Anda di halaman 1dari 22

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

(STIKes PERTAMEDIKA)
VIVI DWI AFRILIANI
21118081/Akt. VIII/2018
Program Profesi Keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN
ACUTE NONLYMPHOID (MYELOGENOUS) LEUKEMIA
(ANLL ATAU AML)

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-
darah. Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum
tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang
membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh
dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan
tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel
baru akan menggantikannya.

Tapi, terkadang proses yang teratur ini berjalan menyimpang, Sel-sel


baru ini terbentuk meski tubuh tidak membutuhkannya, dan sel-sel
lama tidak mati seperti seharusnya. Kejanggalan ini disebut leukemia,
di mana sumsum tulang menghasilkan sel-sel darah putih abnormal
yang akhirnya mendesak sel-sel lain.

Leukimia adalah poliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering


disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlah berlebihan
dan dapat menyebabkan anemia, trombositopenia dan diakhiri dengan
kematian.

Acute Nonlymphoid (myelogenous) Leukemia (ANLL atau AML)


adalah salah satu jenis leukemia, dimana terjadi proliferasi neoplastik
dari sel mieloid (ditemukannnya sel mieloid : granulosit, monosit
imatur yang berlebihan). AML meliputi leukemia mieloblastik akut,
leukemia monoblastik akut, leukemia mielositik akut, leukemia
monomieloblastik, dan leukemia granulositik akut.

2. Etiologi
Seperti halnya leukemia jenis ALL (Acute Lymphoid Leukemia),
etiologi AML sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti,
diduga karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang turut berperan
adalah :
a. Faktor endogen
Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (resiko terkena AML
meningkat pada anak yang terkena Down Sindrom), herediter
(kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik atau
kembar satu telur).
b. Faktor eksogen
Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (Benzol,
Arsen, preparat Sulfat), infeksi (virus, bakteri).

3. Patofisiologi
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat
cepat. Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem
diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur
produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke
tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi
neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat
radiasi, virus onkogenik, maupun herediter.

Sel polimorfonuklear dan monosit normalnya dibentuk hanya dalam


sumsum tulang. Sedangkan limfosit dan sel plasma dihasilkan dalam
berbagai organ limfogen (kelenjar limfe, limpa, timus, tonsil).
Beberapa sel darah putih yang dibentuk dalam sumsum tulang,
khususnya granulosit, disimpan dalam sumsum tulang sampai mereka
dibutuhkan dalam sirkulasi. Bila terjadi kerusakan sumsum tulang,
misalnya akibat radiasi atau bahan kimia, maka akan terjadi proliferasi
sel-sel darah putih yang berlebihan dan imatur. Pada kasus AML,
dimulai dengan pembentukan kanker pada sel mielogen muda (bentuk
dini neutrofil, monosit, atau lainnya) dalam sumsum tulang dan
kemudian menyebar ke seluruh tubuh sehingga sel-sel darah putih
dibentuk pada banyak organ ekstra medula.

Sedangkan secara imunologik, patogenesis leukemia dapat diterangkan


sebagai berikut. Bila virus dianggap sebagai penyebabnya (virus
onkogenik yang mempunyai struktur antigen tertentu), maka virus
tersebut dengan mudah akan masuk ke dalam tubuh manusia dan
merusak mekanisme proliferasi. Seandainya struktur antigennya sesuai
dengan struktur antigen manusia tersebut, maka virus mudah masuk.
Bila struktur antigen individu tidak sama dengan struktur antigen virus,
maka virus tersebut akan ditolaknya. Struktur antigen ini terbentuk dari
struktur antigen dari berbagai alat tubuh, terutama kulit dan selaput
lendir yang terletak di permukaan tubuh atau HL-A (Human Leucocyte
Locus A). Sistem HL-A diturunkan menurut hukum genetik, sehingga
etiologi leukemia sangat erat kaitannya dengan faktor herediter.

