Anda di halaman 1dari 13

1.

Konsep dan Teori Anemia


1.1 Definisi Anemia
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam
darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002)
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hb < 11,00 gr %
pada trimester 1 dan III, atau kadar Hb < 10,50 gr % pada trimester II (Sarwono,
2008).
Anemia ringan adalah anemia dengan kadar haemoglobin 9-10 gr %
Anemia pranatal adalah komplikasi yang paling sering terjadi di amerika
serikat yang memengaruhi 20-50% ibu hamil. Anemia ditandai dengan
penurunan jumlah sel darah merah dan konsentrasi Hb di bawah normal.
Kondisi ini menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk mengangkut
oksigen ke organ vital ibu dan janin. Selama kehamilan, anemia meningkatkan
resiko kehamilan kurang bulan. Anemia dapat meningkatkan mortalitas ibu
dengan menurunkan toleransi ibu terhadap hemoragi. Penyakit ini juga
meningkatkan komplikasi puerperal (mis., menghambat penyembuhan
episiotomi atau insisi), serta mengurangi persediaan zat besi untuk cadangan
janin. (Wilkinson, 2008).
1.2 Etiologi Anemia
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin,
2010). Menurut Mochtar (2008) penyebab anemia pada umumnya adalah
sebagai berikut:
1) Kurang gizi (malnutrisi)
2) Kurang zat besi dalam diit
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5) Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan
lain-lain
1.3 Tanda dan Gejala Anemia
1. Subjektif: keletihan, penurunan toleransi terhadap aktivitas fisik, anoreksia,
kelemahan, malaise, dispnea, gatal-gatal.
2. Objektif: pucat, edema, inflamasi pada bibir dan lidah
(Wilkinson, 2008)
1.4 Klasifikasi
Anemia dalam kehamilan dapat dibagi sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya
unsur besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan
penggunaan, atau karena terlapau banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya
pada pendarahan. Keperluan akan besi bertambah dalam kehamilan , terutama
pada trisemester terakhir. Apabila masuknya besi tidak bertambah dan
kehamilan, maka mudah terjadi anemia defisiensi besi, lebih lebih pada
kehamilan kembar.
b. Anemia megaloblastik( 29,0%)3
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensi asam
folat (pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitamin
B12(cynocobalamin).
c. Anemia Hipoblastik ( 8, 0%)
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan sumsum
tulang kurang mampu membuat sel sel darah baru, dinamakan anemia
hipoplastik dalam kehamilan. Darah tepi menunjukan gambara normositer dan
normokrom, tidak ditemukan ciri ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin
B12. Etiologi anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui
dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar Roentgen, racunatau
obat obatan.
d. Anemiahemolitik
Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik
sukar menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat.
Sebaliknya mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis henolitik pada
wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia.

Untuk menegakan diagnosa Anemia defisiensi besi dapat dilakukan


dengan anamnesa. Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering
pusing, mata berkunang-kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda.
Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan
alat sachli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
Hasil pemeriksaan Hb dengan sachli dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Hb 11 gr% : Tidak anemia
2) Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
3) Hb 7 8 gr%: Anemia sedang
4) Hb < 7 gr% : Anemia berat
1.5 Pathway

Kurang asupan zat besi pada ibu hamil

Produksi sel darah merah menurun

Anemia defesiensi besi

Persalinan normal sangat beresiko

Tindakan SC

SC klasik SC transperitonealis SC extraperitoneal


profunda

anastesi insisi

luka pada area insisi


Bedrest penurunan syaraf simpatis
Nyeri
Penurunan peristaltik usus kondisi tubuh menurun

Konstipasi Ketidakmampuan miksi

Perubahan
eliminasi urine

1.6 Pemeriksaan Penunjang


Pada pemeriksaan laboratorium ditemui :
1. Pemeriksaan Hb Sahli, kadar Hb < 10 mg/%
2. Kadar Ht menurun ( normal 37% - 41% )
3. Peningkatan bilirubin total ( pada anemia hemolitik )
4. Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi
5. Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak
2. Konsep dan Teori Sectio Caeserea
2.1 Denifisi SC
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009)
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat
badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006)
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2010).
2.2 Klasifikasi SC
1. Sectio cesaria transperitonealis profunda
sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen
bawah uterus. insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang
atau memanjang. Keunggulan pembedahan ini adalah:
a) Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b) Bahaya peritonitis tidak besar.
c) Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna.
2. Sectio cacaria klasik atau section cecaria korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan
ini yang agak mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada
halangan untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda.
Insisi memanjang pada segmen atas uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan
terhadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan.
Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin
berat.
4. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi.
Atonia uteri
a. Plasenta accrete
b. Myoma uteri
c. Infeksi intra uteri berat
2.3 Indikasi SC
1) Kelainan Letak :
a) Letak lintang
b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
c) Letak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
d) Presentasi ganda
e) Kelainan letak pada gemelli anak pertama
2) Gawat Janin
3) Indikasi Kontra(relative)
a) Infeksi intrauterine
b) Janin Mati
c) Syok/anemia berat yang belum diatasi
d) Kelainan kongenital berat
3. Konsep dan Teori Tentang Nyeri
3.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi yang tidak menyenangkan
dan meningkatkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
(Judith M. Wilkinson 2002).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait
dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri post Sc adalah nyeri setelah dilakukan tindakan invasive dimana
nyeri diakibatkan oleh terputusnya kontuinitas jaringan.
3.2 Etiologi Nyeri
Adapun Etiologi Nyeri yaitu:
1) Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah
atau cidera
2) Iskemik jaringan
3) Spasmus Otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau
tak terkendali, dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi
pada otot yang kelelahan dan bekerja berlebihan, khususnya ketika otot
teregang berlebihan atau diam menahan beban pada posisi yang tetap
dalam waktu yang lama.
4) Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tek anan
lokal dan juga karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif
lainnya.
3.4 Tanda dan gejala nyeri
1) Gangguam tidur
2) Posisi menghindari nyeri
3) Gerakan meng hindari nyeri
4) Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5) Perubahan nafsu maka
6) Tekanan darah meningkat
7) Nadi meningkat Pernafasan meningkat
8) Depresi,frustasi
3.4 Klasifikasi
a. Nyeri berdasarkan skala nyerinya
1. nyeri ring jika skala nyerinya : 1-3
2. nyeri sedang jika skala nyerinya:4-6
3. nyeri berat jika skala nyerinya :7-9
4. sangat nyeri jika skala nyerinya : 10

b. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan


1. Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan
berakhir kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui
dengan jelas seperti luka operasi.
2. Nyeri kronis yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan dan polanya
beragam.
3.5 Patofisiologi Nyeri
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-
zat kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan
di korteks nyeri akan di persiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypotalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap
reseptor mekanin sensitive pada termosensitif sehingga dapat juga
menyebabkan atau mengalami nyeri (wahit chayatin,N.mubarak,2007)
3.6 Tindakan umum yang Harus Dilakukan
a. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan
stress. Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing
klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut
sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
b. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.
Hipnosis diri dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh
sugesti positif dan dapat mengurangi ditraksi
Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk
meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus nyeri.
c. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke
stimulus yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat
pertandingan, menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan
music, suara gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi
intelektual (bermain kartu).
d. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri
seperti pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja
pada saraf perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan
analgesic opioid (morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan
pasien menjadi lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
e. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat
kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya
penyakit baru seperti decubitus.

3.7 Konsep dan Asuhan Keperawatan Nyeri


1. Pengkajian
Kaji adanya faktor faktor yang menyebabkan nyeri:
a. Pembedahan
b. Prosedur diagnostic infasif
c. Trauma (fraktur, luka bakar)
d. Lamanya penekanan pada bagian tubuh karena imobilitas
e. Penyakit kronis ( kanker )
f. Gangguan akut ditandai oleh sumbatan pada aliran darah atau embolisme
paru
Kaji nyeri yang berhubungan dengan:
a. P = Problem : pencetus nyeri
Faktor faktor yang merangsang nyeri
1. Apa yang membuat nyeri bertambah buruk?
2. Apa yang mengurangi nyeri
b. Q = Quality : kualitas nyeri
1. Nyeri dirasakan seperti apa?
2.Apakah nyeri dirasakan tajam, tumpul, ditekan dengan berat,
berdenyut sperti diiris, atau tercekik?
c. R = Region : lokasi nyeri
1. Dimana nyeri tersebut?
2. Apakah nyeri menyebar atau menetap pada satu tempat?
d. S = Squerity = intensitas nyeri
1. Apakah nyeri ringan sedang atau berat?
2. Seberapa berat nyeri yang dirasakan?
e. T = Time : waktu
1. Berapa lama nyeri dirasakan?
2. Apakah nyeri terus menerus atau kadang kadang?
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin
Menurut nanda (2014), diagnosis keperawatan untuk klien yang
mengalami nyeri atau ketidaknyamanan:
a. Nyeri akut
Berhubungan dengan:
- Trauma jaringan infeksi (cedera)
Ditandai dengan:
- Melaporkan nyeri secara verbal atau non verbal
- Menunjukan kerusakan
- Posisi untuk mengurangi nyeri
- Gerakan untuk melindungi
- Tingkah laku untuk berhati hati
- Gangguan tidur ( mata sayu, tampak lelah, sulit atau gerakan kacau
dan menyeringai)
- Fokus pada diri sendiri
b. Nyeri kronis
Berhubungan dengan:
- Ketidakmapuan psiko sosial atau fisik secara kronis
Ditandai dengan
- Perubahan berat badan
- Perubahan pola tidur
- KelelahanTakut cedera kembali
- Interksi dengan orang lain menurun
- Perubahan kemampuan dalam melakukan aktifi
3. Rencana tindakan dan rasionalisasi
N Tujuan Intervensi Rasional
o
1 Setelah diberikan Kaji skala nyeri Untuk
asuhan keperawatan x Kaji TTV mengetahui
Berikan relaksasi
jam diharapkan nyeri tingkat nyeri
progressive dan
pasien dapat teratasi pasien
massage untuk
dengan kriteria hasil :
delegatif dalam mengetahui
Secara verbal
pemberian obat keadaan
pasien mengatakan
analgesic. umum dan
nyeri hilang atau Berikan HE
berkurang dengan mengurangi
tentang
skala nyeri 0-1 (0- nyeri
penyebab nyeri Analgetik
10) Ajarkan teknik
Pasien terlihat tidak dapat
relaksasi
meringis kesakitan membantu
massage
Tanda-tanda vital menghilangka
sign pasien normal n rasa nyeri
Untuk
memberikan
penjelasan
dan
pengetahuan
tentang nyeri
Teknik non
farmakologi
dapat membantu
mengatasi nyeri

4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan
5. Evaluasi
Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan dengan menilai
kemampuan dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya:
S : Pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0-1
(0-10)
O : Pasien terlihat tidak meringis kesakitan, tanda-tanda vital sign pasien
normal
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.2008. Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier. Fundamental Of Nursing. Potter dan Perry.2006. Fundamental Keperawatan.

Vol:2.Jakarta: EGC.
Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
EGC
Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-2014,

Jakarta Buku Kedokteran EGC


Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta:Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai