Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN KASUS

BIBIR SUMBING (LABIO SKISIS) DI RUANG BOUGENVILLE DI RUMAH


SAKIT PARU JEMBER

Oleh
Rifatul Kamila
19020072

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN dr. SOEBANDI JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
Jl. dr. Soebandi No. 99 Jember, Telp/Fax. (0331) 483536
E_mail :jstikesdr.soebandi@yahoo.com,web:http://www.stikesdrsoebandi
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Pengertian
Labio atau palato skisis merupakan kongenital yang berupa adanya kelainan
bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005). Bibir sumbing adalah malformitas yang
disebabkan oleh gagalnya prosuesus nasal median dan maksilaris untuk menyatu
selama perkembangan embriotik (Wong, Dona L, 2003).
Palatoskisis adalah fissure garis tengah pada polatum yang terjadi karena
kegagalan dua sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Dona L,
2003). Labioskisis atau labiopalatoskisis adalah kelainan bagian depan serta samping
muka serta langit-langit mulut tidak menutup dengan sempurna.
Labio / palatoskisis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah
mulut, palatoskisis (sumbing palatum) dan labioskisis (sumbing tulang) untuk
menyatu selama perkembangan embrio (Hidayat, Aziz, 2005).

1.2 Etiologi
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya bibir sumbing, faktor tersebut
antara lain :
1. Faktor genetik atau keturunan
Material genetik dalam kromosom yang mempengaruhi dapat terjadi karena
adanya mutasi gen ataupun kelainan kromosom. Pada setiap sel yang normal
mempenyai 46 kromosom yang terdiri dari 22 kromosom non sex (kromosom
1-22) dan 1 pasang kromosom sex (kromosom x dan y)yang menentukan jenis
kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi trisom 13 atau patau dimana
ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita sehingga jumlah total
kromosom pada seyian selnya adalah 47.
2. Kurang nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C saat hamil,
kekurangan asam folat.
3. Radiasi
4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama
5. Infeksi pada ibu yang mempengaruhi janin contohnya : seperti infeksi rubella
dan sifilis, toxoplasmosis dan klamidia
6. Pengaruh obat teratogenetik, termasuk jamu dan kontrasepsi hormonal, akibat
toksisitas selama kehamilan misalnya kecanduan alkohol, terapi penitoin.
7. Multifaktoral dan mutasi genetik
8. Dysplasia ektodermal.