Akibat proliferasi mieloid yang neoplastik, maka produksi elemen


darah yang lain tertekan karena terjadi kompetisi nutrisi untuk proses
metabolisme (terjadi granulositopenia, trombositopenia). Sel-sel
leukemia juga menginvasi tulang di sekelilingnya yang menyebabkan
nyeri tulang dan cenderung mudah patah tulang. Proliferasi sel
leukemia dalam organ mengakibatkan gejala tambahan : nyeri akibat
pembesaran limpa atau hati, masalah kelenjar limfa; sakit kepala atau
muntah akibat leukemia meningeal.
4. Pathway
Terlampir

5. Tanda dan Gejala


a. Hipertrofi ginggiva
b. Kloroma spinal (lesi massa)
c. Lesi nekrotik atau ulserosa perirekal
d. Hepatomegali dan splenomegali (pada kurang lebih 50% anak)

Manifestasi klinik seperti AML, yaitu:


a. Bukti anemia, perdarahan, dan infeksi : demam, letih, pucat,
anoreksia, petekia dan perdarahan, nyeri sendi dan tulang, nyeri
abdomen yang tidak jelas, berat badan menurun, pembesaran dan
fibrosis organ-organ sistem retikuloendotelial (hati , limpa, dan
limfonodus).
b. Peningkatan tekanan intrakranial karena infiltrasi meninges : nyeri
dan kaku kuduk, sakit kepala, iritabilitas, letargi, muntah, edema
papil, koma.
c. Gejala-gejala sistem saraf pusat yang berhubungan dengan bagian
sistem yang terkena, kelemahan ekstremitas bawah, kesulitan
berkemih, kesulitan belajar, khususnya matematika dan hafalan
(efek samping lanjut dari terapi).

6. Komplikasi
a. Gagal sumsum tulang
b. Infeksi
c. Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC)
d. Splenomegali
e. Hepatomegali
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis, memiliki prognosis paling baik.
Jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis
kurang baik pada anak sembarang umur.
b. Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
c. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d. Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat
diagnosis.
e. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan
tulang.
f. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik.
g. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.

8. Penatalaksanaan
a. Pelaksanaan kemoterapi, terdapat tiga fase pelaksanaan
kemoterapi:
1) Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase
ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan
L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-
tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
2) Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada
pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
3) Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan
atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika
terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel-sel leukimia.
c. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang tulang yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi
radiasi. Selain itu, tranplantasi sumsum tulang berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
d. Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan penyakit leukimia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukimia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan
antibiotik untuk mengatasi infeksi.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien : nama anak, umur, jenis kelamin, tempat tanggal
lahir, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, suku, agama,
genogram, alamat, nomor rekam medis.
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya.
d. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor
herediter misal kembar monozigot).
e. Pemeriksaan fisik
1) BB dan TB
2) Vital sign meliputi: Tekanan Darah untuk anak usia> 12 tahun,
Nadi, Pernapasan dan Suhu.
3) Pernafasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
4) Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.
Tanda : kelemahan otot, somnolen.

5) Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : takikardi, membrane mukosa pucat.
6) Eleminasi
Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan
haluaran urine.
7) Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfalgia.
Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi
gusi.
8) Integritas ego
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : depresi, ansietas, marah.
9) Neurosensori
Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang
konsentrasi, pusing.
Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
10) Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang, sendi, kram
otot.
Tanda : gelisah, distraksi.
11) Keamanan
Gejala : riwayat ifeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan
penglihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma
minimal.
Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe,
limpa atau hati.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem
pertahanan tubuh sekunder gangguan pematangan SDP,
peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, penekanan
sumsum tulang.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan : muntah, perdarahan,diare, penurunan
pemasukan cairan : mual,anoreksia, peningkatan kebutuhan cairan
: demam, hipermetabolik.
c. Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran
organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel
leukemia; agen kimia pengobatan antileukemik.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
peningkatan laju metabolik.
e. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
f. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan terhentinya aliran
darah sekunder adanya destruksi SDM.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan efek toksik obat kemoterapi.
h. Resiko jatuh berhubungan dengan kurangnya penghalang tempat
tidur.
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Ketidakseimbangan NOC NIC


nutrisi kurang dari  Nutritional Status : Nutrition Management
kebutuhan tubuh  Nutritional Status :  Kaji adanya alergi
food and Fluid makanan
Definisi : Asupan nutrisi Intake  Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk  Nutritional Status: ahli gizi untuk
memenuhi kebutuhan nutrient Intake menentukan jumlah
metabolik  Weight control kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil : pasien.
 Kram abdomen  Adanya  Anjurkan pasien
 Nyeri abdomen peningkatan berat untuk meningkatkan
 Menghindari makanan badan sesuai intake Fe

 Berat badan 20% atau dengan tujuan  Anjurkan pasien

lebih dibawah berat  Berat badan ideal untuk meningkatkan

badan ideal sesuai dengan protein dan vitamin C

 Kerapuhan kapiler tinggi badan  Berikan substansi

 Diare  Mampu gula


mengidentifikasi  Yakinkan diet yang
 Kehilangan rambut
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
berlebihan
 Tidak ada tanda- tinggi serat untuk
 Bising usus hiperaktif
tanda malnutrisi mencegah konstipasi
 Kurang makanan
 Menunjukkan  Berikan makanan
 Kurang informasi
peningkatan fungsi yang terpilih (sudah
 Kurang minat pada
pengecapan dan dikonsultasikan
makanan
menelan dengan ahli gizi)
 Penurunan berat badan
dengan asupan makanan  Tidak terjadi  Ajarkan pasien
adekuat penurunan berat bagaimana membuat
 Kesalahan konsepsi badan yang berarti catatan makanan
 Kesalahan informasi harian.
 Mambran mukosa pucat  Monitor jumlah

 Ketidakmampuan nutrisi dan kandungan

memakan makanan kalori

 Tonus otot menurun  Berikan informasi

 Mengeluh gangguan tentang kebutuhan

sensasi rasa nutrisi


 Kaji kemampuan
 Mengeluh asupan
pasien untuk
makanan kurang dan
mendapatkan nutrisi
RDA (recommended
yang dibutuhkan
daily allowance)
Nutrition Monitoring
 Cepat kenyang setelah
 BB pasien dalam
makan
batas normal
 Sariawan rongga mulut
 Monitor adanya
 Steatorea
penurunan berat
 Kelemahan otot
badan
pengunyah
 Monitor tipe dan
 Kelemahan otot untuk
jumlah aktivitas yang
menelan
biasa dilakukan
 Monitor interaksi
Faktor Yang
anak atau orangtua
Berhubungan :
selama makan
 Faktor biologis
 Monitor lingkungan
 Faktor ekonomi
selama makan
 Ketidakmampuan untuk
 Jadwalkan
mengabsorbsi nutrien
pengobatan dan
 Ketidakmampuan untuk
perubahan pigmentasi
mencerna makanan
 Ketidakmampuan  Monitor turgor kulit
menelan makanan  Monitor kekeringan,
 Faktor psikologis rambut kusam, dan
mudah patah
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
 Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan
intake nutrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral.
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil

Risiko Infeksi NOC NIC


Definisi : Mengalami  Immune Status Infection Control
peningkatan resiko  Knowledge : (Kontrol infeksi)
terserang organisme Infection control  Bersihkan lingkungan
patogenik  Risk control setelah dipakai pasien
lain
Faktor Resiko : Kriteria Hasil:  Pertahankan teknik
 Penyakit kronis.  Klien bebas dari isolasi
 Diabetes melitus tanda dan gejala  Batasi pengunjung bila
 Obesitas infeksi perlu
 Pengetahuan yang  Mendeskripsikan  Instruksikan pada
tidak cukup untuk proses penularan pengunjung untuk
menghindari penyakit, faktor mencuci tangan saat
pemanjanan patogen. yang berkunjung dan setelah
 Pertahanan tubuh mempengaruhi berkunjung
primer yang tidak penularan serta meninggalkan pasien
adekuat. penatalaksanaanny  Gunakan sabun
 Gangguan peritalsis a antimikrobia untuk
 Kerusakan integritas  Menunjukkan cuci tangan
kulit (pemasangan kemampuan untuk  Cuci tangan setiap
kateter intravena, mencegah sebelum dan sesudah
prosedur invasif) timbulnya infeksi tindakan keperawatan
 Perubahan sekresi pH  Jumlah leukosit  Gunakan baju, sarung
 Penurunan kerja siliaris dalam batas tangan sebagai alat
 Pecah ketuban dini normal pelindung
 Pecah ketuban lama   Menunjukkan  Pertahankan
 Merokok perilaku hidup lingkungan aseptik
 Stasis cairan tubuh sehat selama pemasangan
 Trauma jaringan (mis, alat
trauma destruksi  Ganti letak IV perifer
jaringan) dan line central dan
 Ketidakadekuatan dressing sesuai dengan
pertahanan sekunder petunjuk umum
 Penurunan hemoglobin  Gunakan kateter
 Imunosupresi (mis, intermiten untuk
imunitas didapat tidak menurunkan infeksi
adekuat, agen kandung kencing
farmaseutikal termasuk  Tingktkan intake
imunosupresan, steroid, nutrisi
antibodi monoklonal,  Berikan terapi
imunomudulator) antibiotik bila perlu
 Supresi respon inflamasi  Infection Protection
 Vaksinasi tidak (proteksi terhadap
adekuat infeksi)
 Pemajanan terhadap  Monitor tanda dan
patogen lingkungan gejala infeksi sistemik
meningkat dan lokal
Wabah  Monitor hitung

