Disusun Oleh:
dr. Ananda Chaerunnisa P.
Dokter
Pendamping: dr.
Aprizal, MARS
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB II. STATUS PASIEN......................................................................................2
A. Identitas Pasien.............................................................................................2
B. Anamnesis.....................................................................................................2
C. Pemeriksaan Fisik.........................................................................................3
D. Pemeriksaan Penunjang................................................................................6
E. Diagnosis Kerja.............................................................................................9
F. Penatalaksanaan............................................................................................9
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
A. STROKE NON HEMORAGIK..................................................................10
1. Definisi........................................................................................................10
2. Etiologi.......................................................................................................10
3. Faktor Risiko...............................................................................................11
4. Patofisiologi................................................................................................14
5. Manifestasi Klinis.......................................................................................16
6. Diagnosis.....................................................................................................17
7. Penatalaksanaan..........................................................................................20
BAB IV. PEMBAHASAN.....................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke
tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia.
Diperkirakan jumlah stroke iskemik terjadi 85% dari jumlah stroke yang ada.
Penyakit darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di
dunia. Di Indonesia stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah
penyakit jantung dan kanker. Prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1000 penduduk,
60,7 persennya disebabkan oleh stroke non hemoragik. Sebanyak 28,5 %
penderita meninggal dunia dan sisanya mengalami kelumpuhan total atau
sebagian. Hanya 15 % saja yang dapat sembuh total dari serangan stroke atau
kecacatan (Nasution, 2013; Halim dkk., 2013).
Stroke non hemoragik dapat didahului oleh oleh banyak faktor pencetus
dan sering kali berhubungan dengan penyakit kronis yang menyebabkan masalah
penyakit vaskular seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, obesitas,
kolesterol, merokok, dan stres. Pada kenyataannya, banyak klien yang datang ke
rumah sakit dalam keadaan kesadaran yang sudah jauh menurun dan stroke
merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan penanganan yang cukup
lama.
1
BAB II
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. N
Usia : 40 tahun
Agama : Islam
No RM 137001
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Kelemahan anggota gerak kanan
C. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda Vital
Tekanan Darah : 109/60 mmHg
Denyut Nadi : 84 x/menit, regular, isi dan tegangan
cukup Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36.3 ºC
SpO2 : 97%
b). KU : Compos Mentis
c). GCS : E4V5M6
d). Pemeriksaan Nervus Cranialis
1. Pemeriksaan Neurologis
a. Nervus Cranialis kanan kiri
1) N.I ( Olfaktorius)
Daya penghidu : Tidak dilakukan
2) N II (Opticus)
Ketajaman penglihatan : Tidak dilakukan
Pengenalan warna : Tidak dilakukan
Lapang pandang : Tidak dilakukan
3) N III,IV,VI (Oculamotorius, Trochlearis, Abducens)
Ptosis : (-) (-)
Gerakan bola mata:
Lateral : Tidak dilakukan
Medial : Tidak dilakukan
Atas : Tidak dilakukan
Bawah : Tidak dilakukan
Pupil
Ukuran pupil : Ǿ3 mm Ǿ3mm
Bentuk pupil : bulat bulat
Isokor/anisokor : isokor Isokor
RC : (+) (+)
RCTL : (+) (+)
4) N V (Trigeminus)
Menggigit : (+) (+)
b. Motorik
Kekuatan : 2 5
3 5
c. Sensorik : dbn dbn
dbn dbn
c. Reflek Fisiologis
Refleks Biseps : (++) normal (++) normal
Refleks Triseps : (++) normal (++) normal
Refleks Patella : (++) normal (++) normal
Refleks Achilles : (++) normal (++) normal
d. Refleks Patologis : kanan kiri
Hoffmann-Tromner : (-) (-)
Babinzki : (-) (-)
a. Kepala
1) Bentuk : Mesocephal
2) Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
3) Hidung : Sekret (-/-), nyeri tekan (-/-)
4) Telinga : Simetris (+), Discharge (-)
5) Mulut : Simetris (+), Lidah (miring ke kiri), Wajah merot
(-)
b. Leher
Trachea letak tengah, tidak ada peningkatan, tidak ada pembesaran
KGB, kaku kuduk (-), meningeal sign (-)
c. Thorax dan Pulmo
1) Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dinding dada
kanan dan kiri simetris, tidak ada ketinggalan gerak, tidak ada
retraksi dinding dada.
2) Palpasi : vokal fremitus paru kanan sama dengan paru kiri,
tidak ada krepitasi, tidak terdapat nyeri tekan pada dada.
3) Perkusi : suara sonor pada seluruh lapang paru.
4) Auskultasi : suara dasar vesikuler pada paru-paru kanan dan
kiri, tidak ditemukan wheezing.
d. Cor
1) Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
2) Palpasi : Ictus cordis teraba
3) Perkusi : batas jantung melebar ke caudolateral
4) Auskultasi : Bunyi jantung I > II murni , irama regular, murmur
(-), gallop (-).
e. Abdomen
1) Inspeksi : Datar, tidak tampak distensi, tidak ada jejas
2) Auskultasi : Bising usus normal
3) Palpasi : Supel, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba massa,
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tidak ada ballotement, tidak
terdapat nyeri ketok ginjal
4) Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
f. Genitalia
Pasien berjenis kelamin laki-laki, tidak ada kelainan.
g. Ekstremitas : akral hangat, tidak ditemukan edema, tidak
ditemukan tanda sianosis.
D. Pemeriksaan Penunjang
a). Laboratorium:
Tanggal 26 Januari 2021
b). EKG:
Kesan:
d) Rontgen Thorax
Kesan: cardiomegaly
E. Diagnosis Kerja
Stroke Non Hemoragik
(Acute Cerebro Vascular Accident ec Infark)
F. Penatalaksanaan di IGD
• IVFD RL 20tpm
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Penyebab utama stroke non hemoragik dpat dibagi menjadi dua sebagai
berikut:
1. Trombotik Serebri
Stroke trombotik yaitu stroke yang disebabkan karena adanya
penyumbatan lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin
lama makin menebal, sehingga aliran darah menjadi tidak lancar.
Penurunan aliran darah ini menyebabkan iskemia. Trombosis serebri
adalah obstruksi aliran darah yang terjadi pada proses oklusi satu
atau lebih pembuluh darah lokal.
2. Emboli serebri
Infark iskemik dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari
lesi ateromatus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal.
Gumpalan- gumpalan kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih
besar dan dibawa ke tempat- tempat lain dalam aliran darah. Bila
embolus mencapai arteri yang terlalu sempit untuk dilewati dan menjadi
tersumbat, aliran darah fragmen distal akan terhenti, mengakibatkan
infark jaringan otak distal karena kurangnya nutrisi dan
oksigen. Emboli merupakan 32% dari penyebab stroke non hemoragik
3. Faktor Risiko
4. Patofisiologi
Stroke Non Hemoragik Akibat Trombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh
darah besar (termasuk sistem arteri karotis) dan pembuluh darah
kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior). Tempat
terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan
arteri serebral utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis
interna. Adanya stenosis arteri dapat menyebabkan terjadinya
turbulensi aliran darah. Energi yang diperlukan untuk menjalankan
kegiatan neuronal berasal dari metabolisme glukosa dan disimpan di
otak dalam bentuk glukosa atau glikogen untuk persediaan
pemakaian selama 1 menit. Bila tidak ada aliran darah lebih dari
30 detik gambaran EEG akan mendatar, bila lebih dari 2 menit
aktifitas jaringan otak berhenti, bila lebih dari 5 menit maka kerusakan
jaringan otak dimulai, dan bila lebih dari 9 menit manusia dapat
meninggal.
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan
glukosa yang diperlukan untuk pembentukan ATP akan menurun,
akan terjadi penurunan Na+ K+ ATP-ase, sehingga membran
potensial akan menurun. K+ berpindah ke ruang ekstraselular,
sementara ion Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini
menyebabkan permukaan sel menjadi lebih negatif sehingga terjadi
membran depolarisasi.
Saat awal depolarisasi membran sel masih reversibel,tetapi bila
menetap terjadi perubahan struktural ruang menyebabkan kematian
jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun
dibawah ambang batas kematian jaringan, yaitu bila aliran darah
berkurang hingga dibawah 10 ml / 100 gram /menit. Akibat
kekurangan oksigen terjadi asidosis yang menyebabkan gangguan
fungsi enzim-enzim, karena tingginya ion H. Selanjutnya asidosis
menimbulkan edema serebral yang ditandai pembengkakan sel,
terutama jaringan glia, dan berakibat terhadap mikrosirkulasi.
Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler dan
kemudian penurunan dari tekanan perfusi sehingga terjadi perluasan
daerah iskemik.
5. Manifestasi Klinis
Gejala neurologis yang timbul akibat gangguan peredaran darah
otak bergantung pada berat ringannya gangguan dan lokasi. Gejala
utama stroke non-hemoragik ialah timbulnya defisit neurologis secara
mendadak, didahului gejala prodromal, terjadi waktu istirahat atau
bangun tidur, dan kesadaran biasanya tidak menurun. Beberapa pasien
dengan stroke iskemik biasanya menunjukkan defisit neurologis yang
akut atau dapat mempengaruhi tingkat kesadaran di level apapun.
Gejala dan tanda umum dari stroke biasa terjadi dengan onset yang
mendadak dan diikuti beberapa gejala berikut, yaitu : hemiparesis,
monoparesis atau tetraparesis, defisit hemisensori, kehilangan visual
moocular dan binocular, defisit lapangan pandang, diplopia, disartria,
kelemahan otot wajah, ataxia, vertigo, afasia dan penurunan kesadaran
secara mendadak.
Versi orisinal:
= (0.80 x kesadaran) + (0.66 x muntah) + (0.33 x sakit kepala) + (0.33x tekanan
darah diastolik) – (0.99 x atheromal) – 3.71.
Versi disederhanakan:
= (2.5 x kesadaran) + (2 x muntah) + ( 2 x sakit kepala) + (0.1 x tekanan darah
diastolik) – (3 x atheroma) – 12.
Kesadaran:
- Sadar = 0; mengantuk, stupor = 1; semikoma, koma = 2
- Muntah: tidak = 0 ; ya = 1
- Sakit kepala dalam 2 jam: tidak = 0 ; ya = 1
- Tanda-tanda ateroma: tidak ada = 0 ; 1 atau lebih tanda ateroma
= (anamnesis diabetes; angina; klaudikasio intermitten)
Pembacaan:
Skor > 1 : Perdarahan otak
< -1: Infark otak
Sensivitas : Untuk perdarahan: 89.3%.
Untuk infark: 93.2%.
Ketepatan diagnostic : 90.3%.
b. Pemeriksaan penunjang
Pencitraan otak sangat penting untuk mengkonfirmasi
diagnosis stroke non hemoragik. Non contrast computed
tomography (CT) scanning adalah pemeriksaan yang paling
umum digunakan untuk evaluasi pasien dengan stroke akut
yang jelas. Selain itu, pemeriksaan ini juga berguna untuk
menentukan distribusi anatomi dari stroke dan mengeliminasi
kemungkinan adanya kelainan lain yang gejalanya mirip dengan
stroke (hematoma, neoplasma, abses). Kasus stroke iskemik
hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT Scan biasanya tidak sensitif
mengidentifikasi infark serebri karena terlihat normal pada
>50% pasien, tetapi cukup sensitif untuk mengidentifikasi
perdarahan intrakranial akut dan/atau lesi lain yang
merupakan kriteria eksklusi untuk pemberian terapi
trombolitik. Teknik-teknik pencitraan berikut ini juga sering
digunakan:
a. CT Angiografi
b. CT Scan Perfusion
c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
d. Pungsi lumbal terkadang diperlukan untuk
menyingkirkan meningitis atau perdarahan subarachnoid ketika
CT Scan negatif tetapi kecurigaan klinis tetap menjadi acuan.
6. Tatalaksana
a. Terapi Umum :
Letakkan kepala pasien pada posisi 30 derajat, kepala dan
dada pada satu bidang; ubah posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi
dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil. Selanjutnya,
bebaskan jalan nafas, berikan oksigen 1-2 liter/menit sampai
didapatkan hasil analisis gas darah.Jika perlu, dilakukan
intubasi. Demam diatasi dengan kompres dan antipiretik,
kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh,
dikosongkan.
Pemberian nutrisi cairan isotonik, kristaloid atau koloid
1500-2000 ml dan elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan
mengandung glukosa atau saline isotonik. Pemberian nutrisi per
oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika didapatkan
gangguan menelan atau kesadaran menurun, dianjurkan melalui
selang NGT.
GDS > 150mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah
sewaku 150 mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama
2-3 hari pertama. Hipoglikemia (GDS< 60mg% atau <80mg%
dengan gejala) diatasi segera dengan dekstrosa 40% iv sampai
kembali normal dan harus dicari penyebabnya.
Nyeri kepala atau mual diatasi dengan pemberian obat-
obatan sesuai gejala. Tekanan darah tidak perlu segera
diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik >=220mmHg, diastolik
>=120mmHg, MAP>=130mmHg, atau didapati infark miokard
akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan
tekanan darah maksimal adalah 20% dan obat yang
direkomendasikan ; natrium nitropusid, penyekat ACE atau
antagonis kalsium.
Jika terjadi hipotensi, yaitu tekanan sistolik <=90mmHg,
diastolik <=70mmHg, diberi NaCl 0,9% 250ml selama 1 jam,
dilanjutkan 500 ml selama 4 jam dan 500 ml selama 8 jam atau
sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu
tekanan darah sistolik masih <90mmHg, dapat diberi dopamin
2-20mikrogram/kg/menit sampai tekanan darah sistolik
>=110mmHg.
Jika kejang, diberi diazepam 5-20mg iv pelan-pelan
selama 3 menit, maksimal 100 mg per hari; dilanjutkan
pemberian antikonvulsan per oral. Jika kejang muncul setelah 2
minggu, diberikan antikonvulsan peroral jangka panjang.
Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi
manitol bolus iv 0,25 sampai 1 g/kgBB per 30 menit, dan jika
dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk,
dilanjutkan 0,25 g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5
hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol);
sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%)
atau furosemid.
b. Terapi Khusus
Ditujukan untuk reperfusi dengan pemberian antiplatelet
seperti aspirin dan anti koagulan, atau yang dianjurkan dengan
trombolitik rt-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator).
Dapat juga diberi agen neuroproteksi, yaitu sitikolin atau
pirasetam (jika didapatkan afasia).
BAB IV
PEMBAHASAN