Anda di halaman 1dari 24

KELOMPOK 8

ASMARITA
JUNIYATI
MAISYARAH
PUTRI NURFITA FERA
SARIMAWATI
SITI ZAHARAH
SOFIA KARTIKA
WINDA ANGESIA

KONSELING PADA KLIEN

HIV/AIDS DAN PENYALAHGUNAAN NAPZA


KONSELING

• Suatu proses yang melibatkan dua orang yang


tidak ada hubungannya satu sama lain,bertemu
untuk memecahkan suatu masalah atau membuat
keputusan yang menyangkut prilaku dan
persoalan yang sangat pribadi
•Konseling HIV dan AIDS merupakan
komunikasi bersifat rahasia antara
klien dan konselor yang bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan
menghadapi stres dan mengambil
keputusan berkaitan HIV dan AIDS.
TUJUAN KONSELING

• Mencegah penularan HIV dengan cara mengubah perilaku\


• Mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi atau pengetahuan ODHA tentang faktor-faktor risiko
penyebab seseorang terinfeksi HIV
• Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis, psikologis, sosial, dan ekonomi
• Mengembangkan perubahan perilaku
ISI KONSELING

•Hubungan Interpersonal
•Mengompulkan Informasi
•Memberikan Informasi
•Menangani Masalah Tertentu
KOMPONEN KONSELING

• Materi
• Pendekatan psikoligis
• Keterampilan Komunikasi
KARAKTERISTIK KONSELING HIV AIDS

• Waktu
• Pribadi/Individual
• Rahasia
• Tidak menghakimi
• Dukungan emosi
• Mendorong klien membuat keputusan
Konseling dan tes HIV harus mengikuti prinsip
yang telah disepakati secara global yaitu 5
komponen dasar yang disebut 5C

• informed consent
• Confidentiality
• Counseling
• correct test results
• connections to care, treatment and prevention services
BENTUK-BENTUK BIMBINGAN KONSELING

• Konseling Individu
• Konseling Kelompok
PELAKSANAAN KONSELING DIBAGI
MENJADI 3
KONSELING PRE TEST
• Tujuanya agar klien paham semua aspek testing dari segi tekinik, medis,
social, psikologis, hukum dan kemungkinan semau hasil test
• Memahami HIV AIDS
• Memberikan semua informasi yang dibutuhkan
• Menjelaskan dan membuat persetujuan tertulis
• Menilai tingkat kerawanan pasien
• Mengkaji kemampuan klien menerima hasil
Tujuan Konseling Pre Test

• Klien memehami manfaat test


• Klien dapat menilai resiko dan memahami masalahnya
sendiri
• Kecemasan klien menurun
• Klien dapatmembuat rencana hidup sesuai dengan apa
yang dialaminya
• Klien memahami arti tes dan memutuskan tes atau tidak
1. KONSELING PRE TES
• Langkah-langkah dalam konseling pre tes
1. BHSP
2. Identifikasi latar belakang dan alasan untuk melakukan tes
3. Mengidentifikasi pemahaman klien tentang HIV AIDS dan tes HIV.
4. Menyediakan informasi tentang safer sex practices dan healthy lifesyle
practices
5. Memastikan apakah klien bersedia untuk melakukan tes antibodi HIV
Konseling Pre tes mempunyai 5 prinsip

• Motif pelaksanaan hasil tes


• Interpretasi hasil tes
• Estimasi hasil
• Membuat rencana jika didapatkan hasil
• Membuat keputusan
2. Pelaksanaan Tes HIV

 Tes HIV dilakukan setelah klien mendapat konseling pre


tes dan menandatangani informed consent
 Setelah klien mendapatkan informasi yang jelas melalui
konseling pra tes, maka konselor akan menjelaskan
mengenai pemeriksaan yang bisa dilakukan, dan meminta
persetujuan klien untuk dilakukan tes HIV. Setelah
mendapat persetujuan tertulis, maka tes dapat dilakukan.
Bila hasil tes sudah tersedia, hasil tes akan diberikan
secara langsung (tatap muka) oleh konselor.
3. PELAKSANAAN KONSELING POST TES
1. Hasil Test Negatif