 Prosedur invasif granulosit, WBC

 Malnutrisi  Monitor kerentangan


terhadap infeksi
 Batasi pengunjung
 Sering pengunjung
terhadap penyakit
menular
 Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
 Pertahankan teknik
isolasi k/p
 Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
 Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
 Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
 Dorong masukan
cairan
 Dorong istirahat
 Instruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai resep
 Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Ajarkan cara
menghindari infeksi
 Laporkan kecurigaan
infeksi
 Laporkan kultur positif
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan
Hasil

Risiko jatuh NOC NIC


 Trauma Risk For Fall Prevention
Definisi : Peningkatan  Injury risk for  Mengidentifikasi
kerentanan untuk jatuh yang defisit kognitif atau
dapat menyebabkan bahaya Kriteria Hasil : fisik pasien yang
fisik  Keseimbangan : dapat meningkatkan
kemampuan untuk potensi jatuh dalam
Faktor Resiko : mempertahankan lingkungan tertentu
 Dewasa ekuilibrium Mengidentifikasi
 Usia 65 tahun atau lebih  Gerakan perilaku dan faktor
 Riwayat jatuh terkoordinasi : yang mempengaruhi
 Tinggal sendiri kemampuan otot risiko jatuh
 Prosthesis eksremitas untuk bekerja sama  Mengidentifikasi
bawah secara volunter karakteristik
 Penggunaan alat bantu untuk melakukan lingkungan yang
(mis, walker, tongkat) gerakan yang dapat meningkatkan
 Penggunaan kursi roda bertujuan potensi untuk jatuh
 Anak  Perilaku (misalnya, lantai yang
 Usia dua tahun atau pencegahan jatuh : licin dan tangga
kurang tindakan individu terbuka)
 Tempat tidur yang atau pemberi  Sarankan perubahan
terletak didekat jendela asuhan untuk dalam gaya berjalan
 Kurangnya meminimalkan kepada pasien
penahan/pengekang faktor resiko yang  Mendorong pasien
kereta dorong dapat memicu jatuh untuk menggunakan
 Kurangnya/longgarnya dilingkungan tongkat atau alat
pagar pada tangga individu pembantu berjalan
 Kurangnya penghalang  Kejadian jatuh :  Kunci roda dari kursi
tau tali pada jendela tidak ada kejadian roda, tempat tidur,
 Kurang pengawasan jatuh atau brankar selama
orang tua  Pengetahuan : transfer pasien
 Jenis kelamin laki-laki pemahaman  Tempat artikel mudah
yang berusia < 1 tahun pencegahan jatuh dijangkau dari pasien
 Bayi yang tidak diawasi  Pengetahuan :  Ajarkan pasien
saat berada dipermukaan keselamatan anak bagaimana jatuh
yang tinggi (mis.,tempat fisik untuk meminimalkan
tidur/meja)  Pengetahuan : cedera
 Kognitif keamanan pribadi  Memantau
 Penurunan status mental  Pelanggaran kemampuan untuk
 Lingkungan perlindungan mentransfer dari
 Lingkungan yang tidak tingkat tempat tidur ke kursi
terorganisasi kebingungan Akut dan demikian pula
 Ruang yang memiliki  Tingkat Agitas sebaliknya
pencahayaan yang redup  Komunitas  Gunakan teknik yang
 Tidak ada meteri yang pengendalian risiko tepat untuk
antislip dikamar mandi : Kekerasan mentransfer pasien ke
 Tidak ada materi yang  Komunitas tingkat dan dari kursi roda,
antislip ditempat mandi kekerasan tempat tidur, toilet,
pancuran  Gerakan dan
 Pengekangan Terkoordinasi Sebagainya
 Karpet yang tidak  Kecenderungan  Menyediakan toilet
rata/terlipat risiko pelarian ditinggikan untuk
 Ruang yang tidak untuk kawin memudahkan, transfer
dikenal  Kejadian Terjun  Menyediakan kursi
 Kondisi cuaca (mis,  Mengasuh dari ketinggian yang
lanta basah, es) keselamatan fisik tepat, dengan
 Medikasi remaja sandaran dan
 Penggunaan alcohol  Mengasuh : bayi / sandaran tangan
 Inhibitor enzyme balita keselamatan untuk memudahkan
pengubah angiotensin fisik transfer
 Agen anti ansietas  Perilaku  Menyediakan tempat
 Agens anti hipertensi Keselamatan tidur kasur dengan
 Deuretik pribadi tepi yang erat untuk
 Hipnotik  Keparahan cedera memudahkan transfer
 Narkotik/opiate fisik  Gunakan rel sisi
 Obat penenang  Pengendalian risiko panjang yang sesuai
 Antidepresan trisiklik  Pengendalian risiko dan tinggi untuk
 Fisiologis : penggunaan mencegat jatuh dari
 Sakit akut alkohol, narkoba tempat tidur, sesuai
 Anemia  Pengendahan kebutuhan
 Arthritis risiko:  Memberikan pasien
 Penurunan kekuatan pencahayaan sinar tergantung dengan
ekstremitas bawah matahari sarana bantuan
 Diare  Deteksi Risiko pemanggilan
 Kesulitan gaya berjalan  Lingkungan rumah (misalnya, bel atau
 Vertigo saat Aman cahaya panggilan)
mengekstensikan leher  Aman berkeliaran ketika pengasuh tidak
 Masalah kaki  Zat penarikan hadir
 Kesulitan mendengar keparahan  Membantu ke toilet
 Gangguan  Integritas jaringan : seringkali, interval
keseimbangan kulit & membran dijadwalkan
 Gangguan mobilitas mukosa  Menandai ambang
fisik   Perilaku pintu dan tepi
 Inkontinensia kepatuhan visi langkah, sesuai
 Neoplasma (mis., kebutuhan
Ietih/mobilitas terbatas)  Hapus dataran rendah
 Neuropati perabotan (misalnya,
 Hipotensi ortostatisk tumpuan dan tabel)
 Kondisi postoperative yang menimbulkan
 Perubahan gula darah bahaya tersandung
postprandial  Hindari kekacauan
 Deficit proprioseptif pada permukaan
 Ngantuk lantai
 Berkemih yang  Memberikan
mendesak pencahayaan yang
 Penyakit vaskuler memadai untuk
  Kesulitan melihat meningkatkan
visibilitas
 Menyediakan lampu
malam di samping
tempat tidur
 Menyediakan
pegangan tangan
terlihat dan
memegang tiang
 Menyediakan lajur
anti tergelincir,
permukaan lantai
nontrip/tidak
tersandung
 Menyediakan
permukaan nonslip/
anti
tergelincir di bak
mandi atau pancuran
 Menyediakan kokoh,
tinja curam nonslip/
anti tergelincir untuk
memfasilitasi
jangkauan mudah
 Pastikan pasien yang
memakai sepatu yang
pas, kencangkan
aman, dan memiliki
sol tidak mudah
tergelincir
 Anjurkan pasien
untuk memakai
kacamata, sesuai,
ketika keluar dari
tempat tidur
 Mendidik anggota
keluarga tentang
faktor risiko yang
berkontribusi
terhadap jatuh dan
bagaimana mereka
dapat menurunkan
resiko tersebut
 Sarankan adaptasi
rumah untuk
meningkatkan
keselamatan
 Instruksikan keluarga
pada pentingnya
pegangan tangan
untuk kamar mandi,
tangga, dan trotoar
 Sarankan atas kaki
yang aman
 Mengembangkan cara
untuk pasien untuk
berpartisipasi
keselamatan dalam
kegiatan rekreasi
 Lembaga program
latihan rutin fisik
yang meliputi
berjalan
 Tanda-tanda posting
untuk mengingatkan
staf bahwa pasien
yang berisiko tinggi
untuk jatuh
 Berkolaborasi dengan
anggota tim kesehatan
lain untuk
meminimalkan efek
samping dari obat
yang berkontribusi
terhadap jatuh
(misalnya, hipotensi
ortostatik dan kiprah
goyah)
 Memberikan
pengawasan yang
ketat dan / atau
perangkat menahan
(misalnya, bayi kursi
dengan sabuk
pengaman) ketika
menempatkan bayi /
anak-anak muda pada
permukaan
ditinggikan
(misalnya, meja dan
kursi tinggi)
DAFTAR PUSTAKA

Betz, CL & Sowden, LA. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Guyton. 2008. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta :
EGC.
Simon, Sumanto, dr. Sp.PK. 2008. Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
Whaley’s and Wong. 2008. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Edisi 4. USA :
Mosby.
http://hidayat2.wordpress.com Di akses pada 11 September 2018 pukul 09.00 WIB.
http://nursingbegin.com/askep-aml/ Di akses pada 11 September 2018 pukul 10.00
WIB.
http://jundul.wordpress.com/2008/07/30/seluk-beluk-leukimia/ Diakses pada 11
September 2018 pukul 10.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai