KELOMPOK 3 :
ARDIAN (122212003)
SYAHWANDI (1222120)
Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada
luka biasa. Seseorang yang tergigit mempunyai resiko terinfeksi. Pada umumnya
bila tergigit binatang, perlu mendapatkan pemeriksaan medis.
Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk kedalam
tubuh melalui suntikan. Gigitan bintang atau engatan serangga dapat
menyebabkan nyeri yang hebat dan/ atau pembengkakan. Gigitan dan sengatan
berbagai binatang walaupun tidak selalu membahayakan jiwa dapat
menimbulkan reaksi alergi yang hebat dan bahkan kadang-kadang dapat
berakibat fatal.
Kesadaran akan penyebab dari gigitan dan sengatan ini dapat mengurangi
atau mencegah timbulnya korban. Pengetahuan tentang penanganan yang cepat
dari tindakan pertolongan pertama dapat mengurangi parahnya cedera akibat
gigian dan sengatan tersebut dan menjaga penderita dari sakit yang parah.
2. ETIOLOGI
Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan,
antara lain :
1) Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan
seperti pestisida ( organoklorin, organofosfat, karbamat ), golongan gas
(nitrogen metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor,
air raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena
toluene, vinil klorida fenol).
2) Racun yang dihasilkan oleh makluk hidup ( Biological toxicants ) mis :
sengatan serangga, gigitan ular berbisa , anjing, binatang laut yang berbahaya
dll
3) Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus
cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
4) Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis :
jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll
3. MANIFESTASI KLINIS
1) Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
2) Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.
3) Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
4) Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.
5) Bingung.
6) Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan
7) Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus, banyak
berkeringat, bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa
4. KLASIFIKASI
1) Gigitan ikan pari (Sting Ray)
Ikan pari (stingray) merupakan salah satu flora laut dari family Dasyatidae,
bertulang rawan, memiliki ekor menyerupai cambuk, dengan sirip dada menyerupai
sayap dengan sisi bagian depan menyatu dengan kepala, dan ekor pada beberapa
spesies sangat tajam dan menyerupai cambuk.
Ikan pari mungkin menyebabkan beberapa tipe perlukaan pada manusia yang
tidak fatal seperti, gigitan, laserasi superfisial tanpa disertai adanya racun yang terlibat,
laserasi yang dalam, serta dapat juga kombinasi luka penetrasi disertai proses
envenoming. Walaupun banyak yang tidak fatal, namun luka penetrasi pada dada
dapat menyebabkan tamponade jantung segera atau dalam waktu tertentu, selain itu
luka-luka pada leher yang dapat menyebabkan gangguan jalan nafas, luka penetrasi
yang mengenai pembuluh darah yang dapat menyebabkan syok, dan infeksi lanjutan
disertai adanya kerusakan jaringan serta syok septik merupakan komplikasi-
komplikasi yang dapat muncul dan dapat menjadi hal yang fatal dari sengatan ikan
pari.
Tindakan yang dapat dilakukan pada pasien sengatan ikan pari adalah :
Pembengkakan
Mual,muntah dan diare
Kejang-kejang bahkan terkadang disertai kelumpuhan otot - otot
Penanganan :
Ikan Lepu Batu atau Stonefish merupakan Ikan yang paling berbisa di dunia ini.
Seperti namanya, Ikan ini berbentuk seperti Batu atau karang yang biasanya kita temukan
di laut sehingga sangat sulit untuk melihatnya. Stonefish termasuk ke dalam famili
Synanceiidae, yang terdiri atas 9 genus dan 11 spesies, dimana tiap spesies dari ikan
dalam famili ini termasuk ikan yang beracun, berbahaya, dan bahkan dapat
mengakibatkan dampak yang fatal bagi manusia. Ikan dari genus Synanceia dikenal
sebagai ikan Stonefish yang paling umum dan juga yang paling beracun yang pernah ada.
Ikan ini juga termasuk ke dalam Ordo Scorpaeniformes, sehingga ikan ini memiliki
kekerabatan dengan ikan Scorpionfish (Lepu ayam) yang juga beracun. Secara
taksonomis, Ikan Stonefish memiliki klasifikasi sebagai berikut : Biota > Animalia
(Kingdom) > Chordata (Filum) > Actinopterygii (Kelas) > Scorpaeniformes (Ordo) >
Synanceiidae (Famili) > Synanceia (Genus).
Stonefish umumnya hidup di perairan laut dengan dasar substrat berupa karang
ataupun batuan, tak jarang pula ikan ini ditemukan mengubur dirinya di dalam pasir.
Stonefish dari jenis Synanceia horrida lebih cenderung hidup di daerah estuari atau muara
sungai dengan dasar substrat berupa lumpur. Ikan ini tersebar di perairan tropis Indo-
Pasifik, termasuk di dalamnya perairan Indonesia, Australia, dan Pulau - pulau
disekitarnya. Ikan ini termasuk ikan yang tidak aktif berenang, ikan ini cenderung
berdiam diri di dasar perairan untuk waktu yang sangat lama. Ikan ini menunggu mangsa
untuk lewat di dalam jangkauannya dan kemudian memakannya dengan gerakan yang
sangat cepat. Makanan ikan ini adalah ikan - ikan kecil dan udang - udangan. Ikan ini
juga dikenal tenang, mereka tidak akan berenang menjauh ketika ada bahaya datang,
namun ikan ini cukup menegakkan duri - duri punggungnya yang beracun untuk
menghalau musuhnya.
Sengatan Ikan Karang dapat menyebabkan rasa sakit yang luar biasa serta
kelumpuhan. Jika tidak segera diobati akan menyebabkan kematian ataupun amputasi
bagian tubuh yang terkena sengatan.
Stonefish yang juga disebut dengan Ikan Karang ini banyak ditemukan di perairan
tropikal Samudera Pasifik dan Samudera India.
Bagian ikan fugu yang paling beracun adalah hati, telur serta saluran
pencernaanya. Tapi bahkan bagian daging pun bisa beracun jika dalam pengolahannya
tidak benar dan terkontaminasi oleh bagian organ dalam. Daging fugu yang
terkontaminasi akan berakibat kematian bagi yang mengkonsumsinya.
Zat racun yang terkandung dalam ikan fugu ini bernama Tetrodotoksin. Dosis
tetrodotoksin sebanyak 2 mg sudah mampu untuk membunuh manusia. Tetrodotoksin
pada ikan fugu akan bereaksi dalam tubuh sekitar kurang dari setengah jam. Oleh
karenanya, di restoran Jepang, untuk menjamin keamamanan sajian yang dihidangkan,
koki yang mengolah ikan fugu akan mencicipinya masakannya terlebih dahulu setengah
jam sebelum disajikan pada konsumen. Sayangnya, racun pada ikan fugu belum ada
penangkalnya (antidote). Daging ikan fugu yang tercemar racun tidak akan hilang
meskipun sudah dimasak.
Jika seseorang mengalami keracunan ikan fugu, sebaiknya segera di bawa ke rumah sakit.
Penanganan pertama yang dilakukan biasanya adalah memompa perut pasien untuk
mencegah masuknya racun ke bagian tubuh yang lain. Penanganan ini harus dilakukan
sebelum 30 menit pertama setelah makanan masuk ke dalam tubuh. Pada kasus-kasus
tertentu, racun ikan fugu ini bahkan masih dapat bereaksi 6 jam setelah proses
‘pemompaan’ selesai.
Pertanyaan yang cukup membuat penasaran adalah bagaimana bisa ikan fugu bertahan
hidup dengan racun mematikan yang ada di tubuhnya?. Berdasarkan beberapa penelitian,
yang salah satunya dilakukan oleh para peneliti dari universitas di Singapura, National
University of Singapore mengungkapkan bahwa racun tetrodotoxin yang terdapat pada
ikan Fugu memiliki kekuatan 20 kali lebih mematikan daripada sianida sekalipun. Racun
tersebut digunakan oleh ikah fugu untuk membantu proses perkembangbiakan serta untuk
melindungi diri dari pemangsa.
Ikan fugu bertahan karena adanya proses adaptasi evolusi dimana kekebalan tubuhnya
akan semakin tinggi seiring dengan berjalannya waktu. Racun pada ikan fugu diduga
berasal dari hewan lain yang mengandung bakteri tetrodotoxin-laden.
Kini, seiring dengan berjalannya waktu, telah banyak petambak yang memproduksi Fugu
bebas racun yaitu dengan cara menjauhkan ikan fugu dari hewan-hewan yang
mengandung bakteri tetrodotoxin-laden.
Menurut statistik yang dipublikasikan oleh Jepang, terdapat rata-rata 6 kasus kematian
dalam setahun yang dikarenakan oleh keracunan Ikan Buntal.
4) Surgeonfish
Biasa sering disebut dengan ikan Botana atau kulit pasir, jenis ikan herbivora ini
hidup didaerah terumbu karang dan umumnya dikonsumsi oleh masyarakat pesisir.
Namun jika diperhatikan dengan seksama dibagian pangkal sirip ekor (penducle) terdapat
duri yang menyerupai mata pisau dan setajam pisau bedah, oleh karena ciri khas ini
sehingga ikan ini dberi nama Surgeonfish.
6) Lined Catfish
Sembilang, cukup familiar kan dengan nama lele laut ini. Ikan ini biasa
ditemukan bergerombol dalam jumlah besar. Seperti lele pada umumnya ikan
ini dapat mematil, yaitu menggunakan duri yang terletak di bagian sirip dada
(pectoral) dan sirip punggung (dorsal), duri-duri tersebut kadang tidak terlihat
karena terselubung dibalik kulitnya. Ketika menyelam sebaiknya menjauhi
gerombolan ikan ini, dikhawatirkan mereka akan bersifat agresif jika merasa
terganggu oleh kehadiran kalian.
7) Rabbitfish
Ikan baronang adalah ikan yang enak rasanya namun sirip bagian
punggung, perut dan anal dari ikan baronang terdapat duri yang beracun,
walaupun tidak berdampak fatal terhadap manusia, namun cukup membuat
nyeri dalam waktu yang lama, racunya pun masih ada hingga ikan ini sudah
mati bahkan kalau bisa kurangi memakan ikan herbivora ini, karena mereka
membantu mengurangi kompetitor karang untuk tumbuh di substrat.
8) Ikan Singa
Menjadi ikan favorit penghuni aquarium, ikan singa terkenal dengan duri-
durinya yang beracun. Walaupun tidak terlalu mematikan pada manusia,
racunnya dapat mengakibatkan sakit kepala, muntah-muntah, dan gangguan
pernafasan. Menurut beberapa laporan, gejala tersebut berlangsung selama
beberapa minggu.
9) Ubur-ubur
Kelompok hewan-hewan laut ini menimbulkan cedera dengan sengatan dari sel-
sel penyengat dari alat-alat penangkap (tentakel- tentakel)-nya yang menyebabkan rasa
panas terbakar dan sedikit perdarahan ada kulit. Ubur-ubur ada banyak jenisnya dan
hidup di daerah tropis. Racun ubur-ubur di buat oleh beribu-ribu duri halus yang terdapat
di permukaan badannya. Bila duri halus itu di sentuh oleh perenang di laut, ubur-ubur
akan menyuntukkan racun melalui duri halus itu.
Kulit yang bersentuhan dengan duri ubur-ubur, akan merasa gatal bercampur
panas. Beberapa menit kemudian akan timbul urtikaria yang dapat berubah menjadi
(lepuh-lepuh visikel). Perasaan sakit biasanya akan hilang sendiri dalam beberapa jam,
tetapi dapat kambuh lagi beberapa hari kemudian.
Tanda dan gejala :
1) Rasa panas dan terbakar serta sedikit perdarahan pada kulit.
2) Urtikaria
3) Mual
4) Muntah
5) Kejang otot
6) Syok
7) Kesulitan bernafas
8) Keluar air mata terus-menerus
9) Mata menjadi merah bengkak, pupil melebar
Penanganan :
1) Aman diri dan lingkungan sekitar
2) Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
3) Bebaskan anggota badan yang cedera dari tentakel-tentakel dengan handuk basah.
4) Cuci luka dengan larutan Aromatic Ammonia Spirit atau alcohol 70%
5) Berikan 10 ml larutan Na Glukonat.
6) Asang tourniket dan berikan antidote Sea Wasp Antivenome (SWA) bila ada
7) Bawa segera ke rumah sakit
Penanganan
Aman diri dan lingkungan sekitar
Nilai keadaan dari airway, breating, dan sirkulasi (ABC).
Tenangkan penderita
Bersihkan/cuci luka bekas gigitan dengan air hangat
Lakukan pressure imobilisasi pada bagian yang cidera
Monitor tanda-tanda vital
Lakukan RJP jika diperlukan
Tindakan pertolongan
5. PATOFISIOLOGI
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin
juga terganggu,sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh darah
perifer,dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang
terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran
khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan
hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok,asidemia,dan hipoksia
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada pasien terdiri dari :
1) Hb
2) LED
3) Leukosit
4) Eritrosit
5) Trombosit
6) PCV
7) PPT
8) KPTT
9) BUN
10) Screatinin
11) Kalium
12) Natrium
13) GDA
14) SGOT
15) SGPT
7. PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan ada penderita dengan gigitan binatang sama dengan
pentalaksanaan pada penderita keracunan. Yang harus selalu diperhatikan pada penderita
keracunan maupun gigitan binatang hendaknya selalu monitor dan catat setiap
perubahan-perubahan yang terjadi (ABC). Bersihkan bagian yang tersengat dengan air
laut untuk melemahkan racun kemudian keluarkan berbagai partikel sirip ikan pari yang
tertinggal di luka kemudian rendam bagian yang terinfeksi dengan air panas (43-45°C)
selama 30 menit. Air panas menetralisir berbagai racun dari ikan atau bulu babi dan
membantu mengurangi nyeri.
Beberapa tindakan penatalaksanaan :
1) Tindakan Emergenci
Airway : Bebaskan jalan nafas, kalau perlu lakukan intubasi.
Breathing : Berikan pernafasan buatan bila penderita tidak bernafas spontan atau
pernapasan tidak adekuat.
Circulation : Pasang infus bila keadaan penderita gawat dan perbaiki perfusi
jaringan.
2) Identifikasi Penyebab Keracunan
Bila mungkin lakukan identifikasi penyebab keracunan, tapi hendaknya usaha
mencari penyebab keracunan ini tidak sampai menunda usaha-usaha penyelamatan
penderita yang harus segera dilakukan.
3) Eliminasi
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak
berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun
telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada
penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif.
Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan
terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan
kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa
endotrakeal berbalon untuk mencegah aspirasi pnemonia.
4) Anti dotum (Penawar Racun)
Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat
penumpukan.
a) Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b) Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-
gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan
psikosis).
c) Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 –
4 –6 – 8 dan 12 jam.
d) Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang
mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan
kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
8. KOMPLIKASI
1) Kejang
2) Koma
3) Henti jantung
4) Henti napas
5) Syok
2. RUANG HIPERBARIK
Ruang hiperbarik dapat terdiri dari dua jenis: tunggal atau ganda. Sementara
tekanan terjadi di tempat duduk tunggal melalui oksigen dan peningkatan
tekanan bersifat sistemik, ruang multiplace diberi tekanan dengan udara dan
oksigen disuplai kepada pasien melalui masker, helm, atau tabung endotrakeal,
tergantung kasusnya. (Gill & Bell, 2004)
5. PROSEDUR TOHB
1. Persiapan Terapi
Oksigen murni dapat menyebabkan kebakaran apabila ada percikan atau
api. Oleh karena itu, pasien tidak boleh membawa korek api atau perangkat
bertenaga baterai ke dalam ruang terapi. Pasien harus menghapus produk
perawatan rambut dan kulit, parfum, deodoran, dan hal lainnya yang
berbasis minyak dan berpotensi menimbulkan kebakaran. Hanya pakaian
katun bersih yang diperbolehkan di dalam ruangan. Pasien juga harus
memberi tahu teknisi apabila ada obat yang digunakan dan pasien
disarankan untuk tidak meminum alkohol atau minuman berkarbonasi
selama empat jam sebelum perawatan. Pada kebanyakan kasus, pasien harus
berhenti merokok dan berhenti menggunakan produk tembakau lainnya
selama masa pengobatan mereka, karena dapat mengganggu kemampuan
tubuh untuk mengangkut oksigen.
2. Selama Terapi
Pasien bisa mendapatkan terapi hiperbarik dalam dua jenis pengaturan,
yaitu dalam suatu tabung yang dirancang untuk 1 orang atau dalam suatu
ruang yang dirancang untuk beberapa orang. Selama terapi oksigen
hiperbarik, tekanan udara dalam ruangan adalah sekitar dua sampai tiga kali
tekanan udara normal. Tekanan udara yang meningkat akan menimbulkan
perasaan penuh yang bersifat sementara di dalam telinga yang mirip dengan
apa yang dirasakan ketika berada di dalam pesawat terbang atau ketika
berada pada tempat yang tinggi. Hal ini dapat diredakan dengan melakukan
gerakan menguap atau menelan.
3. Setelah Terapi
Pada kebanyakan kondisi, terapi berlangsung hingga sekitar dua jam.
Pasien mungkin merasa agak lelah atau lapar setelah terapi ini, namun tidak
membatasi aktivitas normal.
6. INDIKASI TOHB
Penting untuk mengetahui indikasi untuk terapi hiperbarik. Indikasi meliputi
penyakit dekompresi, emboli udara, keracunan karbon monoksida, cedera,
anemia kehilangan darah akut, abses intrakranial, luka bakar termal, fasciitis
nekrotikans, gas gangren, dan kehilangan pendengaran akut. Pada umunya pusat
hiperbarik merawat pasien dengan dengan kondisi nonalergi seperti
penyembuhan luka yang buruk, cedera radiasi yang tertunda, osteomielitis kronis
dan flap. Sangat penting bagi tim medis yang merawat untuk mengenali indikasi
hiperbarik yang muncul. (Chen et al., 2019)
Menurut UHMS indikasi untuk terapi oksigen hiperbarik adalah Emboli
udara atau Keracunan gas karbon monoksida, keracunan sianida, inhalasi asap
Myostitis dan mionekrosis klostridial (gangren gas), Cedera, sindrom
kompartemen, dan iskemia perifer akut lainnya. Penyakit dekompresi,
Peningkatan penyembuhan pada luka, Anemia kehilangan darah yang banyak,
Abses intrakranial, Infeksi jaringan lunak nekrotikans, Osteomielitis refraktori,
Flap dan cangkok kulit (terganggu), Cedera radiasi (jaringan lunak dan nekrosis
tulang), Luka bakar termal.(Chen et al., 2019; Mathieu, Marroni, & Kot, 2017).
7. MANFAAT TOHB
Fungsi HBOT sangat kompleks. Akan mengurangi ukuran gelembung gas
dalam cairan (darah). Sehingga meningkatkan kapasitas pembawa oksigen darah
melalui peningkatan konsentrasi oksigen plasma menjadi sekitar 7%. Adanya
bakteriostatik dan bakteriosidal pada tekanan dan oksigenasi yang lebih tinggi.
Oksigen hiperbarik akan meningkatkan neovaskularisasi arteri dan mengurangi
edema jaringan, yang akan menghambat berbagai eksotoksin seperti racun alfa
dan beta yang terkait dengan infeksi nekrotikans. Pengobatan hiperbarik akan
meningkatkan difusi oksigen lebih lanjut dalam jaringan dengan jarak sekitar
empat kali jarak perfusi normal. Sehingga akan menyebabkan terjadi difusi
oksigen dari lingkungan yang kaya oksigen ke lingkungan oksigen yang buruk
seperti dengan luka iskemik dan anggota badan.
Hukum Boyle adalah dasar untuk efektivitas dalam penyakit dekompresi
dan emboli udara. Permukaan terlalu cepat dari penyelaman bawah laut yang
dalam akan menghasilkan presipitasi gelembung nitrogen dalam darah. Ini akan
menghasilkan persendian yang sangat menyakitkan, tikungan, dan bahkan
kematian. (Fife et al., 2016; Jones & Wyatt, 2019)
Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah pembentukan gelembung
nitrogen sehingga berkurang ukurannya dan kembali larut. Hal yang sama
berlaku untuk perawatan emboli udara. Peningkatan tekanan yang diberikan oleh
terapi medis hiperbarik akan mengurangi gelembung gas tersebut. Keracunan
karbon monoksida disebabkan oleh perpindahan oksigen dari hemoglobin darah
yang membentuk karboksihemoglobin yang yang merusak.
Oksigen hiperbarik akan menggerakkan kurva saturasi untuk meningkatkan
saturasi oksigen sel darah merah yang menggantikan molekul karbon
monoksida. Sehingga sebagai indikasi yang penting untuk perawatan. HBOT
dapat menyembuhkan beberpa kondisi seperti penyembuhan luka, osteomielitis
yang sulit disembuhkan, cedera radiasi, cangkok yang terganggu, cush injury,
dan luka bakar. Peningkatan pengiriman oksigen ke daerah tersebut,
neovaskularisasi, penurunan edema, dan jarak perfusi oksigen yang lebih besar
adalah semua hasil terapi yang terbukti memberikan dampak positif. (Fife et al.,
2016; Jones & Wyatt, 2019)
8. LANGKAH-LANGKAH TOHB
1. Pasien berada di dalam chamber bertekanan 2-3 ATA pada konsentrasi
oksigen 100%.
2. Dosis terapi diberikan secara normal selama 1,5-2 jam per sesi. Terapi bisa
diulang tiga kali sehari. Untuk jumlah total terapi tergantung pada kondisi
klinis, bervariasi dari 20 hingga 60x.
3. Udara yang dihirup berasal dari peningkatan PO2 eksternal. Sehingga
gradien positif memungkinkan masuknya O2 yang lebih tinggi, yang per-
difusi akan lebih tinggi juga di alveoli dan aliran darah.
4. Efek “hiperoksemia” dan “hiperoksia” ini tidak tergantung pada hemoglobin
(Hb), karena oksigen bisa langsung larut ke dalam plasma darah. Sehingga
bisa mengurangi hipoksia pada jaringan.
5. Hal ini akan menghasilkan pasokan utama spesies oksigen reaktif (ROS)
dan spesies nitrit reaktif (RNS), dengan ekspresi yang lebih tinggi dari
faktor pertumbuhan (Growth Factors) dan merangsang neovaskularisasi dan
peningkatan imunomodulator.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kecemasan b/d defisit pengetahuan tentang terapi oksiegn hiperbarik dan prosedur
keperawatan.
2. Kecemasan b/d defisit pengetahuan tentang pola nafas yang tidak efektif.
3. Perubahan perfusi jaringan cerebral b/d efek toksik pada mioakrd, keracunan
oksigen, dekompresi, infeksi akut, gas emboli, dll.
4. Resti barotrauma ke telinga, sinus, gigi dan paru paru atau gas embolik cerebral b/d
perubahan tekanan udara di dalam ruang HBO.
5. Resti toksisitas oksigen b/d pemberian oksigen 100% pada tekanan atmosfer yang
meningkat.
6. Resti untuk pengiriman gas yang tidak memadai b/d sistem pengiriman dan
kebutuhan pasien/ keterbatasan.
7. Kecemasan dan ketakutan b/d ruang HBO yang tertutup.
8. Nyeri terkait berhubungan dengan masalah medis klinis.
9. Ketidaknyamanan b/d perubahan suhu dan kelembaban di ruang HBO.
10. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan stress terhadap penyakit dan atau
kurangnya sistem dukungan psikososial.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO Diagnosa Keperawatan NIC NOC
1. Kecemasan berhubungan dengan Kriteria Hasil : 1. Kaji & dokumentasikan pemahaman pasien
defisit pengetahuan tentang terapi Pasien dan keluarga mengungkapkan : dengan keluarga tentang dan tujuan terapi
oksigen hiperbarik & prosedur a. Alasan terapi HBO serta efek samping terapi.
perawatan. b. Tujuan terapi HBO 2. Identifikasi hambatan dan kebutuhan
c. Prosedur dalam terapi HBO belajarnya terkait dengan informasi tentang :
d. Resiko bahaya (efek samping) dari terapi Tujuan dan hasil yang diharapkan dari
HBO. terapi oksigen hiperbarik.
Urutan prosedur perawatan & apa yang
diharapkan (yaitu tekanan, temperatur,
suara, perawatan luka).
Sistem pengiriman oksigen.
Teknik mengosongkan telinga.
2. Kecemasan b/d defisit Kriteria Hasil : 1. Kaji & dokumentasikan pemahaman pasien
pengetahuan tentang pola nafas Pasien dan keluarga mengungkapkan : dengan keluarga tentang dan tujuan terapi
yang tidak efektif. a. Alasan terapi HBO : mengurangi pola nafas serta efek samping terapi.
yang tidak efektif pada pasien akibat gigitan 2. Identifikasi hambatan dan kebutuhan
binatang laut. belajarnya terkait dengan informasi tentang :
b. Tujuan terapi HBO Tujuan dan hasil yang diharapkan dari
c. Prosedur dalam terapi HBO terapi oksigen hiperbarik.
Resiko bahaya (efek samping) dari terapi HBO. Urutan prosedur perawatan & apa yang
diharapkan (yaitu tekanan, temperatur,
suara, perawatan luka).
Sistem pengiriman oksigen.
Teknik mengosongkan telinga.
3. Perubahan perfusi jaringan Kriteria Hasil : 1. Kaji status neurologi pasien saat terapi
cerebral b/d efek toksik pada a. Tanda dan gejala penurunan perfusi jaringan
mioakrd, keracunan oksigen, serebral dikenali dan diatasi dengan tepat. berlangsung.
dekompresi, infeksi akut, gas 2. Monitor dan dokumentasikan tes neurologi
emboli, dll. pada kondisi tertentu.
3. Bandingkan hasil pengkajian neurologi
sebelum dan sesudah terapi berlangsung.
4. Kaji dan dokumentasikan fungsi motorik dan
sensorik.
5. Sediakan reorientasi dan dukungan
emosional yang diperlukan.
6. Sediakan tes-neuropsikometri seperti yang
diperintahkan.
4. Resiko barotrauma ke telinga, Kriteria Hasil : 1. Kelola dekongestan, instruksi dokter, sebelum
sinus, gigi dan paru-paru atau gas a. Tanda dan gejala dari barotrauma akan diakui, perawatan terapi hiperbarik.
emboli serebral berhubungan ditangani & segera dilaporkan. 2. Sebelum perawatan instruksikan pada pasien
dengan perubahan tekanan udara tentang teknik pengosongan telingan dengan
dalam ruang oksigen hiperbarik. mengunyah, menelan, menguap modifikasi
manuver valsava, atau head tilt.
3. Kaji kemampuan pasien melakukan teknik
pengosongan telinga saat tekanan dilakukan.
4. Lakukan tindakan keperawatan :
Ingatkan pasien untuk bernafas dengan
normal selama perubahan tekanan,
Konfirmasi ET/ manset trach diisi
dengan NS sebelum tekanan udara.
Beritahukan operator ruang multiplace
jika pasien tidak dapat menyesuaikan
persamaan tekanan.
5. Dokumentasikan hasil pengkajian :
Monitor secara berkelanjutan untuk
mengetahui tanda-tanda dan gejala
barotrauma termasuk :
Ketidakmampuan untuk
menyamakan telinga, atau sakit di
telinga dan atau sinus (terutama
setelah pengobatan awal, dan
setelah perawatan berikutnya).
Peningkatan kecepatan dan
kedalaman nafas
Tanda dan gejala dari
pneumotoraks, termasuk : tiba-tiba
nyeri dada tajam, kesulitan atau
benafas cepat, gerakan dada
abnormal pada sisi yang terkena,
dan takikardi atau kecemasan.
6. Ikuti perintah dokter hiperbarik untuk
manajemen pasien.
5. Resiko keracunan oksigen Kriteria Hasil : 1. Catat hasil pengkajian pasien dari dokter
berhubungan dengan pemberian a. Tanda dan gejala keracunan oksigen dikenali hiperbarik :
oksigen 100% selama tekanan dan ditangani dengan tepat. Peningkatan suhu tubuh.
atmosfir meningkat. Riwayat penggunaan steroid.
Riwayat kejang oksigen.
Penggunaan vitamin C dosis tinggi atau
aspirin.
FiO2 >50%.
Faktor resiko tinggi lainnya.
2. Monitor kondisi pasien saat terapi
berlangsung & dokumentasikan tanda dna
gejala dari keracunan oksigen pada sistem
saraf pusat :
Mati rasa dan berkedut.
Telinga berdenging atau halusinasi
pendengaran.
Vertigo.
Penglihatan kabur.
Gelisah dan mudah tersinggung.
Mual.
3. Ubah sumber oksigen 100% untuk pasien
jikan tanda dan gejala muncul dan
beritahukan kepada dokter hiperbarik.
4. Monitor pasien selama terapi oksigen
hiperbarik & dokumentasikan tanda dan
gejala keracunan oksigen paru, termasuk :
nyeri dan rasa terbakar didada, sesak di dada,
batuk kering, kesulitan menghirup nafas
penuh & dispneu saat bergerak.
5. Memberitahukan dokter hiperbarik jika tanda
dan gejala keracunan oksigen paru muncul.
6. Resiko terapi pengiriman gas tidak Kriteria Hasil : 1. Kaji kondisi pasien, kebutuhan, dan
memadai berhubungan dengan a. Tanda & gejala pengiriman oksigen yang tidak keterbatasan untuk sistem pengiriman gas
sistem pengiriman dan memadai akan diakui dan dilaporkan segera. terbaik :
kebutuhan/keterbatasan pasien b. Menilai kondisi pasien, kebutuhan dan Face mask untuk anak dan dewasa
keterbatasan untuk pengiriman gas yang “T” piece untuk pasien yang
terbaik. menggunakan intubasi atau trakeostomi.
Ventilator untuk pasien dengan intubasi
yang memerlukan bantuan ventilasi.
2. Monitor respon dengan sistem pengiriman
oksigen, termasuk kemampuan mereka untuk
mentolerir sistem yang dipilih.
3. Bantu teknisi hiperbarik dengan sistem
pengiriman yang sesuai.
Tutup Kepala :
Bantu pasien menggunakan dan
melepaskan tutup kepala.
Setelah terpasang, periksa kebocoran.
Amati pasien untuk tanda dan gejala
penumpukan CO2, termasuk kegelisahan.
Face Mask :
Bantu pasien menggunakan dan
melepaskan masker dan perbaiki posisi
masker bila perlu.
Periksan kebocoran dan kelangsungan seal
pada wajah pasien.
T- piece
Proses pemasangan.
Monitor kecepatan dan kedalaman
respirasi, dengarkan suara nafas.
Beritahukan kepada dokter hiperbarik jika
pasien mengalami kesulitan bernafas.
Lakukan penghisapan bila diperlukan.
7. Kecemasan dan ketakutan Kriteria Hasil : 1. Kaji riwayat kecemasan dan ketakutan pasien
berhubungan dengan perasaan a. Pasien mampu mentolerir terapi HBO. dan ulang kembali informasi dari dokter
kecemasan kurungan terkait . hiperbarik yang relevan.
dengan ruang oksigen hiperbarik Lakukan tindakan pencegahan yang sesuai
(claustrofobia). (mis. HE, Orientasi chamber, dan obat).
Saat terapi berlangsung monitor tanda dan
gejala dari kecemasan, termasuk :
Gelisah.
Ketidakmampuan untuk mentolerir
masker wajah atau tudung kepala.
Laporkan perasaan tertutup atau
terjebak.
2. Jaga ketenangan.
3. Pastikan terjadi kontak mata dengan pasien.
4. Yakinkan pasien bahwa dia aman.
5. Libatkan pasien dalam pemecahan
masalah/perasaannya terhadap kecemasan
kurungan.
6. Beri obat anti kecemasan sesuai perintah
dokter hiperbarik dan nilai efektivitas atau
pengobatan.
7. Beritahukan dokter hiperbarik, respon pasien
terhadap obat anti kecemasan, langkah-
langkah dan kemampuan untuk mentolerir
kurungan.
8. Dokumentasi hasil intervensi.
8. Nyeri berhubungan dengan Kriteria Hasil : 1. Nilai pengalaman sakit pasien, apakah rasa
masalah medis terkait. a. Pasien akan menyatakan kepuasan dengan sakit meningkat selama terapi oksigen
manajemen nyeri. hiperbarik.
2. Obati nyeri pasien sebelum terapi oksigen
hiperbarik, sesuai kebutuhan, dan
dokumentasikan efek analgesik yang
diberikan.
3. Siapkan obat analgesik selama pengobatan
terapi oksigen hiperbarik.
4. Berikan posisi yang nyaman pada pasien.
5. Hindari obat IM selama perawatan.
9. Gangguan rasa nyaman Kriteria Hasil : 1. Nilai secara berkala kenyamanan pasien
berhubungan dengan perubahan a. Pasien akan mentolerir iklim internal ruangan. dengan perubahan kelembaban dan suhu.
suhu dan kelembaban di dalam 2. Tawarkan tindakan kenyamanan pasien
ruang hiperbarik. (misalnya, selimut, botol air panas, atau kain
dingin).
10. Ketidakefektifan koping individu Kriteria Hasil : 1. Berikan dukungan dan dorongan tanpa
berhubungan dengan stress a. Pasien akan dapat memenuhi prosedur melebih harapan hasil dari pengobatan.
terhadap penyakit dan atau perawatan terapi oksigen hiperbarik. 2. Bahas kemampuan pasien untuk
kurangnya sistem dukungan meningkatkan koping dengan care giver
psikososial. lainnya, dan tetap informasikan kemajuan dan
pendekatan pertolongan.
3. Fasilitasi komunikasi antara pasien atau
keluarga dan anggota staf pelaksana terapi
oksigen hiperbarik.
4. Berikan dorongan pada pasien, jika mampu
untuk membahas keprihatinan dan perasaan.
5. Dokumentasikan hasil diskusi dan penilaian.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah di rencanakan dalam rencana
tindakan keperawatan yang mencakup tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi. Akan
tetapi implementasi keperawatan disesuaikan dengan situasi dan kondisi pasien. Tindakan
mandiri adalah aktivitas perawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri
dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan
kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter dan
petugas kesehatan lain. (Tarwoto Wartonah, 2014)
5. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Jika tujuan
tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian
catat apa yang dotemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
D. PEMBAHASAN
Gigitan dan cakaran binatang yang sampai merusak kulit kadang kala dapat
mengakibatkan infeksi. Beberapa luka gigitan perlu ditutup dengan jahitan, sedangkan
beberapa lainnya cukup dibiarkan saja dan sembuh dengan sendirinya. Dalam kasus tertentu
gigitan binatang (terutama oleh binatang liar) dapat menularkan penyakit yang berbahaya
terhadap nyawa manusia. Binatang laut berbahaya bagi kesehatan manusia diantaranya ikan
pari, ubur-ubur, lintah laut, ikan hiu dll.
Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk kedalam tubuh melalui
suntikan. Gigitan bintang atau sengatan serangga dapat menyebabkan nyeri yang hebat dan/
atau pembengkakan. Gigitan dan sengatan berbagai binatang walaupun tidak selalu
membahayakan jiwa dapat menimbulkan reaksi alergi yang hebat dan bahkan kadang-
kadang dapat berakibat fatal.
Dalam penelitian ini terapi oksigen hiperbarik sangat membantu klien dalam melakukan
proses perawatan untuk kesembuhan atas gigitan atau keracunan pada pasien. Tetapi banyak
masyarakat yang belum tau akan TOHB, sehingga kita sebagai tenaga medis khususnya
perawat perlu menjelaskan secara rinci kepada pasien akan hasil yang terjadi sebelum,
sesudah dan akan berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Lee JYL, Teoh LC, Leo SPM. Stonefish envenomation of the hand – a local marine hazard. A
series of 8 cases and review of the literature. Annals of the Academy of Medicine, Singapore
2014; 33:515–520
Little M. Stonefish (Synanceia species) sting. Emergency Medicine 2012; 2(4):5.
Sutherland SK, Tibballs J. Australian animal toxins: the creatures, their toxins and care of the
poisoned patient. South Melbourne: Oxford University Press, 2011.
Baromedical, (2016). “Terapi Oksigen Hiperbarik”. Jakarta: Kencana
Battisti AS, Haftel A, Murphy-Lavoie HM. Barotrauma. [Updated 2021 Jul 26]. In: StatPearls.
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482348/
Hopkins Medicine Staff. (2014). “Hyperbaric Oxygen Therapy For Wound Healing”.
http://www.hopkinsmedicine.org/healthlibrary/test-procedures/neurological/
hyperbaric_oxygen_therapy_for_wound_healing_135,44/