Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH MATERNITAS

“ INFEKSI MATERNAL”

KELOMPOK 2

Oleh :
KELOMPOK 1
1. AMINAH
2. HARNACALIS
3. NORA AGUSTINA SINURAT
4. PUTRI NURFITAFERA
5. SAPARMAYA ERIANTI

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN NON REGULER ANAMBAS


STIKES HANGTUAH TANJUNG PINANG
2022

INFEKSI MATERNAL Page 1


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YangMaha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Infeksi Maternal”  ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah Wasis
Pujiati,S.Kep,Ns,M.Kep

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis
peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan Infeksi Maternal, serta infomasi dari
JurnalPenelitian, tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar
matakuliahSistemReproduksi atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.

Kamiberharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Infeksi Matrenal,
khususnya bagi penulis.Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Kute Siantan, 20 Desember 2022

Kelompok 2

INFEKSI MATERNAL Page 2


DAFTAR ISI

Kata Pengantar..............................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 LatarBelakang.............................................................................................1
1.2 RumusanMasalah........................................................................................2
1.3 Tujuan.........................................................................................................2
BAB II Pembahasan
2.1 Infeksi Maternal..........................................................................................3
2.2 PenyakitMenularSeksual (PMS).................................................................4
2.2.1 Gonore............................................................................................7
2.2.2 Sifilis...............................................................................................10
2.3 Infeksi TORCH...........................................................................................16
2.3.1 Toksoplasmosis...............................................................................17
2.3.2 Other Infection (Hepatitis)..............................................................20
2.3.3 Rubella............................................................................................21
2.3.4 Citomegalovirus (CMV).................................................................23
2.3.5 Herpes.............................................................................................25
2.4 Human Papilomavirus................................................................................26
2.5 InfeksiTraktusGenetalia..............................................................................29
2.6 InfeksiPascapartum.....................................................................................32
2.6.1 Endometritis....................................................................................34
2.6.2 Mastitis............................................................................................36
2.7 Asuhan Keperawatan..................................................................................38
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan.................................................................................................40
3.2 Kritikdan Saran...........................................................................................40
Daftar Pustaka ..............................................................................................................41

INFEKSI MATERNAL Page 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan umumnya dianggap sebagai kondisi imunosupresi.Perubahan
respons imun dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan
infeksi.Selain itu, perubahan pada traktus genetalia juga mempengaruhi kerentanan.
Perubahan intravaginal ini, yang disertai peningkatan pH vagina, dapat menyebabkan
peningkatan kerentanan.
Kondisi immunosupresi itulah yang menyebabkan wanita hamil lebih beresiko
terkena infeksi.Diera Globalisasi saat ini sudah menjadi tren bahwa berhubungan seks
sudah biasa dilakukan sehingga mereka tidak memperhatikan efek dari tindakannya
tersebut.Tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di kalangan remaja dan
dewasa muda, terutama wanita, merupakan bukti bahwa masih rendahnya
pengetahuan remaja akan infeksi menular seksual. Wanita dalam hal ini sering
menjadi korban dari infeksi menular seksual.Hal ini mungkin disebabkan masih
kurangnya penyuluhan-penyuluhan yang diakukan oleh pemerintah dan badan-badan
kesehatan lainnya.
Tidak adanya mata pelajaran yang secara khusus mengajarkan dan
memberikan informasi bagi murid sekolah menengah atas, terutama siswi, juga
menjadi salah satu penyebab tingginya angka kejadian infeksi menular seksual di
kalangan remaja.Tidak hanya mengenai infeksi menular seksual saja infeksi-infeksi
yang terjadi pada wanita juga jarang sekali diajarkan sehingga alasan inilah yang
membuat kami menyusun makalah ini yang berjudul ‘’INFEKSI MATERNAL’’.

INFEKSI MATERNAL Page 4


1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka  penulis mengemukakan beberapa rumusan
masalah. Rumusan masalah itu antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Maternal?
2. Apa yang dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual?
3. Apa yang dimaksud dengan Infeksi TORCH?
4. Apa yang dimaksud dengan Human Papilomavirus?
5. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Traktus Genetalia?
6. Apa yang dimaksud dengan Infeksi Pascapartum?

1.3 Tujuan
Tujuan berdasarkan rumusan masalah diatas antara lain :
1. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infeksi Maternal?
2. Menjelaskan yang dimaksud dengan Penyakit Menular Seksual?
3. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infeksi TORCH?
4. Menjelaskan yang dimaksud dengan Human Papilomavirus?
5. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infeksi Traktus Genetalia?
6. Menjelaskan yang dimaksud dengan Infeksi Pascapartum?

INFEKSI MATERNAL Page 5


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 INFEKSI MATERNAL


Infeksi dalam kehamilan bertanggung jawab untuk morbiditas dan mortalitas
signifikan.Beberapa akibat infeksi maternal berlangsung seumur hidup, seperti
infertilitas dan sterilitas akibat psikososial dapat meliputi perubahan interpersonal dan
penurunan harga diri. Kondisi-kondisi lain, seperti infeksi yang didapat secara
kongenital, seringkali mempengaruhi lama dan kualitas hidup.
Kehamilan umumnya dianggap sebagai kondisi imunosupresi.Perubahan
respons imun dalam kehamilan dapat menurunkan kemampuan ibu melawan
infeksi.Selain itu, perubahan pada traktus genetalia juga mempengaruhi kerentanan.
Perubahan intravaginal ini, yang disertai peningkatan pH vagina, dapat menyebabkan
peningkatan kerentanan
Pendidikan dan konseling merupakan aspek-aspek penting perawatan untuk
mencegah infeksi maternal.Ibu-ibu remaja memiliki resiko tinggi akibat awitan
senggama yang lebih dini dan kemungkinan mereka berhubungan dengan banyak
pasangan. Tren yang berkembang belakangan ini, yakni melakukan hubungan seks
untuk memperoleh obat, juga menyebabkan peningkatan frekuensi infeksi diantara
penduduk desa, wanita miskin, dan wanita minoritas

Etiologi

- Imunosupresi : pada wanita hamil imunitas menurun sehingga mudah terjadi


infeksi maternal

- Virus : virus

- Bakteri : Bakteri

- Jamur :

INFEKSI MATERNAL Page 6


- perubahan anatomi traktus genatalia : serviks mengalami hipertrofi, dan semakin
luas daerah epitel kolumnar pada ektoserviks yang terpajan mikroorganisme.
Perluasan ektopi serviks selama kehamilan mengakibatkan mudahnya terkena
infeksi.

- seks bebas : seks bebas juga akan beresiko terkena infeksi. Berhubungan seks
dengan orang yang terinfeksi akan mengakibatkan timbulnya infeksi.

- Perubahan hormon : hormon estrogen

- Transfusi darah

- Gaya Hidup : gaya hidup yang beresiko terinfeksi seperti memakai pakaian teman,
memakai handuk bersama, dan lain-lain

- Jarum suntik : menggunakan jarum suntik yang tidak steril dan bergantian juga
akan beresiko terkena infeksi

2.2 PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


Istilah Penyakit Menular Seksual (PMS) mencerminkan definisi setiap mikroba
yang ditularkan seseorang kepada orang lain melalui kontak yang dekat dan intim
(Spense, 1989).Seksual relatif sering terjadi pada kehamilan, terutama pada penduduk
perkotaan, prostitusi mewabah.Penapisan, identifikasi, edukasi dan terapi merupakan
konmponen penting pada perawatan prenatal wanita yang beresiko tinggi mengidap
penyakit ini. Penyakit menular seksual yang sering diperiksa adalah siflis, gonorea,
klamidia, herpes, HIV, dan HPV (Cunningham,2005).
2.2.1 Gonore
Etiologi
Gonore disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae, suatu bakteri jenis
diplokokus. Meskipun gonore merupakan suatu PMS , penyakit ini juga
ditularkan melalui kontak langsung dengan lesi terinfeksi dan secara tidak
langsung melalui benda mati atau fomites. Penularan sendiri (self-
inoculation) sering terjadi melalui tangan yang terkontaminasi.

INFEKSI MATERNAL Page 7


Manifestasi Klinis

Gonore seringkali hanya menimbulkan gejala ringan pada wanita


atau muncul secara tak terduga di traktus genetalia bagian bawah. Periode
inkubasi ialah dua sampai lima hari. Gejala infeksi pada traktus
urogenetalia bagian bawah mencakup dysuria disertai poliuria dan sering
berkemih (frequency), rabas purulent hijau kuning dalam jumlah banyak di
os servikalis, nyeri tekan di servikal, vulvovaginitis, bartolinitis, menoragia,
dispareunia dan perdarahan antara masa haid dan pasca partum. Nyeri pada
abdomen bawah, nyeri tekan pada serviks, mual dan muntah menyertai
gejala. Daerah yang paling sering terinfeksi adalah serviks. Pada
pemeriksaan, serviks tampak hipereremis dan erosi dan secret
mukoporulen.

Infeksi anorektal didiagnosis melalui adanya peradangan local, rasa


terbakar saat berkemih, dan pruritus.Infeksi orofaring dapat terjadi tanpa
gejala atau mengakibatkan peradangan dan sakit tenggorokan.

Dampak Pada Kehamilan

Infeksi gonorrhea pada kehamilan tidak menimbulkan kelainan


kongenital, tetapi menyebabkan infeksi terutama pada mata dan
menimbulkan konjungtivitis dan dapat menyebabkan kebutaan jika
pengobatannya terlambat.

Infeksi ini sering ditemukan pada trimester pertama sebelum korion


berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri.Pada tahap lanjut,
Neisserioniria gonorrhea diasisiasikan dengan rupture membrane frematur,
kelahiran premature, korioamnionitis, dan infeksi pasca persalinan.Oleh
karena itu, untuk perempuan hamil dengan resiko tinggi dianjurkan untuk
dilakukan skrining terhadap infeksi gonore pada saat datang untuk pertama
kali antenatal dan juga trimester ketiga kehamilan. Dosis dan obat- obat
yang diberikan tidak berbeda dengan keadaan tidak hamil.( Prawirohardjo
dkk,2008)

INFEKSI MATERNAL Page 8


Pemeriksaan Penunjang

Kultur uretra dan urin dan kultur specimen vagina dan VDRL.

Komplikasi

Komplikasi pada ibu gonore yang tidak diobati meliputi


endometritis gonokokus, salpingitis akutatau penyakit radang panggul
(PRP), dermatitis, dan arthritis. PRP yang simptomatik ataupun
asimptomatik dapat mengakibatkan jaringan parut pada tuba sehingga
menyebabkan infertilitas atau kehamilan ektopik.

Infeksi gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan pelvic


inflammatory disease (PID). Infeksi ini sering ditemukan pada trimester
pertama sebelum korion berfusi dengan desidua dan mengisi kavum uteri.
Pada tahap lanjut, nneisseria gonorrhoeae diasosiasikan dengan ruptur
membran yang prematur , kelahiran prematur, korioamnionitis, dan infeksi
pasca persalinan. Konjungtivitis gonokokal (ophthalmia neonatorum),
manifestasi tersering infeksi perinatal, umumnya ditransmisikan melalui
plasenta. Jika tidak diterapi, kondisi ini dapat mengarah pada perforasi
kornea dan panoftalmitis. Infeksi neonatal lainya yang lebih jarang
termasuk meningitis sepsis diseminata dengan artritis serta infeksi genital
dan rektal.

Terapi Farmakologi

Semua pasangan seksual harus diobati dengan antibiotik, perempuan


hamil diobati dengan cefixime secara oral atau ceftriaxone melalui injeksi
dikombinasikan dengan amoxicillin dan pihak yang terinfeksi harus
berpantang dari hubungan seksual hingga kultur menunjukkan bahwa
infeksi telah sembuh dan penggunaan kondom dianjurkan saat melakukan
hubungan seksual.

Dosis : Cefixime 400 mg/oral, ceftriaxone 250 mg (intramuscular).


Bila terjadi konjungtivitis gonore pada neonatus, pengobatan dianjurkan

INFEKSI MATERNAL Page 9


adalah ceftriaxone 50-100 mg/kg BB, intramuscular dosis tunggal dengan
dosis maksimum 125 mg.

Terapi Non Farmakologi

 Monitor Input dan output


 Kolaborasi pemberian Diit nutrisi
 Instruksikan klien tentang pentingnya menyelesaikan seluruh aturan
terapi antibiotic
 Tekankan bahwa kegagalan untuk menangani pasangan akan
mengakibatkan infeksi berulang
 Tekankan pentingnya mengobati pasangan seksual dan pantang
melakukan hubungan seksual hingga pengobatan diselesaikan

2.2.2 Sifilis
Etiologi
Sifilis disebabkan oleh spirokaeta Treponema Pallidum setelah suatu
periode inkubasi beberapa minggu.Sifilis umumnya ditularkan lewat kontak
namun juga dapat secara vertical pada masa kehamilan.Pada kehamilan
gejala klinik tidak banyak berbeda dengan keadaan tidak hamil.Tranmisi
treponema dari ibu kejanin umumnya terjadi setelah plasenta terbentuk
utuh, kira – kira sekitar umur kehamilan 16 minggu,oleh karena itu bila
sifils primer atau sekunder ditemukan pada 16 minggu, kemungkinan untuk
timbulnya sifilis congenital lebih memungkinkan.

Manifestasi Klinis

Lesi awal berupa papul berindurasi yang tidak nyeri, kemudian


permukaanya mengalami nekrosis dan ulserasi dengan tepi yang meninggi,
teraba keras, dan berbatas tegas. Jumlah ulserasi biasanya satu namun dapat
juga multiple.

INFEKSI MATERNAL Page 10


Lesi sekunder ditandai dengan malaise, demam, nyeri kepala,
limfadenopati generalisata, ruam generalisata dengan lesi di palmar, plantar,
mukosa oral atau genital, kondiloma nata didaerah intertrigenosa dan
alopesia. Lesi kulit biasanya simetris, dapat berupa makula, papula,
papuloskuamosa dan pustul yang jarang disertai keluhan gatal.

Dampak Kehamilan

Jika sifilis ditularkan melalui plasenta, pertumbuhan dalam uterus


akan terhambat, kelahiran premature atau lahir mati dapat terjadi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan serologi tidak spesifik yang digunakan untuk tujuan


skrining, terdiri dari dua tipe yakni : fiksasi komplemen
(Kolmer,Wasserman) dan flokulasi (Kahn,reagen plasma cepat (RPR :
Rapid Plasma Reagin), Laboratoium Riset Penyakit Hubungan seksual
(Venereal Disease Research Laboratories). Hasil pemeriksaan VDRL
positif baru dapat dilihat pada hari ke 10 sampai ke 90 setelah
infeksi.Dengan demikian, infeksi sudah terjadi walaupun hasil VDRL
negative.

Pemeriksaan spesifik adanya antigen treponema lebih mahal dan


digunakan untuk diagnosis banding.Pemeriksaan ini mencakup imobilisasi
T. Palidum (TPI), absorpsi antibody treponema fluoresen (FTA-ABS),
immunoglobulin M (FTA-ABS IgM).

Komplikasi

Sifilis tersier terjadi pada 1/3 pasien yang tidak diobati. Fase ini
dapat terjadi sejak beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah fase laten
dimulai. T. Pallidum menginvasi dan menimbulkan kerusakan pada sistem
kardiovaskular, mata, kulit, serta orang lain. Pada sistem kaardiovaskular
dapat terjadi aneurisme aorta dan endokarditis.

INFEKSI MATERNAL Page 11


Terapi Farmakologi

Penisilin dipilih untuk pengobatan sifilis. Pada individu yang alergi


terhadap penisilin, pilihan lain mencakup tetraksiklin atau doksisilin,
eritromisin, dan ceftriaxone. Tetraksiklin dikontraindikasikan pada
kehamian karena efek obat-obatan itu pada fungsi hati ibu dan pada
perubahan warna gigi, serta penurunan pertumbuhan tulang pada janin.

Alternatif pengobatan bagi yang alergi terhadap penisilin dan tidaak


hamil dapat diberi doksisiklin per oral, 2x100 mg/hari selama 30 hari atau
tetrasiklin per oral 4 x 500 mg/hari selama 30 hari. Alternatif pengobatan
bagi yang alergi terhadap penisilin dan dalam keadaan hamil, sebaiknya
tetap diberi penisilin dengan cara desensitisassi, bila tidak memungkinkan
pemberian eritromisin peroral 4x500mg/hari selami 30 hari dapat
dipertimbangkan. Untuk semua bayi yang baru lahir dari ibu yang sepositif
agar diberi pengobatan benzatinpenisilin 50.000 IU/kg dosis tunggal
intramuskular. Untuk memonitor hasil pengobatan dilakukna pemeriksaaan
serologi non treponemal 1 bulan, 3 bulan, 6 bualan, 1 tahun, dan 2 tahun
setelah pengobatan selesai.

Terapi Non Farmakologi

 Ajarkan pentingnya menggunakan alat pencegahan seperti kondom


untuk mencegah menyebarnya PMS
 Peroleh specimen untuk kultur dan pengobatan
 Tekankan pentingnya menobati pasangan seksual dan pantang
melakukan hubungan seksual hingga pengobatan diselesaikan
2.2.3 Kondiloma Akuminata

Kondiloma adalah kutil yang berlokasi di area genital (uretra,

genital dan rektum). Kondiloma merupakan penyakit menular seksual dan

berpengaruh buruk bagi kedua pasangan. Masa inkubasi dapat terjadi

sampai beberapa bulan tanpa tanda dan gejala penyakit. Biasanya lebih

banyak selama masa kehamilan dan ketika terjadi pengeluaran cairan yang

INFEKSI MATERNAL Page 12


berlebihan dari vagina. Meskipun sedikit, kumpulan bunga kol bisa

berkembang dan sebagai akibatnya adalah akumulasi bahan – bahan

purulen pada belahan – belahan, biasanya berbau tidak sedap warnanya abu

– abu, kuning pucat atau merah muda.

Kondiloma akuminata merupakan tonjolan – tonjolan yang berbentuk bunga


kol atau kutil yang meruncing kecil yang bertumbuh kembang sampai membentuk
kelompok yang berkembang terus ditularkan secara seksual. Kondiloma
akuminata dijumpai pada berbagai bagian penis atau biasanya didapatkan melalui
hubungan seksual melewati liang rectal disekitar anus, pada wanita dijumpai pada
permukaan mukosa pada vulva, serviks, pada perineum atau disekitar anus..

Kondiloma sering kali tampak rapuh atau mudah terpecah, bisa terssebar
multifocal dan multisentris yang bervariasi baik dalam jumlah maupun ukurannya.
Lesinya bisa sangat meluas sehingga dapat menguasai penampakan normal dan
anatomi pada genitalia. Daerah tubuh yang paling umum adalah frenulum, korona,
glans pada pria dan daerah introitus posterior pada wanita.

1. GEJALA DAN TANDA YANG SERING MUNCUL

 Kondiloma akuminata sering muncul didaerah yang lembab, biasanya pada penis,
vulva, dinding vagina dan dinding serviks dan dapat menyebar sampai daerah
perianal.
 Berbau busuk
 Warts/kutil memberi gambaran merah muda, flat, gambaran bunga kol
 Pada pria dapat menyerang penis, uretra dan daerah rektal. Infeksi dapat dormant
atau tidak dapat dideteksi, karena sebagian lesi tersembunyi didalam folikel
rambut atau dalam lingkaran dalam penis yang tidak disirkumsisi.
 Pada wanita condiloma akuminata menyerang daerah yang lembab dari labia
minora dan vagina. Sebagian besar lesi timbul tanpa simptom. Pada sebagian
kasus biasanya terjadi perdarah setelah coitus, gatal atau vaginal discharge

INFEKSI MATERNAL Page 13


 Ukuran tiap kutil biasanya 1-2 mm, namun bila berkumpul sampai berdiameter 10,
2 cm dan bertangkai. Dan biasanya ada yang sangat kecil sampai tidak
diperhatikan. Terkadang muncul lebih dari satu daerah.
 Pada kasus yang jarang, perdarahan dan obstruksi saluran kemih jika virus
mencapai saluran uretra
 Memiliki riwayat kehidupan seksual aktif dengan banyak pasangan.

2. ETIOLOGI

Virus DNA golongan Papovavirus, yaitu: Human Papilloma Virus (HPV). HPV
tipe 6 dan 11 menimbulkan lesi dengan pertumbuhan (jengger ayam). HPV tipe 16,
18, dan 31 menimbulkan lesi yang datar (flat). HPV tipe 16 dan 18 seringkali
berhubungan dengan karsinoma genitalia (kanker ganas pada kelamin).

3. PATOFISIOLOGI

HPV merupakan kelompok virus DNA double-strand. Sekitar 30 jenis HPV dapat
menginfeksi traktus anogenital. Virus ini menyebabkan lokal infeksi dan muncul
sebagai lesi kondiloma papilomatous. Infeksi HPV menular melalui aktivitas seksual.
HPV yang berhubungan dengan traktus genital dibagi dalam kelompok resiko rendah
dan resiko tinggi yang didasarkana atas genotipe masing-masing. Sebagian besar
kondiloma genital diinfeksi oleh tipe HPV-6 atau HPV-11. Sementara tipe 16, 18, 31,
33, 45, 51, 52, 56, 68, 89 merupakan resiko tinggi.
Papiloma virus bersifat epiteliotropik dan reflikasinya tergantung dari adanya epitel
skuamosa yang berdeferensisasi. DNA virus dapat ditemui pada lapisan bawah epitel,
namun struktur protein virus tidak ditemukan. Lapisan basal sel yang terkena ditandai
dengan batas yang jelas pada dermis. Lapisan menjadi hiperplasia (akantosis), pars
papilare pada dermis memanjang. Gambaran hiperkeratosis tidak selalu ada, kecuali
bila kutil telah ditemui pada waktu yang lama atau pengobatan yang tidak berhasil,
dimana stratum korneum hanya mengandung 2 lapisan sel yang parakeratosis.
Koibeytes terpancar – pencar keluar dari lapisan terluar dari kutil genialia. Merupakan

INFEKSI MATERNAL Page 14


sel skuamosa yang zona mature perinuclear yang luas dibatasi dari peripheral
sitoplasma. Intinya bisa diperluas dan hyperchromasi, 2 atau lebih nuclei / inti bisa
terlihat. Penelitian ultrastruktural menunjukkan adanya partikel – partikel virus pada
suatu bagian nuclei sel. Koilositosis muncul untuk menunjukkan kembali suatu efek
cytopathic spesifik dari HPV.

Hubungan seksual

Kontak dengan HPV

I. Pathway
PV 6 & 11 masuk melalui
mikro lesi

Penetrasi melalui kulit

Ditumpangi oleh patogen Mikroabrasi permukaan epitel

HPV masuk lapisan basal


Keputihan Respon radang
disertai infeksi
mikrorganisme
Mengambil alih DNA
Merangsang mediator
kimia: histamin
Bau, berwarna
kehijauan HPV naik ke epidermis
Stimulasi saraf perifer

Gatal dan terasa Bereplikasi


terbakar Menghantarkan pesan
gatal ke otak
Tidak terkendali
Tidak nyaman saat Impuls elektronikimia (gatal)
melakukan sepanjang nervus ke dorsal
hubungan seksual spinal cord Nodul kemerahan di
sekitar genitalia

Gangguan pola Thalamus


fungsi seksual
Penumpukan nodul merah Gangguan citra
Korteks (intensitas) dan membentuk seperti bunga kol
lokasi gatal dipersepsikan diri

Persepsi gatal Gang. Integritas


INFEKSI MATERNAL Page 15 Pecah/muncul lesi
kulit

Gangguan rasa
nyaman : Gatal Lesi terbuka, terpajan
mikroorganisme
Pelepasan virus
bersama sel epitel

Resti
penularan

Kehamilan

Daerah vulva yang Perubahan Hormon dan


lembab dan basah penurunan imunitas

Perkembangan papiloma virus

Kondolima akuminata

Resiko penularan terhadap Resiko Penyulit persalinan


bayi

Persalinan Normal Sectio Caesar


Jaringan terputus

Robekan jalan lahir Kelahiran anggota


keluarga baru
Diskontinuitas jaringan Terbukanya port de
entri kuman Pos partum peran
Menerima nifas Luka Post op
Merangsang area
Pelepasan mediator baru dalam keluarga
sensorik
inflamasi Resiko infeksi
INFEKSI MATERNAL Page 16 Perubahan menjadi
Ambang nyeri menurun orangtua
Nyeri
Nyeri
Kondiloma akuminata dibagi dalam 3 bentuk:

1. Bentuk akuminata

Terutama dijumpai pada daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai
dengan permukaan berjonjot seperti jari. Beberapa kutil dapat bersatu membentuk
lesi yang lebih besar sehingga tampak seperti kembang kol. Lesi yang besar ini
sering dijumpai pada wanita yang mengalami fluor albus dan pada wanita hamil,
atau pada keadaan imunitas terganggu.

2. Bentuk papul

Lesi bentuk papul biasanya didapati di daerah dengan keratinisasi sempurna,


seperti batang penis, vulva bagian lateral, daerah perianal dan perineum. Kelainan
berupa papul dengan permukaan yang halus dan licin, multipel dan tersebar secara
diskret.

3. Bentuk datar

Secara klinis, lesi bentuk ini terlihat sebagai makula atau bahkan sama sekali tidak
tampak dengan mata telanjang, dan baru terlihat setelah dilakukan tes asam asetat.
Dalam hal ini penggunaan kolposkopi sangat menolong.

4. EPIDEMIOLOGI

 Ras : tidak ada perbedaan


 Jenis kelamin : pria 13%, wanita 9%, pernah mengidap kondiloma akuminata
 Umur : kebanyakan wanita aktif seksual dibawah usia 25 tahun

Karena penyakit ini tidak dilaporkan dari spesialis lain atau praktek umum, maka
peningkatan substansial pada jumlah kasus baru sepanjang dekade terakhir dan
tingkat kejadian sekarang kira – kira telah 2 kali lebih banyak dari laporan kejadian
sebelumnya. Dewasa ini kutil kelamin adalah penyakit PMS viral yang paling
umum, 3 kali banyaknya dari herpes genital dan tingkat kejadian hanya dilampaui
oleh GO dan infeksi chlamidya.

INFEKSI MATERNAL Page 17


6. FAKTOR-FAKTOR RESIKO

1. Aktivitas Seksual

Kondiloma akuminata atau infeksi HPV sering terjadi pada orang yang
mempunyai aktivitas seksual yang aktif dan mempunyai pasangan seksual lebih
dari 1 orang (multiple). Winer et al., pada penelitiannya menunjukkan bahwa
mahasiswi-mahasiswa yang sering bergonta-ganti pasangan seksual dapat terinfeksi
HPV melalui pemeriksaan DNA. Wanita dengan lima atau lebih pasangan seksual
dalam lima tahun memiliki resiko 7,1% mengalami infeksi HPV (anogenital warts)
dan 12,8% mengalami kekambuhan dalam rentang waktu tersebut. Pada penelitian
yang lebih luas, WAVE III yang melibatkan wanita berusia 18-25 tahun yang
memiliki tiga kehidupan seksual dengan pasangan yang berbeda berpotensi untuk
terinfeksi HPV.

2. Penggunaan Kontrasepsi

Penelitian pada 603 mahasiswa yang menggunakan alat kontrasepsi oral


ternyata menunjukkan adanya hubungan terjadinya infeksi HPV pada servik.
Namun hubungan pasti antara alat kontrasepsi oral dengan angka kejadian
terjadinya kondiloma akuminata masih menjadi perdebatan di dunia.

Amo, 2005 mengemukakan bahwa kontrasepsi hormonal berasosiasi kuat dan


meningkatkan risiko terinfeksi KA pada perempuan, yaitu sebesar 19,45; 95% CI :
2,45 – 154,27 7. Penelitian lain menemukan bahwa kontrasepsi oral berisiko
sebesar 1,7; 95% CI : 1,3 – 2,2 untuk terjadinya KA.

3. Merokok

Hubungan antara merokok dengan terjadinya kondiloma akuminata masih


belum jelas. Namun pada penelitian ditemukan adanya korelasi antara terjadinya
infeksi HPV pada seviks dengan penggunaan rokok tanpa filter (cigarette) dengan
cara pengukuran HPV DNA.

INFEKSI MATERNAL Page 18


PSK di Spanyol yang berumur 25 tahun ke atas dan tidak merokok mempunyai
risiko yang rendah untuk terjadinya KA (OR 0,33; 95% CI : 0,17 – 0,63)
dibandingkan pada PSK berumur < 25 tahun dan merokok (OR 2,28; 95% CI : 1,36
– 3,8) 7. Moscicki (2001) melaporkan kebiasaan merokok berisiko terinfeksi KA
sebesar 1,50; 95% CI : 0,77 – 2,94 5. Namun, kedua penelitian ini belum bisa
menunjukkan adanya hubungan dosis respon merokok terhadap terjadinya KA.
Penelitian oleh Wen, dapat membuktikan bahwa kebiasaan merokok 10 batang
rokok per hari berisiko 2 kali terinfeksi KA dibandingkan pada non perokok (95%
CI : 1,7 – 3,7)15. Sedangkan Minerd (2006) memaparkan bahwa kebiasaan
merokok pada penderita HIV positif berisiko 3,9 kali lebih besar terinfeksi KA

4. Kehamilan

Penyakit ini tidak mempengaruhi kesuburan, hanya pada masa kehamilan


pertumbuhannya makin cepat, dan jika pertumbuhannya terlalu besar dapat
menghalangi lahirnya bayi dan dapat timbul perdarahan pasca persalinan. Selain itu
dapat juga menimbulkan kondiloma akuminata atau papilomatosis laring (kutil
pada saluran nafas) pada bayi baru lahir.

5. Imunitas

Kondiloma juga sering ditemukan pada pasien yang immunocompromised


(misal : HIV). Imunitas tubuh berperan dalam pertahanan tubuh terhadap HPV.
Imunitas tubuh yang rendah berisiko 1,99 kali lebihbesar (95% CI : 1,17 – 3,37)
untuk terinfeksi KA. Imunitas tubuh terhadap KA dapat juga diperoleh dari vaksin
HPV, namun efektifitas vaksin HPV ini masih dalam tahap penelitian

7. KOMPLIKASI

KA merupakan IMS yang berbahaya karena dapat menyebabkanterjadinya


komplikasi penyakit lain yaitu :

a. Kanker serviks

Lama infeksi KA meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks. Moscicki,


2001 melaporkan bahwa risiko tertinggi terkena kanker serviks adalah pada kasus

INFEKSI MATERNAL Page 19


infeksi KA selama 1 – 2 tahun (RH 10,27; 95% CI : 5,64 – 18,69). Risiko ini
menurun pada infeksi KA selama < 1 tahun (RH 7,4; 95% CI : 4,74 – 11,57) dan
infeksi KA selama 2 – 3 tahun RH 6,11; 95% CI : 1,86 – 20,06 5. Kanker serviks
merupakan penyebab kematian kedua pada perempuan karena kanker di negara
berkembang dan penyebab ke 11 kematian pada perempuan di AS. Tahun 2005,
sebanyak 10.370 kasus kanker serviks baru ditemukan dan 3.710 diantaranya
mengalami kematian 7,10.

b. Kanker genital lain

Selain menyebabkan kanker serviks, KA juga dapat menyebabkan kanker


genital lainnya seperti kanker vulva, anus dan penis 4-7.

c. Infeksi HIV

Seseorang dengan riwayat KA lebih berisiko terinfeksi HIV 7.

d. Komplikasi selama kehamilan dan persalinan

KA selama masa kehamilan, dapat terus berkembang membesar di daerah


dinding vagina dan menyebabkan sulitnya proses persalinan. Selain itu, kondisi KA
dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga terjadi transmisi penularan
KA pada janin secara tenggorokannya 4,6.

8. KONDILOMA SELAMA KEHAMILAN

a. Kehamilan dan kondiloma acuminata/HPV

Wanita yang terpapar HPV selama kehamilan memiliki kekhawatiran bahwa virus
ini akan membahayakan bayi mereka. Dalam kebanyakan kasus HPV tidak
mempengaruhi perkembangan janin.

b. Pengaruh kondiloma selama kehamilan

Jika seorang wanita terpapar kondiloma selama kehamilan, maka


kondiloma akan cepat berkembang, kemungkinan karena terjadi pengeluaran cairan
vagina berlebih yang membuat lingkungan yang baik untuk virus, perubahan
hormonal atau penurunan kekebalan tubuh.

INFEKSI MATERNAL Page 20


c. Pengaruh kondiloma acuminata/HPV terhadap bayi

HPV tidak mempengaruhi kehamilan dan kesehatan bayi secara langsung.


Resiko transmisi virus ini terhadap bayi sangat rendah.

Jika bayi terpapar virus saat kehamilan atau saat melahirkan maka transmisi
ini bisa menyebabkan terjadinya perkembangan wart/kutil pada korda vokalis dan
kadang pada daerah lain pada infan atau anak-anak. Kondisi ini disebut recurrent
respiratory papillomatous (RRP), hal ini sangaat berbahaya, namun hal ini sangat
jarang terjadi.

d. Pengaruh kandiloma acuminata bagi persalinan

Menurut Sinal, Woods (2005), melahirkan melalui jalan lahir dari vagina
yang terinfeksi dapat menyebabkan lesi (semacam luka) di pernafasan bayi. Kutil
kelamin memang ditularkan ke bayi baru lahir atau pasangannya, dan ada
kemungkinan untuk berulang (kambuh)

Untuk alasan-alasan yang tidak diketahui, kutil genital sering meningkat


jumlah dan ukurannya selama kehamilan, terkadang memenuhi vagina atau
menutupi perineum sehingga pelahiran pervaginam atau episiotomi sulit dilakukan

1. Kemungkinan keadaan basah daerah vulva pada saat kehamilan merupakan


kondisi yang bagus untuk pertumbuhan virus
2. Adanya perubahan endokrin dan imunitas pada kehamilan juga dapat
mempengaruhi pertumbuhan kondiloma akuminata Pada kehamilan
trimester akhir, kondiloma akuminata sangat kering, mudah rusak dan
berdarah. Selama hamil, virus bereplikasi cepat dan dapat menyebabkan
tumor
3. Penelitian juga melaporkan selama kehamilan prevalensi kondiloma
akuminata meningkat dari trimester 1-3 dan secara signifikan akan
mengalami penurunan pada periode post partum.

Pada persalinan dengan Condyloma genital, adanya candyloma beresiko:


1. Risiko penularan ke anaknya kalau dilahirkan melalui vagina.

INFEKSI MATERNAL Page 21


2. Risiko terjadi perdarahan bila dilahirkan melalui vagina, yaitu bila jaringan yang
mengalami infeksi condyloma itu mengalami ruptur (mudahnya robek), bisa
menimbulkan perdarahan banyak.
Karena risiko itulah, dipertimbangkan untuk lebih baik dilahirkan melalui sesar.

e. Aktivitas

Tidak ada restriksi kecuali menghindari hubungan seksual

f. Diet

Tidak ada restriksi, namun sebaiknya mengkonsumsi nutrisi yang seimbang


pada program dietari untuk memastikan ibu mendapatkan sitem imun yang optimal.

Dietari program

 Sangat penting

1. vitamin B-kompleks, penting untuk multiplikasi sel

2. vitamin C, antiviral

 Penting
1. L-Cystein, suplai sulfur, sebagai preventasi dan perawatan kutil
2. Vitamin A, menormalkan kulit dan epitel membran
3. vitamin E, meningkatkan aliran darah dan membantu perbaikan jaringan
4. Zinc, meningkatkan imunitas tubuh melawan virus

INFEKSI MATERNAL Page 22


2.3 INFEKSI TORCH
Toksoplasmosis, other infection (mis., hepatitis), rubella virus, cytomegalovirus,
and herpes simplex viruses, yang secara korelatif dikenal sebagai infeksi TORCH
adalah suatu kelompok organisme yang mampu menembus plasenta dan
mempengaruhi perkembangan janin.Ibu hamil yang terinfeksi TORCH berisiko tinggi
menularkan kepada janinnya yang bisa menyebabkan cacat bawaan.

Cara Penularan TORCH

 Makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi
(mengandung sista), misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi,
ayam, kelinci dan lainnya.
 Hubungan seksual antara pria dan wanita juga bisa menyebabkan menularnya
TORCH. Misalnya seorang pria terkena salah satu penyakit TORCH kemudian
melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita (padahal sang wanita
sebelumnya belum terjangkit) maka ada kemungkinan wanita tersebut nantinya
akan terkena penyakit TORCH sebagaimana yang pernah diderita oleh lawan
jenisnya.
 Ibu hamil yang kebetulan terkena salah satu penyakit TORCH ketika
mengandung maka ada kemungkinan juga anak yang dikandungnya terkena
penyakit TORCH melalui plasenta.
 Air Susu Ibu (ASI) juga bisa sebagai penyebab menularnya penyakit TORCH.
Hal ini bisa terjadi seandainya sang ibu yang menyusui kebetulan terjangkit
salah satu penyakit TORCH maka ketika menyusui penyakit tersebut bisa
menular kepada sang bayi yang sedang disusuinya.
 Faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya penularan pada manusia,
antara lain adalah kebiasaan makan sayuran mentah dan buah - buahan segar
yang dicuci kurang bersih, makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu,
mengkonsumsi makanan dan minuman yang disajikan tanpa ditutup, sehingga
kemungkinan terkontaminasi oosista lebih besar.

2.3.1 Toksoplasmosis

INFEKSI MATERNAL Page 23


Toksoplasmosis adalah suatu infeksi protozoa yang timbul akibat
mengkonsumsi daging mentah atau tidak mencuci tangan sewaktu
menyiapkan daging mentah atau terinfeksi kotoran kucing.Penularan
toxoplasma adalah sebagai berikut, hewan yang terinfeksi toxoplasma
hanya menyebarkan ookista dalam jangka waktu tertentu, yaitu sekitar 10
hari sejak terinfeksi.Setelah 10 hari jumlah ookista yang disebarkan
biasanya sangat sedikit dan mempunyai resiko penularan yang sangat
kecil.Manusia atau hewan dapat tertular bila menelan kista atau ookista
toxoplasma.Kista atau ookista ini bersifat seperti telur. Telur yang tertelan
tersebut akan menetas dan berkembang di dalam tubuh hewan atau
manusia. Kista tersebut dapat hidup dalam otot (daging) manusia dan
berbagai hewan lainnya.Penularan juga dapat terjadi bila hewan atau
manusia tersebut memakan daging mentah atau daging setengah matang
yang mengandung kista toxoplasma.Kista toxoplasma juga dapat hidup di
tanah dalam jangka waktu tertentu (bisa sampai 18 bulan).Dari tanah ini
toxoplasma dapat menyebar melalui hewan, tumbuh-tumbuhan atau sayuran
yang kontak dengan kista tersebut.

Manifestasi Klinik

Pada umumnya, infeksi Toxoplasma terjadi tanpa disertai gejala


yang spesifik.Kira-kira hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang
disertai gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise,
demam, dan umumnya tidak menimbulkan masalah.Infeksi Toxoplasma
berbahaya bila terjadi saat ibu sedang hamil atau pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh terganggu (misalnya penderita AIDS, pasien transpalasi
organ yang mendapatkan obat penekan respon imun).

Dampak Pada Kehamilan

 Pada wanita hamil, toksoplasma berdampak signifikan yaitu bisa


mengakibatkan keguguran dan cacat.
 Bayi yang terinfeksi toksoplasma akan mengalami gangguan fungsi
saraf yang mengakibatkan keterlambatan perkembangan psikomotor

INFEKSI MATERNAL Page 24


dalam bentuk gangguan kecerdasan maupun keterlambatan
perkembangan bicara, serta kejang kejang dan kekakuan yang akhirnya
menimbulkan keterlambatan motorik. Toksoplasma juga berpotensi
menyebabkan cacat bawaan, terutama bila terjadi pada usia kehamilan
awal,sampai 3 bulan dan bahkan kematian.

Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Toxoplasmosis secara klinis sukar ditentukan karena
gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala
(sub klinik).Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium darah dan titer
toksoplasmosis mutlak diperlukan untuk mendapatkan diagnosis yang
tepat.Pemeriksaan yang lazim dilakukan adalah Anti-Toxoplasma IgG,
IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-Toxoplasma IgG.Pemeriksaan
tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi
Toxoplasma, ibu-ibu sebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya
negatif pelu diulang sebulan sekali khususnya pada trimester pertama,
selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma.Pemeriksaan yang dianjurkan yaitu Ultrasonografi (USG)

Terapi Farmakologi

Pengobatan alternative untuk toksoplasmosis adalah spiramisin,


sulfa (dan klindamisin untuk wanita yang alergi terhadap sulfa) juga
dipakai (ACOG,1993).

Terapi Diberikan Terhadap 3 Kelompok Penderita :

1. Kehamilan dengan infeksi akut, obat spiramisin obat antibiotik


diberikan 2-4 gram/hari per/oral untuk 3 minggu, diulangi setelah 2
minggu dsetelah kehamilan aterm obat piremitamin adalah obat
antimalaria terbukti juga sebagai pengobatan radikal pada
toksoplasmosis 1 mg/kg/hari secara oral untuk 3-4 hari.
2. Toksoplasma Kongenital, sulfadiazin dengan dosis 50-100
mg/kg/hari dan piremitamin 0,5 – 1 mg/kg diberikan setiap 2-4 hari

INFEKSI MATERNAL Page 25


selama 20 hari. Disertakan juga infeksi intramuscular asam folinik
5 mg setiap 2-4 hari untuk mengatasi efek toksik piremitamin
terhadap multiplikasi sel. Pengobatan dihentikan ketika anak
berrumur 1 tahun karena diharapkan imunnitas selulernya telah
memadai untuk melawan penyakit pada masa tersebut.
3. Penderita imunodifisiensi, pengobatan disini sama halnya dengan
toksoplasmosis kongenital yaitu menggunakan piremitamin,
sulfadiazin, dan asam folinik dalam jangka panjang.

2.3.2 Other Infection


Infeksi primer yang termasuk dalam kategori ini adalah
hepatitis.Hepatitis B, atau hepatitis infeksiosa adalah virus yang disebarkan
oleh droplet akibat tidak mencuci tangan setelah buang air besar.

Pengaruh Pada Kehamilan

Pengaruhnya pada kehamilan adalah abortus spontan dan gejala-


gejala seperti influenza.Hepatitis B, atau hepatitis serum adalah penyakit
vrus yang ditularkan seperti penularan HIV.Cara transmisinya meliputi
jarum yang terkontaminasi produk darah atau jarum bekas, hubungan
seksual, dan pertukaran cairan tubuh. Apabila terjadi infesi maternal pada
trimester pertama, jumlah neonates yang menjadi seropositive untuk antigen
permukaan hepatitis B (HBsAg) bisa mencapai 10%. Jika ibu terinfeksi
secara akut pada trimester ketiga, 80% sampai 90% neonates akan terinfeksi
(ACOG,1992).

CDC dan ACOG merekomendasikan skrining virus hepatitis B


untuk semua ibu hamil pada kunjungan pertama. Ibu yang beresiko harus
diberi vaksinasi hepatitis B. jika ia terpapar virus hepatitis B sebelum
divaksinasi, pertama tama ia harus mendapat imunisasi pasif dengan
globulin imun hepatitis B (HBIG) dan kemudian menjalan serangkaian
vaksinasi. Kehamilan bukan kontraindikasi untuk vaksinasi (ACOG,1992).

Komplikasi

INFEKSI MATERNAL Page 26


Jika janin terinfeksi pada trimester pertama dan tidak diobati,
pengaruh yang timbul adalah anomaly janin, kelahiran prematus, hepatitis
pada janin atau neonatus, dan kematian janin di dalam Rahim.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan serologik, ultrasonografi(USG),

Terapi Farmakologi

Obat-obatan anti virus digunakan untuk mencegah kondisi akut


menjadi kondisi kronis, dan dapat menghambat proses reflikasi dari vurus
tersebut. Obat-obatan tersebut antara lain interveron, alfa-2A, piginterperon
alfa-2B, lamivudin, adefovir, entecavir, telbipudin

2.3.3 Rubela
Rubela yang juga dikenal dengan sebutan campak jerman, adalah
suatu infeksi virus yang ditransmisi melalui droplet.Infeksi Rubella
berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan
kelainan pada bayinya.Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan
maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi
trimester pertama maka risikonya menjadi 25%.

Manifestasi Klinik

Demam, ruam, dan limfadema ringan biasanya terlihat pada ibu


terinfeksi.Tanda tanda dan gejala infeksi Rubella sangat bervariasi untuk
tiap individu, bahkan pada beberapa pasien tidak dikenali, terutama apabila
ruam merah tidak tampak.Oleh Karena itu, diagnosis infeksi Rubella yang
tepat perlu ditegakkan dengan bantuan pemeriksaan laboratorium.

Dampak Pada Kehamilan

INFEKSI MATERNAL Page 27


 Infeksi Rubella pada kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi
lahir mati atau gangguan terhadap janin. Sebanyak 50% lebih ibu yang
mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami
demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak
nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang
hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
 Sindrom Rubella Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi
pada saat umur kehamilan masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat
5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi pemeriksaan


Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum
hamil.Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk
divaksinasi.Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat
berguna untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan
risiko infeksi rubella bawaan.

Komplikasi

Pada wanita hamil campak jerman bisa menyebabkan keguguran,


kematian bayi dalam kandungan, kadang terjadi infeksi telinga (OMD).

Terapi Farmakologi

Terapi yang diberikan untuk penyakit rubela hanya untuk mengatasi


gejala seperti demam, ruam pada kulit seperti antinyeri(paracetamol),
antigen rubella(hiperimunglobulin).

2.3.4 Citomegalovirus (CMV)


Citomegalovirus (CMV) ialah penyebab utama infeksi virus
kongenital pada janin dan neonates dan merupakan infeksi yang paling
sering menyebabkan retardasi mental. Sumber-sumber infeksi virus

INFEKSI MATERNAL Page 28


meliputi saliva, urine, semen, ASI, darah dan sekresi serviks/vagina
(Holmes, 1990).
Infeksi CMV disebabkan oleh virus Cytomegalo, dan virus ini
temasuk golongan virus keluarga Herpes. Seperti halnya keluarga herpes
lainnya, virus CMV dapat tinggal secara laten dalam tubuh dan CMV
merupakan salah satu penyebab infeksi yang berbahaya bagi janin bila
infeksi terjadi saat ibu sedang hamil. Transmisi vertikal dari ibu ke bayi
melalui transplacental.

Manifestasi Klinik

Pada ibu ; Demam yang lama, sedikit gangguan pada hati, pyrexia,
malaise, letargi, seperti gejala influenza, anoreksia, leukorea, keputihan
seperti susu.

Pada bayi ; limfa atau hati membesar, gejala kuning pada kulit atau
mata, peteki sampai purpura.

Dampak Pada Kehamilan

 Jika ibu hamil terinfeksi, maka janin yang dikandung mempunyai risiko
tertular sehingga mengalami gangguan misalnya pembesaran hati,
kuning, pekapuran otak, ketulian, retardasi mental, dan lain-lain. Bayi
akan kehilangan pendengaran (tuli).
 Pada bayi baru lahir, 10% diantaranya akan menunjukkan gejala klinik
berupa: Ikterus (kuning), Hepatosplenomegali (pembesaran liver dan
limpa), Ptekie sampai purpura (perdarahan bawah kulit), Pneumonia.
Biasanya juga dijumpai kelainan kongenital lain seperti: penyakit
jantung bawaan (defek septal), dan abnormalitas musculoskeletal.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk mengetahui


infeksi akut atau infeski berulang, dimana infeksi akut mempunyai risiko
yang lebih tinggi.Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan meliputi Anti
CMV IgG dan IgM, serta Aviditas Anti-CMV IgG.Virus ini ditularkan

INFEKSI MATERNAL Page 29


melalui kontak seksual atau selama kehamilan.Akibat infeksi ini bisa fatal
karena menyebabkan cacat bawaan pada janin.Belum ada pengobatan yang
bisa mencegah infeksi virus ini.

Terapi Farmakologi

Tidak ada terapi farmakologi yang efektif untuk CMV.Terapi hanya


berfokus pada upaya mengobati gejala.

Komplikasi

Radang otak (ensefalitis), mikrosefali, reterdasi mental, gangguan


psikomotor,ikterus, petechiae

2.3.5 Herpes Simpleks Virus


Efek infeksi herpes genetalia primer pada kehamilan meliputi
abortus spontan, persalinan premature. Frekuensi dan keparahan infeksi
rekuren juga meningkat, jika ibu hamil (Brown, Beker,1989).
Rute transmisi HSV dari ibu ke bayi baru lahir ialah melalui jalan
lahir yang terinfeksi sewaktu hamil.Bayi yang dilahirkan dari ibu yang
terinfeksi HSV II biasanya memperlihatkan lepuh pada kulit, tetapi hal ini
tidak selalu muncul sehingga mungkin tidak diketahui.Infeksi HSV II pada
bayi yang baru lahir dapat berakibat fatal (Pada lebih dari 50 kasus).

Manifestasi Klinik

Infeksi HSV bisa melibatkan genetalia eksterna, vagina dan


servik.Gejala lebih nyata pada infeksi HSV pertama.Luka lepuh dan nyeri
muncul kemudian mengeluarkan cairan, meninggalkan ulkus dangkal yang
menjadi krusta dan meninggalkan setelah dua sampai enam minggu.Secret
vagina terlihat bila serviks atau mukosa vagina terkena.Ibu dapat menderita
demam, malaise, anoreksia, limfadenopati inguinalis yang nyeri, disuria,
dan dispareunia. Kekambuhan biasanya diawali oleh rasa gatal, rasa

INFEKSI MATERNAL Page 30


terbakar di daerah genetalia, kesemutan pada tungkai, atau secret vagina
sedikit bertambah.

Dampak Pada Kehamilan

 Herpes neonatus dapat menyebabkan infeksi yang berat,


mengakibatkan kerusakan yang menahun pada susunan saraf pusat,
perlambatan mental, atau kematian.
 Pengobatan, bila diberi secara dini, dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan menahun, tetapi bahkan dengan pengobatan
antiviral, infeksi ini berdampak buruk pada kebanyakan bayi.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium, yaitu Anti-HSV II IgG dan Igm sangat


penting untuk mendeteksi secara dini terhadap kemungkinan terjadinya
infeksi oleh HSV II dan mencegah bahaya lebih lanjut pada bayi bila
infeksi terjadi pada saat kehamilan.

Terapi Farmakologi

Asiklovir digunakan sejak tahun 1977 untuk mengobati infeksi HSV


.jika dipakai untuk infeksi primer, obat ini dapat mengurangi penyakit, rasa
nyeri, pembentukan lesi baru dan waktu pemulihan. Obat ini efektif untuk
menekan kekambuhan pada pemakaian jangka panjang. Data tentang
keamanan obat ini pada kehamilan tidak jelas (Brown, Baker,1989).

Penatalaksanaan TORCH

Pengobatan TORCH secara medis pada wanita hamil dengan


menggunakan obat spiramisin (spiromicine), azithromisin dan klindamisin
misalnya bertujuan untuk menurunkan dampak (resiko) infeksi yang timbul
pada janin.Namun sayangnya obat-obatan tersebut seringkali menimbulkan
efek mual, muntah dan nyeri perut.Sehingga perlu disiasati dengan
meminum obat-obatan tersebut sesudah atau pada waktu makan.

INFEKSI MATERNAL Page 31


2.4 HUMAN PAPILOMAVIRUS
Kutil Anogenital / Kutil Kelamin / Kandiloma Akuminata (KA) merupakan lesi
proliferasi Jinak yang disebabkan oleh Human Papilomavirus (HPV).Transmisi paling
sering adalah kontak seksual namun dapat dengan transmisi perinatal.Selama
kehamilan Kandiloma Akuminata dapat menyebar dengan cepat, terutama pada serviks
dan dapat mengakibatkan komplikasi persalinan yaitu perdarahan atau dapat menutup
jalan lahir.Penularan HPV terjadi melalui kontak kulit ke kulit, hubungan seksual dan
berganti-ganti pasangan.

Manifestasi Klinis

1. Nyeri :timbulnya rasa nyeri pada daerah sekitar alat kelamin dapat menjadi salah
satu gejala kutil kelamin yang sedang di alami. Biasnya rasa nyeri pada alat
kelamin diiringi dengan rasa gatal di daerah sekitar alat kelamin. Rasa nyeri pada
awalnya memang begitu ringan namun lama kelamaan dapat berubah menjadi rasa
sakit yang sangat hebat ketika anda melakukan hubungan seksual.
2. Keputihanabnormal :secara garis besar keputihan merupakan sebuah hal yang
normal karena memang keputihan biasanya akan keluar ketika menjelang masa
menstruasi dan sesudah masa menstruasi namun apabila keputihan yang keluar
lebih banyak dan berwarna aneh serta mengeluarkan bau dapat di pastikan bahwa
itu adalah keputihan abnormal. Keputihan abnormal yang di alami bisa jadi
merupakan gejala kutil kelamin.
3. Rasa terbakar :selain timbulnya rasa gatal pada alat kelamin yang menjadi salah
satu gejala kutil kelamin. Tetapi timbulnya rasa terbakar pada alat kelamin juga
menjadi salah satu gejala kutil kelamin. Awal mulai virus humanpapiloma
menyembabkan infeksi pertamanya maka akan timbul rasa panas sedikit demi
sedikit akan naik secara bertahap akibatnya akan terasa semakin panas hingga alat
kelamin akan terasa seperti terbakar
4. Terdapat kutil :terjadi di bagian vagina, vulva atau perineum, anus dan leher rahim.
Gejala yang terlihat pada penderita bukan hanya dari penampilan kutilnya saja
yang seperti kembang kol, tapi pertumbuhan kulit yang terjadi di sekitar anus dan
daerah vagina ini juga akan dirasakan gatal atau sensasi terbakar oleh penderita.
5. Timbulnya Rabas vagina kronis, pruritus dan dispareunia

INFEKSI MATERNAL Page 32


6. Perdarahan :Gejala yang paling parah penderita akan mengalami perdarahan selama
atau setelah hubungan seksual. Perlu juga diketahui bahwa virus HPV ini tidak
akan menimbulkan masalah kesuburan tetapi jika penderita mengidap penyakit
kutil ini selama kehamilan, maka akan sangat tidak nyaman dan berisiko. Penderita
yang sedang hamil juga tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi obat atau menjalani
prosedur medis kutil kelamin seperti penderita umumnya.

Pemeriksaan Penunjang :

Biopsi : dengan cara mengambil sedikit jaringan dan pemeriksaan laboratorium

Patofisiologi

Dari 20 tipe HPV, tipe 6, 11 diduga sebagai penyebab papilloma laring.Cara


penyebaran yang pasti dari HPV sampai saat ini belum jelas.Pada tipe juvenil
diduga transmisi pada saat peripartum dari seorang ibu yang terinfeksi “genital warts”.
Pada orang dewasa, cara transmisi virus dengan cara kontak seksual, 10% dari lelaki
dan perempuan yang berada masa “sexual active” dengan dan tanpa gejala klinik,
dijumpai adanya infeksi laten HPV pada penis dan serviks.

Dampak Pada Kehamilan

Beberapa wanita hamil mengalami HPV pada saluran genetalia.Pengaruh


kehamilan terhadap infeksi HPV meliputi proliferasi dan peningkatan friabilitas
lesi.Banyak ahli menganjurkan untuk mengagkat lesi besar yang tumbuh keluar selama
masa hamil.Pengobatan biasanya diikuti kelahiran pervagina tanpa
komplikasi.Kelahiran sesaria merupakan indikasi ketika saluran panggul terobstruksi
atau bila kelahiran pervagina dapat menimbulkan banyak perdarahan.

Terapi Farmakologi

Pada banyak orang keadaan ini sulit diobati.Terapi yang tersedia terutama
bersifat sitotoksik atau destruktif.Agen sitotoksik ialah pedofilin dan 5-fluorourasil (5-
FU). Pedofilin 20% sampai 30% dalam tingtur benzoin, dipakai untuk lesi yang
diameternya 2cm atau kurang, tetapi tidak digunakan dalam vagina atau pada serviks.
Petrolatum digunakan untuk melindungi sekitarnya karena pedofilin bersifat membakar

INFEKSI MATERNAL Page 33


kulit dan sitotoksik. Wanita tersebut harus membersihkan obat ini setelah 4 jam atau
lebih cepat jika timbul rasa terbakar. Klien diobati selama 6 minggu.Pedofilin tidak
boleh digunakan selama masa kamil karena dapat menimbulkan kematian janin dan
persalinan premature.

Asam trikloroasetik, larutan 50% adalah terapi destruktif yang lebih aman
daripada pedofilin. Obat ini dapat digunakan sendiri dengan menggunakan swab kapas
dan tidak perlu dibersihkan. Kryoterapi dengan nitrogen cair juga dipakai dan berhasil
mengobati kandiloma eksterna.

Terapi Non Farmakologi

Memberikan KIE kepada pasien untuk merubah gaya hidup, menggunakan


kondom ketika berhubungan seks

2.5 INFEKSI TRAKTUS GENETALIA


Tiga Infeksi Vagina yang paling sering ialah bacterial vaginosis, kandidiasis,
dan trikomoniasis.Perubahan fisiologis vagina selama masa hamil bisa memudahkan
timbulnya vaginitis (inflamasi vagina).Rabas vagina bertambah dan vagina menjadi
kurang asam selama masa hamil.Keadaan ini menciptakan lingkungan yang
mempermudah pertumbuhan mikroba.Penyebab paling sering keluhan vagina selama
masa hamil ialah bakteial vaginosisyang disebut juga vaginosis tidak spesifik.
1. Bakterial Vaginosis
Metabolisme bakteri mempengaruhi Ph vagina sehingga mengubah flora
vagina.Mikroorganisme yang utama adalah Gardnerella Vaginalis.Efek infeksi
bacterial pada ibu biasanya ialah timbulnya penyakit ringan. Tanda dan gejala bisa
meliputi pengeluaran rabas seperti susu dan timbulnya rasa gatal, terbakar, dan
nyeri di vagina.
Komplikasi obstetric meliputi infeksi cairan ketuban, ketuban pecah dini,
kelahiran dan persalinan premature dan endometritis.Pengobatan bacterial
vaginosis paling efektif dilakukan dengan metronidazole oral.Metronidazole hanya
diberikan pada trimester kedua dan ketiga.
2. Kandidiasis Vulvovaginalis

INFEKSI MATERNAL Page 34


Kebanyakan organisme seperti jamur yang diisolasi dari vagina ialah Candida
Albicans, suatu jamur yang biasanya ditemukan di usus.Dysuria dan dyspareunia
adalah keluhan yang sering muncul.Pada pemeriksaan dengan speculum biasanya
ditemukan bercak tebal dan putih, seperti keju, yang melekat pada mukosa vagina
yang pucat, kering dan kadang sianosis.
Efek vaginal kandidiasis biasanya tidak mengancam kesehatan , tetapi ibu yang
terkena bisa merasa tidak nyaman akibat nyeri, rasa gatal, dan rabas vagina.Tujuan
pengobatan adalah menghilangkan gejala dan obat antijamur topical, misalnya
klotrimazol.
3. Trikomoniasis
Trikomonas vaginalis adalah protozoa yang tumbuh subur di lingkungan yang
bersifat basa.Kontak seksual berperan dalam transmisi T.vaginalis.Pada individu
yang tidak memiliki gejala, infeksi bisa diidentifikasi saat pemeriksaan rutin
dilakukan atau dengan Pap Smear T.vaginalis.Gejala yang timbul adalah adanya
rabas vagina yang banyak, berbusa, dan berbau, biasanya berwarna abu-abu dan
kuning kehijauan dan mengalir dari vagina ketika speculum dipasang.Infeksi
perinatal oleh T.vaginalis merupakan bentuk transmisi penyakit tanpa hubungan
seksual (non-veneral) yang paling sering muncul.Efek pada janin ialah demam dan
iritabillitas.Pengobatan terpilih, pemberian metronidazole harus diberikan kepada
wanita hamil pada trimester kedua dan ketiga.Pasangan juga harus diobati.

Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) terjadi pada sekitar 10% wanita hamil, kebanyakan
terjadi pada masa prenatal.Mereka yang sebelumnya mengalami ISK memiliki
kecenderungan untuk mengidap ISK lagi sewaktu hamil.Vaginitis dan trauma lahir
mempredisposisi wanita hamil untuk menderita ISK , biasanya dari Escherichia Coli.

Infeksi saluran perkemihan dapat terjadi setelah kelahiran dari hipotonia


kandung kemih, stasis kencing, luka kelahiran, kateterisasi, pemeriksaan vagina yang
sering.Selama kelahiran, kandung kemih dan uretra terluka dengan tekanan dari janin
yang turun.Setelah kelahiran kandung kemih dan uretra dapat meningkatkan stasis
perkemihan dan retensi urin.

INFEKSI MATERNAL Page 35


Manifestasi Klinis

 Inflamasi kandung kemih


 Sering buang air kecil
 Nyeri diatas pubis
 Dysuria
 Hematuria (tidak selalu muncul)
 Demam

Pemeriksaan Penunjang

Tes sensitivitas urine harus dilakukan di awal kehamilan, specimen diambil dari
urin yang diperoleh dengan cara bersih. Jika didiagnosis ada infeksi, pengobatan
dengan antibiotic yang sesuai selama dua sampai tiga minggu, disertai peningkatan
asupan air.

Terapi Farmakologi

Jika didiagnosis adanya infeksi, pengobatan dengan antibiotic yang sesuai


selama dua sampai tiga minggu, disertai peningkatan asupan air dan obat
antispasmodic traktus urinarius (mis, turunan beladona), direkomendasikan.Infeksi
yang disebabkan oleh organisme aerogenik kolon biasanya berespon baik terhadap
sulfisoksasol (Gantrisin) atau nitrofurantoin.Pengobatan harus dilanjutkan selama dua
sampai tiga minggu sampai diperoleh dua kali biakan negative dan bayi harus diawasi
terhadap kemungkinan terjadinya hiperbilirubinemia.Pengobatan ulang untuk ibu
mungkin diperlukan jika ada kekambuhan.

Terapi Non Farmakologi

 Monitor TTV setiap 4 jam


 Doronglah peningkatan asupan cairan untuk memperkecil jumlah bakteri dan
membilas infeksi dari kandung kemih
 Mengajarkan kebersihan genetalia
 Mengajarkan cara membersihkan genetalia dengan cara yang benar

INFEKSI MATERNAL Page 36


2.6 INFEKSI PASCAPARTUM
Infeksi Pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah melahirkan) adalah
suatu infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah abortus atau
persalinan.Infeksi bisa timbul akibat bakteria yang seringkali ditemukan didalam
vagina (endogenus) atau akibat pemaparan pada agen pathogen dari luar vagina
(eksogenus).Episiotomi atau laserasi pada vagina atau serviks bisa membuka jalan
timbulnya sepsis.
Infeksi pasca melahirkan menjadi salah satu factor tingkat kematian ibu paska
melahirkan. Infeksi paska melahirkan dibagi menjadi dua kategori :
1. Infeksi system reproduksi : yaitu infeksi bakteri yang muncul di saluran genital
setelah melahirkan
2. Infeksi system Nonreproduksi : infeksi yang muncul bukan pada saluran genital

Wanita dianggap menderita infeksi puerperal jika dia demam pada suhu 38 oC atau
lebih. Demam terjadi setelah 24 jam pertama postpartum dan demam bertahan 2 hari
pasca melahirkan.

Etiologi

Organisme yang paling sering menginfeksi ialah organisme streptokokus dan


bakteri anaerobic.Infeksi Staphylococcus aureus, gonokokus, kaliformis dan klostridia
lebih jarang terjadi, tetapi merupakan organisme pathogen serius yang menyebabkan
infeksi pasca partum.

Manifestasi Klinik

Gejala infeksi puerperal bisa ringan atau berat. Suhu tubuh 38o C selama dua
hari berturut-turut tidak terjadi 24 jam pertama setelah kelahiran, harus dianggap
disebabkan oleh infeksi pascapartum jika tidak ada penyebab lain yang ditemukan. Ibu
bisa juga menunjukkan gejala keletihan, dan letargi, kurang nafsu makan, dan
menggigil.Nyeri perineum atau distress di abdomen bawah, mual dan muntah bisa
segera terjadi.Lokia dalam jumlah besar dan bau biasanya ditemukan.

INFEKSI MATERNAL Page 37


Komplikasi

Biasanya infeksi disertai penyakit medis lain seperti anemia, malnutrisi, dan
diabetes militus. Penyakit obstetric, termasuk PROM, persalinan yang lama dan
melelahkan, kelahiran dengan bantuan alat, perdarahan, dan retensi produk konsepsi
meningkatkan kemungkinan dan berat sepsis puerperal.

Korioamnionitis bisa menjadi penyebab atau terjadi akibat ketuban pecah dini
(PROM/Prematur rupture of Membran).Korioamnionitis bisa diikuti dengan plasentitis
dan pneumonia kongenital janin, omfalitis, atau septikemia.Plasentitis dan
korioamnionitis bisa diikuti dengan endometritis.Suatu endomrtritis, biasanya di lokasi
plasenta, memungkinkan dimulainya infeksi.Infeksi local bisa disertai salpingitis,
peritonitis, dan pembentukan abses pelvis.Bisa terjadi septikemia.Abses sekunder bisa
timbul pada tempat yang jauh, seperti paru-paru atau hati.Emboli pada paru-paru atau
syok septic yang sering disertai DIC akibat infeksi genitalia berat seringkali terbukti
fatal. Trombofeblitis femoral pascapartum (kaki susu) bisa menyebabkan tungkai
bengkak dan nyeri dan jika tidak diobati, bisa menjadi trombofeblitis septic.

Pencegahan

Penanganan infeksi pascapartum yang paling efektif dan paling murah adalah
upaya pencegahan.Tindakan pencegahan adalah dengan mengajarkan pasien nutrisi
prenatal yang baik untuk mengendalikan anemia dan perdarahan intranatal.Hygiene
perineal ibu yang benar juga perlu ditekankan.Semua tenaga kesehatan harus menaati
teknik-teknik aseptic saat bersalin dan pada masa pascapartum.

Macam-macam Infeksi Paska Melahirkan

2.6.1 Endometritis
Endometritis disebut juga dengan metritis merupakan infeksi paska
melahirkan yang paling umum.Ini merupakan infeksi lapisan endometrial dan
myometrium uterus yang berdekatan.Gejala-gejala dimulai dari hari kedua
sampai kelima pasca melahirkan. Endometritis jika tidak diobati dapat dengan
cepat menjadi parametritis (infeksi yang disebarkan oleh limfatik melalui

INFEKSI MATERNAL Page 38


dinding Rahim ke ligament besar atau seluruh pelvis) dan dapat menyebar,
menyebabkan radang selaput perut dan abses di pelvis.
Selama proses melahirkan, air ketuban, darah, dan lokea yang
merupakan alkali menurunkan keasaman vagina. Sehingga lingkungan vagina
menjadi tempat tumbuh pathogen. Banyak luka gores terjadi dalam
endometrium, leher Rahim, dan vagina sehingga menjadi jalan masuknya
bakteri.

Manifestasi Klinis

 Demam pada 24 jam pertama postpartum


 Pelebaran uterin
 Terdapat lochia bernanah
 Malaise
 Takikardi

Komplikasi

Gangguan pada kesembuhan atau infertilitas, adehesi, kista ovarium,


kanker ovarium.

Pemeriksaan Penunjang

Kultur darah, urin dan vagina, USG dan laparoskopi.

Terapi Farmakologi

Kolaborasi dengan antibiotik dan terapi hormon penanganan ini


digunakan untuk mengurangi gejala endometriosis, dengan menghambat
produksi hormon estrogen dalam tubuh. Dengan begini sel endometriosis
bisa dicegah untuk bertumbuh.

Penanganan dengan operasi akan menjadi pilihan jika terapi hormon


tidak efektif bagi pengidap endometriosis. Prosedur ini umumnya dilakukan
untuk mengangkat jaringan endometriosis serta jaringan parut.

INFEKSI MATERNAL Page 39


Terapi Non Farmakologi

 Memeriksa suhu setiap 4 jam


 Memonitor jumlah dan warna lochia
 Tempatkan ibu pada posisi fowler untuk mendorong pengeluaran lochia
2.6.2 Mastitis
Mastitis adalah suatu peradangan yang disertai atau tidak disertai
infeksi yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus (Sally,2010).
Mastitis (infeksi payudara) biasanya terjadi sekitar 2 sampai 3 minggu
setelah melahirkan dan mungkin terjadi paling cepat pada hari ketujuh pasca
melahirkan. Factor pengaruh meliputi statis susu (dari saluran yang tertutup),
luka putting susu, dan teknik menyusui yang buruk. Penyebab lain adalah tidak
mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui.

Manifestasi Klinis
 Payudara teraba keras
 Nyeri
 Payudara tampak kemerahan, mengkilat
 Kelenjar ketiak mengalami pembengkakan pada sisi payudara yang
terkena mastitis
 Demam dan menggigil

Komplikasi

Abses payudara : pada mastitis yang tidak diobati akan menjadi abses,
terdapat pengeluaran nanah pada payudara.

Mastitis berulang : mastitis sebelumnya yang sudah disembuhkan


namun klien tidak memperbaiki cara menyusui bayinya maka akan terjadi
mastitis berulang.

Pemeriksaan penunjang

Cek Laboratorium Darah

INFEKSI MATERNAL Page 40


Terapi Farmakologi

Kloksasilin 900 mg per oral 4 kali sehari

Terapi Non Farmakologi

 Monitor TTV
 Mengkaji nyeri secara komprehensif
 Anjurkan mengkosongkan payudara dengan cara memompa
 Menganjurkan menggunakan bra yang tidak terlalu ketat
 Kompres Hangat
 Ajarkan kepada pasien cara menyusui yang baik.

2.7 ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
i. Biodata Klien
Nama : Nn. J
Usia : 32 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa medis : Kondiloma Akuminata
ii. Keluhan Utama : Gatal dialat kelamin dan terasa terbakar.

iii. Riwayat Kesehatan Sekarang : Terdapat nodul-nodul kemerahan seperti bunga


kol, konsistensi lunak tampak lesi, keputihan berbau dan berwarna kehijauan.

iv. Riwayat Kesehatan Masa Lalu : -

v. Riwayat Kesehatan Keluarga : -

vi. Riwayat Kesehatan Lingkungan : -

vii. Riwayat Pola Nutrisi : -

viii. Riwayat Pola Eliminasi : -

ix. Riwayat Pola Aktivitas : Nn. J bekerja sebagai PSK di warung remang-remang
disaerah pantura sejak 12 tahun yang lalu.

INFEKSI MATERNAL Page 41


x. Status Psikologis : -

xi. Pemeriksaan Fisik


- TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 36/i
R : 20 /i
N : 80/i
Inspeksi : Terdapat nodul-nodul kemerahan seperti bunga kol, konsistensi
lunak tampak lesi, keputihan berbau dan berwarna kehijauan.
Palpasi :-
Auskultasi : -
Perkusi :-

xii. Pemeriksaan Laboratorium


Hb : 12 gr/dl
Leukosit : 16000 mm3

Pemeriksaa Hasil Normal Interpretasi


n Pemeriksaan
Hb 12 gr/ ml 13-16 gr/ml Menurun : Anemia. Anemia
adalah penyakit kekurangan sel
darah merah. Hb ada di dalam
sel darah merah. Jika Hb
menurun berarti sel darah
merah menurun.
Meningkat : polycythemia
Leukosit 16000/mm³ 5000-10.000/ Meningkat; karena leukosit
mm3 bertugas untuk melawan benda
asing. Leukosit meningkat
menandakan terdapat infeksi
dalam tubuh. Sel darah putih
berfungsi untuk membunuh

INFEKSI MATERNAL Page 42


kuman atau bakteri. Jika tubuh
terinfeksi bakteri atau kuman,
maka sel darah putih pun akan
memperbanyak diri untuk
melawan bakteri atau kuman.

B. Analisis Data

No Data yang menyimpang Etiologi Penyimpangan


. Masalah
1 DO : Klien mengatakan Inflamasi Gangguan rasa
nyeri seperti terbakar di nyaman berhubungan
Merangsang
bagian kemaluan dengan inflamasi
histamine

Merangsang
DS : hipotalamus
Klien tampak gelisah,
Gatal
dan meringis
Digaruk

Gangguan rasa
nyaman : Nyeri

2 DO : klien mengatakan Hubungan Resiko tinggi


gatal di area kemaluan Seksual penularan
berhubungan dengan
Resiko tinggi
hubungan seksual
penularan
berganti-ganti
DS : tampak nodul- pasangan
nodul kemerahan seperti
bunga kol, konsistensi
lunak tampak lesi,
keputihan berbau dan

INFEKSI MATERNAL Page 43


berwarna kehijauan

C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi
2. Resiko tinggi penularan berhubungan dengan hubungan seksual berganti-ganti
pasangan.

INFEKSI MATERNAL Page 44


D. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1 Gangguan rasa Setelah Kaji rasa tidak Agar dapat


nyaman (nyeri) dilakukan nyaman klien diketahui
berhubungan tindakan sampai tingkat
dengan inflamasi keperawatan Kaji apa saja mana ketidak
selama 3 x 24 yang dapat nyamanan klien
jam nyeri dapat meringankan
hilang rasa ketidak Agar lebih
nyamanan klien mudah
membantu klien
Anjurkan untuk dalam proses
menjaga penyembuhan
hygiene dengan
baik Agar
mengurangi
Sarankan untuk resiko
membasuh keparahan nyeri
bagian yang
nyeri dengan
air hangat

Kolaborasi Dapat
dengan mengurangi rasa
memberikan gatal dan nyeri
analgetik dan yang diderita
anti histamin oleh klien
2 Resiko tinggi Sarankan untuk Agar dapat
penularan tidak mencegah
berhubungan berhubungan penularan

INFEKSI MATERNAL Page 45


dengan hubungan seksual selama terhadap orang
seksual berganti- pengobatan lain atau
ganti pasangan pasangannya

Mencegah
Anjurkan jika
penularan
ingin
dengan
berhubungan
pasangan
seksual
seksualnya
menggunakan
kondom

BAB III

INFEKSI MATERNAL Page 46


PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Infeksi Maternal adalah suatu peradangan atau inflamasi yang terjadi pada saat
periode kehamilan
2. Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah setiap mikroba yang ditularkan seseorang
kepada orang lain melalui kontak yang dekat dan intim
3. Infeksi TORCH adalah suatu kelompok organisme yang mampu menembus
plasenta dan mempengaruhi perkembangan janin
4. Human Papilomavirus (HPV) adalah virus yang menyebabkan penyakit Kutil
Anogenital / Kutil Kelamin / Kandiloma Akuminata (KA) merupakan lesi
proliferasi Jinak
5. Infeksi Pascapartum adalah suatu infeksi yang terjadi setelah proses melahirkan

3.2 Kritik dan Saran


Demi menyempurnakan makalah ini kami mohon untuk pembaca memberikan kritik
dan sarannya.

INFEKSI MATERNAL Page 47


DAFTAR PUSTAKA

1. Suryaatmadja L. Penatalaksanaan Kondiloma Akuminata. Dalam : Skin Infection and venereal


Diseases. Symposium On Dermatology and Venereology in Daily Practice. Surabaya, Maret 2008 :
67-79.

2. Zubier F.Kondiloma Akuminata.Dalam : Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J.ed. Infeksi
Menular Seksual,ed ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005:126-131.

3. Kondiloma Akuminata. Dalam: Murtiastutik D. buku ajar Infeksi Menular Seksual. Bab 18.
Surabaya: Airlangga University Press, 2008:165-9.

4. Ghadishah D. Condyloma Acuminata. 2009 Available at :


http://www.emedicine.medscape.com 5. External Genital Warts. In: Klausner JD,Hook III EW.
Current Diagnosis & Treatment of Sexually Transmitted Diseases. Chapter 15. Lange Mc Graw Hill.
2007: 1-9

6. Human Papillomaviruses (HPVs) and Genital Warts. August 2010. Available at :


http://www.medicinenet.com/genital_warts_in_women/article.htm

7. Kodner C, Nasraty S. Management of Genital Warts. American Academy of Family Physicians,


2004;70(12):2335-2342.

8. CDC. FDA Licensure of Quardivalent Human Papillomavirus Vaccine (HPV4, Gardasil) for Use in
Males and Guidance from the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP).MMWR
2010;59(20):630-2

9. CDC. Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines .MMWR 2006:62-7

10. Fiallo P, Bastos R. Anogenital Warts and Molluscum Contagiosum. Available at:
http://www.aifo.it/english/resources/online/books/other/std/4-ANOGENITAL WARTS.pdf

11. Human Papillomavirus(HPV) and Genital Warts. March 2010 Available at :


http://www.niaid.nih.gov/topics/genitalwarts/pages/default.aspx.

INFEKSI MATERNAL Page 48

Anda mungkin juga menyukai