurang
3. Sulit buang air besar
PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk
menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan tersebut dapat
berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau reseksi tumor. Dapat pula upaya
untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan endoskopi baik melalui papila vater atau
dengan laparoskopi. (Reksoprodjo, 1995)
1. Penatalaksanaan Kebidanan
Pertahankan kesehatan bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan,
serta menghindarkan kontak infeksi). Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan
kuning pada bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubinemia biasa yang
dapat hanya dengan terapi sinar atau terapi lain. Pada bayi ini perlu tindakan bedah karena
terdapatnya penyumbatan ( Ngastiyah, 2005).
PENGERTIAN
Omphalokel (omfalokel) adalah adanya protrusi (keadaan menonjol kedepan) pada waktu
lahir dibagian usus yang melalui suatu defek besar pada dinding abdomen di umbilikus
dan usus yang menonjol hanya ditutupi oleh membrane tipis transparan yang terdiri dari
amnion dan peritoneum (W. A. Newman Dorland, 2002).
Omphalocele merupakan defek (kecacatan) pada dinding anterior abdomen pada dasar
dari umbilical cord dengan herniasi dari isi abdomen. Organ-organ yang berherniasi
dibungkus oleh peritoneum parietal. Setelah 10 minggu gestasi, amnion dan Wharton
Jelly juga membungkus massa hernia (Lelin-Okezone, 2007).
Omphalocele juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana dinding perut
mengandung struktur muskulo aponeuresis yang kompleks. Aponeuresis adalah lembaran
jaringan mirip tendon yang lebar serta mengkilap untuk membungkus dan melekatkan
otot yang satu dengan yang lainnya dan juga dengan bagian yang digerakkan oleh otot
tersebut.
Omphalocele terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Karena gangguan fisiologis pada
sang ibu, dinding dan otot-otot perut janin tak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya,
organ pencernaan seperti usus, hati, tali pusar, serta lainnya tumbuh di luar tubuh. Jenis
gastroschisis terjadi seperti omphalocele. Bedanya, posisi tali pusar tetap pada
tempatnya. (,2008 ,dr Redmal Sitorus).
PENYEBAB OMFALOKEL
Penyebab kelainan ini adalah kegagalan dalam kembali ke rongga abdomen pada
waktu janin berumur 10 minggu hingga menyebankan timbulnya amfolikel. Kelainan
dapat terlihat dengan adanya protrusi (sembulan) dari kantong yang berisi usus dan visera
absomen melalui detek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol
keluar). Angka kematian kelainan ini tingi bila amfolekel besar karena kantong dapat
pecah dan terjadi infeksi. Kelainan dapat terlihat dengan adanya kantong usus yang berisi
usus dan fisera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus
terlihat menonjol keluar).
Penyebabnya tidak diketahui. Pada 25 - 40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini
disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan:
1. Masalah genetic atau abnormalitas kromosom
2. Factor kehamilan seperti penyakit maternal dan infeksi, penggunaan obat (antibiotic
oxytetracycline), merokok, factor tersebut dikonstribusiakan dengan insufisiensi plasenta
dan kelahiaran dengan usia kehamilan rendah (small gestation age) atau bayi premature.
3. Hernia diafragmatika kongenital
4. Kelainan jantung atau defek jantung
5. Defisiensi asam folat
6. Defisiensi salisilat
7. Hypoxia (penurunan suplai oksigen ke jaringan)
8. Kandungan lemah (Copy right@ www.medicastore.com, 2004).
Omphalocele atau omfalokel adalah kondisi yang bisa terjadi pada ukuran kecil maupun
besar.
Omphalocele ukuran kecil adalah adanya sebagian kecil organ yang berada di luar perut,
misalnya hanya sebagian usus. Sebaliknya, omphalocele ukuran besar adalah adanya banyak
organ di luar perut, contohnya usus, hati, serta limpa.
Omphalocele atau omfalokel besar adalah kondisi yang bisa terjadi karena adanya
kegagalan dalam proses perkembangan embrio sehingga membuat rongga perut tidak kuat
menahan berat organ perut.
Pasalnya, di masa tersebut rongga perut hanya dilapisi oleh selaput tipis yang disebut
dengan kantung omphalocele atau omfalokel
KOMPLIKASI
i. Infeksi usus
ii. Kematian jaringan usus yang bisa berhubungan dengan kekeringan atau trauma oleh karena
usus yang tidak dilindungi.
iii. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang
telanjang.
iv. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang adekuat
misalnya dengan nutrisi parenteral.
v. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang lama
vi. Nekrosis
vii. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang
memperburuk prognosis.
PENATALAKSANAAN
Terapi:
Pengobatan yang diberikan ialah local dapat diberikan saleb yang mengandung neomisin dan
basitroasin, selain itu dapat dipakai juga saleb gentamisin. Bila terdapat granolosa kelainan ini
dapat diberi orgentinitras 3%. Pencegahan dapat dilakukan dengan perawatan tali pusat yang
baik sebelum dilakukan pembedahan.
Medis:
Operasi, seyogyanya operasi dilakukan segera setelah lahir tetapi mengingat bahwa
memasukkan semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomen akan menimbulkan
tekanan yang mendadak pada paru hingga timbul ganggu pernafasn, maka operasi biasanya
ditunda beberapa bulan.
Keperawatan:
Masalah perawatan yang dapat terjadi adanya resiko infeksi sebelum dilakukan operasi bila
kantong belum pecah, dioleskan merkurokrom setiap hari untuk mencegah infeksi. Operasi
ditunda beberapa bulan menunggu terjadinya penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut
setelah diolehsi merkurokrom, ditutup dengan kasa steril, diatasnya ditutup lagi dengan kapas
agak tebal baru dipasang gurita. Bila bayi dipulangkan, pesankan kepada ibunya untuk mencegah
infeksi dan ajarkan cara merawatnya seperti yang dilakukan di RS serta kapan harus datang
konsultasi.
PERAWATAN SEHARI-HARI
Hindari kelembaban
Setelah mandi dibersihkan dengan kasa steril
Diberi betadine, ditutup 2 lembar kasa steril, dipakaikan gurita tetapi tidak terlalu
kencang