Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan,
epifisial plate, sendi, baik bersifat total maupun parsial. Kebanyakan
fraktur disebabkan oleh trauma, dimana terdapat gaya berlebihan pada
tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung. 1 Fraktur
lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan umur
dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan,
atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.
Sedangkan pada orang tua, wanita lebih sering mengalami fraktur daripada
laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis
yang terkait dengan perubahan hormon pada monopouse.2
Tibia merupakan tulang panjang yang paling sering mengalami
cedera, mempunyai permukaan subkutan yang paling panjang, sehingga
paling sering terjadi fraktur terbuka.Daya pemuntir menyebabkan fraktur
spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang berbeda, daya angulasi
menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkat
yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat
menembus kulit, cedera langsung akan menembus atau merobek kulit di
atas fraktur. Apabila kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur
tertutup (sederhana). Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang
paling lazim. Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul,
dan resiko komplikasinya berkaitan langsung dengan luas dan tipe
kerusakan jaringan lunak.3
Pada fraktur dan dislokasi pergelangan kaki biasanya kaki tertambat
di tanah sementara momentum tubuh terus ke depan, pasien dapat
tersandung pada rintangan yang tak diduga-duga atau tangga, atau masuk
ke dalam cekungan kecil di tanah, atau jatuh dari tempat tinggi. 3

Terjadinya fraktur akan berpengaruh besar terhadap aktifitas


penderita khususnya yang berhubungan dengan gerak dan fungsi anggota
yang mengalami cidera akibat fraktur. Berbagai tingkat gangguan akan
terjadi sebagai suatu dampak dari jaringan yang cedera, baik yang
disebabkan karena patah tulangmaupun dikarenakan kerusakan jaringan
lunak disekitar fraktur atau luka bekas infeksi saat dilakukan pembedahan.4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AnatomiRegio Cruris
Dalamhalinipenulisakanmembahasbeberapasistemyaitu:1)sistem
tulang,2)sistemsendi,3)sistemotot,4)sistemsyaraf,5)sistemdarah.
A. SistemTulang
1).TulangTibia
Tulangtibiaterdiridaritigabagianyaituepyphysisproksimalis,diaphysis
danepiphysis.Epiphysisproksimalisterdiridariduabulatan

yaitu

condilusmedialisdancondiluslateralis.Padapermukaanproksimalterdapatpermuka
ansendiuntuk
bersendidengantulangfemurdisebutfaciesarticularissuperioryangditengahnya
terdapat

peninggiandisebuteminentia

intercondyloidea.

Di

ujungproksimalterdapatdataransendiyangmenghadapkelateraldisebutfaciesarticu
larisuntukbersendi dengan tulangfibula.
Diaphysismempunyaitigatepiyaitumargoanterior,margomedialis,dancrist
a interoseadisebelah lateral. Sehingga terdapattiga dataran yaitu facies
medialis,faciesposteriordanfacieslateralis.Margoanteriordibagianproksimalmeno
njol disebut tuberositas tibia.
Pada epiphysis distalis bagian distal terdapat tonjolan yang disebut
malleolus medialis, yang mempunyai dataran sendi menghadap lateral untuk
bersendi dengan talus disebut facies malleolus lateralis. Epiphysis distalis
mempunyaidataransendilainyaitufaciesarticularisinferioruntukdengantulangtalu
sdan incisurafibularisuntukbersendi dengantulangfibula.5
2).Tulangfibula
Tulangfibulaterletakdisebelahlateraltibiamempunyaitigabagianyaitu
3

epiphysis

proksimalis, diaphysisdan epiphysis distalis. Epiphysis

proksimalis
membulatdisebutcapitulumfibulayangkearahproksimalmeruncingmenjadiap
ex
kapitulifibula.Kapitulumfibulamempunyaidataransendiyaitufaciesartyculari
scapitulifibula untuk bersendidengantulangfibula.
DiaphysismempunyaiempatcristayaituKristalateralis,Kristamedialis,
Krista

anterior,

Kristainterosea,

dan

tiga

dataranyaitufaciesmedialis,facieslateralis,faciesposterior.
Epiphysis distaliskebelakangagakmembulatdansedikitkeluardisebut
malleoluslateralis.Disebelahdalamterdapatdataransendiyangdisebutfacies
artycularismalleoluslateralis.Disebelahluarterdapatsuatusulcusdisebutsulcus
tendomusculitendoperineumdandilaluitendoototperoneuslongusdanperoneus
brevis.

Gambar2.1
TulangTibiadanFibulakanantampakdepan5
Keterangangambar : 1. Tulangfibula

2.Tulangtibia

Gambar 2.2
Tulangtibiadan fibuladilihatdaribelakang5

Keterangangambar:
Tulangtibia:
1. Faciesarticularissuperiorcondyluslateralis
2. Faciesarticularissuperiorcondylusmedialis
3. Condylusmedialis
4. Lineamusculisolei
5. ForamenNutricium
Tulangfibula:
1. Apexcaoitalisfibulae
2. Caputfibulae
3. Faciesposterior
4. Cristamedialis

6. Faciesinterosseus
7. Margointercosseus
8. Margomedialis
9. Suleusmalleolaris
10.Malleolusmedialis

5. Margoposterior
6. Malleoluslateralis
7. Faciesartcilarismalleoli

B .SistemOtot
Tabel2.1Otot-ototpenggeraktungkaibawahbagianbelakang
5

No

Otot
m.gastrocnemius
1. - Caputmediale
- Caputlateral

Origo
- Planumpopliteum
diatascondilus
medialis
- Bagianatasdan
condyluslateralis
- Bagianbelakang
capitallumfibulaed
anbagianatas
faciespasterior
capitullumfibulaed
anseptumintermus
culareposterior

Insertio

Fungsi
- Plantarfleksi
Bagian
N.tibialis
kaki
(VS1,VS2)
belakang
-Fleksisendi
os.calcaneus
lutut

m.soleus

m.tibialis
posterior

-Tuberositas N.tibialis
os.Naculari
(VL5,VS1)
s
Os.Coneiforme
os.Cuboideum
basis
metatarsal
2,3,4

- Plantar
fleksikaki
padasendi
pergelang
an kaki
Inversikaki

m.plantaris

- Bagianbawahlinea -Bagian
N.tibialis
supracondilarisda posterioros. (VL5,VS1)
nos.planum
Calcaneus
popliteumfemoris

- Plantar
fleksisend
i
pergelang
an kaki
Fleksisendil
utut

Membrana
Interossea
Fibula
Tibia

Bagian
posterior
calcaneus

Inervasi

N. tibialis - Plantar
(VS1,VS2)
fleksikaki
padasendi
pergelang
an kaki

(Spalteholz,1987)

Tabel2.2.Otot-ototpenggeraktungkaibawahbagianlateral
No Otot
Origo
Insertio

Ivervasi

Fungsi

m.peroneus
longus

m.peroneus
brevis

- sisilateral
Condyluslateral os.
istibia
cuneiforme
Capitulumfibula mediale
e
basisos.met
atarsal
2/3bagian
keI
ataslatera
liscorpust
ibulae
- tuberositas
2/3bagianbaw os.Metatarsa
ah
l ke5
fibulaelat

N.peroneus Plantarflek
superificialis sikaki
(VL4,VS1) Eversi
kaki

n.peroneus Plantarflek
superficialis si
(VL4,VS1) Eversikaki

eralis
(Spalteholz,1987)
Tabel2.3Otot-ototpenggeraktungkaibawahbagiandepan
No Otot
Origo
Insertio
1

m.extensor
digitorumlong Sisilateraltibia
e
us
faciesanter
iorcorpusfib
ulae
membran
a
interossea
m.tibialis
- bagianlateral
anterior
condyluslater
alistibia
2/3corpustibia
bagianatas
membranamedial

Invervasi

Fungsi

n.peroneus ekstensijari
keempatjari profundus
kaki
kakilater
al

- sisimedial n.peroaeus
cuneiforme
profundal
medialisbas
isosI

- ekstensi
kakipada
semi
pergelan
gan kaki
- inversi

m.extensor
-facies
hallucislongus pertengahanmedi superior
alfaciesanterior
basis
fibularis
phalanx
-phalanx
distalis ibu
jarikaki
(Spalteholz,1987)

n.
profundus ekstensiibuja
(VL4-VS1) ri kaki
ekstensipada
pergelangan
kaki
inversikaki

1) Ototpenggeraksendilutut
a) Otot penggerakfleksi lutut antara lain : musculus biceps femoris,
musculussemitendinosus,semimembranosus.
b)Ototpenggerakekstensilututantaralain:musculusvastuslateralis,
vastusintermedius,musculusvastusmedialis,musculusrectusfemoris.
c)Ototpenggerakeksorotasilututantaralain:musculusbicepsfemoris,
musculusextensorfascialata,musculusgastrocnemiuscaputmedialis.
d)ototpenggerakendorotasilututantaralain:musculussemitendinosus,
musculus semimembranosus, musculus gracilis, musculus popliteus,
musculus gastrocnemiuscaputlateral.
2) Ototpenggeraksendiankle.
a)Ototpenggerakplantarfleksiantaralain:musculusGastrocnemius,
musculusSoleus, musculus Plantaris, musculus Fleksor hallucis
longus,musculus Tibialis posterior, musculus peroneus longus,
musculus peroneusbrevis.
b)Ototpenggerakdorsifleksiantaralain:musculusTibialisanterior, musculus
extensor digitorum longus, musculus peroneus tertius, musculus
extensorhallucislongus.
c) Otot penggerakinversi antara lain : musculus Tibialis anterior,
musculusTibialisposterior,musculusfleksorhallucisbrevis.
d) Otot penggerakeversi antara lain : musculus peroneus longus,
musculusperoneusbrevis,

3
2
4
6
7

Gambar2.3
Otottungkaibawahkanantampakdepan5
Keterangangambar:
1. m.Fibularis(peroneus)longus
2. m.Tibialis anterior
3. m.Gastrocnemius
4. m.Soleus

5. m.Extensor hallucis brevis


6. m.Fibularisbrevis
7. m.Extensordigitorumlongus
8. m.Extensorhallucislongus

C. SistemSendi
1).Sendi Lutut
Sendi lutut adalah sendi yang komplit yang melibatkan empat tulang
yaitu

os

femur,ostibia,ospatella,sertaosfibula.Lututterdiridariduapersendian

yangberadadalamsatukapsulyaitusenditibiofemoraldansendipatellofemoral.Tibi
ofemoral

dibentuk

oleh

condylus

femoralis

lateralis

dan

medialisyangberbentukcembungdengantibiaplateuyangberbentukcekung.
Sendipatellofemoraldibentukolehfaciespatellaristulangfemurdengantulangpatell
a.5
Padasendilututterdapatmeniscusyangberbentukbulansabit.Berfungsi
sebagai

penyebarpembebanan,adaduayaitumeniscuslateralisdanmeniscusmedialis.Terda
patbursayangmerupakansuatukantongyang
berisicairanyaitubursasuprapatellaris,suprasubtendinosus,bursa

intrapatellaris

danbursaprepatellarissubcutanea.Ligamentyangmemperkuatsendilututyaitu
ligament

collateral

mediale,ligament

collateral

lateral,

ligament

cruciatumposterior dan ligament cruciatumanterior. LGS lututsecara pasif


umumnyaantara130dan140.

Hiperekstensi

antara5

sampai10masihdalambatasnormal.Secaraaktifuntukfleksi120sampai130daneks
tensi.5
Disampingsenditibiofemoraldansendipatellofemoralmasihadasendiketig
a

yaitusendi

tibiofiburalis

proksimal.

Sendi

initidak

termasuk

kedalamsendilututkarenasecarafungsionallebihcendrungtermasuksendipergelan
gankaki.5

10

21

Gambar2.4
Otottungkaibawahkanantampakbelakang(Putz,2000)
Keterangangambar: 1. m.Gastrocnemiuslateralis
2. m.Gastrocnemiusmedialis
3. m.Gastrocnemiustendon
4. m.Soleus

11

2).Sendipergelangankaki
Sendipergelangankakiterdiridaritigapersendian,yaitu(1)tibiofibularis
distalis,
(2)senditalocruralisdan(3)subtalar.Senditibiofibularisdistaldibentukolehincisurafi
bularistibiadenganfaciesarticularisfibula.Sendi tibiofibularis proksimaldan distal
diperkuat

oleh

membrana

interoseus

yang

terletakantaratibiadanfibulasenditalocruralisdibentukolehujungdistaltulang fibula
yang

membentuk

permukaancekung

dengan

talus

yang

permukaanya

cembung.Sendisubtalardibentukolehtulangtalusdancalcaneus.
D.SistemSyaraf
Sistem persyarafanpada tungkai atas berasal dari plexus sacralismensyarafiototototpadasekitartungkaiatas.
a. Sistempersyarafantungkaiatas
1) Nervusfemoralis
Merupakan

cabang

tersebutdari

cabang

plexus

lumbalis.

Nervusinibersisidaritigabagianplexusanterioryangberasaldarin.Lumbalis(L2,3dan
L4).

Nervustersebut

munculdari

tepilateralmusculusPsoasdidalamabdomendanberjalankebawahdiantaram.Psoas
dan

Iliacus.Ia

terletakdibelakang

fascia

iliaca

dan

memasukipahalateralterhadaparterifemoralisdanselubungfemoraldibelakangliga
meninguinaledanberakhirdibawahligameninguinale dan pecah menjadi divisi
anterior danposterior. Nervus femoralismensyarafisemuaotot ruasanteroirpaha.6
2) Nervusobturatorius
Nervusobturatoriusberasaldariplexuslumbal(L2,3dan4)dan

muncul

padatepian m. Psoas didalam abdomen ia berjalankebawah dan kedepan pada


dinding lateral pelvis untuk mencapai bagian atasforamen obturatorium, hal ini
pecah menjadi devisianterior danposterior. Devisi anterior memberi cabangcvabang muscularpadam.Brachialis,m.Adductorbrevisdanadductorlongus.Sedang
devisiposteriormensarafi

articularis

genus

dan

memberi

cabangmuscularkepadam.Obturatoriusexternus,adductormagnus.6

12

cabang-

3) Nervusglutealsuperiordaninferior
Nervusgluteal superiordaninferior, cabangplexus sacralis meninggalkan
pelvis melalui bagian atas
musculus

piriformis.

Dan

dan bawah foramen ischiadicus majus diatas


bagianbawah

foramen

isciadicus

mensarafi

tensorfacialata, m. Gluteus minimussertagluteus meximus


4) Nervusischiadicus
Nervusischiadicusmerupakancabangplexussacralis(L4,5dan

S1,

meningggalkan regio glutealis menuju kebawah sepanjang caput

2,3)
longum

m.Biceps
femoris.Setelahsampaipertengahanpahapadabagianposteriorditutupiolehtepianm.B
iceps
femorisdanm.Semimembranosusyangberdekatan.Nervusiniterletakpadaapexposteri
orm.Adductormagnuspadasepertigapadabagian
pahabawahkemudianberahkirdanpecahmenjadin.Tibialisdann.
Peroneuscommunis.Nervusischiadicuspecahmenjaditerminalpada
lebihtinggi pada bagian atas paha, regio gluteal bahkan didalam pelvis.6

Gambar2.5
Nerveperoenuscommunis
L4,5danS1,26
Keterangangambar 2.5 :
1. Sciaticnerve
2. Comonperonealnerve
3. Deepperonealnerve
4. M.tibialisanterior
5. Supervicialperonealnerve

Gambar2.6
Nervetibialis
L4,5danS1,36
7. M.Peroneuslongus
8. M.extensorhallucislongus
9. M.peroneusbrevis
10.M.peroneustertius
11.M.extensordigitoriumbrevis

13

bidang

6. M.extensordigitoriumlongus
Keterangangambar 2.6:
1. Sciaticnerve
2. Comonperonealnerve
3. M.gastrocnemius
4. M.popliteus
5. M.plantaris
6. M.soleus
7. M.tibialisposterior
8. M.gigitoriumlongus

12.Suralnerve

9. M.flexorhallucisnerve
10.Comonperonealnerve
11.Medialsuralcutaneousnerve
12.Lateralsuralcutaneousnerve
13.Suralnerve
14.Medialplantarnerve
15.Lateralplantarnerve

E.SistemPembuluhDarah
a. Pembuluhdaraharteri
Arterimembawadarahkeluardarijantungmenujutubuhdanarteriini
selalumembawadarahsegarberisioksigen,kecualiarteripulmonareyangmembawada
rahkotoryangmemerlukanoksigenasi.Pembuluhdarah arteripadatungkai antaralain:
1)Arterifemoralis
Arteri femoralis memasuki bagian paha melalui bagian lutut belakang dari
ligamentum inguinale dan merupakan lanjutan dari arteri iliaca external. Dan
terletak dipertengahan antara SIAS (Spina IliacaAnterior Superior) dan symphysis
pubis

(Sneel,

1993).

Arteri

femoralismerupakanpemasokdarahutamabagiantungkai,berjalanmenurunhampirve
rtikalketuberculumadductorfemoralisdanberakhirpadalubangotot

magnusdengan

memasukispaticapopliteasebagaiarteripoplitea.

Gambar2.7
Pembuluhdarahvenapadatungkaibawahdilihat daribelakang(Spalteholtz,1987)
Keterangangambar: 1. V.provundumfemoris
3. V.saphenamagna

14

2. V.popliteum

4. V.saphenaparva

Gambar2.8
Pembuluhdaraharteripadatungkaibawah(Carola,R,1990)

Keterangangambar:
1. Commoniliacartery
9. Posteriortibialartery
2. Internaliliacartery
10.Lateralplantarartery
3. Externaliliacartery
11. Plantararterialartery
4. Femoralartery
12.Medialplantarartery
5. Deep(profunda)femoralartery
13.Dorsalmetatarsalarteries
6. Poplitealartery
14.Dorsalarteryoffoot
7. Anteriortibialartery
15. Perforatingbranchofpersonalartery
8. Pronealartery
16.Anteriortibialarterior

2.2 Fraktur
2.2.1 Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang
rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun parsial.7
2.2.2 Klasifikasi
1. Klasifikasi etiologi
Fraktur traumatik
Karena trauma yang yang terjadi secara tiba-tiba.
Fraktur patologis
Karena kelemahan tulang akibat keadaan patologis tulang.
Fraktur stress
Karena trauma yang terus memenerus pada suatu tempat tertentu.
2. Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup
Fraktur yang tidak ada hubungan dengan dunia luar.

Fraktur terbuka

15

Fraktur yang mempunyai hubungan dunia luar melalui luka pada


kulit dan jaringan lunak.Bisa dari dalam (from within) atau dari

luar (from without).


Fraktur dengan komplikasi
Fraktur dengan komplikasi misal infeksi tulang, malunion, delayed

union dan nonunion.


3. Klasifikasi radiologis
Lokasi
Diafisis
Metafisis
Intra artikular
Fraktur dengan dislokasi

Gambar 2.8 Fraktur Menurut Lokasi 2


Konfigurasi
Tranfersal : garis patah tulang melintang sumbu tulang.
Oblik : garis patah tulang membentuk sudut pada sumbu
tulang.
Spiral : garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih.
Segmental : fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
Komminutifa : fraktur lebih dari 2 fragmen fraktur dimana
garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
Avulsi : fraktur yang di akibatkan karena trauma tarikan atau
traksi otot yang insersinya pada tulang.
Depresi : fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang kearah permukaan lain.
Impaksi : satu fragmen masuk ke fragmen yang lain.
Fraktur epifisis

16

Gambar 2.9 Fraktur Menurut Konfigurasi 2


Ekstensi
Total/ komplit
Tidak total (crack)/ parsial
Torus
Garis rambut
Green stick

Gambar 2.10 Macam Macam Fraktur


Hubungan antar fragmen
Undisplaced (tidak bergeser)
Displaced (bergeser)
- Shifted Sideways menggeser ke samping tapi dekat
- Angulated membentuk sudut tertentu
- Rotated memutar
- Distracted saling menjauh karena ada interposisi
- Overriding garis fraktur tumpang tindih
- Impacted satu fragmen masuk ke fragmen yang lain

17

Gambir 2.11 Fraktur Menurut Hubungan Antar Fragmen 2


2.2.3 Prinsip pengobatan fraktur
1. Recognition : diagnosis dan penilaian fraktur :

Lokalisasi fraktur
Bentuk fraktur
Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.

2. Reduction : reduksi fraktur apabila perlu


Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi
yang dapat diterima.Pada fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi
anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan
mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas serta perubahan
osteoarthritis
Posisi yang baik adalah :
Alignment yang sempurna
Aposisi yang sempurna
Fraktur yang tidak memerlukan reduksi :

Fraktur pada klavikula


Fraktur costae
Fraktur impaksi dari humerus
Angulasi < 50 pada tulang panjang anggota gerak bawah
dengan lengan atas dan angulasi sampai 100 pada humerus

dapat diterima.
Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50 %
Over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur

18

Adanya rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokasi frakturnya. Ada 3


cara reduksi yaitu: 8
a. Close reduksi : Anestesi dan muscle relaxan. Menggunakan 3
manufer yaitu (1) bagian distal ditarik ke garis tulang (2) sementara
fragmen-fragmen

terlepas,

fragmen

direposisi

dengan

mengembalikan arah kekuatan, asalkan ini dapat diperkirakan (3)


Penjajaran disesuaikan ke setiap bidang. efektif bila periosteum dan
otot pada satu sisi fraktur tetap utuh. Pengikatan jaringan lunak
mencegah over reduksi dan menstabilkan fraktur setelah direduksi.

Gambar 2.12 Close Reduksi


b. Traksi mekanis: beberapa fraktur (fracture femur) sulit di lakukan
close reduksi karena ototnya yang kuat.
c. Operasi terbuka : (1) bila reduksi gagal karena sulit kontrol fragmen
dan ada jaringan diantara fraktur(2) bila ada fragmen artikular yang
butuh posisi yang akurat (3) fraktur avulsi (4) bila terjadi cedera
ikutan misal cedera arteri (5) bila butuh pemasangan internal fiksasi.
3. Retention: imobilisasi fraktur untuk mencegah pergeseran, menurunkan
nyeri dan memperantarai penyembuhan. Caranya berupa :
a. Traksi : dipakaikan pada bagian distal fraktur dan untuk menarik
terus-menerus sepanjang aksis tulang. Efektif pada fraktur tulang
panjang. (1) traksi grafitasi (2) balance traksi (skin dan skeletal
traksi) diberi beban 4-5 kg (3) fixed traksi .
b. Cast splintage : banyak digunakkan. Terutama pada distal fraktur
dan fraktur pada anak. Cukup aman dan dapat imobilisasi fraktur
dengan baik. Kompliksi pemakaian terlalu ketat dapat menyebabkan

19

hambatan vascular, decubitus, perlukaan kulit dan bila telalu longgar


karena bengkak menghilang maka harus diganti.

Gambar 2. 13 Macam Traksi 8

Gambar 2.14 Cast Splintage 8

20

c. Fungsional bracing: banyak digunakkan pada fraktur femur dan


tibia. Karena tidak terlalu rigid maka digunakkan bila fraktur mulai
union, misal setelah 3-6 minggu setelah traksi atau splintage.

Gambar 2.15 Fungsional Bracing


d. Internal fiksasi: fragmen tulang difiksasi menggunakkan sekrup, pin,
plate, intramedullary nail, pita yang melingkar dan kombinasi teknik
tersebut. Keuntungannya mempu menahan fragmen dengan baik dan
tidak menimbulkan kekakuan sendi dan edema. Kerugian dapat
menimbulkan infeksi. Indiksasi fiksasi interna : (1) fraktur yang
tidak bisa di reduksi tanpa operasi (2) fraktur yang tidak sabil dan
kemungkinan akan bergeser setelah reduksi (3) fraktur collum
femoris (4) fraktur patologis (5) fraktur multiple.

21

Gambar 2.16 Internal Fiksasi 8


e. Eksternal fiksasi : prinsipnya tulang difiksasi diatas dan dibawah
fraktur dengan pin, sekrup atau kawat yang kuat dan dihubungkan
diluar dengan balok yang kuat. Indikasinya dalah (1) fraktur dengan
kerusakan jaringan yang parah (2) fraktur comminutifa dan unstable
(3) fraktur pelvis yang tidak dapat dikontrol dengan berbagai metode
(4) fraktur dengan kerusakan saraf dan pembuluh darah (5) infeksi
pada fraktur (6) fraktur non union dimana terdapat fragmen yang
mati dan sklerotik. Kompliksai eksternal fiksasi adalah kerusakan
jaringan lunak dan infeksi disekitar jalur pin.

22

Gambar 2.17 Eksternal Fiksasi 8


4. Rehabilitation :
Lebih tepatnya memulihkan fungsi, bukan saja pada bagian yang
mengalami

cedera

tetapi

juga

pada

pasien

secara

keseluruhan.Tujuannya adalah mengurangi edema, mempertahankan


gerakan sendi, memulihkan kekuatan otot, dan memandu pasien
kembali ke aktifitas normal.
2.3 Fraktur Cruris
2.3.1 Definisi
Fraktur cruris merupakan istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang
biasanya terjadi di daerah proksimal, diafisis atau persendian pergelangan kaki.
Karena hanya ditutupi jaringan subkutan maka tibia sering mengalami fraktur
dan lebih sering terjadi open fracture dari pada tulang panjang lain.8
2.3.2 Patofisiologi
Fraktur terjadi akibat adanya trauma mekanik baik high energy maupun
low energy. High energy injury misalnya kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggan, dan pukulan langsung. Low energy injuri misalnya cedera olahraga,
terpelintir, jatuh saat berdiri dan kebanyakan disebabkan karena keadaan
patologi pada tulang.3

23

Tekanan memutar menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang tulang


di level yang berbeda. Tekanan menekuk mengasilkan tranversal dan oblique
fraktur dan biasanya pada level yang sama. Cedera tidak langsung biasanya
dengan kekuatan rendah akan menimbulkan fraktur spiral atau oblique yang
pecahannya mungkin bisa menembus kulit dari dalam. Cedera langsung akan
menembus dan merobek kulit diatas fraktur, biasanya karena kecelakaan sepeda
motor.8
Fraktur tibia biasanya terjadi pada .batas 1/3 tengah dengan 1/3
distal.Sedangkan fraktur fibula pada batas 1/3 tengah dan 1/3 proksimal.
Sehingga frakur tidak pada level yang sama. Fraktur tibia sering menimbulkan
fraktur terbuka karena pada bagian depan sedikit di tutupi otot.2
2.3.3 Klasifikasi
Fraktur pada regio cruris dibagi menjadi 3 bagian besar, yaitu:
1. Tibial Plateau Fracture / Fraktur kondilus tibia
Berdasarkan klasifikasi Schatzker, fraktur ini dibagi menjadi 6 tipe, yaitu:
a. Tipe I : Fraktur kondilus lateral secara vertikal
b. Tipe II : Fraktur kondilus lateral secara vertikal dengan depresi pada
c.
d.
e.
f.

kondilus
Tipe III : Depresi pada permukaan artikular dengan kondilus intak
Tipe IV : Fraktur kondilus tibia medial
Tipe V: Fraktur kondilus medial dan lateral
Tipe VI : Kombinasi fraktur kondilar dan subkondilar

24

Gambar 2.18 Klasifikasi Schatzker


2. Fraktur tibia-fibula

Tabel 2.4 Tscrhernes Clasification 3

25

Tabel 2.5 Open fracture Gustilos Clasification 8

Gambar 2.19 Closed fracture Tscrhernes Clasification 3

Type A: Unifocal fractures


Group A1
Spiral fractures
26

Subgroups

A1.1 Intact fibula


A1.2 Tibia and fibula fractures at different level
A1.3 Tibia and fibula fractures at same level
Group A2
Oblique fractures (fracture line >30 degrees)
Subgroups
A2.1 Intact fibula
A2.2 Tibia and fibula fractures at different level
A2.3 Tibia and fibula fractures at same level
Group A3
Transverse fractures (fracture line <30 degrees)
Subgroups
A3.1 Intact fibula
A3.2 Tibia and fibula fractures at different level
A3.3 Tibia and fibula fractures at same level
Type B: Wedge fractures
Group B1
Intact spiral wedge fractures
Subgroups
B1.1 Intact fibula
B1.2 Tibia and fibula fractures at different level
B1.3 Tibia and fibula fractures at same level
Group B2
Intact bending wedge fractures
Subgroups
B2.1 Intact fibula
B2.2 Tibia and fibula fractures at different level
B2.3 Tibia and fibula fractures at same level
Group B3
Comminuted wedge fractures
Subgroups
B3.1 Intact fibula
B3.2 Tibia and fibula fractures at different level
B3.3 Tibia and fibula fractures at same level
Type C: Complex fractures (multifragmentary, segmental, or comminuted fractures)
Group C1
Spiral wedge fractures
Subgroups
C1.1 Two intermediate fragments
C1.2 Three intermediate fragments
C1.3 More than three intermediate fragments
Group C2
Segmental fractures
Subgroups
C2.1 One segmental fragment
C2.2 Segmental fragment and additional wedge fragment
C2.3 Two segmental fragments
Group C3
Comminuted fractures
Subgroups
C3.1 Two or three intermediate fragments
C3.2 Limited comminution (<4 cm)
C3.3 Extensive comminution (>4 cm)
Tabel 2.6 Orthopaedic Trauma Association (OTA) AO Classification of Tibial
Diaphyseal Fractures 6

27

Gambar 2.20 Orthopaedic Trauma Association (OTA) AO Classification of


Tibial Diaphyseal Fractures 3
3. Tibial Pilon (Plafond) Fracture
Berdasarkan klasifisikasi Ruedi-Allgower, fraktur pilon dibagi menjadi 3
tipe yaitu:
Tipe I : Tidak ada keterlibatan artkuler signifikan, fraktur tanpa
pergeseran dari fragment tulang
Tipe II : Ada keterlibatan artikuler dengan impaksi minimal atau
kominutif
Tipe III : Kominutif artikuler signifikan dengan impaksi metafiseal.

28

Gambar 2.21 Klasifikasi Ruedi-Allgower

2.3.4 Gambaran klinis


1. Anamnesa
Penderita datang dengan suatu trauma, dengan diikuti ketidak
mampuan menggerakkan anggota gerak, deformitas, kelainan pergerakan,
krepitasi.Trauma bisa terjadi karena kecelakaan lalulintas, jatuh, tertimpa
benda berat, dan trauma olahraga.7 Perlu ditanyakan juga mekanisme
cedera, waktu terjadinya cedera, gejala yang timbul setelah cedera.3
2. Pemeriksaan fisik

29

Look: bandingkan dengan bagian yang sehat, perhatikan adanya

deformitas berupa angulasi, rotasi, pemendekan. Perhatikan


adanya edema, hematoma, warna kulit bagian distal. Perhatikan
adanya luka terbuka pada kulit dan jaringan lunak untuk bedakan
fraktur terbuka atau tertutup.2
Feel: pada pelpasi akan ditemukan adanya nyeri tekan, temperatur

setempat yang meningkat, krepitasi, pemerikasaan AVN distal.


Pemeriksaan arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior dan
pengisian kapiler. Pengukuran panjang tungkai untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang.2
Move: ketidakmampuan penderita untuk menggerakkan secara

aktif dan pasif dari sendi distal dan proksimal daerah yang
mengalami fraktur, terdapat pergerakan yang tidak sesuai dengan
sendinya dan keterbatasan pergerakan karena nyeri.2
3. Gambaran radiologis
Gambaran radiologi harus memenuhi persyaratan foto.Secara
radiologis dapat ditentukan lokasi fraktur, jenis fraktur, apakah fraktur
tibia dan fibula saja dan apakah bersifat segmental.Pada foto harus terlihat
seluruh panjang tibia, fibula termasuk sendi lutut dan sendi ankle.Fraktur
spiral biasanya terjadi pada 1/3 bawah tibia. Kadang bisa didapatkan
fragmen kupu-kupu yang terpisah berbentuk segitiga.8
2.3.5 Management
Tujuan utama adalah:8
1.
2.
3.
4.
5.

Membatasi kerusakan jaringan dan mempertahankan penutup kulit


Mengetahui dan mencegah kompartmen syndrome
Memperoleh penjajaran (aligment) fraktur
Memulai pembebanan dini
Memulai gerakan sendi secepat mungkin

1. Konservatif 2
Berupa reduksi fraktur dengan manipulasi tertutup dengan pembiusan
umum. Pemasangan gips sirkuler diatas lulut untuk imobilisasi. Untuk

dapat dilakukan close reduksi syarat posisi harus acceptable yaitu:


Tidak ada rotasi.
30

Angulasi 5 0 .
Terdapat kontak 50 %
Bila syarat acceptable tidak ada, maka dilakukan reposisi melalui
operasi. Konserfatif meliputi close reduksi, cast bracing, cast imobilisasi
dan traksi.
2. Operatif
Indikasi operatif berupa:
Fraktur terbuka
Gagal dengan terapi konserfatif
Posisi tidak acceptable (Fraktur tidak stabil meliputi fraktur
segmental, oblique, fragmented)
Adanya non union
Metode terapi konserfatif adalah :
Pemasangan plate dan screw
Intramedullary nail
Pemasangan screw semata
Pemasangan eksternal fiksasi
Management Tibial Plateau Fracture / Fraktur kondilus tibia
Pada fraktur tipe I
Jika bersifat tidak bergeser dapat diterapi secara
konservatif.Haemaarthrosis dapat diaspirasi dan plester dikompresi
dipasang.Pada fraktur yang bergeser harus diterapi dengan reduksi
terbuka dan fiksasi internal.Permukaan kondilus yang terdapat fragmen
dikeluarkan.
Pada fraktur tipe II
Jika depresi bersifat ringan (kurang dari 5 mm) dan lutut stabil, atau
pasien tua dan lemah atau mengalami osteoporosis, fraktur diterapi
secara tertutup dengan tujuan mengembalikan mobilitas dan fungsi.
Setelah aspirasi dan plaster kompresi dipasang, dilakukan traksi skeletal
melalui pin yang dipasang melalui tibia 7 cm dibawah fraktur.
Pada pasien muda, dan dengan depresi lebih dari 5 mm, lebih dipilih
untuk dilakukan reduksi terbuka dengan mengelevasi plateau dan fiksasi
internal.
Pada fraktur tipe III

31

Prinsip terapi hampir sama dengan fraktur tipe II. Fragment yang
terdepresi mungkin dapat dinaikkan hingga mencapai metafisis.
Fragment yang dielevasi dapat dibantu dengan bone grafts.
Pada fraktur tipe IV
Biasanya terjadi pada orang berusia muda dan disebabkan oleh trauma
berat.Fraktur biasanya lebih komplek daripada yang terlihat.Biasanya
terdapat kerusakan ligamen pada sisi lateral. Jika persendian masih tidak
stabil setelah fiksasi fraktur, struktur yang mengalami robek pada sisi
lateral harus diperbaiki.
Pada tipe fraktur V dan VI
Ini merupakan trauma yang parah yang memiliki resiko terjadinya
sindrom kompartment. Terapi untuk fraktur tipe ini adalah fiksasi
internal segera, traksi dengan fiksasi internal yang ditunda atau fiksasi
eksternal

Manajemen Fraktur tibia-fibula


1. Fraktur Tertutup:
Sebagian fraktur dengan sedikit kerusakan jaringan lunak dapat
diterapi dengan mengunakkan non operatif.Kalau fraktur tidak bergeser
atau sedikit bergeser, gips panjang dari paha atas sampai leher metatarsal
dipasang dengan posisi lutut sedikit fleksi dan pergelangan kaki pada
posisi siku-siku. Kalau fraktur bergeser dapat di reduksi di bawah
anestesi umum dan pengawasan sinar X. posisi di cek dengan
menggunakkan foto sinar X , pada tingkat angulasi yang kecil masih
dapat di koreksi dengan membuat potongan melintang pada gibs dan
penekananya kedalam posisi yang lebih baik. Tungkai ditinggikan dan
pasien diobservasi selama 48-72 jam. Jika ada pembengkakan gips di
belah.8
Ada beberapa cara pemasangan gips yaitu:
a. Cara long leg plaster : gips dipasang mulai dari pangkal jari
kaki sampai proksimal femur dengan sendi talocrurar dalam
posisi netral, sedangkan posisi lutut dalam keadaan fleksi 15

32

derajat. Syaratnya tidak ada rotasi yaitu sias-tuberosits tibiajari 1 dan 2 dalam 1 garis.
b. Cara sarmiento : pemasangan gips mulai dari jari kaki sampai
di atas sendi talokrural dengan molding sekitar maleolus.
Setelah kering segera lanjutkan keatas sampai 1 inchi dibawah
tuberositas tibia. Dengan molding pada permukaan anterior
tibia. Gibs dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Hanya
di peruntukkan untuk fraktur cruris 1/3 distal dan ankle fracture
Setelah 2 minggu posisi di cek dengan sinar X. gips di pertahankan
hingga fraktur menyatu.Dimana anak-anak butuh waktu 8 minggu dan
orang dewasa butuh waktu 16 minggu.

Gambar 2.22 Pemasangan Gips 5


Latihan sejak awal dibutuhkan agar pasien bisa melatih otot kaki,
pergelangan kaki dan lutut. Bila gips di lepas dan di pasang perban
elastic maka pasien pasien diberitahu bahwa dia dapa meninggikannya
atau berlatih berjalan.
Penyangga fungsional dapat di pakai untuk mengganti gips. Pada
fraktur yang tranfersal setelah 3-4 minggu gips panjang dapat di ganti
dengan gips penyangga funsional di bawah lutut untuk menahan tibia
bagian atas dan tendon patella.cara ini membebaskan lutut untuk
mamungkinkan menahan beban penuh.
Skeletal fiksasi dilakukan bila sinar X menunjukkan alligment
fraktur tidak memuaskan dan pembuatan baji gagal mengoreksinya, gips
33

dilepas dan fraktur di reduksi dan di fiksasi. Fraktur dengan kontusio


jaringan lunak, cedera pembuluh darah yang hebat dan fraktur kominutif
yang berat lebih baik di terapi dengan skeletal fiksasi sejak permulaan
Close intramedullary nailing merupakan metode untuk fiksasi
internal. Lebih baik untuk fraktur melintang. Post operative partial
weight bearing dapat di mulai segera. Metode ini cocok untuk fraktur
pada ujung tulang.

Gambar 2.23 Intramedullary Nailing 8


Plat fiksasi baik digunakkan pada frakur metafisis yang tidak
cocok di pasangi pen. Sering di gunakkan pada fraktur shaft tibia pada
anak-anak. Pada plat fiksasi ini resiko infeksi lebih besar karena
mengekspose daerah fraktur. Full weight bearing dapat dilakukan dalam
waktu 6-8 minggu.
Fiksasi eksternal adalah metode pilihan untuk fraktur yang tidak
stabil, fraktur oblique panjang, atau spiral dan fraktur kominutif yang
hebat. Indikasi pemasangan eksternal fiksasi pada fraktur tibia adalah:
- Fraktur tibia tebuka grade 2 dan 3 terutama bila didapati
-

kerusakan jaringan hebat dan hilangnya fragmen tulang


Pseudoartrosis yang mengalami infeksi

34

Gambar 2.24 External Fiksasi 5


Penanganan pasca operasi dilakukan setelah dilakukan tindakan
pemasangan paku pada fraktur oblique pendek atau melintang. Setelah
pemasangan plat pembebanan sebagian hanya diperbolehkan dalam
wakti 6-8 minggu. Seelah itu pembebanan penuh dilakukan bila gips
pelindung digunakkan.
Setalah fiksasi luar hanya pembebanan sebagian saja yang
diperbilehkan hingga tanda timbulnya kalus pada sinar X. kemudian
dilakuakn pembebanan secara meningkat. Setelah 6-8 minggu alat ini
dilepas dan dipasang gips atau brace penahan tendon patella dan dipakai
sehingga fraktur berkonsolidasi. Bila tidak ada tanda penyembuhan
sebaiknya gips di lepas dan diganti dengan fiksasi internal dengan
pencakokan tulang.
2. Fraktur terbuka
Penanganan fraktur terbuka meliputi:
1. Antibiotika
2. Debridemen
3. Stabilisasi
4. Penutupan
5. Rehabilitasi
Antibiotik dimulai dengan segera,.Bisa diberikan cephalosporin
generasi 2 dan bisa di tambah antibiotik gram negatif dan anaerob
(gentamicin dan metronidazole) .dilakukan debrideman pada luka dan
35

luka dibersihkan secara keseluhan.Cedera setingkat Gustillo 1 dapat di


tutup dengan baik dan kemudian di terapi sebagai cedera tertutup.Luka
yang lebih berat dibiarkan terbuka dan diperiksa setelah 3 hari. Kalau
perlu dilakukan debridement.8
Fraktur distabilkan, tebaik adalah dengan memasang eksternal
fiksasi.Segera setelah ada kepastian bahwa luka tersebut bersih dan
bergranulasi maka luka di tutup dengan penjahitan langsung atau dengan
pencangkokan kulit.8
Eksternal fiksasi dipertahankan sampai fraktur itu bergabung dan
dapat dig anti dengan gips. Pembebanan segera dapat di lakukan dan
gips boleh di lepas setelah fraktur menyatu. 8
Management Tibial Pilon (Plafond) Fracture
Terapi bergantung pada kondisi jaringan lunak. Terapi terbuka ada
fraktur fibula, dikombinasikan oleh fiksasi eksternal sementara, dapat
mempertahankan panjang dan membantu proses penyembuhan jaringan
lunak dari trauma awal.
2.3.6 Komplikasi 5
a. Komplikasi dini:
1. Cedera vaskular
Fraktur 1/3 proksimal tibia dapat merusak arteri poplitea.Keadaan ini
merupakan kedaruratan tingkat pertama, memerlukan eksplorasi dan
perbaikan.

36

Gambar 2.25 Vascular Injury 8


2. Kompartmen syndrome
Fraktur tibia baik fraktur terbuka maupun fraktur tertutup sering
menyebabkan kompartmen sindrom pada tungkai bawah. Kombinasi
dari edema jaringan dan perdarahan menyebabkan pembengkakan otot
pada kompartmen dan mendasari adanya ischemic.Gejalanya meliputi
meningkatnya rasa nyeri, mati rasa, pucat, gangguan kekuatan otot dan
nadi tidak dapat diraba lagi.Diagnosis dapat dipastikan dengan
pengukuran tekanan kompartmen.5

Gambar 2.26 Mekanisme Compartmen Syndrome 8

37

Gambar 2.27 Kompartmen Syndrome 8


Setalah diagnosis ditegakkan lepas semua bebat dan gips dengan cara
dibelah kemudian dilakukan elevasi dan ekstensi dan fleksi jari-jari.
Tunggu 15 menit apabila tanda masih ada maka ukur tekanan intra
kompartment. Bila tekanan > 30 mmHg maka selanjutnya dilakukan
decompresi dengan cara faciotomi. Yang paling aman adalah dilakukan

38

insisi anterolateral dan posteromedial. Aneterolateral insisi dilakukan 23 cm di lateral crista tibia dari setinggi tuberositas tibia sampai sedikit
di atas pergelangan kaki. Insisi di daerah anterior dan lateral bertujuan
untuk menghindari kerusakan dari NERVUS fibulris. Irisan yang kedua
dibuat dari irisan di posteromedial.

Gambar 2.28 Lokasi Insisi Untuk Dekompresi 8


3. Infeksi (ostheomyelitis)
Fraktur terbuka selalu menghadapi resiko, perforasi yang kecil
sekalipun harus diterapi dengan seksama dan debrideman harus
dilakukan sebelum luka di tutup.8
b. Komplikasi lanjut:8
1. Mal union
Pemendekan sedikit ( 1,5 cm) tidak membawa akibat, tetapi rotasi
dan angulasi menimbulkan cacat karena lutut dan pergelangan kaki tidal
lagi bergerak di bidang yang sama. Dalam jangka panjanh dedormitas
dapat menyebabkan predisposisi OA lutut dan pergelangan kaki.
Angulasi harus dicegah pada semua stadium.Angulasi > 7 derajat
pada bidang manapun tidak dapat diterima.angulasi ke belakang sering
terjadi dan disertai dengan pergelangan kaki ekuinus yang kaku.Akan

39

berbahaya bila pasien mencoba memaksa mengangkat kaki bila


berjalan.
2. Delayed union
Penyatuan akan lambat terjadi jika fraktur terbuka (terutama bila
disertai infeksi), pergeseran awal banyak, jila mengalami fraktur di dua
tempat dan fraktur yang bersifat kominutif. Penyatuan dapat di percepat
dengan pembebanan tapi bila terlalu lama pencangkokan tulang dan
fiksasi interna dapat di indikasikan.
3. Non union
Dapat terjadi setelah terjadi hilangnya fragmen tulang atau akibat
infeksi. Apabila non union terjadi maka pasien haris memakai bebat
permanen atau harus di operasi.non union hipertrofik dapat di terapi
dengan pemasangan paku intramedulla atau pemasangan plat kompresi.
Selain itu memerlukan juga pencangkokan tukang.
4. Kekakuan sendi
Sering diakibatkan oleh omobilisasi jangka panjang. Keterbatasan
pergerakan kaki dan telapak kaki dapat menetap 6-12 bulan setelah gips
di lepas. Keadaan ini dapat di cegah dengan penggantian fungsional
brace setelah 4-6 minggu.
5. Osteoporosis
Osteoporosis fragmen distal sering terjadi.pembebanan aksial pada
tibia harus dilakukan secepat mungkin. Setelah fiksasi luar yang lama
perawatan khusus harus dilakukan untuk mencegah stress fraktur.
6. Oligodistrofi/ suddeck atrofi
Pada fraktur 1/3 distal,oligo distrofi sering terjadi. Dan harus sering
dilakukan pelatihan sepanjang terapi.

40

Gambar 2.29 Hypertrophic non-union, Atrophicnon-union, Malunion8


Komplikasi open fraktur :
-

Perdarahan
Infeksi (osteomyelitis)
Fat emboli

Komplikasi close fraktur :


-

Kompartmen syndrome

2.4 Dislokasi Patella


2.4.1 Definisi
Subluksasi adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan adanya
deviasihubungan normal antara tulang rawan yang satu dengan tulang rawan
lainnya yangmasih menyentuh berbagai bagian pasangannya. Jika kedua bagian
ini sudah tidakmenyinggung satu dengan lainnya maka disebut sebagai dislokasi.9
Dislokasi patela

akut

merupakan

gangguan pada persendian atau

adanyapergeseran yang dapat menimbulkan gangguan fungsional.10


Persendian lutut dapat terjadi dilokasi akibat ruda paksa, paling sering
akibat kecelakaan lalu lintas. Ligamen cruciate dan ligamen lateral dapat ruptur.
Pada kondisi klinis dapat ditemukan kapsul sendi mengalami hemarthrosis yang
menyebabkan memar dan bengkak pada lutut.Ini dapat menjadi satu-satunya tanda
pada inspeksi, terutama jika dislokasi sudah tereposisi.Atau dapat juga ditemukan
deformitas.Sirkulasi dari tungkai di bawahnya harus di observasi karena arteri
poplitea

dapat

terkena.Observasi

untuk

41

mencari

tanda-tanda

sindrom

kompartemen juga harus dilakukan. Cedera nervus peroneal terjadi pada 20%
kasus, sehingga pemeriksaan untuk menilai sensasi dan pergerakan kekstremitas
distal harus dikerjakan.5

2.4.2 Epidemiologi
Insidensi dislokasi patela lebih sering terjadi pada wanita usia 10-17
tahundan meningkat terkait aktivitas fisik seperti pada wanita atlet, dan lebih
jarang terjadipada usia diatas 30 tahun. Dislokasi lateral umumnya lebih sering
terjadi, sedangkandislokasi medial merupakan bentuk yang lebih jarang terjadi,
sebagai akibat olehtrauma langsung. Redislokasi terjadi lebih sering pada pasien
yang lebih muda kurangdari 20 tahun.11 Disamping itu, dislokasi patella akut,
42

sekitar 69%terjadi pada individu dalam setahunnya.12


Puncak insidensi dislokasi patella akut terjadi pada usia sekitar 15
tahun.Dilaporkan insidensi pada populasi Helsinki adalah 43 per 100.000 pada
merekadengan usia dibawah 16 tahun.11 Dislokasi patella termasukdalam kasus
emergensi dalam bidang ortopedi.13 Satu dari 1000 anak mengalami dislokasi
patela akut setiap tahunnya. Haltersebut disebabkan oleh rotasi eksternal secara
tidak langsung dan tekanan valguspada saat lutut dalam keadaan fleksi dengan
posisi kaki terfiksasi di atas tanah.Sebagian besar keadaan ini terjadi selama masa
remaja dengan insidensi puncak padausia 15 tahun. Pada anak-anak, dislokasi
patela merupakan penyebab terseringhemarthrosis traumatic akut.14
2.4.3 Etiologi
Faktor

resiko

sekaligus

etiologi

dari

dislokasi

patella

akut,

diantaranyadysplasia patelofemoral, jenis kelamin wanita lebih tinggi, atlet dan


adanya riwayatkeluarga).10 Trauma akut dan kronik, anatomi abnormal
daripersendian, dan hamarthrosis dapat berimplikasi untuk berkembang menjadi
penyakitsendi degenerative.12
Dislokasi vertical pada

patela umumnya jarang dan

dapat terjadi

sebagaiakibat trauma tumpul.13 Dapat pula terjadi dislokasi superior daripatela,


namun

kasusnya jarang.

Mekanisme

cedera

dapat

terjadi

sebagai

akibatlangsung hantaman/benturan pada patela, hiperekstensi persendian lutut,


ataupunkombinasi keduanya.15
2.4.4 Patogenesis
Sewaktu lutut berfleksi dan otot kuadriseps mengendur, patela dapat
terdesakke lateral akibat benturan langsung. Patela, dapat untuk sementara naik
ke tepikondiluslateral femur dan kemudian meluncur kembali ke posisinya atau
bergeser kesisi luar,dimana patela terletak dengan permukaan anteriornya
menghadap ke lateral.5
Instabilitas patella dapat berkorelasi dengan satu atau lebih faktor
resikodilihat dari segi anatomi yang berbeda dari normalnya seperti ketegangan
strukturpada bagian lateral, patela alta, dysplasia patela atau femoral, peninggian

43

anterversionfemoral, peningkatan torsio tibialis eksterna, posisi lateral dari


tuberositas tibial,abnormalitas pronasi kaki, dan insersi vertical dari vastus
medialis

oblik,

kesemuanyadapat

menunjukkan

adanya

pembengkakan,

penurunan aktivitas gerak, dan kekakuanmedial patella.11


Pergerakan patela dipengaruhi oleh interaksi yang kompleks antara
otot,ligament, morfologi

tulang dan

bagian

ekstremitas

bawah. Ligament

retinakularpatelofemoral penting dalam menstabilkan patela dan khususnya MPFL


(medialpattelofemoral ligament) yang merupakan jaringan lunak, berperan
dalammengendalikan translasi lateral patela selama memfleksikan lutut 20-30 0.
Ligamentini yang paling menegang pada saat ekstensi penuh. Amis dan
Senavongse,mendemonstrasikan bahwa pada saat fleksi 200terjadi sedikit
resistensi yang timbulpada saat translasi lateral patela. Pada saat patela melintasi
trochlea, kemiringan darisisi lateral trochlea menyebabkan resistensi terhadap
translasi lateral patela. Dari hasilstudi pun menunjukkan adanya pengaruh dari
muskulus dan VMO (vastus medialisobliquus) khususnya dalam menstabilkan
lutut. Bila interaksi tersebut terganggumaka akan timbul kelainan pada patella
termasuk terjadinya dislokasi.12
2.4.5 Manifestasi Klinis
Lutut biasanya mengalami kolaps dan pasien dapat jatuh. Bisa
terdapatdeformitas yang nyata, pergeseran patella tidak mudah diketahui tetapi
kondilusmedial femur yang terbuka terlalu menonjol dan dapat dikira pergeseran
patela.Patela dapat diraba pada sisi luar lutut. Gerakan aktif maupun pasif tak
mungkindilakukan.5
Cedera pada patella dapat menimbulkan instabilitas dan sindrom
nyeripatelofemoral. Pasien merasakan nyeri hebat pada lutut yang mengalami
pergeseran.Dislokasi patella menimbulkan robekan dari jaringan retinakular
medial. Pemeriksaandapat menunjukkan adanya pembengkakan, penurunan
aktivitas gerak, dan kekakuanmedial patella.16

44

2.4.6 Penatalaksanaan
Pada kebanyakan kasus, dislokasi patella dapat dikembalikan dengan
mudah dan anastesia tidak selalu diperlukan, pengecualian adalah pada dislokasi
intra-articular (intercondylar) yang memerlukan reduksi terbuka. Jika tidak ada
tanda dari ruptur jaringan lunak (bengkak, memar dan nyeri minimal) penggunaan
cast splintage saja sudah cukup. Lutut di aspirasi dan di imobilisasi pada keadaan
ekstensi penuh dengan cylinder cast dan dipertahankan selama 2-3 minggu.
Selanjutnya pasien dianjurkan melakukan latihan penguatan otot kuadriceps
selama 2-3 bulan.5

45

Reduksi urgent dilakukan di bawah anastesi dengan mengembalikan


dislokasi secara langsung pada garis semula.Jika sudah tereduksi, tungkai
diistirahatkan pada back-splint dan sirkulasi di cek ulang selama 48 jam. Jika
terdapat cedera vaskular harus segera dilakukan repair cepat. Perbaikan ligamen
cruciate dilakukan setelah pergerakan lutut kembali normal, biasanya 6-12 bulan
kemudian. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi komplikasi cepat, yaitu
kerusakan arteri poplitea dan nervus poplitea lateral, serta komplikasi lambat yaitu
instabilitas sendi dan kekakuan.5

2.4.7 Komplikasi
15-20% dislokasi berulang dapat terjadi pada pasien yang ditatalaksana
non operatif untuk pertama kalinya. Hal ini bergantung pada predisposisi
abnormlaitas, dan tindakan pencegahan yang dilakukan.5

DAFTAR PUSTAKA
46

1. Rasjad, C, 2007. Trauma. Dalam Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. PT.


Yarsif Watampone : Jakarta.
2. Rifal, M. 2011. Fraktur Femur. Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas

Hasanuddin

Makassar.

Aviable

In

URL :http://www.scribd.com/doc/69920506/Fraktur-Femur.
3. Petrisor, Brad A. 2010. Tibia And Fibula Fractures. In Rockwood And
Greens Fractures In Adults 7th Edition volume two. Lippincott Williams
And Wilkins : Philadelphia.
4. Jeffrey G Norvel, et al. 2011. Tibia and Fibula Fracture Clinical
Presentation.

Aviable

in

URL :http://emedicine.medscape.com/article/826304-overview#showall.
5. Moore, Keith L and Agur, Anne M.R, 2007. Essential Clinical Anatomy,
3rd Edition. Lippincott Williams &Wilkins : Philadelphia.
6. Frank, H Netter. 2006. Atlas Of Human Anatomi 4 thedition. Elsevier : New
York.
7. Darke, Ricard L et al. 2007. Grays Anatomy For Student. Elsevier Inc:
New York.
8. Nayagam, Selvadurai. 2010. Injuries of the Knee and Leg. In Applys
System Of Orthopaedic and Fractures 9th edition. Hodder Arnold: London.

47

Anda mungkin juga menyukai