(STIKes PERTAMEDIKA)
VIVI DWI AFRILIANI
21118081/Akt. VIII/2018
Program Profesi Keperawatan
LAPORAN PENDAHULUAN
ACUTE NONLYMPHOID (MYELOGENOUS) LEUKEMIA
(ANLL ATAU AML)
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Leukemia, asal berasal dari bahasa yunani leukos-putih dan haima-
darah. Leukemia adalah jenis kanker yang mempengaruhi sumsum
tulang dan jaringan getah bening. Semua kanker bermula di sel, yang
membuat darah dan jaringan lainnya. Biasanya, sel-sel akan tumbuh
dan membelah diri untuk membentuk sel-sel baru yang dibutuhkan
tubuh. Saat sel-sel semakin tua, sel-sel tersebut akan mati dan sel-sel
baru akan menggantikannya.
2. Etiologi
Seperti halnya leukemia jenis ALL (Acute Lymphoid Leukemia),
etiologi AML sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti,
diduga karena virus (virus onkogenik). Faktor lain yang turut berperan
adalah :
a. Faktor endogen
Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom (resiko terkena AML
meningkat pada anak yang terkena Down Sindrom), herediter
(kadang-kadang dijumpai kasus leukemia pada kakak beradik atau
kembar satu telur).
b. Faktor eksogen
Seperti sinar X, sinar radioaktif, hormon, bahan kimia (Benzol,
Arsen, preparat Sulfat), infeksi (virus, bakteri).
3. Patofisiologi
Jaringan pembentuk darah ditandai oleh pergantian sel yang sangat
cepat. Normalnya, produksi sel darah tertentu dari prekusor sel stem
diatur sesuai kebutuhan tubuh. Apabila mekanisme yang mengatur
produksi sel tersebut terganggu, sel akan membelah diri sampai ke
tingkat sel yang membahayakan (proliferasi neoplastik). Proliferasi
neoplastik dapat terjadi karena kerusakan sumsum tulang akibat
radiasi, virus onkogenik, maupun herediter.
6. Komplikasi
a. Gagal sumsum tulang
b. Infeksi
c. Koagulasi Intravaskuler Diseminata (KID/DIC)
d. Splenomegali
e. Hepatomegali
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis, memiliki prognosis paling baik.
Jumlah leukosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis
kurang baik pada anak sembarang umur.
b. Pungsi lumbal, untuk mengkaji keterlibatan SSP.
c. Foto thoraks, untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.
d. Aspirasi sumsum tulang, ditemuakannya 25% sel blast memperkuat
diagnosis.
e. Pemindaian tulang atau survei kerangka, mengkaji keterlibatan
tulang.
f. Pemindaian ginjal, hati, dan limpa, mengkaji infiltrat leukemik.
g. Jumlah trombosit, menunjukkan kapasitas pembekuan.
8. Penatalaksanaan
a. Pelaksanaan kemoterapi, terdapat tiga fase pelaksanaan
kemoterapi:
1) Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase
ini diberikan terapi kortikostreroid (prednison), vincristin dan
L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan behasil jika tanda-
tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
2) Fase Profilaksis Sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan
hydrocotison melaui intrathecal untuk mencegah invsi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada
pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
3) Konsolidasi
Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan
atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk
menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika
terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan
sementara atau dosis obat dikurangi.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh
sel-sel leukimia.
c. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum
tulang tulang yang rusak karena dosis tinggi kemoterapi atau terapi
radiasi. Selain itu, tranplantasi sumsum tulang berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.
d. Terapi suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yang
ditimbulkan penyakit leukimia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukimia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan
antibiotik untuk mengatasi infeksi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien : nama anak, umur, jenis kelamin, tempat tanggal
lahir, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, suku, agama,
genogram, alamat, nomor rekam medis.
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya.
d. Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor
herediter misal kembar monozigot).
e. Pemeriksaan fisik
1) BB dan TB
2) Vital sign meliputi: Tekanan Darah untuk anak usia> 12 tahun,
Nadi, Pernapasan dan Suhu.
3) Pernafasan
Gejala : nafas pendek dengan kerja atau gerak minimal.
Tanda : dispnea, takipnea, batuk.
4) Aktivitas
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan.
Tanda : kelemahan otot, somnolen.
5) Sirkulasi
Gejala : palpitasi.
Tanda : takikardi, membrane mukosa pucat.
6) Eleminasi
Gejala : diare, nyeri, feses hitam, darah pada urin, penurunan
haluaran urine.
7) Makanan / cairan
Gejala : anoreksia, muntah, penurunan BB, disfalgia.
Tanda : distensi abdomen, penurunan bunyi usus, hipertropi
gusi.
8) Integritas ego
Gejala : perasaan tidak berdaya / tidak ada harapan.
Tanda : depresi, ansietas, marah.
9) Neurosensori
Gejala : penurunan koordinasi, kacau, disorientasi, kurang
konsentrasi, pusing.
Tanda : aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
10) Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri abdomen, sakit kepala, nyeri tulang, sendi, kram
otot.
Tanda : gelisah, distraksi.
11) Keamanan
Gejala : riwayat ifeksi saat ini / dahulu, jatuh, gangguan
penglihatan, perdarahan spontan, tak terkontrol dengan trauma
minimal.
Tanda : demam, infeksi, purpura, pembesaran nodus limfe,
limpa atau hati.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem
pertahanan tubuh sekunder gangguan pematangan SDP,
peningkatan jumlah limfosit immatur, imunosupresi, penekanan
sumsum tulang.
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan : muntah, perdarahan,diare, penurunan
pemasukan cairan : mual,anoreksia, peningkatan kebutuhan cairan
: demam, hipermetabolik.
c. Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran
organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel
leukemia; agen kimia pengobatan antileukemik.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
peningkatan laju metabolik.
e. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
f. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan terhentinya aliran
darah sekunder adanya destruksi SDM.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan efek toksik obat kemoterapi.
h. Resiko jatuh berhubungan dengan kurangnya penghalang tempat
tidur.
3. Intervensi Keperawatan
Betz, CL & Sowden, LA. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Guyton. 2008. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi III. Jakarta :
EGC.
Simon, Sumanto, dr. Sp.PK. 2008. Neoplasma Sistem Hematopoietik: Leukemia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya Jakarta.
Whaley’s and Wong. 2008. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Edisi 4. USA :
Mosby.
http://hidayat2.wordpress.com Di akses pada 11 September 2018 pukul 09.00 WIB.
http://nursingbegin.com/askep-aml/ Di akses pada 11 September 2018 pukul 10.00
WIB.
http://jundul.wordpress.com/2008/07/30/seluk-beluk-leukimia/ Diakses pada 11
September 2018 pukul 10.30 WIB.