- Arti dari test negative dan priode jendela


- Evaluasi Perubahan prilaku
- konselor tetap akan memberi pemahaman mengenai pentingnya menekan risiko HIV/AIDS
2. Hasil Test Positif
- Sampaikan secara tepat, pribadi dan rahasia
- Berikan peluang mencerna berita hasil test
- Atasi/berikan dukungan psikologis
- Informasi cara mengisi sisa hidup yang positif
- Memberi dukungan agar tetap semangat
- Konselor juga akan memberikan informasi tentang langkah berikutnya yang dapat diambil
3. Hasil Test meragukan
- Berikan pengertian arti meragukan
- Dukungan psikologis selama menunggu test ulang
Tujuan Konseling Post Test
1. Hasil Test Negatif
- Klien memahami arti priode jendela
- Klien membuat keputusan akan test ulang atau tidak
- Klien dapat mengemangkan pedoman praktis bagi dirinya untuk mengurangi
resiko melalui prilakunya
2. Hasil Test Positif
- Klien memahami dan menerima hasil test secara tepat
- Klien dapat menurunkan masalah psikologis dan emosi karena hasil test
- Klien dapat menyesuiakna kondisi dirinya dengan infeksi dan Menyusun
pemecahan masalah serta dapat menikmati hidupnya
- Klien dapat mengembangkan pedoman praktis bagi dirinya untuk mengurangi
resiko melalui prilakunya
PRINSIP KONSELING POST TEST HIV AIDS

• Menilai situasi psikososial klien terkini


• Menilai Kembali pemahaman klien
• Membaca hasil
• Dukung emosi klien
• Manajemen pemecahan masalah
KONSELING NAPZA

• Adalah suatu proses kegiatan rehabilitasi yang


harus dijalani setiap pengguna atau
penyalahguna narkoba baik secara medis
maupun sosial agar bisa terlepas dari
kecanduan / adiksi zat yang digunakan.
PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NAPZA

• Coba-coba
• Memiliki teman seorang pecandu NAPZA
• Pernah mengalami kekerasan
• Memiliki masalah dengan orang terdekat
• Mengalami masalah ekonomi
FASE KETERGANTUNGAN NAPZA

• Keinginan untuk terus mengkonsumsi obat terus-menerus, hingga


dirinya measa terpuaskan dalam sehari.
• Rasa ingin menggunakan NAPZA semakin kuat dan bisa membuat
pikiran tidak terkendali.
• Berjalannya penyalahgunaan NAPZAdosis yang digunakan
sebelumnya akan terasa kurang dan ingin meningkatkannya.
• Melakukan cara apapun untuk mendapatkan/membeli NAPZA.
• Muncul kebiasaan buruk selalu cek ktersedian NAPZA.
• Tanggung jawab pekerjaan tidak terpenuhi dan cenderung lalai
melakukan aktivitas lainnya.
• Tetap menggunakan NAPZA, walaupun sudah paham bahaya dan
dampak buruk yang bisa terjadi.
• Bisa melakukan aktivitas berbahaya yang bisa merugikan diri sendiri
atau orang lain.
• Rasa untuk pulih semakin sulit dan cenderung gagal untuk berhenti
menggunakan NAPZA.
• Banyaknya waktu yang terbuang percuma akibat penyalahgunaan,
membeli dan pemulihan.
TUJUAN KONSELING NAPZA
• Menyediakan fasilitas untuk membantu perubahan perilaku
penyalahguna.
• Meningkatkan kemampuan korban penyalahguna menghadapi segala
masalah dan memberikan motivasi untuk mengikuti program lainnya.
• Memberikan masukan-masukan positf untuk membantunya
menemukan tujuan hidupnya.
• Membantu individu menjalin hubungan antar pribadi seperti hubungan
dengan keluarga, masayarakat. Hal ini bisa mengoptimalkan proses
pemulihan berjalan dengan optimal.
• Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan, hal ini bisa
memotivasinya untuk hidup lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai