Kasus 3
Cepat Lelah dan Kaki Bengkak
Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang ke praktek dokter karena
mengeluh badan cepat lelah walau hanya beraktifitas ringan, bahkan berjalan 30
meter saja sudah merasa kelelahan. Keluhan dirasakan sejak 2 minggu yang lalu,
tidak berkurang dengan istirahat. Pasien belum minum obat apapun. Beberapa hari
yang lalu pasien melihat bengkak pada kedua kakinya. Setelah dilakukan
pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda gagal jantung. Dokter
memberikan resep obat digoxin 0,25 mg untuk diminum sehari sekali dan
memberikan surat rujukan agar dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
menegakkan diagnosis pasien.
STEP 1. Clarify unfamiliar terms
1. Kaki Bengkak : peningkatan cairan ekstraseluler dan elstravaskuler yang
disertai dengan penimbunan cairan abnormal dalam ruang
interstitial.
2. Gagal Jantung : keadaan patofisiologi jantung yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan darah akan oksigen dan zat makanan untuk
metabolisme jaringan.
3. Obat Digoxin : - obat untuk pasien gagal jantung kongestif, takikardi
Supraventrikuler
- obat yang berfungsi sebagai vasodilatator dan mempunyai
efek ionotropik
STEP 2. Define the problems
1. Apa itu gagal jantung ?
2. Etiologi dan faktor resiko gagal jantung ?
3. Klasifikasi gagal jantung ?
4. Macam gagal jantung ?
5. Patofisiologi, kompensasi tubuh terhadap gagal jantung ?
6. Manifestasi klinis gagal jantung ?
7. Hubungan kaki bengkak dengan gagal jantung ?
8. Hubungan cepat lelah dengan gagal jantung ?
9. Penegakkan diagnosa (Anamnesis, PF, PP) ?
10. Pentalaksanaan ?
11. Digoxin (Farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi, kontraindikasi, jenis
obat & golongan, efek samping, dosis) ?
rematik
Penyakit jantung koroner
Kardiomiopati
4. Faktor resiko :
6.
7.
3.
Hipertensi
Alkohol
Hipotiroidisme
DM
Obat
Kelainan katup
CO
Beban awal
Kontraktilitas
Beban akhir
Umur
Jenis kelamin
Kehamilan
Anemia
5.
8. Klasifikasi :
- NYHA : 1 4
- ACC : a- d
9. Macam :
- Gagal jantung sistolik dan diastolik
- Gagal jantung low output dan high output
- Gagal jantung akut dan kronis
- Gagal jantung forward dan backward
- Gagal jantung kanan dan kiri (kongestif)
10. 3 kompensasi :
- Sekresi hormon adrenalin dan noradrenalin
- Retensi Na+
- Hipertrofi miokard
11. Mekanisme adapted :
-
Hipertensi miokard
Neurohormonal
Aktifasi sistem renin-angitensin-aldosteron
Aktifasi sistem saraf simpatis
20.
atrium
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Anatomi
43.
jantung
44.
45.
- 4 ruang
46.
- 3 facies
47.
- 3 sulcus 48.
- 4 lapisan 49.
Vaskularisasi : 50.
51.
- A. coronaria
52.
dextra 53.
- A. Coronaria
54.
sinistra 55.
4 katup :
56.
57.
- 2
katup
semilunar
58.
- 2
katup
Atrioventrikula
59.
r
60.
61.
Gagal Jantung
Fisiologi Jantung
-
SV = EDV-ESV
CO = SV x
HR/menit
HR = Frekuensi
kontraksi
Beban awal =
peregangan otot
saat diastolik
Beban akhir =
volume ejeksi
yang
harus
dikeluarkan oleh
ventrikel
saat
kontaksinya
meningkat
Kontraktilitas =
perubahan,
kekuatan
kontraksi
Etiologi
-
Regurgitasi aorta
Stenosis aorta
Hipertensi sitemik
Kardiomiopati
Infeksi oleh bakteri
Streptococcus
haemolyticus
Demam reumatik
aritmia
62.
63.
64.
65.
66.
Gagal Jantung
67.
68.
69.
70.
Faktor resiko
Klasifikasi
71.
72.
NYHA
- Obat
73.
blocker
74.
1. Penyakit
- Alkohol
75.
- Jenis
jantung
+
76.
kelamin
77.
aktifitas yang
- Perilaku
78.
berat
- Umur >4079.
2. Penyakit
80.
tahun
jantung
+
- Hipertensi 81.
aktifitas ringan
- Resistensi 82.
3. Penyakit
83.
perifer
jantung
+
84.
meningkat
aktifitas sangat
85.
- Diabetes
ringan
86.
melitus - Gagal
4.
87.
jantungPenyakit
sistolik dan
88.
diastolik
89.
- Gagal
jantung low output dan
90.
high output
91. jantung akut dan kronis
- Gagal
92. jantung kanan & kiri
- Gagal
93.
- Gagal
jantung backward &
94.
forward Kriteria framingham :
95.
96.
- Gejala mayor
97.
- Gejala minor
Gagal jantung
98.
Gejala
gagal
99.
jantung kiri :
100.
- Takikardi
101.
- Penurunan kapasitas
Patofisiologi 102.
Manifetasi klinis
aktifitas
103.
- Kulit lembap
Kompensasi tubuh 104.
:
- Gallop
105.
Gejala
gagal
106.
- Sekresi
jantung kanan :
107.
adrenalin dan
Asites
108.
noradrenalin
- Edema tibia
109.
- Retensi Na
- Asidosis
- Hipertrofi
- JVP meningkat
miokard
- Hepatojugular
refleks
ACC
a. Ada tanda faktor
resiko + belum
ada kelainan
struktural & fungsi
jantung
b. Ada faktor resiko +
sudah terdapat
kelainan struktur
jantung
c. Sedang dalam
Macam-macam
istilah
dekompensasi
d. gagal
Benar-benar
jantungmasuk
ke dalam refacting
HF
Hubungan dengan
cepat lelah
Penegakkan diagnosa :
-
Anamnesis
PF
PP
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
STEP 5. Define learning objectives
1. Mekanisme kerja Digoksin
2. Irama jantung pada EKG
3. Gejala dan tanda gagal jantung kiri dan kanan
4. Backward dan forward , beserta gambarnya
5. Gambar fisiologi jantung
6. Dekomkordis kenapa bisa jadi kongestif ?
7. Gambaran EKG intoksikasi digitalis
8. Intoksikasi digitalis
9. Right heart disease pada penyakit kongenital
10. Patofisiologi dari faktor resiko dan etiologi
11. Komplikasi gagal jantung
Digoxin :
-
Intoksikasi
digitalis dan
gambaran
EKG nya
131.
132. STEP 6. Privat study
133.
134. STEP 7. Synthesize and test acquired information
1. Digoksin
(Dosis,
indikasi,
kontraindikasi,
farmakokinetik,
membantu membuat detak jantung lebih kuat dan dengan irama yang
lebih teratur. Nama & Struktur Kimia : Sinonim : (3, 5 , 12 )3-[(O-2,6-dideoxy- -D-ribo- hexopyranosyl-(1?4)-O-2,6-dideoxy- D-ribo-hexopyranosyl-(1?4)-2,6-dideoxy-
D-
ribo-
exopyranosyl)oxy-12,14-dihydroxy-card-20(22)-enolide. C41H64O14
136.
Sifat Fisikokimia : Digoksin merupakan kristal putih tidak
berbau. Obat ini praktis tidak larut dalam air dan dalam eter, sedikit
larut dalam alkohol dan dalam kloroform dan sangat larut dalam
piridin
137.
Keterangan : Digoksin adalah salah satu glikosida jantung
(digitalis), suatu kelompok senyawa yang mempunyai efek khusus
pada miokardium. digoksin diekstraksi dari daun Digitalis lanata.
138.
Golongan/Kelas Terapi Obat Kardiovaskuler : Nama
Dagang
FaRgoxin
Lanoxin
Digoksin Sandoz
139.
2) Farmakologi
140. Merupakan prototipe glikosida jantung yang berasal dari
Digitalis lanata. Mekanisme Digoksin melalui 2 cara yaitu efek
langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung yaitu meningkatkan
kekuatan kontraki otot jantung (efek inotropik positif). Hal ini terjadi
berdasarkan penghambatan enzim Na+,K+ -ATPase dan peningkatan
arus masuk ion kalsium ke inta sel. Efek tidak langsung yaitu pengaruh
digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas jantung
terhadap neorotransmiter.
141.
3) Farmakodinamik/Farmakokinetik
142. Onset of action (waktu onset) : oral : 1-2 jam; IV : 5-30
menit
143.
144.
145.
jam
4)
146.
Distribusi :
Fungsi ginjal normal : 6-7 L/kg
Gagal ginjal kronik : 4-6 L/kg
Anak-anak : 16 L/kg
Dewasa : 7 L/kg menurun bila terdapat gangguan ginjal
Ikatan obat dengan protein (protein binding) : 30%
147. Metabolisme : melalui sequential sugar hydrolysis dalam
arus masuk ion kalsium keintra sel. Efek tidak langsung yaitu
pengaruh digoksin terhadap aktivitas saraf otonom dan sensitivitas
jantung terhadap neurotransmiter.
151. Mekanisme Aksi gagal jantung kongestif: menghambat
pompa Na/K ATP-ase yang bekerja dengan meningkatkan pertukaran
natrium-kalsium intraselular sehingga meningkatkan kadar kalsium
intraseluler dan meningkatkan kontraktilitas. Aritmia supraentrikular :
Secara langsung menekan konduksi AV node sehingga meningkatkan
periode refractory efektif dan menurunkan konduksi kecepatn - efek
inotropik positif, meningkatkan vagal tone, dan menurunkan dan
menurunkan kecepatan ventrikular dan aritmia atrial. Atrial fibrilasi
dapat menurunkan sensitifitas dan meningkatkan toleransi pada serum
konsentrasi digoksin yang lebih tinggi.
152. Monitoring penggunaan obat kapan mengukur konsentrasi
serum digoksin : konsentrasi serum digoksin harus dimonitor karena
digoksin mempunyai rentang terapi yang sempit ; endpoint therapy
sukar ditentukan dan toksisitas digoksin dapat mengancam jiwa. Kadar
serum digoksin harus diukur sedikitnya 4 jam setelah pemberian dosis
intravena dan sedikitnya 6 jam setelah pemberian dosis oral (optimal
12 24 jam setelah pemberian). Terapi awal (inisiasi): Jika loading
dose diberikan: konsentrasi serum digoksin diukur dalam 12 24 jam
sesudah pemberian loading dose awal. Kadar yang terukur
menunjukkan hubungan kadar plasma digoksin dan respon. Jika
loading dose tidak diberikan : konsentrasi serum digoksin ditentukan
setelah
hari
terapi.
Terapi
pemeliharaan
kadar
digitalis.
Diuretik,
kortikosteroid,
dapat
Antibiotik
tertentu
menginaktivasi
digoksin
melalui
dengan
obat-obat
berikut
dilaporkan
menunjukkan
(eritromisin,
klaritromisin),
metimazol,
nitrendipin,
kadar
digoksin
secara
langsung.
Pemberian
Digoxin
fatal.
Oleh
karenanya
pada
saat
peningkatan
intake
potassium
dibutuhkan.
Oleh
konsumsi
makanan
tinggi
Ca
terutama
jam
urin.
GFJ : menginduksi P.Glikogen transporter obat dan
menurunkan AUC Digoxin.
161.
8) Pengaruh
162. Terhadap Kehamilan tidak diketahui apakah digoksin dapat
membahayakan fetus jika diberikan pada wanita hamil atau
mempengaruhi kapasitas reproduktif. Pemberian digoksin pada wanita
hamil hanya jika memang benar diperlukan dan hanya jika keuntungan
pada ibu lebih besar daripada resiko yang ditimbulkan pada fetus.
Literatur dari BNF 50 menyebutkan diperlukan penyesuaian dosis.
Terhadap ibu menyusui hanya sedikit terdapat dalam air susu masuk
dalam air susu ibu (dalam jumlah sedikit)/compatible.
163. Terhadap Anak-anak. Bayi yg baru lahir menunjukkan
adanya toleransi yg bervariasi terhadap digoksin. Bayi prematur dan
immatur biasanya sensitif terhadap efek digoksin, dan dosis obat tidak
hanya diturunkan tapi harus dosis individualisasi sesuai dgn tingkat
maturitasnya.
164. Parameter monitoring konsentrasi serum digoksin, denyut
jantung, EKG, fungsi ginjal, peringatan Infark jantung baru, sick sinus
syndrome, penyakit tiroid, dosis dikurangi pada penderita lanjut usia,
hindari hipokalemia, hindari pemberian intravena secara cepat (mual
dan risiko arimia),kerusakan ginjal, dan kehamilan.
165. Informasi pasien jumlah dan frekuensi penggunaan obat
tergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi pasien, umur dan berat
badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan
jumlah dan/ frekuensi pemakaian obat tanyakan pada apoteker atau
dokter. Obat ini harus digunakan secara teratur, biasanya pada waktu
yang sama tiap hari dan biasanya pada pagi hari. Dapat digunakan
menurunkan
risiko
hipokalemia
(hipokalemia
dapat
kesehatan
sebelum
menggunakan
obat
ini.
Jangan
fungsi
dugaan
toksisitas
digoksin
pada
9) Indikasi
Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama atrial fibrilasi).
Untuk payah jantung kongestif, fibrilasi atrium, takikardia atrium
168.
10) Kontraindikasi
Intermittent complete heart block ; Blok AV derajat II ;
supraventricular
arrhytmias
yang
disebabkan
oleh
Wolff-
AV total.
Aritmia supra ventrikular yang disebabkan sindroma Wolff Parkinson - White. Fibrilasi ventrikel. Hipersensitif terhadap
digoksin dan penderita dengan riwayat intoleransi terhadap
preparat digitalis.
169.
11) Dosis, cara pemberian dan lama pemberian
Oral, untuk digitalisasi cepat, 1 1,5 mg dalam dosis terbagi, bila
tidak diperlukan cepat, 250 500 mikrogram sehari (dosis yang
bersihan kreatinin.
Dosis harus dikurangi pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal.
Anak-anak dibawah 10 tahun : 025 mg/kg BB sehari dalam dosis
tunggalatau terbagi.
171.
12) Peringatan dan perhatian
172. Dosis lebih rendah pada pasien dengan berat badan
rendah.usia lanjut, hipokalemia dan hipotiroid. Setelah pemberian
selama 14 hari, dosis hams diturunkan dan disesuaikan dengan respon
pasien. Hati-hati pemberian pada ibu hamil dan menyusui. Hati-hati
pemberian
pada
penderita
gagal
jantung
yang
menyertai
175.
baik
apabila
diberikan
sesuai
dengan
dosis
yang
mental);
Gangguan
penglihatan
(mengaburkan
adanya
konduksi).Hipokalemia
bisa
mempengaruhi
(WPW)
tidak
boleh
digunakan
untuk
ventricular arrhythmias.
181. Gunakan dengan hati-hati pada kasus hambatan jantung
parsial, gangguan batang sinus, miokarditis akut, MI (myocardial
infarction) akut, gagal jantung parah, penyakit pulmonary akut, pada
pasien yang menjalani cardioversion (pertimbangkan menghentikan
cardioversion dalam waktu 1-2 hari sebelum prosedur dilakukan) dan
dengan obat-obatan lain yang bisa menekan fungsi sinus dan fungsi AV
nodal (misalnya, Amiodarone atau beta-blocker). Hipokalemia,
hiperkalemia, hipomagnesemia, hipoksia, dan hipertiroidisme bisa
mempengaruhi sensitivitas terhadap digoxin.Pengawasan tingkat
digoxin hanya diperlukan jika diduga terjadi keracunan.
182.
183.
2. Irama jantung pada EKG
184.
Irama jantung terdiri dari 3 macam yaitu Irama Sinus,
Irama Junction, dan Irama Ventrikel. Masing-masing irama dinamai sesuai
dengan asal impuls listrik yang keluar. Bila pencetus impuls listrik keluar
dari SA Node maka irama yang muncul disebut Irama Sinus, dari SA Node
muncul Irama Junction dan dari Ventrikel disebut Irama Idioventrikuler
(baca: Irama Ventrikel).
185. A. Irama Sinus
186.
Asal impuls dari SA Node, kalau diibaratkan listrik di
rumah pencetus SA Node ini adalah PLN sehingga dia mempunyai daya
yang kuat mampu menghasilkan impuls 60-100x/menit. Ciri irama sinus
adalah :
Gelombang P (+) (membentuk gambar cembung seperti bukit)
Kompleks QRS sempit tidak lebih dari 3 kotak kecil atau 0,12
detik.
