PARAPLEGIA
DI RUANG BOUGENVIL RSUD BANYUMAS
Stase Keperawatan Medikal Bedah ( KMB )
Disusun Oleh :
B. Etiologi
Penyebab lesi total transversal medula spinalis meliputi 3
1. Cedera Medula Spinalis akibat kecelakaan
2. Kista / tumor siringomielia, meningioma, Schwannoma, Glioma, Sarkoma. Dan
tumor metastase.
3. Infeksi : spondilitis tuberkulosa, meningitis atau herpes zoster
4. Kelainan tulang vertebra : Kolaps tulang belakang yang terjadi karena
pengeroposan tulang akibat kanker, osteroporosis atau cedera yang hebat, Artritis
degenerative (asteoatritis) yang menyebabkan terbentuknya penonjolan tulang
yang tidak beraturan (taji tulang) yang menekan akar saraf, Stenosis spinalis
(penyempitan rongga disekitar korda spinalis), sering terjadi pada usia lanjut.
5. Hematoma Spinalis.
C. Manifestasi Klinis
Nurarif (2013) menjelaskan bahwa lesi yang terjadi pada medulla spinalis
dapat menimbulkan gejala klinis:
1. Gangguan fungsi motoric
a) Lesi pada medulla spinalis merusak kornu anterior medulla spinalis sehingga
menimbulkan kelumpuhan LMN pada otot-otot yang dipersyarafi oleh
kelompok motoneuron ynag terkena lesi dan menyebabkan nyeri punggung
yang terjadi secara tiba-tiba.
b) Gangguan motoric dibawah lesi: dapat terjadi kelumpuhan UMN karena jaras
kortikospinal lateral segmen thorakal terputus. Gerakan reflex tertentu yang
tidak dikendalikan oleh otak akan tetap utuh atau bahkan meningkat.
Misalnya, reflex lutut tetap ada dan bahkan meningkat. Meningkatnya reflex
ini menyebabkan kejang tungkai. Reflex yang tetap dipertahankan
menyebabkan otot yang terkena menjadi memendek sehingga terjadi
kelumpuhan jenis spastik. Otot yang spastik teraba kencang dan keras dan
sering mengalami kedutan.
2. Gangguan fungsi sensorik
Karena lesi total juga merusak kornu posterior medulla spinalis maka akan terjadi
penurunan atau hilang fungsi sensitabilitas di bawah lesi. Penderita tidak dapat
merasakan adanya rangsangan taktil, rangsang nyeri, rangsang thermal.
3. Gangguan fungsi autonomy karena terputusnya jaras ascenden spinothalamicus
maka penderita kehilangan kontrol vesika urinaria dan kehilangan kontrol saat
defekasi (disfungsi kandung kemoh dan usus).
D. Komplikasi
E. Patofisiologi
Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosio sementara (pasien sembuhse
mpurna) sampai kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla, (lebih salahsatu
atau dalam kombinasi) sampai transaksi lengkap medulla (membuat pasien paralisis).
Bila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes
keekstradul subdural atau daerah suaranoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi
kontusio atau robekan pada cedera, serabut-serabut saraf mulai membengkak dan
hancur (Sudoyo, 2009).
Lesi L1 – L5 : kehilangan sensorik yaitu sama menyebar sampai lipat paha
dan bagian dari bokong.
Lesi L2 : ekstremitas bagian bawah kecuali 1/3 atas dari anterior paha.
Lesi L3 : Ekstremitas bagian bawah.
Lesi L4 : Ekstremitas bagian bawah kecuali anterior paha.
Lesi L5 : Bagian luar kaki dan pergelangan kaki.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a) Obat
Metyl prednisolon 30 mg/kb BB, 45 menit setelah bolus selama 23 jam.
Hasil optimal bila pemberian dilakukan <8jam onset.
Tambahkan profilaksis stress ukus : antacid/antagonis H2, jika pemulihan
sempurna, pengobatan tidak diperlukan
Berikan Antibiotik, biasanya untuk menyembuhkan. Jika terjadi infeksi
b) Operasi
Dengan menggunakan teknik Harrison roda stabilization (instrument
Harrison) yaitu menggunakan batang distraksi baja tahan karat untuk
mengoreksi dan stabilisasi deformitas vertebra.
G. Pemeriksaan Penunjang
Mansjoer, Arif dkk. (2009). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
FK UI
Nurarif, Amin Huda. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA, NIC-NOC Jilid 2.
Potter, P. A. & Perry, G. A. (2010). Fundamental of Nursing. Ed. 7. Volume 2. Singapore.
Elsevier Inc
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., and Cheever, K.H. (2014). Texbook of medical
surgical nursing. 12th ed. Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins.