Oleh :
KELOMPOK 1
1. AMINAH
2. HARNACALIS
3. NORA AGUSTINA SINURAT
4. PUTRI NURFITAFERA
5. SAPARMAYA ERIANTI
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskuler : Dekompensasi Kordis, Hipertensi
Aritmia Pada Klien Dewasa” ini dengan baik. Makalah ini dibuat guna
memenuhi tugas dari mata kuliah keperawatan medikal bedah.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan penulis dalam pembuatan
makalahini,sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangu nuntuk menyempurnakan
makalah ini.
Demikian akhir kata dari kami, semogamakalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan menambah wawasan bagi pembaca
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor yang dapat menimbulkan penyakit jantung adalah kolesterol darah tinggi,
tekanan darah tinggi, merokok, gula darah tinggi (diabetes mellitus), kegemukan, dan stres.
Akibat lanjut jika penyakit jantung tidak ditangani maka akan mengakibatkan gagal jantung,
kerusakan otot jantung hingga 40% dan kematian.
3|Page
11.3 Tujuam
a. Tujuan Umum:
Agar mahasiswa keperawatan yang sebagai calon perawat ndapat mengetahui dan
memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis
disritmia/Aritmia.
b. Tujuan Khusus :
Mengetahui konsep penyakit (definisi)
Mengetahui etiologi
Mengetahui manifestasi klinis
Mengetahui patofisiologi
Mengetahui pemeriksaan klinis
Mengetaui penatalaksaan
Mengetahui klomplikasi
Mengetahui konsep Askep
Dapat menganalisa dari kasus
1.
4|Page
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Pengertian
Dekompensasi kordis atau gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung
jantung tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh,
meskipun tekanan vena normal(Muttaqin, 2012). Dekompensasi cordis adalah sindrome
klinis (sekumpulan tanda dan gejala) yang ditandai dengan sesak nafas dan fatik saat
istirahat atau saat aktifitas yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi pada jantung
(Nurafif dan Kusuma, 2013). Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel – sel tubuh
akan nutrisi dan oksigen secara adekuat (Udjiati, 2013).
Decompensasi Cordis kanan terjadi karena hambatan pada daya pompa ventrikel
kanan sehingga isi sekuncupnya menurun tanpa didahului adanya gagal jantung kiri.
Akibat tekanan dan volume akhir diastolik ventrikel kanan akan meningkat dan menjadi
beban bagi atrium dalam mengisi ventrikel kanan saat diastolik yang berakibat naiknya
tekanan atrium kanan dan dapat menyebabkan hambatan pada aliran masuk darah dari
5|Page
vena kava superior dan inferior ke jantung pada akhirnya menyebabkan bendungan pada
vena – vena tersebut (vena jugularrs dan vena porta) bila berlanjut terus maka terjadi
bendungan sitemik yang lebih berat dengan timbulnya edema tumit dan tungkai bawah
serta asites.
Decompensasi Cordis congestif terjadi bila gangguan jantung kiri dan kanan
terjadi bersamaan dengan ditandai adanya bendungan paru dan bendungan sistemik
pada saat yang sama.
6|Page
peningkatan lebih lanjut dari volume dan tekanan. Perubahan dalam volume
intrakardia dan perubahan akhir pada tekanan bergantung pada kelenturan daya regang
ruang-ruang jantung. Ruang jantung yang sangat besar, daya regangnya dapat
menampung perubahan volume yang relative besar tanpa peningkatan tekanan yang
bermakna. Sebaliknya, pada ruang ventrikel yang gagal, yang kurang lentur,
penambahan volume yang kecil dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang
bermakna dan dapat berlanjut menjadi pembendungan dan edema ( Carleton,P.F dan
M.M. O’Donnell, 1995 ).
b) Kontraktilitas
Kontraktilitas menunjukkan perubahan-perubahan dalam kekuatan kontraksi
atau keadaan inotropik yang terjadi bukan karena perubahan-perubahan dalam
panjang serabut. Pemberian obat-obat inotropik positif seperti katekolamin atau
digoksin, akan meningkatkan kontraktilitas, sedangkan hipoksia dan asidosis akan
menekan kontraktilitas. Pada gagal jantung terjadi depresi dari kontraktilitas
miokardium ( Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ).
c) Beban Akhir
Beban akhir adalah besarnya tegangan dinding ventrikel yang harus dicapai
untuk mengejeksikan darah sewaktu sistolik. Menurut Hukum Laplace , ada tiga
variabel yang mempengaruhi tegangan dinding yaitu ukuran atau radius
intraventrikel, tekanan sistolik ventrikel dan tebal dinding. Vasokonstriksi arteri yang
meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel dapat meningkatkan tekanan sistolik
ventrikel, sedangkan retensi cairan dapat meningkatkan radius intraventrikel.
Pemberian vasodilator dan hipertrofi ventrikel sebagai konsekuensi lain dari gagal
jantung dapat mengurangi beban akhir ( Carleton,P.F dan M.M. O’Donnell, 1995 ).
2. Fisiologi Jantung
Fisiologi otot jantung
Terdiri dari tiga tipe otot jantung yang utama yaitu otot atrium, otot ventrikel, dan
serat otot khusus pengantar rangsangan, sebagai pencetus rangsangan. Tipe otot
atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama seperti otot rangka
dengan kontraksi otot yang lebih lama. Sedangkan serat khusus penghantar dan
7|Page
pencetus rangsangan berkontraksi dengan lemah sekali sebab serat-serat ini hanya
mengandung sedikit serat kontraktif malahan serat ini menghambat irama dan
berbagai kecepatan konduksi sehingga serat ini bekerja sebagai suatu sistem
pencetus rangsangan bagi jantung.
a. Fungsi umum otot jantung
1) Sifat Ritmisitas/otomatis
Otot jantung secara potensial dapat berkontraksi tanpa adanya rangsangan
dari luar. Jantung dapat membentuk rangsangan (impuls) sendiri. Pada
keadaan fisiologis, sel-sel miokardium memiliki daya kontraktilitas yang
tinggi.
2) Mengikuti hukum gagal atau tuntas
Bila impuls yang dilepas mencapai ambang rangsang otot jantung maka
seluruh jantung akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot jantung
merupakan suatu sinsitium sehingga impuls jantung segara dapat
mencapai semua bagian jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan
kekuatan yang sama. Kekuatan berkontraksi dapat berubah-ubah
bergantung pada faktor tertentu, misalnya serat otot jantung, suhu, dan
hormon tertentu.
3) Tidak dapat berkontraksi tetanik
Refraktor absolut pada otot jantung berlangsung sampai sepertiga masa
relaksasi jantung, merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.
4) Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot
Bila seberkas otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal, otot tersebut
akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serat otot jantung akan bertambah panjang
bila volume diastoliknya bertambah. Bila peningkatan diastolik melampaui batas tertentu
kekuatan kontraksi akan menurun kembali.
2.1.3 Etiologi
Decompensasi cordis kiri/gagal jantung kiri Dengan berkurangnya curah jantung pada
gagal jantung mengakibatkan pada akhir sistol terdapat sisa darah yang lebih banyak dari
keadaan keadaan normal sehingga pada masa diatol berikutnya akan bertambah lagi
8|Page
mengakibatkan tekanan distol semakin tinggi, makin lama terjadi bendungan didaerah
natrium kiri berakibat tejadi peningkatan tekanan dari batas normal pada atrium kiri (normal
10-12 mmHg) dan diikuti pula peninggian tekanan vena pembuluh pulmonalis dan pebuluh
darah kapiler di paru, karena ventrikel kanan masih sehat memompa darah terus dalam atrium
dalam jumlah yang sesuai dalam waktu cepat tekanan hodrostatik dalam kapiler paru-paru
akan menjadi tinggi sehingga melampui 18 mmHg dan terjadi transudasi cairan dari
pembuluh kapiler paru-paru.
Pada saat peningkatan tekanan arteri pulmonalis dan arteri bronkhialis, terjadi
transudasi cairanin tertisiel bronkus mengakibatkan edema aliran udara menjadi terganggu
biasanya ditemukan adanya bunyi eksspirasi dan menjadi lebih panjang yang lebih dikenal
asma kardial fase permulaan pada gagal jantung, bila tekanan di kapiler makin meninggi
cairan transudasi makin bertambah akan keluar dari saluran limfatik karena ketidaka
mampuan limfatik untuk, menampungnya (>25 mmHg) sehingga akan tertahan dijaringan
intertissiel paru-paru yang makain lama akan menggangu alveoli sebagai tempat pertukaran
udara mengakibatkan udema paru disertai sesak dan makin lama menjadi syok yang lebih
dikenal dengan syak cardiogenik diatandai dengan tekanan diatol menjadi lemah dan rendah
serta perfusi menjadi sangat kurang berakibat terdi asidosis otot-otot jantung yang berakibat
kematian.
Gagalnya khususnya pada ventrikel kiri untuk memompakan darah yang mengandung
oksigen tubuh yang berakibat dua al:Ü Tanda-tanda dan gejela penurunan cardiak output
seperit dyspnoe de effort (sesak nafas pada akktivitas fisik, ortopnoe (sesak nafas pada saat
berbaring dan dapat dikurangi pada saat duduk atau berdiri.kemudian dispnue noktural
paroksimalis (sesak nafas pada malam hari atau sesak pada saat terbangun)Ü Dan kongesti
paru seperti menurunnya tonus simpatis, darah balik yang bertambah, penurunan pada pusat
pernafasan, edema paru, takikakrdia,Ü Disfungsi diatolik, dimana ketidakmampuan relaksasi
distolik dini ( proses aktif yang tergantung pada energi ) dan kekakuan dindiing ventrikel
Decompensasi cordis kanan Kegagalan venrikel kanan akibat bilik ini tidak mampu
memeompa melawan tekanan yang naik pada sirkulasi pada paru-paru, berakibat
membaliknya kembali kedalam sirkulasi sistemik, peningkatan volume vena dan tekanan
mendorong cairan keintertisiel masuk kedalam(edema perier) (long, 1996). Kegagalan ini
akibat jantung kanan tidak dapat khususnya ventrikel kanan tidak bisa berkontraksi dengan
9|Page
optimal , terjadi bendungan diatrium kanan dan venakapa superior dan inferiordan tampak
gejal yang ada adalah udemaperifer, hepatomegali, splenomegali, dan tampak nyata penurunan
tekanan darah yang cepat., hal ini akibaat vetrikel kanan pada saat sisitol tidak mampu mempu
darah keluar sehingga saat berikutnya tekanan akhir diatolik ventrikel kanan makin meningkat
demikin pula mengakibatkan tekanan dalam atrium meninggi diikuti oleh bendungan darah
vena kava supperior dan vena kava inferior serta selruh sistem vena tampak gejal klinis adalah
erjadinya bendungan vena jugularis eksterna, bven hepatika (tejadi hepatomegali, vena lienalis
(splenomegali) dan bendungan-bedungan pada pada ena-vena perifer. Dan apabila tekanan
hidristik pada di pembuluh kapiler meningkat melampui takanan osmotik plasma maka
terjadinya edema perifer.
2.1.4 Patofisiologi
10 | P a g e
Bila ventrikel kanan gagal mengakibatkan kongesti visera dan jaringan perifer,
sebagai akibat sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan darah secara adekuat.
Manifestasinya yaitu Oedema dependen, hepatomegali, pertambahan berat badan,
asites, distensi vena jugularis.
Adapun klasifikasi Decompensasi Cordis adalah, gagal jantung kanan dan gagal
jantung kiri (Tambayong, 2000).
2.1.5 Pathway
11 | P a g e
12 | P a g e
2.1.6 Tanda Dan Gejala
13 | P a g e
Digunakan untuk memperkirakan ukuran dan fungsi ventrikel kiri (Muttaqin, 2012).
2. Rontgen dada
Foto sinar-X dada posterior-anterior dapat menunjukkan adanya hipertensi vena,
edema paru atau kardiomegali (Muttaqin, 2012).
3. EKG
Ditemukan adanya LBBB, kelainan ST atau T menunjukkan disfungsi ventrikel kiri
kronis. Gelombang Q menunjukkan infark sebelumnya dan kelainan segmen ST
menunjukkan stenosis aorta dan penyakit jantung hipertensi (Muttaqin, 2012).
Adapun pemeriksaan penunjang antara lain :
1. Perawatan
a. Tirah baring/bedrest
14 | P a g e
Kerja jantung dalam keadaan decompensasi harus benar-benar dikurangi dengan
bederest, mengingat konsumsi oksigen yang relatif meningkat.
b. Pemberian oksigen.
c. Diet.
Umumnya diberikan makanan lunak dengan rendah (pembatasan) garam. Jumlah kalori
sesuai kebutuhan, pasien dengan gizi kurang diberi makanan tinggi kalori tinggi protein.
Cairan diberikan 80-100 ml/kgBB/hari.
2 Pengobatan medik
a. Digitalisasi
Dosis digitalis : Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 – 2 mg dalam 4 – 6 dosis
selama 24 jam dan dilanjutkan 2 x 0,5 mg selama 2 – 4 hari.
Digoksin 0,25 mg sehari untuk pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan.
4. Diuretik
Diuresis dapat mengurangi beban awal (preload), tekanan pengisian yang berlebihan
dan secara umum untuk mengatasi retensi cairan yang berlebihan. Yang digunakan :
furosemid 40 – 80 mg. pemberian dosis penunjang bergantung pada respon, rata-rata 20
mg sehari.
5. Vasodilator
Obat vasodilator menurunkan tekanan akhir diastolic ventrikel kiri dan menghilangkan
bendungan paru serta beban kerja jantung jadi berkurang.
15 | P a g e
1) Nitrogliserin 0,4 – 0,6 mg sublingual atau 0,2 – 2 mg/kgBB/menit IV
Jika terjadi anemia, maka harus ditanggulangi dengan pemberian sulfa ferosus, atau
tranfusi darah jika anemia berat.
Untuk penderita gagal jantung anak-anak yang gelisah, dapat diberikan penenang; luminal
dan morfin dianjurkan terutama pada anak yang gelisah.(Mansjoer Arif, dkk, Kapita
Selekta Kedokteran, 1999; Long, Barbara C, Perawatan Medikal Bedah : Suatu
Pendekatan Proses Keperawatan, 1996)
2.1.9 Komplikasi
1. Edema paru
suatu kondisi yang ditandai dengan gejala sulit bernapas akibat terjadinya
penumpukan cairan di dalam kantong paru-paru (alveoli). Kondisi ini dapat terjadi
tiba-tiba maupun berkembang dalam jangka waktu lama.
2. Gagal ginjal
gangguan fungsi pada organ ginjal.
3. Aritmia
adalah suatu tanda atau gejala dari gangguan detak jantung atau irama jantung.
4. Tromboembolisme
suatu penyakit yang terjadi akibat terbentuknya gumpalan darah (trombus) dalam
pembuluh darah.
5. Kerusakan metabolic
kondisi genetik (bawaan) yang ditandai dengan adanya kelainan dalam
proses metabolismedalam tubuh manusia akibat defisiensi hormon atau enzim.
16 | P a g e
Nama Mahasiswa : Kelompok I
A. PENGKAJIAN
I. Identitas
1. Klien
Inisial klien : Tn. Z
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Manado/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Alamat : Jln. G.Obos XIII No. 01
2. Penanggung Jawab
Nama : Nisa Andawati
Umur : 46 tahun
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Pendidikan : SMP
Alamat : Jln. G.Obos XII No. 01
Hubungan keluarga : Istri
DIAGNOSA MEDIS : Decompensasi Cordis
II. Riwayat Perawatan
1. Keluhan Utama : Sesak nafas
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Kesehatan/Keperawatan Sekarang
Klien mengatakan kurang lebih 3 hari yang lalu mengalami sesak nafas, kemudian
pada tanggal 3 Februari 2013 klen dibawa ke rumah sakit dengan kelihan sesak
nafas, klien dibawa oleh keluarga dan klien masuk IGD. Di IGD klien
17 | P a g e
mendapatkan terapi candasartam, spironoketon, injeksi lasix, infus NACL( 10
tpm/menit) serta therapi oksigen sebanyak 4 liter.
b. Riwayat Kesehatan/Keperawatan Dahulu
Klien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit pada tahun 2010 karena
penyakit Asma Bronkial.
c. Riwayat Kesehatan/Keperawatan Keluarga
klien mengatakan keluarganya ada penderita asma dan diabetes, sedangkan ibu
klien meninggal pada tahun 1975 karena penyakit hipertensi.
Perempuan
Laki-laki
Meninggal X
Pasien
Serumah ....
Bercerai
e. Riwayat Psikososial
18 | P a g e
Hubungan klien dengan keluarga cukup baik, klien berkomunikasi dengan baik
menggunakan bahasa indonesia. Hubnugan klien dengan teman dan petugas
kesehatan cukup kooperatif.
4. Pola eliminasi
Klien mengatakan masih bisa BAB dan BAK dengan normal layaknya saat
sehat
Klien BAK 4 x sehari dan BAB 1-2 x sehari
Produksi urin ± 1200 cc per hari
19 | P a g e
6. Pola kognitif perceptual
Klien mengatakan tidak terlalu mengerti dengan penyakit yang dideritanya
9. Pola seksual-reproduktif
Klien sudah menikah, dan mempunyai tiga orang anak
20 | P a g e
2. Tanda-tanda vital
TD: 150/90mmHg RR:25 x / m HR: 78 x / m S: 360C
5. Pemeriksaan dada
Bentuk dada simetris, bunyi napas tambahan ronkhi, tidak ada nyeri tekan
pada dada klien. Jantung teraba (kardiomegali)
6. Pemeriksaan abdomen
Tidak ada asites, tidak ada nyeri tekan
b. Neurologis
n I: klien dapat membedakan bau atau aroma
n II: lapang pandang klien baik
n III: klien dapat menggerakan mata ke atas, bawah, dan ke dalam
21 | P a g e
n IV: klien dapat menggerakan mata kebawah/dalam
n V: klien dapat menggerakan otot mata kebawah, kedalam
n VI : klien dapat mengunyah mampu mengontrol ekspresi wajah
n VII : klien dapat mengontrol ekspresi wajah seperti tersenyum
n VIII: kondisi udara baik
n IX : klien dapat menelan air liur dan minum,
n X : klien dapat mengatakan ohhh.... okula tampak simetris
n XI : klien dapat membalikan/menoleh kesisi berlawanan
n XII : klien dapat menggerakan/menjulurkan lidah
2. Pemeriksaan diagnostic
Foto thorax rongent : kesan kardiomegali
VI. Terapi
22 | P a g e
1. Infus NaCl 0,9% (10 TPM)
2. Obat oral
a. Candesartan 2x1
b. Digoxin 1x1
Indikasi : payah jantung kronik, payah jantung penderita lansia dengan atau
tanpa payah ginjal, payah jantung akut, payah jantung pada anak.
c. Spironolacton 2x1
Indikasi : hipertensi esensial, edema pada payah jantung kongestif, edema yang
disertai peningkatan kadar aldosteron dalam darah, misalnya pada sindrom
nefrotik atau serosis hati, juga digunakan pada diagnosis maupun pengobatan
pada hiperaldosteronisme primer.
d. Laxadin syr 1x1
Indikasi : mengatasi buang air besar, persiapan menjelang tindakan radiologis
atau operasi.
e. Salbutamol 3x1
Indikasi :
f. Simvastatin 1x1
Indikasi : mengurangi kadar kolesterol total dan LDL. Sebagai anti
hiperkolesterol primer maupun sekunder.
g. CPG 1x1
h. Aspilet 1x1
Indikasi : demam, sakit kepala, sakit gigi, rasa nyeri pada otot dan sendi.
3. Obat injeksi
a. Inj furosemid 1x2
b. Inj simextam 2x1
c. Inj ranitidin 2x1
23 | P a g e
d. Arixtra 2,5gr x1
B. Analisa Masalah
Data fokus
(subyektif & objektif) Masalah Kemungkinan penyebab
DS: klien mengatakan Pola napas tidak efektif Penurunan ekspansi paru
napasnya sesak
DO: klien tampak sesak
napas
TTV: TD: 150/90mmHg
RR : 25x/m HR : 78x/m s:
360C
DS: klien mengatakan nafsu Nutrisi kurang dari Intake tidak adekuat
makan nya menurun. Kadang kebutuhan tubuh
mual, dan muntah
DO: klien tampak lemah
Klien hanya dapat
menghabiskan setengah porsi
makan yang disediakan
BB sebelum sakit 70 kg
BB setelah sakit 66 kg
Ds : klien mengatakan tidak Gangguan pemenuhan sesak nafas
bisa tidur karena sesak yang istirahat dan tidur
dirasakan.
Do : klien tampak lemah
kelopak mata bawah
berkantung,
24 | P a g e
Do : klien tampak lemah,
klien tampak di bantu dalam
aktivitasnya
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan pola tidur berhubungan dengan sesak
nafas
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
25 | P a g e
D. Perencanaan
No Diagnose keperawatan Tujuan & kriteria Intervensi Rasionalisasi Nama &
hasil keperawatan paraf
1 Pola napas tak efektif Setelah dilakukan 1. Kaji fungsi 1. kecepatan biasanya
b/d penurunan ekspansi tindakan keperawatan pernapasan seperti meningkat, dispnue dn
paru selama 3 x 7 jam, frekuensi dan terjadi peningkatan
diharapkan pola napas kedalaman kerja napas
klien efektif, dengan pernapasan
kriteria hasil : 2. Auskultasi bunyi 2. bunyi napas biasanya
Pola nafas kllien napas dan catat menurun bila jalan
dengan frekuensi adanya bunyi napas napas obstruktif
dan kedalaman tambahan sekunder terhadap
yang normal perdarahan / bekuan
Klien 3. Observasi tanda – 3. mengetahui keadaan
menyatakan : tanda vital klien umum klien
sesak napasnya 4. Bantu klien pada 4. posisi semi fowler
berkurang / posisi semi fowler membantu
hilang memaksimalkan
5. Berikan terapi ekspansi paru
oksigen sesuai 5. memaksimalkan
indikasi pernapasan dan
menurunkan kerja
napas
26 | P a g e
meningkat kekurangan nutrisi
klien tidak klien
mengalami 5. anjurkan klien 5. agar masukan makan
kelemahan fisik makan dalam posisi lancar dan mengurangi
dan dapat duduk rangsang muntah
melakukan 6. berikan oral hygiene 6. menghilangkan krasa
aktivitasnya untuk klien tidak enak pada mulut
dan meningkatkatkan
nafsu makan.
7. kolaborasi dengan
ahli gizi pemberian 7. kebutuhan nutrisi klien
diet untuk klien dapat terpenuhi sesuai
diet
4. Gangguan pemenuhan Setelah dilakukan 1. kaji pola tidur klien 1. Mengidentifikasi berapa
kebutuhan istirahat dan tindakan keperawatan lama tidur klien dalam
pola tidur berhubungan selama 3 x 7 jam, 2. Berikan oksigen sehari
dengan sesak nafas diharapkan kebutuhan tambahan dengan 2. Meningkatkan jumlah
istirahat dan pola tidur nasal kanul atau oksigen yang ada untuk
klien dapat terpenuhi masker sesuai pemakaian miokardium.
dengan kriteria hasil : dengan indikasi.
klien tampak 3. Ciptakan lingkungan 3. Meningkatkan rasa
segar yang nyaman dan nyaman klien
tenang
pola tidur klien 4. Meningkatkan
4. Berikan tempat tidur
7-8 jam yang nyaman, ganti kenyaman tidur klien
klien tidak laken yang sudah
mengalami kotor 5. Meningkatkan ekspansi
5. berikan posisi semi paru, mengurangi sesak
kelemahan fisik
fowler
27 | P a g e
diharapkan klien 2. kebutuhan klien dapat
mampu melakukan 3. tingkatkan tirah terpenuhi
aktivitas sesuai baring 3. meningkatkan istirahat
kemampuannya, dengan untuk menurunkan
riteria hasil : kebutuhan o2 dan kerja
pasien dapat 4. anjurkan klien untuk jantung
beraktivitas menghentikan 4. regangan
sendiri aktivitas apabila kardiopulmonal
klien segar dan terjadi nyeri dada, berlebih / stress dapat
kelemahan napas pendek dan menimbulkan
berkurng / hilang kelemahan dekompensasi
E. Implementasi
No diagnosa Tanggal & Pelaksanaan Evaluasi tindakan / respon pasien Nama &
keperawatan jam paraf
I 6-2-2013 1. Mengkaji fungsi pernafasan seperti 1. Do : Kecepatan nafas klien 24 x / menit
10.00 WIB
frekuensi dan kedalamannya
2. Mengobservasi tanda – tanda vital 2. Do : TTV :
TD: 130/80 mmHg, S : 36 C, N : 80 x /
menit, RR : 24 x / menit
3. Membantu klien pada posisi semifowler 3. Ds : Pasien mengatakan lebih nyaman
28 | P a g e
menghabiskan porsi makanan yang
disediakan ( hanya ¼ porsi makanan yg
2. Memperhatikan adanya mual . muntah dimakan )
2. Ds :Klien mengatakan sudah tidak ada
mual / muntah
3. Menganjurkan klien makan sedikit tapi
3. Klien mengatakan akan mengikuti
sering
III anjuran perawat
6-2-2013 4. Menimbang berat badan klien
4. Berat badan klien tidak bertambah
10.00 WIB
( tetap ) yaitu : 67 kg
5. menganjurkan klien makan dalam posisi
5. Klien kooperatif
duduk
6. berikan oral hygiene untuk klien
6. Oral hygiene sudah dilakukan oleh
keluarga klien
IV 7. Berkolaborasi dengan ahli gizi dalam
6-2-2013 7. Makanan pasien sudah diatur oleh ahli
10.00 WIB pemberian diet untuk klien
gizi sesuai diet
29 | P a g e
3. menciptakan lingkungan yang nyaman
dan tenang
4. Do : laken klien sudah diganti dengan
4. memberikan tempat tidur yang nyaman, yang bersih
ganti laken yang sudah kotor
5. Ds: klien mengatakan nyaman dengan
posisi semi fowler
5. memberikan posisi semi fowler
30 | P a g e
No Tanggal Catatan perkembangan (SOAP) Nama dan
. dan jam paraf
Dx
I 7-2-2013
8-2-2013 S : klien mengatakan sesak nafasnya sudah
15.00
09.00 berkurang
WIB O : keadaan umum masih lemah
TTV : TD : 130 / 90
80 mmHg, S : 36,5
36,3 0 C,
HR : 81
78 x/mnt, RR : 23
22 x / mnit.
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
II 8-2-2013 S : klien mengatakan nafsu makannya sudah
II 7-2-2013
09.00 S : klien mengatakan
meningkat nafsu makannya
dari sebelumnya, tidak ada masih
mual/
15.00
WIB kurang,
muntah .
WIB O : keadaan umum masih lemah, porsi makanan
hanya
belumdapat
dapat dihabiskan oleh
sebanyak setengah
klien (hanya ½
porsi.
porsi yang dapat dihabiskan)
A : masalah
masalahbelum
teratasiteratasi
sebagian
P : lanjutkan
lanjutkanintervensi
intervensi
III 7-2-2013 S : klien mengatakan dapat tidur lebih lama dari
III 7-2-2013
09.00 S : klien mengatakan
sebelumnya yaitudapat tidur lebih
kurang lebih lama jam,
3-5 dar
15.00
WIB sebelumnya yaitu
karena sesaknya kurang
telah lebih
berkurang 3-5 jam,
WIB karena
O : klien sesaknya
tampak telah
lebih berkurang
tenang, dan tidak gelisah
O : klien tampak
seperti lebih tenang, dan tidak gelisah
sebelumnya
sepertiteratasi
A : masalah sebelumnya
sebagian
AP :: lanjutkan
masalah teratasi sebagian
intervensi
IV 7-2-2013 PS :: lanjutkan intervensi
klien mengatakan tubuhnya masih lemah
09.00 O : aktivitas klien tampak masih dibantu oleh
31 | P a g e
IV 7-2-2013
WIB S : klien mengatakan
keluarga tubuhnya masih lemah
dan perawat
15.00 O
A ::masalah
aktivitasbelum
klienteratasi
tampak masih dibantu oleh
WIB keluarga dan perawat
2.2 HIPERTENSI ARITMIA
2.2.1 PENGERTIAN
Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit
abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan
elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price,
1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan
denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
32 | P a g e
Aritmia adalah kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan sistem konduksi jantung. Aritmia adalah
gangguan pembentukan dan/atau penghantaran impuls. Terminology dan pemakaian istilah untuk aritmia sangat bervariasi dan
jauh dari keseragaman di antara para ahli.
2.2.2 ETIOLOGI
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark
miokard.
3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya
4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung
6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)
33 | P a g e
1. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung
menurun berat.
2. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
3. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
4. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi)
mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
5. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
6. Palpitasi
7. Pingsan
8. Rasa tidak nyaman di dada
9. Lemah atau keletihan (perasaan)
10. Detak jantung cepat (tachycardia)
11. Detak jantung lambat (bradycardia)
12.
2.2.4 PATOFISIOLOGI
Secara klinis, diagnosa aritmia berdasarkan pada interpretasi Elektrokardiogram (EKG). Kelainan atau gangguan irama
jantung dapat digolongkan sesuai mekanisme dasar penyebab timbulnya aritmia :
1. kelainan otomatisitas nodus sinus (nodus sinotrial = NSA).
Kecepatan denyut jantung normal sekitar 60 – 100 denyut per menit (=60 – 100 dpm). Perubahan kecepatan
mengadakan impuls dari NSA dapat terjadi dua keadaan :
34 | P a g e
pembentukan impuls cepat maka kecepatan denyut jantung bertambah, misanya diatas 100 dpm disebut takikardia.
Pembentukan impuls pelan maka kecepatan denyut jantung berkurang,misalnya dibawah 60 dpm disebut
barhikardia.
2. Adanya face maker ektopik
Dalam hal ini facemake tidak pada NSA, tetapi pada tempat diluar NSA. Jadi setiap impuls yang berasal dari luar NSA
dianggap sebagai keadaan abnormal yang menimbulkan denyut ektopik.
3. Gangguan sistem induksi
Dalam hal ini terjadi gangguan penghantar rangsangan atau impuls pada jantung, terutama disebabkan adanya blok
system konduksi jantung. Blok jantung mengakibatkan:
Penghambatan penghantaran impuls sehingga periode waktu penghantaran impuls memanjang (menjadi lebih
lama), menyebabkan kecepatan denyut jantung dapat berkurang sampai dibawah normal.
Pemutusan (penghentian) penghantar impuls, dapat terjadi henti jantun (=cardiac arrest).
2.2.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. EKG
Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan
elektrolit dan obat jantung.
2. Monitor Halter
Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila
pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3. Foto dada
Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
35 | P a g e
4. Skan pencitraan miokardia
Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu
gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5. Tes stress latihan
Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
6. Elektrolit
Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.
7. Pemeriksaan obat
Dapat menyatakan toksisitas jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat, contoh digitalis, quinidin dan lain-
lain.
8. Pemeriksaan Tiroid
Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat menyebabkan/ meningkatnya disritmia.
9. Laju Sedimentasi
Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut/aktif, contoh endokarditis sebagai faktor pencetus untuk disritmia.
10. GDA/Nadi Oksimetri
Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
2.2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek
ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh
gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat
antidisritmia.
36 | P a g e
c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Scan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi
normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan : dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh
digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus
disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.
2.2.7 KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
a. Komplikasi
Aritmia tertentu dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi seperti:
Stroke.
Gagal jantung
fibrilasi ventrikel.
Tekanan darah menurun secara drastis, dapat merusak organ vital, termasuk otak, yangsangat membutuhkan suplai
darah.
Dalam kasus yang parah, irama jantung dapat menjadi begitu kacau sehingga menyebabkankematian mendadak.
b. Prognosis
37 | P a g e
Sebagian besar aritmia tidak menyebabkan gejala atau menganggu kemampuan jantung untuk memompa darah. Jadi
biasanya aritmia menimbulkan resiko yang sedikit atau tidak ada, meskipun aritmia dapat menyebabkan kecemasan yang
besar , jika seseorang menyadari aritmia.
a. Terapi Medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
2.2.8.1.1 Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial
fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmia yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
2.2.8.1.2 Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi.
38 | P a g e
2.2.8.1.3 Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
2.2.8.1.4 Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
b. Terapi Mekanis
a). Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS,
biasanya merupakan prosedur elektif.
b). Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
c). Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang
mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d). Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk
mengontrol frekuensi jantung.
2.2.9 PENGKAJIAN
2. Sirkulasi
39 | P a g e
Gejala : riwayat IM sebelumnya/akut (90%-95 mengalami distrimia), kardiomiopati, GJK, penyakit
katup jantung, hipertensi.
Tanda : Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama periode distrimia.
Nadi: mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat; pulsus alternant (denyut kuat teratur/denyut
lemah) nadi begeminal (denyut kuat tak teratur /denyut lemah).
Defisit nadi(perbedaan antara nadi apical dan nadi radial).
Bunyi jantung: irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun.
Kulit: warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat (gagal jantung ,
syok).
Edema: dependen, umum, DVJ (pada adanya gagal jantung)
Haluaran urine: menurun bila curah jantung menurun berat.
3. Integritas Ego
4. Makanan/Cairan
40 | P a g e
Tidak toleran terhadap makanan (karena adanya obat)
Mual/muntah
Perubahan berat badan.
Tanda : perubahan berat badan.
Edema
Perubahan pada kelembaban kulit/turgor
Pernapasan krekels
5. Neurosensori
6. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat atau tidak bisa hilang oleh obat antiangina.
Tanda : perilaku distraksi, contoh gelisah
41 | P a g e
7. Pernapasan
8. Keamanan
Tanda : demam
Kemerahan kulit (reaksi obat)
Inflamasi, eritema, edema (thrombosis superfisial).
Kehilangan tonus otot/kekuatan.
9. Penyuluhan/Pembelajaran
42 | P a g e
Gejala : factor risiko keluarga contoh, penyakit jantung, stroke.
Penggunaan/tak menggunakan obat yang diresepkan, contoh obat jantung (digitalis);
antikoagulan (Coumadin); atau obat yang dijual bebas, contoh sirup batuk dan analgesik berisi
ASA.
Kurang pemahaman tentang proses penyakit/program terapeutik.
Adanya kegagalan untuk memperbaiki, contoh distrimia berulang/tak dapat sembuh yang
mengancam hidup.
a. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi eliktrikal; penurunan kontraktilitas
miokardial.
b. Kurang pengetahuan tentang penyebab/kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi
medis/kebutuhan terapi; tidak mengenal sumber informasi; kurang mengungat
c. Nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan/kelelahan
e. Risiko terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan inadekuat suplay oksigen ke jaringan.
2.2.11 INTERVENSI
1. Curah jantung menurun resiko tinggi terhadap gangguan konduksi elektrikal dan penurunan kontraktilitasn miokard
43 | P a g e
Raba nadi (radial, carotid, femoral, dorsalis pedis) catat frekwensi, keteraturan, amplitude (penuh/kuat) dan simetris. Catat
adanya pulsus alternan, nadi bigeminal atau defisit nadi
R/ mengetahui perbedaan frekuensi, kesamaan dan keteraturan nadi.
Auskultasi bunyi jantung, catat frekwensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
R/ lebih terdeteksi dengan pendengaran daripada dengan palpasi
Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan. Laporkan variasi penting pada TD/frekwensi nadi,
kesamaan, pernapasan, perubahan pada warna kulit/suhu, tingkat kesadaran/sensori, dan haluaran urine selama episode
disritmia.
R/ penanganan cepat untuk mengakhiri aritmia diperlukan pada adanya gangguan curah jantung dan perfusi jaringan
Tentukan tipe disritmia dan catat irama (bila pantau jantung /telemetri tersedia).
R/ berguna dalam menentukan kebutuhan / tipe intervensi
Takikardia
Bradikardia
Disritmia atrial
Disritmia ventrikel
Blok jantung
Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
R/untuk menurunkan rangsang dan penghilangan stres akibat katekolamin.
Demonstrasikan /dorong penggunaan perilaku pengaturan stress, contoh tehnik relaksasi , bimbingan imajinasi, napas
lambat/dalam.
R/ membantu pasien untuk mengeluarkan rasa kontrol dalam situasi penuh stres.
44 | P a g e
Selidiki laporan nyeri dada, catat lokasi, lamanya, intensitas, dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-
verbal, contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD/frekwensi jantung.
R/ untuk mengetahui sebab nyeri.
Siapkan /lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi.
R/ memerlukan upaya intervensi untuk mencegah kerusakan iskemi/kematian.
Kolaborasi
45 | P a g e
Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung.
Masukan/pertahankan masukan IV
Siapkan untuk prosedur diagnostic invasive/bedah sesuai indikasi.
Siapkan untuk/Bantu penanaman otomatik kardioversi atau defibrilator (AICD) bila diindikasikan.
Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal.k memahami fariasi individual dan memahami intervensi terapeutik
R/ memberikan dasar pengetahuan un
Jelaskan/tekankan masalah disritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/orang terdekat.
R/penjelasan berulang diperlukan karena kecemasan dan atau hambatan informasi baru dapat menghambat/ membatasi
belajar
Identifikasi efek merugikan/komplikasi disritmia khusus, contoh kelemahan, edema dependen, perubahan mental lanjut,
vertigo.
R/ disritmia dapat menurunkan curah jantungdimanifestasikan oleh gejala gagal jantung/ gangguan perfusi serebral
Anjurkan /catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan (tindakan yang dibutuhkan), bagaimana dan
kapan minum obat, apa yang dilakukan bila dosis terlupakan (informasi dosis dan penggunaan), efek samping yang
diharapkan atau kemungkinan reaksi merugikan, interaksi dengan obat lain/obat yang dijual bebas atau substansi (alcohol,
tembakau), sesuai dengan apa dan kapan melaporkan ke dokter.informasi perlu untuk pasien dalam membuat pilihan
berdasarkan informasi dan menangani program pengobatan
R/informsi perlu untuk membuat pilihan berdasarkan informasi dan menangani program pengobatan
46 | P a g e
Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan. Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan aktivitas
cepat, contoh pusing, silau, dispnea, nyeri dada.
R/program latihan berguna dalam memperbaiki kesehatan kardiovaskuler
Kaji ulang kebutuhan diet individu/pembatasan, contoh kalium dan kafein.
R/ pasien perlu meningkatkan diet kalium dan kafien dibatasi untuk mencegah eksitasi jantung
Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien/orang terdekat untuk dibawa pulang.
R/ instruksi tulisan membantu pasien dalam kontak tak langsung dengan tim kesehatan
Anjurkan pasien melakukan pengukuran nadi dengan tepat. Dorong pencatatan nadi harian sebelum minum obat/latihan.
Identifikasi situasi yang memerlukan intervensi medis cepat.
Observasi atau pemantauan sendiri terus menerus memberikan intervensi berkala untuk menghindari komplikasi
Kaji ulang kewaspadaan keamanan, tehnik untuk mengevaluasi/mempertahankan pacu jantung atau fungsi AICD dan
gejala yang memerlukan intervensi medis.
R/meningkatkan perawatan mandiri, memberikan intervensi berkala untuk mencegah komplikasi serius
Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus maneuver. Valsalva bila perlu.
R/kadang-kadang prosedur ini perlu pada beberapa pasien untuk memperbaiki irama tertentu/curah jantung pada situasi
darurat
3 EVALUASI
Hasil yang diharapkan pada proses keperawatan klien distritmia/aritmia meliputi hal-hal berikut :
Menunjukkan peningkatan curah jantung
Tanda-tanda vital kembali normal
47 | P a g e
Terhindar dari resiko penurunan prfusi perifer.
Terpenuhinya aktifitas sehari-hari.
Menunjukkan penurunan kecemas
Memahami penyakit dan tujuan perawatannya.
Mematuhi semua aturan medis.
Mengetahui kapan harus meminta bantuan medis bila nyeri menetap atau sifatnya berubah.
Ruangan : Teratai
Agama : Islam
48 | P a g e
Pekerjaan : wiraswasta
Pendidikan : SMA
Penanggung : askes
b. Kecelakaan : pernah
49 | P a g e
Diagnosa : aterosklerosis
Waktu : 20 mei tahun 2010
Tempat : BAHTERAMAS SULTRA
Tindakan : pengobatan
2. Alergi : tidak ada
3. Obat-obatan
a. Riwayat Pengobatan :
b. Pengobatan sekarang :
4. Pola Nutrisi
Sebelum Sakit :
a) Berat badan : 60 kg
b) Tinggi badan : 165 cm
c) Makanan yang disukai : daging dan makanan laut kecuali udang
d) Makanan yang tidak disukai : Udang
e) Makanan pantangan : -
f) Nafsu makan : ( √ ) Baik
( ) Sedang – alasan ; mual / muntah / sariawan
50 | P a g e
( ) Sedang – alasan ; muntah
c) Rasa mual : ( √ )
Muntah :(√ )
d) Perubahan berat badan 6 bulan terakhir : berat badan menuuurun sekitar 8 kg
e) Berat Badan saat dikaji : 50 kg
Data Lainnya :
IMT : BB/TB2
= 50 /( 1.65 )2
= 50 /2.7225
= 18.36 ( normal )
= 65-6.5
= 58.5 kg
51 | P a g e
= ( 10 x 3.79 ) + (0,005 x 2.0 )
= 37.9+0.01
= 37.91
Prognostic Nutritional Index : gizi buruk
Gizi baik ≥40
Gizi buruk ≤40
5. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit :
Konsistensi : padat
Frekuensi : 4x sehari
Warna : kuning
Bau : -
52 | P a g e
6. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum Sakit :
a) Kegiatan : berdagang
b) Olah raga
Jenis : tidak ada
53 | P a g e
Perubahan Setelah Sakit :
Klien tidak bisa melakukan aktifitas kesehariannya yaitu berdagang karena keadaan penyakitnya yang mengganggu.
Pola Pekerjaan
Sebelum Sakit :
Klien tidak lagi melaksanakan rutinitasnya sebagai seorang pedagang karena penyakit yang dialaminya.
54 | P a g e
Keterangan :
: Klien
Generasi I :
- kakek dan nenek dari bapak klien telah meninggal karena faktor usia.
- kakek dan nenek dari ibu klien telah meninggal dunia karena faktor usia.
Generasi II :
- Bapak dan saudara bapak klien tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
- Ibu dan saudara ibu klien tidak ada yang menderita yang sama.
Generasi III :
- Klien menderita hipertensi dan saudaranya yang masi hidup.
55 | P a g e
IV. RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPIRITUAL
1. Pola koping : pola koping klien tidak efektif
2. Harapan klien terhadap penyakitnya : klien mengatakan tekanan darahnya dapat
3. Faktor streso : klien merasa cemas terhadap penyakitnya
4. Konsep diri : klien mengatakan merasa terganggu terhadap penyakitnya.
5. Pengetahuan klien tentang penyakitnya : klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya.
6. Adaptasi : klien dapat beradaptasi dengan penyakitnya.
V. RIWAYAT LINGKUNGAN
Klien tinggal dirumah sendiri bersama istri dan kedua orang anaknya. Tinggal di kompleks BTN.
Persepsi Keluarga :
56 | P a g e
- segera pulih seperti semula dan dapat melakukan kegiatan seperti semula.
Hubungan / komunikasi
a. Bicara
( √ ) Jelas Bahasa Utama : Indonesia
( √ ) Mampu mengekspresikan
b. Tempat Tinggal.
( √ ) Rumah milik sendiri
( ) Rumah kontrakan
c. Kehidupan Keluarga.
1. Adat istiadat yang dianut : bugis
2. Pembuat Keputusan Keluarga : sendiri bersama istri
3. Pola komunikasi : terjalin baik dengan anggta keluarga
4. Pola keuangan : (√ ) Memadai ( ) Kurang
57 | P a g e
d. Kesulitan dalam keluarga.
Tidak ada.
3. Pertahanan koping
Pengambilan keputusan.
( ) Sendiri
( ) Cari pertolongan
(√ ) marah
PENGKAJIAN FISIK
Tanda-tanda Vital
P : 30 x/menit S : 37 o
C
58 | P a g e
2. Kepala :
a. Inspeksi
Bentuk kepala : mesosepal
kesimetrisan muka, tengkorak : simetris
Warna rambut : hitam
distribusi rambut : banyak dan beruban
b. Palpasi
massa tekan : tidak ada
nyeri tekan : tidak ada
c. Keluhan yang berhubungan
Nyeri kepala berat
3. Mata :
a. Inspeksi
Kelopak mata :normal
Kunjungtiva : pucat
Sklera : putih
Ukuran pupil :2 mm isokor kiri dan kanan.
Reaksi terhadap cahaya ( + ).
Akomodasi (+)
59 | P a g e
b. Palpasi
peningkatan TIO : tidak ada
Massa tekan : tidak ada
Nyeri tekan : tidak ada
c. Lain-lain
Fungsi Penglihatan : normal
Pemeriksaan mata terakhir : -
4. Hidung :
a. Inspeksi
Simetris
Udem : tidak ada
Secret : tidak ada
b. Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada
c. Lain-lain
reaksi alergi : tidak ada
5. Mulut dan tenggorokan
Gigi geligi
3 2 1 2 2 1 2 3
3 2 1 2 2 1 2 3
60 | P a g e
Caries : tidak ada
Mukosa lembab
6. leher
Inspeksi
Simetris
Warna : coklat muda sama dengna daerah sekitar.
Mobilisasi leher baik
7. Dada, Paru – paru dan Jantung
Inspeksi
61 | P a g e
Perkusi daerah dada : Resonan
Auskultasi
Takikardi
Takipnea
Palpitasi
Kenaikan tekanan darah 160/100mmhg.
Terdengar bunyi jantung S3
8. Abdomen
Inspeksi
Simetris
Warna: coklat muda sama dengan daerah sekitar
Tidak ada benjolan
Auskultasi
62 | P a g e
Atropi : tidak ada
12. Integumen
Rambut : tipis dan distribusi normal
Kulit : kulit lembab.
Kuku : normal dan berwarna putih
1. Sistem Muskuloskeletal
Kelemahan umum pada otot pasien sehubungan dengan suplai darah yang tidak adekuat ke jaringan. atas.
2. Pengkajian data fokus
Sistem kardiovaskuler
Tekanan darah 160/100
Takikardi
Sistem neurologi
Klien mengeluh sesak napas,pusing dan mual-mual.
3. Data tambahan
Keluarga klien tampak cemas dan sering bertanya tentang kondisi klien.
63 | P a g e
5. DATA PENUNJANG
64 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN
3.2 Kesimpulan
Dekompensasi kordis atau gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung adalah suatu keadaan ketika jantung tidak
mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun tekanan vena normal(Muttaqin, 2012).
Etiologi dekompensasi kordis adalah Kelainan otot jantung, Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup
ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
Penyebab Decompensasi Cordis menurut Smeltzer,(2001), yaitu mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi
gangguan kemampuan kontraktilitas jantung, yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari curah jantung normal, bila
65 | P a g e
curah jantung berkurang system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan perfusi jaringan
yang memadai maka volume sekuncuplah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung. Tetapi pada
gagal jantung masalah utamanya adalah kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung dan volume sekuncup itu dipengaruhi
tiga factor yaitu preload, kontraktilitas dan afterload ,jika salah satu 3 dari ketiga factor tersebut terganggu maka curah
jantungnya akan berkurang.
Tanda dan gejala dekompensasi kordia seperti, Curah jantung rendah yaitu Suatu keadaan dimana mompa darah oleh
jantung yang tidak adekuat untuk mencapai kebutuhan metabolisme. Distensi vena jugularis, Edema, Disritmia, S3 dan S4
ventrikel kanan, Hipersonor pada perkusi, Immobilisasi diafragma rendah, Peningkatan diameter pada antero posterial.
Pemeriksaan penunjang dekompensasi kordia antara lain, Ekokardiografi, Rontgen dada, EKG. Penatalaksanaan medis
terdiri dua Penatalaksanaan non farmakologis (Pembatasan natrium, Tirah baring dan Pembatasan lemak) dan Penatalaksanaan
farmakologis (Pemberian O2, Terapi nitrat dan vasodilator, Diuretik kuat,Digitalis serta Obat dalam inotropik positif ).
Adapaun Komplikasi dekompensasi kordis, Edema paru, Gagal ginjal, Aritmia, Tromboembolisme serta Kerusakan
metabolic. Konsep dasar keperawatan dekompensasi kordia teridir dari Pengkajian, Diagnosa keperawatan dan intervensi
- Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal
atau otomatis
- Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh Peradangan jantung,Gangguan sirkulasi koroner, Karena
obat, Gangguan keseimbangan elektrolit Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom, Ganggguan psikoneurotik dan
susunan saraf pusat.Gangguan metabolic, Gangguan Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor
jantung,Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi
66 | P a g e
- Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu :Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi Sinkop, pusing, berdenyut, sakit
kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. Nyeri dada ringan sampai berat, Nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan. Demam; Palpitasi Pingsan Rasa tidak nyaman di dada Lemah atau
keletihan (perasaan) Detak jantung cepat (tachycardia) Detak jantung lambat (bradycardia)
- Secara klinis, diagnosa aritmia berdasarkan pada interpretasi Elektrokardiogram (EKG).
- Komplikasi Aritmia tertentu dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi seperti: Stroke., Gagal jantung, fibrilasi
ventrikel., Tekanan darah menurun secara drastis, dapat merusak organ vital, termasuk otak, yangsangat membutuhkan suplai
darah., Dalam kasus yang parah, irama jantung dapat menjadi begitu kacau sehingga menyebabkankematian mendadak.
- Penatalaksanaan di lakukan dengan terapi medis dan terapi mekanik
- Konsep keperawatan penyakit arirmia ada beberapa tahap meliputu, pengkajian, diagnose intervensi dan evaluasi
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Kami akan
memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu
kami mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
67 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
ardi. (2016, februari 02). gawat darurat dekompensasi kordis. Retrieved from ventrikeltakikardi.blogspot.com:
http://ventrikeltakikardi.blogspot.com/2016/02/lp-gawat-darurat-decompensasi-cordis.html
deva. (2012, januari 22). asuhan keperawatan dengan penyakit decompensasi kordis. Retrieved from devalapaz.wordpress.com:
https://devalapaz.wordpress.com/2012/01/22/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-penyakit-decomp-cordis/
ganong. (2005). patofisiologi. jakarta: egc.
kiosafaras. (2010, januari 19). dekompensasi kordis. Retrieved from www.academia.com:
https://www.academia.edu/8094922/LAPORAN_PENDAHULUAN_PADA_DECOMPENSATIO_CORDIS
muttaqin. (2012). asuhan keperawatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler dan hematologi. jakarta: salemba medika.
nurafif, A. H., & kusuma, H. (2013). aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC - NOC. yogyakarta:
media action.
ovi. (2016, desember 11). asuhan keperawatan cordis. Retrieved from oviliamn.wordpress.com:
https://oviliamn.wordpress.com/2016/12/11/asuhan-keperawatan-decompensasi-cordis/
rofi. (2010, februari 10). decompensasi cordis payah jantung. Retrieved from rofiqahmad.wordpress.com:
https://rofiqahmad.wordpress.com/2010/02/10/decompensasi-cordis-payah-jantung/
sam. (2018, september 22). asuhan keperawatan klien dengan dekompensasi cordis. Retrieved from wordpress:
https://samoke2012.wordpress.com/2018/09/22/asuhan-keperawatan-klien-dengan-decompensasi-cordis/
yuli. (2010, januari 19). asuhan keperawatan pada dekompensasi cordis. Retrieved from yulidwitratiwi.wordpress:
https://yulidwitratiwi.wordpress.com/2010/01/19/asuhan-keperawatan-pada-deompensation-cordis/
68 | P a g e
Emergency Cardiovascular Care Program, Advanced Cardiac Life Support, 1997-1999, American Heart Association.
Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi ketiga, 1996, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Evy. Gangguan Irama Jantung Picu Stroke. In : Kompas Cyber Media [online]. 2007. Available from :
http://www.64.203.71.11/ver1/Kesehatan/0707/27/095136.htm
http://www.kompas.com/kesehatan/news/0305/07/112208.htm
Smeltzer Bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth, edisi, EGC, Jakarta.
http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2004/3/7/ink1.html
Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.
69 | P a g e
Background:
Tn. A berusia 47 tahun bekerja sebagai buruh pabrik, beliau di bawah ke IGD RSUD Jombang oleh keluarga pada hari
minggu 4 Maret 2017 pukul 15.30 wib dalam keadaan pingsan. Hasil wawan cara dengan keluarga didapatkan bahwa Tn. A
mengeluh nyeri dada sebelah kiri menyebar ke bahu sebelah kiri, leher dan lengan atas sebelah kiri disertai dengan sesak
napas. Sejak 3 hari yang lalu pasien mengeluh pusing serta mual muntah. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data, TD
185/100 mmHg, Nadi tidak teraba pada nadi radialin tapi teraba lemah pada nadi karotis, RR 30x/ menit, T 34,5 0C. Dari
hasil auskultasi terdengan suara wheezing dan pada jantung terdengar bunyi jantung terdengan suara gallops, kesadaran
pasien dalam keadaan semi koma dengan hasil GCS (E=1, V=1, M=2), reflek cahaya pada pupil menunjukkan pupil (+),
pergerakan dada simetris, terlihat adanya otot bantu pernapasan. Dari hasil pemeriksaan penunjang didapatkan bahwa hasil
AGD =PaO2 67 mmHg (normal = 80-100 mmHg) dan hasil EKG menunjukkan adanya Ventrikel Fibrilasi (VF).
70 | P a g e
Assessment:
Head to toe
Kepala: tidak ada lesi, tidak ada benjolan, rambut bersih, ada uban
Leher: tidak ada pembengkakan tiroid, tidak ada nyeri tekan, nadi teraba di arteri karotis.
Dada: pergerakan dada simetris, terdapat penarikan otot bantu pernafasan, suara tambahan whezing dan suara tambahan
jantung gallop.
Abdomen: pasien mengeluh pusing serta mual muntah, tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada nyeri tekan,
Lower back/Punggung bawah: tidak ada pembenkakan, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada neri tekan
Pelvis: simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi atau benjolan
Genitalia: tidak terdapat infeksi, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan.
Ekstremitas atas dan bawah, kulit: akral dingin, crt lebih dari 2 dtk, tidak ada oedema, tidak ada lesi.
Persyarafan (if necessasry) : reflek cahaya pada pupil menunjukkan pupil (+).
71 | P a g e