1.3 Klasifikasi
1) Berdasarkan organ yang terlihat :
a. Celah pada bibir (Labioskisis)
b. Celah pada gusi (Gnatoskisis)
c. Celah di langit-langit (Palatoskisis)
d. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ. Misalnya terjadi pada bibir dan
langit-langit (Labiopalatoskisis).
2) Berdasarkan lengkap atau tidaknya celah terbentuk :
Tingkat kelainan bibir sumbing bervariasi, mulai dari yang ringan hingga
yang berat. Beberapa jenis bibir sumbing yang diketahui adalah :
a. Unilateral Incomplete
Celah sumbing terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan tidak memanjang
hingga ke hidung.
b. Unilateral Complete
Celah sumbing yang terjadi hanya disalah satu sisi bibir dan memanjang
hingga ke hidung.
c. Bilateral Complete
Celah sumbing yang terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke
hisung.
1.4 Patofisiologi
Cacat terbentuk pada trimester pertama kehamilan, prosesnya karena
terbentuknya mesoderm, pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu
(proses nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Labioskisis terjadi akibat fusi atau
penyatuan prominen maksilaris dengan prominen nasalis medial yang diikuti disfusi
kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi septum nasi.
Gangguan fusi palatum durum serta palatum mole terjadi ketika kehamilan ke-7 sam
12 minggu.
Bibir sumbing dan celah palatum terjadi pada awal kehamilan saat sisi bibir dang
langit-langit mulut tidak bersatu seperti keadaan normalnya. Bibir sumbing terjadi
saat prosesus nasal dan prosesus maksilaris tidak bersatu selama perkembangan
embriotik. Bibir sumbing dapat dideteksi pada masa prenatal melalui ultrasound yang
dilakukan saat gestasi 13-16 minggu, bibir sumbing dapat bervariasi dari sedikit
lekukan pada batas merah terang sampai sumbing yang terbuka lebar yang meluas
hingga dasar hisung. Bersama dengan berbagai derajat distorsi nasal, anomaly gigi
seperti jumlah gigi dapat menyertai bibir sumbing. Bibir sumbing dapat unilateral
biasanya bibir pada sisi kiri. Biir sumbing bilateral sering dikaitjan dengan celah
palatum.
Bibir sumbing menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,
tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan)
sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk kerongga
hidung dari sumbingnya.
1. Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan lunak dan atau tulang selama
fase embrio pada trimester I.
2. Terbelahnya bibir dan atau hidung karena kegagalan proses nasal medial dan
maksilaris untuk menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.
3. Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah palato yang disebabkan oleh
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
4. Penggabungan komplit garis tengah atas bibir antara 7-8 minggu masa
kehamilan.
1.5 Manifestasi Klinis
Masalah asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi
dengan bibir sumbing. Kesulitan dalam melakukan hisapan pada payudara ibu atau
dot. Tekanan lembut pada pipi bayi dapat meningkatkan kemampuan hisapan oral.
Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflek hisap dan menelan pada bayi
dengan bibir sumbing tidak sebaik bayi normal, dan bayi lebih banyak menghisap
udara pada saat menyusu.
Bibir sumbing dapat berkisar dari sedikit takik pada bagian merah bibir atas
hingga pemisahan total bibir yang memanjang hingga kedalaman hidung. Dapat
dijumpai pada satu atau kedua sisi bibir atas. Sumbing langit-langit dapat dijumpai
sebagai bagian dari deformitas bibir sumbing atau sebagai kelainan garis tengah
tersendiri yang melibatkan sekunder.
Pada labioskisis :
a. Distorsi hidung, tampak sebagian atau kedua – duanya
b. Adanya celah bibir

Pada palatoskisis:
a. Tampak ada celah pada tekak atau uvula
b. Palato lunak dank eras atau foramen incisivus
c. Adanya rongga pada hidung
d. Distorsi hidung
e. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit pada waktu pemeriksaan
f. Mengalami kerusakan dalam mengisap atau makan
(Sodikin, 2011)

1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Foto Rontgen
Untuk memeriksa kelainan pada rongga mulut.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pada bibir, palatum, hidung, dan uvula.
Kaji tanda – tanda dan gejala yang mengikutnya seperti kesulitan menelan,
infeksi pada telinga, pada saat bayi menyusu, air susu keluar dari hidung, dan
gangguan berbicara.
c. MRI untuk evaluasi abnormal
Untuk melihat kelainan – kelainan pada rongga mulut.
d. Pemeriksaan USG
Sumbing bibir lebih mudah di diagnosis melalui ultrasound kehamilan
kehamilan. Diagnosis dapat dibuat pada awal kehamilan 18 minggu. Prenatal
diagnosis orang tua dan tim medis keuntungan dari perencanaan lanjutan untuk
perawatan bayi.
(Belajar ilmu bedah, 2010).

1.7 Penatalaksanaan
Perawatan dan dukungan pada bayi dan keluarganya diberikan sejak lahir sampai
umur 18 tahun. Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada saat usia 3 bulan.
Adapun tiga tahap penatalaksanaan yakni :
a) Penatalaksanaan dikeluarga
a. Berikan dukungan emosional dan tenangkan ibu serta keluarga.
b. Jelaskan kepada ibu bahwa sebagian besar hal penting harus dilakukan saat
ini adalah member makanan bayi guna memastikan pertumbuhan yang
adekuat sampai pembedahan yang dilakukan.
c. Jika bayi memiliki sumbing tetapi palatunya utuh, izinkan bayi berupaya
menyusu.
d. Jika bayi berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah lain yang
membutuhkan hospitalisasi, tindak lanjuti dalam satu minggu untuk
memeriksa pertumbuhan dan penambahan berat badan.
e. Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik karena bibir sumbing, berikan
perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makanan alternative
(menggunakan sendok atau cangkir).
b) Perawatan
a. Menyusu pada ibu
Menyusu adalah metode pemberian makan terbaik untuk seorang bayi
dengan bibir sumbing tidak menghambat penghisapan susu ibu. Ibu dapat
mencoba sedikit menekan payudara untuk mengeluarkan susu. Dapat juga
menggunakan pompa payudara untuk mengeluarkan susu dan
memberikannya kepada bayi dengan menggunakan botol setelah operasi,
lkarena bayi tidak menyusu sampai 6 minggu.
a. Menggunakan alat khusus
 Dot domba
Karena udara bocor disekitar sumbing dan makanan dimuntahkan
melalui hidung, bayi tersebut lebih baik diberi makan dengan dot yang
diberi pegangan yang menutupi sumbing, suatu dot domba (dot yang
besar, ujung halus dengan lubang besar), atau hanya dot biasa dengan
lubang besar.
 Botol peras (squeeze bottles)
Dengan memeras botol, maka susu dapat didorong jatuh di bagian
belakang mulut hingga dapat dihisap bayi.
 Ortodonsi
Pemberian plat/dibuat okulator untuk menutup sementara celah
palatum agar memudahkan pemberian minum dan sekaligus
mengurangi deformitas palatum sebelum dapat dilakukan tindakan
bedah.
b. Posisi mendekati duduk dengan aliran yang langsung menuju bagian sisi
atau belakang lidah bayi.
c. Tepuk-tepuk punggung bayi berkali-kali secara perlahan karena cenderung
untuk menelan banyak udara.
d. Periksalah bagian bawah hidung dengan teratur, kadang-kadang luka
terbentuk pada bagian pada bagian pemisah lubang hidung
c) Pengobatan
1. Dilakukan bedah elektif yang melibatkan beberapa disiplin ilmu untuk
penanganan selanjutnya. Bayi akan memperoleh operasi untuk memperbaiki
kelainan, tetapi waktu yang tepat untuk operasi tersebut bervariasi.
2. Tindakan pertama dilakukan untuk menutup celah bibir berdasarkan criteria
“Role of Ten” yaitu :
 Umur > 10 minggu
 Bb > 10 pon/ 5 kg
 Hb > 10 gr/dl
 Leukosit > 10.000/ui
3. Tindakan operasi selanjutnya adalah menutup langitan / palatoplasti
dikerjakan sedini mungkun (15—24 bulan) sebelum anak mampu bicara
lengkap sehingga pusat bicara otak belum membentuk cara bicara. Pada
umur 8-9 tahun dilaksanakan tindakan operasi penambahan tulang pada
celah alveolus/maxilla untuk memungkinkan ahli ortodensi mengatur
pertumbuhan gigi dikanan dan kiri celah supaya normal.
4. Operasi terakhir pada usia 15-17 tahun dikerjakan setelah pertumbuhan
tulang-tulang muka mendeteksi selesai.
5. Operasi mungkin tidakk dapat dilakukan jika anak memiliki “kerusakan
horseshoe” yang lebar.
6. Anak membutuhkan terapi bicara, karena langit-langit sangat penting untuk
pembentukan bicara.

1.8 Komplikasi
a. Onstruksi jalan nafas
Seperti disebutkan sebelumnya, pasca bedah obstruksi jalan nafas adalah
komplikasi yang paling penting dalam periode pasca operasi langsung.
Keadaan ini hasil dari prolaps dari lidah ke oropharynx sementara pasien tetap
dibius dari anastesi. Intraoperative penempatan lidah tarikan jahitan
membantu dalam pengelolaan situasi. Obstruksi jalan nafas juga dapat
menjadi masalah berkepanjangan karena perubahan pada saluran nafas
dinamika, terutama pada anak-anak dengan rahang kecil.
b. Pendarahan
Intraoperative pendarahan adalah komplikasi yang potensial. Karena kaya
suplai darah ke langit-langit, yang memerlukan tranfusi darah yang signifikan
dapat terjadi. Sebelum operasi penilaian tingkat Hb dan platelet adalah
important. Untuk mencegah kehilangan darah pasca operasi, wilayah
demucosalized langit-langit harus dikemas dengan avinate atau agen
hemostatic serupa.
c. Palatal fistula
Luka dehisenece (palata fistula) dapat terjadisebagai komplikasi dalam
periode pasca operasi langsung, atau dapat menjadi masalah yang tertunda.
Sebuah fistula palatal dapat terjadi dimana saja di sepanjang belahan asli situs.
Insiden ini telah dilaporkan setinggi 34% dan tingkat keparahan sumbing asli
telah terbukti berkolerasi dengan risiko terjasinya fistula.
d. Kelainan midface
Perawatan sumbing langit-langit dibeberapa lembaga telah berfokus dengan
pertumbuhan rahang atas. Sumbing langit-langit mungkin perlu orthognatik
operasi.
1.9 Proses Keperawatan
a. Pengkajian
1. Identitas klien : nama, alamat, umur
2. Keluhan utama : pasien dengan bibir sumbing mengeluh kesulitan dalam
menelan (menyusu) sehingga asupan nutrisi kurang dari bebutuhan
3. Riwayat kesehatan
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan sekarang
6. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kehamilan, riwayat keturunan
7. Pemeriksaan fisik :
a. Inspeksi kecacatan pada saat lahir untuk mengidentifikasi
karakteristik sumbing
b. Kaji asupan cairan dan nutrisi bayi
c. Kaji kemampuan hisap, menelan, berbafas
d. Kaji tanda-tanda infeksi
e. Palpasi dengan menggunakan jari
f. Kaji tingkat nyeri pada bayi
8. Pengkajian keluarga
a. Observasi infeksi bayi dan keluarga
b. Kaji harga diri/mekanisme koping dari anak/orang tua
c. Kaji reaksi orang tua terhadap operasi yang akan dilakukan
d. Kaji kesiapan orang tua terhadap pemulangan dan kesanggupan
mengatur perawatan dirumah.
e. Kaji tingkat pengetahuan keluarga.
1.10 Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Pre operasi
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b. Risiko aspirasi
c. Ansietas
d. Risiko Infeksi
e. Kurang pengetahuan

2. Diagnosa Post operasi


a. Nyeri akut
b. Risiko infeksi
INTERVENSI KEPERAWATAN
No DIAGNOSA
KEPERAWATAN NOC DAN INDIKATOR SERTA
URAIAN AKTIVITAS RENCANA
TANGGAL DITEGAKKAN / KODE SKOR AWAL DAN SKOR
TINDAKAN (NIC)
DIAGNOSA TARGET
KEPERAWATAN
1 Ketidakseimbangan nutrisi: Tujuan : Manajemen Gangguan Makan
Setelah dilakukan asuhan (1030)
kurang dari kebutuhan tubuh
keperawatan selama 3 x 24 jam, Aktivitas :
Kode keperawatan : 00002 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang 1. Monitor tanda-tanda fisiologis
dari kebutuhan tubuh. (Tanda-tanda vital, elektrolit)
1. Nafsu makan (1014) 2. Monitor asupan kalori makanan
Kode Indikator SA ST harian
10140 Hasrat ingin 3. Monitor intake/asupan dan
5 asupan cairan dengan tepat
1 makan
10140 Menyenangi 4. Dorong klien untuk
5 mendiskusikan makanan yang
5 makanan
Energi disukai bersama dengan ahli gizi
10140 5. Anjurkan dan dukung konsep
untuk 5
6 nutrisi yang baik dengan klien
makan
10140 Intake
7 nutrisi
Keterangan :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
2 Risiko Aspirasi berhubungan Tujuan : Manajement jalan nafas (3140)
dengan gangguan menelan Setelah dilakukan asuhan - Monitor status pernafasan dan
keperawatan selama 3 x 24 jam, oksigenasi sebagaimana mestinya
Kode Keperawatan :00039 risiko aspirasi teratasi. - Posisikan pasien untuk
Kriteria hasil : memaksimalkan ventilasi
Status pernafasan : 0415 - Gunakan teknik menyenangkan
Kode Indikator SA ST untuk memotivasi bernafas dalam
04150 Frekuensi kepada anak-anak
1 pernafasan - Posisikan untuk meringankan
04153 Kepatenan
sesak nafas
2 jalan nafas
04150 Kedalaman
3 inspirasi
Keterangan :
1 : deviasi berat dari kisaran
normal
2 : deviasi cukup berat dari
kisaran normal
3 : deviasi sedang dari kisaran
normal
4 : deviasi ringan dari kisaran
normal
5 : tidak ada deviasi dari kisaran
normal
3 Ansietas Tujuan : Pengurangan kecemasan (5820)
Setelah dilakukan asuhan - Gunakan pendekatan yang
Kode keperawatan : 00146 keperawatan selama 1 x 24 jam, tenang dan meyakinkan
ansietas teratasi. - Berikan informasi factual
Kriteria Hasil : terkait diagnosis, perawatan
Tingkat kecemasan : 1211 dan prognosis
Kode Indikator SA ST - Doromg keluarga untuk
12110 Tidak dapat mendampingi klien dengan
1 beristirahat cara yang tepat
12111 Masalah
- Berikan objek yang
1 perilaku
12112 Gangguan menunjukkan rasa aman
9 tidur - Kaji tanda verbal dan non
Keterangan : verbal kecemasan
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
4 Nyeri akut Tujuan : Manajemen Nyeri (1400)
Setelah dilakukan asuhan Aktivitas :
Kode keperawatan : 00132 keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Lakukan pengkajian
nyeri akut teratasi. komprehensif yang meliputi
1. Tingkat Nyeri (2102) lokasi, karakteristik,
Kode Indikator SA ST onset/durasi, frekuensi, kualitas,
210201 Nyeri yang 5 intensitas atau beratnya nyeri dan
dilaporkan faktor pencetus
Ekspresi 2. Observasi adanya petunjuk
210206 5 nonverbal
nyeri wajah
Tidak bisa 3. Ajarkan prinsip-prinsip
210208 5 manajemen nyeri
beristirahat
Keterangan : 4. Berikan informasi mengenai
1. : Berat nyeri
2. : Cukup berat 5. Dukung istirahat/tidur yang
3. : Sedang adekuat untuk membantu
4. : Ringan penurunan nyeri
5. : Tidak ada 6. Pastikan perawatan analgesik
bagi pasien

5 Risiko infeksi Tujuan : Perlindungan Infeksi (6550)


Setelah dilakukan asuhan Aktivitas :
Kode keperawatan : 00004 keperawatan selama 1 x 24 jam, 1. Monitor adanya tanda dan gejala
risiko infeksi teratasi. infeksi sistemik dan lokal
1. Keparahan Infeksi (0703) 2. Monitor kerentanan terhadap
Kode Indikator SA ST infeksi
070307 Demam 5 3. Periksa kondisi setiap sayatan
070333 Nyeri 5 bedah atau luka
070324 Kolonisasi 5 4. Tingkatan asupan nutrisi yang
kultur urin cukup
Keterangan : 5. Anjurkan asupan cairan dengan
1. : Berat tepat
2. : Cukup berat 6. Ajarkan pasien dan anggota
3. : Sedang keluarga bagaimana cara
4. : Ringan menghindari infeksi
5. : Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, Kukuh. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Jogjakarta : Pustaka Belajar.

Axton, Sharon. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC


Wong, Dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wong, Dona L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai