DILATED CARDIOMYOPATHY
Pembimbing :
Oleh:
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Nilai :
PIMPINAN SIDANG
1
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Dilated Cardiomyopathy”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Kardiologi dan Vaskuler, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan
dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga dapat selesai tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai masukan dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan..........................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan
1.1...............................................................................................................
Latar Belakang......................................................................................
1.2...............................................................................................................
Tujuan...................................................................................................
1.3...............................................................................................................
Manfaat.................................................................................................
2.1...............................................................................................................
Congestive Heart Failure......................................................................
2.2. Kardiomiopati.....................................................................................
Bab VI Kesimpulan..........................................................................................
Daftar Pustaka...................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
1
permanen.17 Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan berdasarkan
NIC yaitu manajemen hipervolemia, manajemen cairan, manajemen
elektrolit: hipernatremia, hiperkalemia, manajemen disritmia dan
manajemen berat badan.18
1.2 Tujuan
Untuk menguraikan teori-teori mengenai Dilated Cardiomyopathy, mulai dari
definisi hingga diagnosis, serta tatalaksana. Penyusunan laporan kasus ini
sekaligus untuk memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan
Profesi Dokter (P3D) di Departemen Kardiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan
pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta P3D untuk lebih memahami
mengenai Dilated Cardiomyopathy terutama tentang penegakan diagnosis dan
tatalaksananya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gagal jantung dapat disebabkan oleh banyak hal. Secara epidemiologi cukup
penting untuk mengetahui penyebab dari gagal jantung. Di negara maju penyakit arteri
koroner dan hipertensi merupakan penyebab terbanyak sedangkan di negara
berkembang yang menjadi penyebab terbanyak adalah penyakit jantung katup dan
penyakit jantung akibat malnutrisi. Pada beberapa keadaan, sangat sulit untuk
menentukan penyebab dari gagal jantung. Terutama pada keadaan yang terjadi
bersamaan pada penderita. Penyakit jantung koroner pada Framingham Study dikatakan
sebagai penyebab gagal jantung pada 46% laki-laki dan 27% pada wanita. Faktor risiko
koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor yang dapat berpengaruh
pada perkembangan dari gagal jantung.18
Selain itu, berat badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol
HDL juga dikatakan sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal jantung.
Hipertensi telah dibuktikan meningkatkan risiko terjadinya gagal jantung pada beberapa
penelitian. Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung melalui beberapa mekanisme,
termasuk hipertrofi ventrikel kiri. Hipertensi ventrikel kiri dikaitkan dengan disfungsi
ventrikel kiri sistolik dan diastolik dan meningkatkan risiko terjadinya infark miokard,
serta memudahkan untuk terjadinya aritmia baik aritmia atrial maupun aritmia ventrikel.
Ekokardiografi yang menunjukkan hipertrofi ventrikel kiri berhubungan kuat dengan
perkembangan gagal jantung.18
2.1.3 Patogenesis17
2.1.4 Manifestasi Klinis22
Sesak napas (juga disebut dyspnea) Sesak napas selama Darah dikatakan
melakukan aktivitas “backs up” di
(paling sering), saat pembuluh darah paru
istirahat, atau saat tidur, (pembuluh darah yang
yang mungkin datang kembali dari paru ke
tiba-tiba dan jantung) karena
membangunkan. Pasien jantung tidak dapat
sering mengalami mengkompensasi
kesulitan bernapas suplai darah.Hal ini
sambil berbaring datar menyebabkan cairan
dan mungkin perlu bocor ke paru-paru.
untuk menopang tubuh
bagian atas dan kepala
di dua bantal. Pasien
sering mengeluh
bangun lelah atau
merasa cemas dan
gelisah.
Kurangnya nafsu makan dan mual Perasaan penuh atau Sistem pencernaan
sakit perut. menerima darah yang
kurang, menyebabkan
masalah dengan
pencernaan.