187.
Bila denyutan jantung normal 60-100 x/menit disebut irama
sinus ritme, lebih dari 100x/menit disebut irama sinus takikardi, dan bila
kurang dari 60x/menit disebut irama sinus bradikardi.
188. B. Irama Junction
189.
215.
216.
217. Gambar 03. Fibrilasi ventrikel
218.
219.
220.
221.
3. Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya
gangguan pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung
kiri menurun dengan akibat tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri
dan volum akhir diastolic dalam ventrikel kiri meningkat, dengan tanda
dan gejala:
Perasaan badan lemah
Cepat lelah
Berdebar-debar
Sesak nafas
Batuk Anoreksia
Keringat dingin
Takhikardia
Dispnea
Paroxysmal nocturnal dyspnea
Ronki basah paru dibagian basal
Bunyi jantung III
222.
223.
Gagal jantung kanan karena gangguan atau hambatan pada
daya pompa ventrikel kanan sehingga isi sekuncup ventrikel kanan
menurun tanpa didahului oleh adanya gagal jantung kiri, dengan tanda dan
gejala:
Hepatomegali
224.
4. Backward dan forward
225.
Gangguan relaksasi
Pseudo-normal
Tipe restriktif
Penatalaksanaan ditujukan untuk menghilangkan atau
agal jantung low output ialah gagal jantung dengan SV atau CO yang
agal jantung high output ialah gagal jantung dengan SV atau CO yang
tinggi seperti pada hipertyroidisme, anemia, kehamilan, fistula A-V, beriberi dan penyakit Paget. Secara praktis kedua kelainan ini sulit dibedakan.
agal jantung akut adalah serangan cepat dari gejala-gejala atau tanda-tanda
akibat fungsi jantung yang abnormal. Contoh klasik gagal jantung akut
adalah robekan daun katup secara tiba-tiba akibat endokarditis, trauma
atau infark miokard luas. Curah jantung yang menurun secara tiba-tiba
menyebabkan penurunan tekanan darah tanpa disertai udem perifer.
233.
agal jantung kronis adalah sindrom klinis yang komplek yang disertai
keluhan gagal jantung berupa sesak, fatigue baik keadaan istirahat atau
beraktivitas, udem dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam
keadaan istirahat. Contoh gagal jantung kronis adalah kardiomiopati
dilatasi atau kelainan multi vascular yang terjadi secar perlahan-lahan.
Kongesti perifer sangat mencolok, namun tekanan darah masih terpelihara
dengan baik.
agal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel kiri, manifestasi klinis ialah
SV dan CO menurun dengan akibat perfusi berkurang dan terjadi
akumulasi cairan yang berlebihan pada vena pulmonalis. Contoh: AS,
etapi karena perubahan biokimia gagal jantung terjadi pada miokard kedua
ventrikel, maka retensi cairan pada gagal jantung yang sudah berlangsung
bulanan atau tahun tidak lagi berbeda.
jantung satu atau ventrikel lainnya gagal untuk mengeluarkan isinya atau
gagal untuk terisi secara normal, sebagai konsekuensinya, tekanan dalam
atrium dan sistem vena dibelakang ventrikel yang gagal, meningkat, dan
retensi garam dan air terjadi sebagai konsekuensi dari meningkatnya
tekanan vena sistemik dan tekanan kapiler, akibatnya terjadi transudasi
cairan kedalm ruang interstisial.
238.
240.
5. Fisiologi jantung
241.
242.
Aktivitas
listrik
jantung
terjadi
akibat
perubahan
Fase istirahat(fase 4)
243. Terjadimperbedaan potensial, di dalam sel(-) di luar sel(+)
yang menyebabkan terjadinya polarisasi akibat permeabilitas
terhadap Na-K terutama K. selanjutnya K akan merembes keluar
sel.
Depolarisasi cepat(fase0)- upstroke
244. Akibat permeabilitas Na meningkat kemudian Na akan
masuk melalui saluran cepat menyebabkan keadaan didalam(+)
diluar(-)
Repolarisasi parsial-fase 1(spike)
245. Mendadak terjadi perubahan
kadar
ion
sebagai
sal.Na .
Plateu-fase 2
246. Tidak terjadi perubahan muatan listrik, ion masuk seimbang
dengan ion yang keluar. K, Na, Ca masuk melalui saluran lambat.
Repolarisasi cepat fase 3(down upstroke)
Aliran Ca& Na inaktif, permeabilitas thd K meningkat, kalium
akan keluar menyebabkan keadaan di dalam(-) dan diluar(+).
247.
yaitu :
248.
Sejak awal fase 0 sampai fase 3, sel jantung akan mengalami fase
refrakter absolut yang berarti saat ini serat otot jantung tidak dapat
di aktivasi ulang walaupun diberi stimulus yang cukup kuat.
249.
250.
2) . Cardiac Cycle
a. Cardiac Output
252.
Definisi
253.
255.
256.
257.
menit, pada atlit yang sedang berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan
jantung adalah kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya.
258.
membuat kerja pompa jantung kurang efektif dan curah jantung berkurang,
meliputi:(1) Aterosklerosis, penumpukan plak-plak dalam dinding
pembuluh darah koroner, pada akhirnya akan mengakibatkan sumbatan
aliran darah.(2) Penyakit jantung iskemik, supali darah ke miokardium
tidak mencukupi, biasanya terjadi akibat aterosklerosis pada arteri koroner
dan dapat menyebabkan gagal jantung.(3) Infark miokardial (serangan
jantung), biasanya terjadi akibat suatu penurunan tiba-tiba pada suplai
darah ke miokardium.(4) Penyakit katup jantung akan mengurangi curah
darah jantung terutama saat melakukan aktivitas (Ethel, 2003: 236-237).
260.
261.
268.
269.
271.
Pengisian Ventrikel
-
Periode Ejeksi
tekanan ventrikel sinistra naik lebid dari 80 mmHg, tekanan
ventrikel dextra naik lebih dari 8 mmhg, katup semilunaris terbuka.
Fungsi Katup
274.
Katup A-V
275.
Muskulus Papilaris
276.
insisura.
Insisura disebabkan oleh periode singkat aliran balik darah segera
278.
pertama.
Sewaktu katup aorta dan katup pulmonalis menutup pada akhir
sistolik tedengar bunyi menutup yang relatif cepat karena katupkatup ini menutup dengan cepat dan sekelilingnya hanya bergetar
untuk periode waktu yang singkat, bunyi ini dikenal dengan bunyi
jantung kedua.
Kadang-kadang dapat didengar bunyi atrium yang disebabkan oleh
getaran yang berhubungan dengan aliran darah yang masuk ke
ventrikel.
Bunyi jantung ketiga terjadi kira-kira pada akhir 1/3 pertama
dari fase diastolik yang disebabkan oleh darah yang mengalir
masuk ke dalam ventrikel yang hampir penuh dengan bunyi
bergemuruh.
darah ke arteri.
Hasil kerja semenit jumlah total energi yang diubah dalam 1
parasimpatis
Frekuensi Jantung berdasar kecepatannya ada 3:
279.
seperti
itu,
siklus
jantung
Takikardia
282.
jantung
sampai
melebihi
100
denyut
permenit
283.
Brakikardia
284.
sekuncup yaitu :
287.
i.Beban Awal
288.
miokardium
segera
sebelum
kontraksi.
mekanisme
Frank
Starling,
yang
ii.Beban Akhir
291.
1.
Adalah
tegangan
serabut
2.
Faktor
yang
mempengaruhi
294.
296.
297.
iii.Kontraktilas
299.
1.
Adalah
perubahan
kekuatan
2.
Peningkatan
kontraktilitas
kekuatan
kontraksi.
Bila
terjadi
peningkatan
kekuatan
303.
304.
307.
318.
AV dilanjutkan
dengan
berkas
His,
yang
sendiri
(self
excitation),
yang
dapat
340.
septum
Akhirnya
cardiac
output
dan
pheriperal
resistan
yang
merangsang
jantung
dan
dan
menyebabkan
naiknya
tekanan.dan
akhirnya
354.
355.
356.
6. Dekomkordis kenapa bisa jadi kongestif ?
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381. Gagal jantung kiri dalam jangka panjang dapat diikuti dengan
gagal jantung kanan, demikian juga gagal jantung kanan dalam jangka panjang
dapat diikuti gagal jantung kiri. Bilamana kedua gagal jantung tersebut terjadi
pada saat yang sama maka keadaan ini disebut gagal jantung kongestif.
382.
7. Gambaran EKG pada Intoksikasi digitalis
383.
adalah:
Pemendekan QT interval
Prolonged PR-interval
Sinus bradycardia
384.
Tachyarrhythmias:
Junctional tachycardia
Atrial tachycardia
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393. Gambaran EKG pada intoksikasi digitalis
394. (Dapus: Goodman Gilman. 1991. Digitalis intoxication. In:the
pharmacological basis of therapeutics, 8th edition, Pergamon press)
8. Intoksikasi Digitalis
395. Definisi
396.
397. Intoksikasi adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Intoksikasi digitalis dapat diartikan sebagai intoksikasi yang dikarenakan
dosis toksik digitalis cukup dekat dengan dosis terapi, adanya
kecenderungan terjadi akumulasi, dan dipengaruhi oleh kadar elektrolit
yang tidak seimbang.
398.
399. Tanda-Tanda dan Pemicu
400. Gejala-gejala
umum
intoksikasi
digoksin,
meliputi
402.
yang lanjut (hingga 3-5 hari); volume distribusi dan clearance rate,
keduanya akan menurun pada pasien lanjut usia. Dikarenakan sempitnya
indeks terapi, penggunaan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi
ginjal dan pada pasien usia lanjut harus sangat hati-hati sekali.4 Seperti
apa yang dinyatakan oleh Doering pada penelitiannya di tahun 1977, orang
usia lanjut dengan gangguan fungsi ginjal rentan untuk terjadi intoksikasi
digitalis.6 Sementara Soffer and Dubnow, pada penelitiannya, menyatakan
bahwa insiden reaksi toksik meningkat dengan tajam sesuai dengan usia
dan dosis yang diberikan pada pasien tua harus lebih kecil.7 Selain itu
pada satu penelitian oleh Lubash dkk, diketahui bahwa intoksikasi digitalis
dijumpai pada 30 % pasien dengan terapi dialisis yang mendapatkan terapi
digitalis.
403.
414.
Merupakan suatu penyakit jantung bawaan atau suatu penyakit jantung
yang dibawa oleh seorang bayi yang berlaku sejak dalam kandungan
seperti jantung berlubang dan kecacatan pada jantung. Kelainan kongenital
jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa kelainan kongenital
secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel. Kadang-kadang
suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat pada waktu
bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran bayi.
Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu
kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus. Bila
ditemukan satu kelainan kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu
kewaspadaan kemungkian adanya kelainan kongenital ditempat lain.
Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau lebih kelainan kongenital kecil,
kemungkinan ditemukannya kelainan kongenital besar di tempat lain
sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih kelainan kongenital
kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar sebesar 90%.
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui.
Pertumbuhan embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor secara bersamaan.
416.
infeksi
toksoplasmosis,
kelainan-kelainan
420.
menyebabkan
kelainan
kongenital
pada
bayi
yang
yang
tidak
diketahui
fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya
lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah
satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah
besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum
presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis
dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru
432.
pertumbuhan, infeksi paru berulang, dan gagal jantung pada awal masa bayi
(Bernstein, 2007).
439. Defek Septum Atrium
440. Defek Septum Atrium (DSA) adalah anomali jantung kongenital yang
ditandai dengan defek pada septum atrium akibat gagal fusi antara ostium
sekundum, ostium primum, dan bantalan endokardial. Defek Septum Atrium
dapat terjadi di bagian manapun dari septum atrium, tergantung dari struktur
septum atrium yang gagal berkembang secara normal
441. Klasifikasi DSA dibagi menurut letak defek pada septum atrium, yaitu:
1. Ostium Primum, merupakan hasil dari kegagalan fusi ostium primum
dengan bantalan endokardial dan meninggalkan defek di dasar septum.
Kejadian DSA Ostium Primum pada wanita sama dengan pria dan
terhitung sekitar 20% dari seluruh kasus PJB (Bernstein, 2007).
2. Ostium Sekundum, merupakan tipe lesi DSA terbanyak (70%) dan jumlah
kasus pada wanita 2 kali lebih banyak daripada pria (Vick and Bezold,
2008).
3. Sinus Venosus, merupakan salah satu jenis DSA yang ditandai dengan
malposisi masuknya vena kava superior atau inferior ke atrium kanan.
Insidensi defek ini diperkirakan 10% dari seluruh kasus DSA (Vick and
Bezold, 2008).
442. Defek yang terjadi dapat berbagai jenis, mulai dari yang berukuran kecil
sampai sangat besar dan menyebabkan pirau dari atrium kiri ke atrium kanan
dengan beban volume lebih banyak di atrium dan ventrikel kanan. Gejala
pada anak dan neonatus umumnya asimtomatis, namun bila pirau cukup besar
maka pasien dapat mengalami sesak nafas dan sering mengalami infeksi paru.
Gagal jantung sangat jarang ditemukan. Pada anak dengan pirau kiri-kekanan berukuran besar biasanya mengeluhkan cepat lelah dan dispnea. Gagal
tumbuh jarang didapati.
443.
444. Defek Septum Atrioventrikularis
445. Defek Septum Atrioventrikularis (DSAV) ditandai dengan penyatuan DSA
dan DSV disertai abnormalitas katup atrioventrikular (Bernstein, 2007).
446. Defek Septum Atrioventrikularis terhitung 4 5% dari seluruh kasus PJB.
Predileksi defek ini antara pria dan wanita sama banyaknya.
447. Gejala dapat timbul pada minggu pertama dan gagal jantung pada bulanbulan pertama kelahiran (Soeroso dan Sastrosoebroto, 1994). Riwayat
intoleransi olahraga, cepat lelah, dan Pneumonia berulang dapat ditemukan,
terutama pada bayi dengan pirau kiri-ke-kanan dan mitral insufisiensi mitral
yang berat (Bernstein, 2007).
448. Duktus Arteriosus Persisten
449. Seperti namanya, Duktus Arteriosus Persisten (DAP) disebabkan oleh
duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir. Jika duktus tetap
terbuka setelah penurunan resistensi vaskular paru, maka darah aorta dapat
bercampur ke darah arteri pulmonalis (Bernstein, 2007).
450. Gejala klinis yang muncul tergantung ukuran duktus. Duktus berukuran
kecil tidak menyebabkan gejala dan biasanya diketahui jika terdapat suara
murmur saat dilakukan pemeriksaan fisik. Pada pasien dengan DAP
berukuran besar, pasien akan mengalami gejala gagal jantung. Gangguan
pertumbuhan fisik dapat menjadi gejala utama pada bayi yang menderita
DAP besar (Bernstein, 2007).
451. Kelompok tanpa pirau meliputi:
1. Stenosis Pulmonalis --- Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, baik
dalam tubuh ventrikel kanan, pada katup pulmonalis, atau dalam arteri
pulmonalis, diuraikan sebagai Stenosis Pulmonalis (SP). Stenosis
Pulmonalis terjadi sekitar 7.1 8.1 per 100.000 kelahiran hidup. Defek ini
cenderung terjadi pada wanita (Fyler, 1996). Gejala klinis umumnya
asimtomatis meskipun stenosis cukup besar. Anak bisa saja tampak sehat,
tumbuh kembang normal dengan wajah moon face, dapat berolahraga
seperti normal, dan tidak terdapat infeksi saluran nafas yang berulang
(Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Walaupun demikian, pasien yang
awalnya tidak menunjukkan gejala dalam perkembangan penyakitnya
dapat timbul gejala yang bervariasi dari dispnea ringan saat olahraga
sampai gejala gagal jantung, tergantung keparahan obstruksi dan tingkat
kompensasi myokardium. Obstruksi sedang-berat dapat menyebabkan
peningkatan aliran darah paru selama berolahraga sehingga terjadi
kelelahan yang diinduksi olahraga, sinkop, atau nyeri dada.
2. Stenosis Aorta --- Stenosis Aorta (SA) merupakan penyempitan aorta yang
dapat terjadi pada tingkat subvalvular, valvular, atau supravalvular.
Kelainan mungkin tidak terdiagnosis pada masa anak-anak karena katup
berfungsi normal, hanya saja akan ditemukan bising sistolik yang lunak di
daerah aorta dan baru diketahui pada masa dewasa sehingga terkadang
sulit dibedakan apakah stenosis aorta tersebut merupakan penyakit jantung
bawaan atau didapat (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Insidensi SA
pada anak mendekati 5% dari seluruh kejadian PJB (Bernstein, 2007).
Defek ini lebih sering terjadi pada pria (Emmanouilides, et al. 1998).
Gejala klinis asimtomatis, namun pada gejala yang cukup berat dapat
ditemukan nyeri substernal, sesak nafas, pusing, atau sinkop pada saat
bekerja atau olahraga (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Bayi dengan
SA terisolasi dapat disertai denga gagal jantung kronik pada beberapa
bulan awal kehidupan dan menunjukkan tanda dan gejala klasik gagal
jantung, berupa dispnea, kesulitan makan, dan berat badan tidak
bertambah.
3. Koarktasio Aorta --- Koarktasio Aorta (KoA) adalah suatu obstruksi pada
aorta desendens yang terletak hampir selalu pada insersinya duktus
arteriosus (Fyler, 1996). Prevalensi KoA di Amerika Serikat adalah sebesar
6 8% dari seluruh kasus PJB dan prevalensinya di Asia (<2%) lebih
rendah daripada di Eropa dan negara Amerika Utara. Rasio kejadian defek
ini pada pria dan wanita adalah 2:1 (Rao and Seib, 2009). Gejala yang
tampak pada masa neonatus umumnya merupakan jenis koarktasio yang
berat. Gejala dapat hilang timbul mendadak. Tanda klasik KoA adalah nadi
brakhialis yang teraba normal atau meningkat, nadi femoralis serta dorsalis
pedis teraba kecil atau tidak teraba sama sekali dan harus ditekankan
pemeriksaan tekanan darah pada keempat ekstremitas. Pasien dapat
menunjukkan gejala di beberapa minggu awal kehidupan berupa kesulitan
makan, takipnea, dan letargia. Gejala dapat memburuk menjadi gagal
jantung dan syok.
452. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik
453.
pada penyakit jantung sianotik adalah sianosis. Sianosis adalah kebiruan pada
mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya lebih dari 5 gr/dl hemoglobin tereduksi
dalam sirkulasi. Dibandingkan dengan pasien PJB non sianotik, jumlah pasien
PJB sianotik lebih sedikit. Walaupun jumlahnya lebih sedikit, PJB sianotik
menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada PJB non
sianotik.
454. Tetralogi Fallot
455.
Defek Septum Ventrikel (DSV), over-riding aorta, Stenosis Pulmonal (SP), serta
hipertrofi ventrikel kanan. Komponen paling penting untuk menentukan derajat
beratnya penyakit adalah SP yang bersifat progresif .
456.
baru lahir biasanya bayi belum sianotik; bayi tampak biru setelah tumbuh. Jari
tabuh pada sebagian besar pasien sudah mulai tampak setelah berumur 6 bulan.
Salah satu manifestasi yang penting pada TF dalah terjadinya seranga sianotik
(cyanotic spells, hypoxic spells, paroxysmal hyperpnea) yang ditandai oleh
timbulnya sesak nafas mendadak, nafas cepat dan dalam, sianosis bertambah,
lemas, bahkan dapat pula disertai kejang atau sinkop.
458.
yang berat dan tidak terobat, terutama jika saturasi oksigen kurang dari 70%
(Bernstein, 2007).
459. Transposisi Arteri Besar
460.
morfologi muncul dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis muncul dari
ventrikel kiri. Pada 60% pasien, aorta berada di bagian anterior kanan dari arteri
pulmonalis walaupun di beberapa kasus aorta dapat berada di bagian anterior kiri
dari arteri pulmonalis.
461.
hidup. Defek ini lebih dominan terjadi pada pria dengan persentase 60 70% dari
seluruh kasus.
462.
dan gangguan pertumbuhan fisik, mirip dengan gejala pada TF; walaupun begitu,
jantung tampak membesar (Bernstein, 2007). Sianosis biasanya terjadi segera
setelah lahir dan dapat memburuk secara progresif. Gejala gagal jantung kongestif
mulai tampak dalam 2 6 minggu.
463. Atresia Pulmoner dengan Septum Ventrikel Utuh
464.
daun katup pulmonalis berfusi secara lengkap sehingga membentuk membran dan
tidak terdapat jalan keluar (outflow) ventrikel kanan. Tidak terdapat aliran darah
di ventrikel kanan karena tidak adanya hubungan antarventrikel (Bernstein, 2007).
465.
Defek ini terjadi 7.1 8.1 per 100.000 kelahiran hidup dengan
persentase 0.7 3.1% dari seluruh kasus PJB di Amerika Serikat (Charpie , 2009).
Sianosis telah jelas tampak dalam hari-hari pertama pascalahir. Bayi sesak dengan
gejala gagal jantung. Pada pemeriksaan fisik, tidak terdengar bising, atau
dalam kepustakaan barat disebut Double Outlet Right Ventricle (DORV), adalah
kelainan jantung yang ditandai dengan malposisi arteri-arteri besar, septum outlet,
atau keduanya, yang menyebabkan kedua arteri besar muncul dari ventrikel kanan
(Hoffman, 2009). Defek ini terjadi 1 1.5% dari seluruh kejadian PJB.
469.
kelainan hemodinamiknya; defek ini dapat mirip DSV, TAB, atau TF. Oleh karena
itu, diagnosis tidak mungkin ditegakkan atas dasar gambaran klinis saja (Prasodo,
1994). Jika defek ini disertai dengan SP, terjadi penurunan aliran darah paru
sehingga terjadi sianosis yang cukup berat seperti gejala TF. Pasien VKAJKG
tanpa SP memiliki gejala yang sama dengan DSV, yaitu peningkatan aliran darah
paru sehingga terjadi takipnea dan kardiomegali.
470.
471. Atresia Trikuspid
472.
trikuspid kongenital dan merupakan jenis PJB sianotik terbanyak setelah TF dan
TAB (Rao, 2009). Pada defek ini, tidak terdapat aliran dari atrium kanan menuju
ventrikel kanan sehingga seluruh aliran balik vena sistemik masuk ke bagian kiri
jantung melalui foramen ovale atau jika terdapat defek pada septum atrium
(Bernstein, 2007).
473.
estimasi prevalensi AT dari seluruh kasus PJB adalah 2.9% dari autopsi dan 1.4%
dari penegakkan diagnosis setelah dilakukan pemeriksaan berulang.
474.
pembedahan pada kasus PJB, yaitu tindakan bedah dengan risiko mortalitas yang
rendah serta peningkatan harapan hidup layaknya orang normal lainnya.
478.
dengan Ejection Fraction (EF) yang terpelihara berbeda dari gagal jantung
dengan EF yang terdepresi, banyak etiologi yang tumpang tindih dari
kedua keadaan tersebut.
483. Penyakit Jantung Koroner (PJK) menjadi penyebab yang dominan pada
60-75% pada kasus gagal jantung pada pria dan wanita di Negara-negara
industri.
484.
Hipertensi
memberi
kontribusi
pada
perkembangan
penyakit gagal jantung pada 75% pasien, termasuk pasien dengan PJK.
Interaksi antara PJK dan hipertensi memperbesar risiko pada gagal
jantung, seperti pada diabetes mellitus.
485. Jantung memiliki mekanisme kompensasi di dalam
mengatasi penurunan fungsi pompa jantung, sehingga pada umumnya
pasien gagal jantung akan tetap asimtomatik, hingga adanya faktor
presipitasi yang memperberat keadaan, sehingga pada pasien mulai timbul
gejala, faktor-faktor yang dapat bertindak sebagai faktor presipitasi dalam
gagal jantung adalah infeksi, aritmia, infark jantung, anemia, hipertiroid
dan kehamilan, emosi atau konsumsi garam berlebih,emboli paru,
hipertensi, miokarditis, demam reumatik, dan endokarditis infektif.
486. Infeksi dapat memperberat keadaan gagal jantung, karena
pada infeksi terdapat demam, takikardia, dan hipoksemia, yang kemudian
akan meningkatkan kebutuhan metabolik, dan berakibat pada perburukan
dari gagal jantung. Lebih jauh lagi, aritmia adalah salah satu faktor
presipitat yang sering memperburuk fungsi pompa jantung. Mekanisme
yang terjadi antara lain melalui penurunan waktu untuk pengisian ventrikel
sehingga menyebabkan disfungsi miokardium iskemik, peningkatan
tekanan atrium, gangguan sinkronisasi pompa jantung, serta penurunan
curah jantung akibat penurunan dari kontraksi jantung.
487. Emboli paru dapat mencetuskan gagal jantung, dikarenakan
kemampuannya untuk meningkatkan tekanan arteri pulmonalis. Anemia
memperburuk gagal jantung dikarenakan pada keadaan ini, jantung
mengalami kegagalan untuk mengkompensasi kebutuhan oksigen jaringan
tubuh dengan jalan meningkatkan curah jantung. Peningkatan cepat dari
tekanan arterial sebagaimana terlihat pada pasien hipertensi malignan,
dapat menyebabkan dekompensasi. Penyakit jantung reumatik dan
jumlah banyak
Aritmia mengurangi efisiensi jantung, seperti yang terjadi bila
kontraksi atrium hilang (fibrilasi atrium, AF) atau disosiasi dari
kontraksi ventrikel (blok jantung). Takikardia (ventrikel atau
atrium) menurunkan waktu pengisian ventrikel, meningkatkan
beban kerja miokard dan kebutuhan oksigen menyebabkan iskemia
miokard dan bila terjadi dalam waktu lama, dapat menyebabkan
dilatasi ventrikel serta perburukan fungsi ventrikel.
496.
497.
498.
499.
500.
501.
502.
11. Komplikasi
a) Syok Kardiogenik
503. Ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang
mengakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan hantaran oksigen
ke jaringan. Ciri khas pada syok kardiogenik akibat infark miokardium
akut adalah hilangnya 40% atau lebih miokardium ventrikel kiri. Selain
kehiangan masif jaringan otot ventrikel kiri, juga ditemukan daerah-daerah
nekrosis fokal di seluruh ventrikel. Nekrosis fokal diduga terjadi akibat
ketidakseimbangan terus menerus antara kebutuhan dan suplai oksigen
miokardium. Pembuluh darah koroner yang terserang juga tidak mampu
menungkatkan aliran darah secara memadai akibat penngkatan beban kerja
dan kebutuhan oksigen jantung yang berkaitan dengan respons
kompensatorik seperti rangsangan simpatis.
504.
Patofisiologi
505.
kontraktilitas
untuk
menambah
curah
jantung
dan
pada
syok
kardiogenik
akan
memulai
respons
b) Tamponade jantung
507.
Definisi
508.
Patofisiologi
510.
melekat
ke
partisi jaringan
ikat
yang
memisahkan
paru.
Kantung bagian
mengeluarkan
cairan
dalam
dilapisioleh
pericardium
encer,
suatu
membrane
yang
yang
menghasilkan
derajat yang
sama,
fibrosis tidak
selalu terjadi.
Patogenesis
530.
531.
532.
Rilantono LI, Baraas Faisal, Karo SK, Roebiono PS. 2004. Buku Ajar
Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
533.
534. Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. EGC, Jakarta.
535. Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4 jilid II. Departemen
Ilmu
536.
537. Sudoyo, Aru W. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4 Jilid II. Departemen
Ilmu
538.
539.
540.
541.