Kriteria Minor:
· Bilateral ankle edema
· Batuk nokturnal
· Dyspnea pada aktivitas biasa
· Hepatomegali
· Efusi pleura
· Penurunan kapasitas vital oleh sepertiga dari maksimum terekam
· Takikardia (denyut jantung> 120 denyut / menit.)
a. Pemeriksaan laboratorium
Gangguan hematologis atau elektrolit yang bermakna jarang dijumpai pada
pasien dengan gejala ringan sampai sedang yang belum diterapi, meskipun
anemia ringan, hiponatremia, hiperkalemia dan penurunan fungsi ginjal sering
dijumpai terutama pada pasien dengan terapi menggunakan diuretik dan/atau
ACEI (Angiotensin Converting Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin Receptor
Blocker), atau antagonis aldosterone.20
b. EKG
Dapat ditemukan kelainan primer jantung (iskemik, hipertrofi ventrikel,
gangguan irama) dan tanda-tanda faktor pencetus akut (infark miokard, emboli
paru).20
c. Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan metode yang paling berguna dalam melakukan
evaluasi disfungsi sistolik dan diastolik. Gambaran yang paling sering ditemukan
pada gagal jantung adalah akibat penyakit jantung iskemik, kardiomiopati
dilatasi, dan beberapa katup dilatasi ventrikel kiri yang disertai hipokinesis
seluruh dinding ventrikel.24
d. Kateterisasi jantung
Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP) 10 mmHg atau pulmonary
arterial wedge presslure >12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung
e. Foto Toraks
Rontgen toraks dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura
dan dapat mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau
memerberat sesak nafas. Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada gagal jantung
akut dan kronik.
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasien dengan gagal jantung kongestif dibagi menjadi 2
yaitu farmakologis dan non farmakologis, sebagai berikut:
Pengurangan berat badan pasien obesitas (IMT > 30 kg/m2) dengan gagal
jantung kongestif dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung
kongestif, mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
2) β blocker
Kecuali kontraindikasi, β blocker harus diberikan pada semua pasien gagal
jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. Β blocker
memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah
sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan kelangsungan hidup.
3) Antagonis Aldosteron
Kecuali kontraindikasi, penambahan obat antagonis aldosteron dosis kecil harus
dipertimbangkan pada semua pasien dengan fraksi ejeksi ≤ 35 % dan gagal
jantung simtomatik berat (kelas fungsional III - IV NYHA) tanpa hiperkalemia
dan gangguan fungsi ginjal berat. Antagonis aldosteron mengurangi perawatan
rumah sakit karena perburukan gagal jantung dan meningkatkan kelangsungan
hidup.
2.1.7 Komplikasi
a. Syok kardiogenik.
b. Episode tromboemboli karena pembentukan pembekuan vena karena statis
darah.
c. Efusi dan tamponade perikardium.
d. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.21
2.1.8 Prognosis
Meskipun akhir-akhir ini banyak kemajuan dalam hal evaluasi dan
penanganan gagal jantung, terjadinya gagal jantung simtomatis masih membawa
prognosis yang buruk. Studi berbasis komunitas menunjukkan bahwa 30%-40%
pasien meninggal dalam waktu 1 tahun setelah didiagnosis dan 60%-70%
meninggal dalam waktu 5 tahun, terutama akibat perburukan gagal jantung atau
serangan mendadak (kemungkinan akibat aritmia ventrikel).23
2.2 Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah suatu proses penyakit yang kompleks yang dapat
menyerang jantung penderita dengan berbagai usia dan manifestasi klinis biasanya
tampak saat dekade ketiga atau keempat. Kardiomiopati dapat dibagi menjadi tiga
berdasarkan perubahan anatomi yang terjadi, yaitu kardiomiopati dilatasi,
kardiomiopati hipertrofi, dan kardiomiopati restriksi.1–3
Kardiomiopati hipertrofi ditandai dengan hipertrofi pada ventrikel kanan,
tanpa kasus yang pasti, seperti hipertensi atau stenosis aorta. Kardiomiopati jenis
ini ditemukan pada 1 dari 500 dari jumlah penduduk. Ada dua ciri dari
kardiomiopati hipertrofi yang menarik perhatian paling besar: (1) hipertrofi
ventrikel kanan yang asimetri, kadang-kadang disertai dengan hipertrofi dari
septum interventrikuler; dan (2) meningkatnya tekanan dari sistem aliran keluar
ventrikel kanan yang sangat drastis, yang berhubungan dengan penyempitan di
bagian subaorta.5
Kardiomiopati restriksi ditandai dengan gangguan pengisian diastolik
dengan fungsi kontraktil yang layak dipertahankan. Kondisi ini relatif jarang,
dengan penyebab yang paling sering meliputi amyloidosis. Biasanya mudah untuk
mengenali amiloid dengan histologi dari karakteristik warna hijau dibawah sinar
terpolarisasi setelah menggunakan pewarnaan Sirius red. Penyebab lain dari
kardiomiopati restriktif yaitu kardiomiopati infiltratif (contoh: hemochromatosis,
sarkoidosis), dan penyakit jaringan ikat (contoh: skleroderma).6 Kardiomiopati
tipeini merupakan salah satu tipe kardiomiopati dimana biopsi jantung dapat
membantu.
7
Gambar 1. Perbandingan morfologi jantung pada kardiomiopati
10
Gambar 2. Jantung normal dibandingkan dengan jantung pasien kardiomiopati dilatasi
No. Tanggal
Hari : Rabu
RM: 751610 03/07/2019
ANAMNESIS
√ Autoanamnesis Alloanamnese
Telaah :
Foto Toraks
Metabolisme
RFT
Elektrolit
91 mEq/L
Klorida
Diagnosa kerja : CHF fc. IV ec. DCM + PPOK eksaserbasi berat + Pneumonia
komunitas
1. Fungsional : JNC 7, NYHA
2. Anatomi : ruang ventrikel dan atrium jantung, miokardium
3. Etiologi : keturunan
Diferensial Diagnosis:
1. CHF ec. Hipertropi kardiomiopati
2. CHF ec. Restriktif kardiomiopati
3. CHF ec. CAD
Pengobatan:
- Bedrest
- O2 2-4 l/I via nk
- IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/i mikro
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Nebule Meptin 0.5 mg/8 jam
- Ramipril 1x 5 mg
- Carvedilol 2x3.125 mg
- Paracetamol 3x500 mg
- Metilprednisolone 4x8 mg
- Azitromisin 1x500 mg
- Retapyl SR 2x1/2 tab
- N-Acetylsistein 3x200 mg
DISKUSI KASUS
Teori Kasus
Faktor Risiko
Faktor risiko terdiri atas faktor risiko yang Pada pasien dijumpai:
dapat diubah, seperti DM, alkohol, dan Faktor risiko yang dapat diubah:
obesitas. Sedangkan faktor risiko yang tidak obesitas
dapat diubah adalah usia, jenis kelamin (laki- Faktor risiko yang tidak dapat diubah:
laki > perempuan) dan riwayat keluarga. Laki-laki dewasa dan riwayat keluarga.
Tanda Klinis Tanda klinis yang dijumpai pada pasien:
Gejala CHF yang sudah mencapai
Gejala gagal jantung kronis sisi kiri dan kanan functional class IV
biasanya berkembang secara bertahap. LVH pada gambaran EKG
Beberapa pasien memiliki dilatasi ventrikel kiri Pasien mengaku sudah mengalami
masalah jantung selama 9 tahun.
selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun
sebelum menjadi gejala. Meskipun nyeri dada
yang samar- samar mungkin ada, angina
pektoris yang khas itu tidak biasa dan
menunjukkan adanya iskemik pada jantung.
Pingsan karena aritmia dan emboli sistemik
(sering berasal dari trombus ventrikel) mungkin
terjadi.
Pemeriksaan Fisik Kesadaran: Compos Mentis
Pada pasien dengan penyakit lanjutan, tekanan TD: 80/60 mmHg HR : 120x/m (irreguler)
nadi menyempit dan tekanan vena jugularis RR: 24 x/m Suhu:38,2˚C
meningkat. Suara jantung ketiga dan keempat JVP : 5+2 cm H2O
umumnya ada, dan regurgitasi mitral atau Dispnea : +
trikuspid mungkin terjadi. Pada beberapa Kepala :
pasien, gejala gagal jantung berkembang secara Mata:
bertahap. Pemeriksaan fisik menunjukkan Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
ronkhi basah, peninggian jugular venous ikterik (+/+)
pressure, kardiomegali, irama gallop pada S3, Leher : JVP : 5+2 cm H2O
edema perifer, atau asites. Pada gagal jantung Dinding toraks :
kronik yang parah, pernafasan Cheyne-Stokes, Inspeksi : simetris fusiformis
pulsus alternans, pucat, dan sianosis dapat Palpasi : stem fremitus kiri=kanan
timbul. Perkusi :
batas atas jantung
- ICS II linea parasternalis sinistra
batas kiri jantung
- ICS V 2 cm lateral LMCS
batas kanan jantung
- ICS V linea parasternalis dextra
Auskultasi :
vesikuler, Rhales (+/+), wheezing (-/-)
Jantung :
S1 (+), S2 (+), S3 (-), S4 (-)
Regularitas : irreguler
Murmur : PSM , Punctum maximum : apex
Paru:
Suara pernafasan: vesikuler
Suara tambahan : rales (+/+), wheezing
Abdomen :
Inspeksi : ascites
Palpasi : soepel, Hepar/Lien : tidak teraba
Perkusi : tympani
Auskultasi : normoperistaltik
Ekstremitas :
Superior : dalam batas normal
Inferior : Edema pretibial (+), Pulsasi arteri (+)
Akral : Hangat, SpO2: 96%
Pemeriksaan Penunjang Darah Rutin
Laboratorium Hb: 15,6 g/dl, Ht : 46 %
Leukosit: 22530/mm3
EKG Eritrosit : 5,01 jt/µl
Foto thorax Trombosit: 261000/µl
Echocardiography KGDs: 81
Ginjal: ureum/kreatinin: 118/1,99
Na/K/Cl: 125/4.3/91
Hasil EKG : AF RVR + LVH + Complete
LBBB
Marka Jantung: -
Foto thorax: kardiomegali , aorta dilatasi,
kongesti, infiltrat
Tata Laksana - Bed Rest
Prioritas pertama dalam melaksanakan strategi - O2 2-4 l/I via nk
pengobatan pada pasien kardiomiopati dilatasi - IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/i mikro
adalah menentukan apakah kondisi tersebut - Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
terdapat etiologi yang ada pengobatan - Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
spesifiknya. Prioritas kedua dalam - Nebule Meptin 0.5 mg/8 jam
melaksanakan strategi pengobatan pada - Ramipril 1x 5 mg
kardiomiopati dilatasi adalah untuk memulai - Carvedilol 2x3.125 mg
terapi suportif pada gagal jantung, tujuannya
- Paracetamol 3x500 mg
adalah untuk: meningkatkan kualitas hidup,
- Metilprednisolone 4x8 mg
menghindari rawat inap di masa yang akan
datang, memperpanjang masa hidup, dan - Azitromisin 1x500 mg
mencegah perkembangan gagal jantung - Retapyl SR 2x1/2 tab
Antagonis aldosteron dengan spironolakton - N-Acetylsistein 3x200 mg
telah dilaporkan untuk mengurangi angka
kematian pada pasien dengan gagal jantung
tingkat lanjut, baik pada kardiomiopati dilatasi Rencana penjajakan selanjutnya:
atau iskemik. Menurut hasil dari percobaan - Echocardiography
Randomized Aldactone Evaluation Study
(RALES), spironolakton (25- 50 mg/ hari) - Angiografi koroner
dianjurkan untuk pasien dengan gejala gagal - Lipid profile
jantung saat istirahat meskipun menggunakan
ACE inhibitor, diuretik, digoksin, dan beta-
blocker, tanpa melihat etiologi gagal jantung
tersebut, pada pasien dengan gagal jantung
dengan NYHA kelas III sampai IV dan LVEF
<35%, dengan penyesuaian suplemen kalium
dan follow up laboratorium yang ketat.
BAB 6
KESIMPULAN
Bapak I, berusia 44 tahun, yang datang dengan keluhan sesak nafas dan
demam didiagnosis dengan CHF fc IV ec. Dilated Cardiomyopathy + PPOK
eksaserbasi berat + pneumonia komunitas serta ditatalaksana dengan:
- O2 2-4 l/I via nk
- IVFD NaCl 0,9% 10 gtt/i mikro
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Nebule Meptin 0.5 mg/8 jam
- Ramipril 1x 5 mg
- Carvedilol 2x3.125 mg
- Paracetamol 3x500 mg
- Metilprednisolone 4x8 mg
- Azitromisin 1x500 mg
- Retapyl SR 2x1/2 tab
- N-Acetylsistein 3x200 mg
DAFTAR PUSTAKA
1. American Heart Association. 2019, ‘Heart Disease and Stroke Statistics-
2019 At-a-Glance’
2. Basit H, Malik A dan Huecker MR. ‘Non ST Segment Elevation
(NSTEMI) Myocardial Infarction’, StatPearls, accessed at: 29 June 2019,
available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513228/
3. Harahap S. Infark Miokard Tanpa Elevasi Segmen ST (NSTEMI). 2017.
Accessed at: 29 Juni 2019, Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/57618/SARI.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
4. American Heart Association. What is peripheral vascular disease? In
American Heart Association; 2012.
5. Black & Hawks. (2005). Medical Surgical Nursing Clinical Management
for Positive Outcomes (Ed.7). St. Louis: Missouri Elsevier Saunders
6. Non-ST Elevation Myocardial Infarction. BMJ Best Practice. Accessed at:
29 Juni 2019, available at: https://bestpractice.bmj.com/topics/en-us/151.
7. Non-ST Elevation Myocardial Infarction. Epocrates. Accessed at : 29 Juni
2019, Available at: https://online.epocrates.com/diseases/15124/Non-ST-
elevation-myocardial-infarction/Etiology
8. Brunner and Suddarth. (2010). Text Book of Medical Surgical Nursing
12th Edition. China: LWW.
9. Anantharaman V, Lim SW. Treatment of NSTEMI (Non-ST Elevation
Myocardial Infarction). Curr Emerg Hosp Med Rep, 2013;18–28.
10. Chapman, AR, Adamson PD, Mills NL. Assessment and classification of
patients with myocardial injury and infarction in clinical practice. Heart
2017;103:10–18. doi:10.1136/heartjnl-2016-309530
11. Guidelines for the management of patients with Non-ST Segment
Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI) Acute Coronary Syndrome
including unstable angina and Non-Q wave Myocardial Infarction. NHS.
12. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015, Pedoman
Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Edisi Ketiga, Centra Communications,
Jakarta, p. 3-55.
13. Braunwald, E., Mann, D.L., Zipes, D.P., Giugliano, R.P., Cannon, C.P.,
Libby, P., et al. 2015, Braunwald’s Heart Disease, A Textbook of
Cardiovascular Medicine 10th Edition, Elsevier Saunders, Philadephia, p.
1157.
14. Pedoman PERKI 2018 Tatalaksana Sindrom Koroner Akut Edisi 4
15. Sweis RN, Jivan A. Complications of Acute Coronary Syndromes. MSD
Manual. Accessed at: 29 Juni 2019. Available at:
https://www.msdmanuals.com/professional/cardiovascular-
disorders/coronary-artery-disease/complications-of-acute-coronary-syndromes
16. Soeparman, 2000. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1, 2nd penyunt. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
17. Rachma, L. N., 2014. PATOMEKANISME PENYAKIT GAGAL
JANTUNG KONGESTIF. El-Hayah Vol.4, pp. 83-84.
18. Nurjannah, I. & Tumanggor, R. D., 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC) Edisi Bahasa Indonesia. 6th penyunt. s.l.:Elsevier
mocomedia.
19. American Heart Association, 2016. How High Blood Pressure Can Lead
to Heart Failure. Available at
www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HighBloodPressure/LearnHowBPHa
rmsYourHealth/How-Blood-Pressure-Can-Lead-to-Heart-
Failure_UCM_490534_Article.jsp#mainContent
20. American Heart Association, 2017. Warning Signs of Heart Failure.
Available at
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailure/WarningSignsfor
HeartFailure/Warning-Signs-for-Heart-
Failure_UCM_002045_Article.jsp#Wq-OiNRubDc
21. Djausal, A.N. & Oktafany, 2016. Gagal Jantung Kongestif. Jurnal Medula
Unila, p.10.
22. Harvard Medical School, 2016. Heart Disease: All in the family history.
Available at: https://www.health.harvard.edu/heart-health/heart-disease-all-in-
the-family-history