Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat banyak menyita perhatian
masyarakat.Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah
penyakit jantung dan stroke.Pada kecelakaan lalu lintas banyak yang sebagian korban yang
mengalami fraktur. Banyak pula kejadian alam yang tidak terduga yang banyak
menyebabkan fraktur.9
Dengan mobilitas yang tinggi disektor lalu lintas dan faktor kelalaian manusia sebagai
salah satu penyebab paling sering terjadinya kecelakaan yang dapat menyebabkan fraktur.
Penyebab yang lain dapat karena kecelakaan kerja, olah raga dan rumah tangga.1,9
Tibia merupakan tulang panjang yang paling sering mengalami cedera.Mempunyai
permukaan subkutan yang paling panjang, sehingga paling sering terjadi fraktur terbuka.
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang
berbeda, daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada
tingkat yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus
kulit, cedera langsung akan menembus atau merobek kulit di atas fraktur. Kalau kulit
diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup. Kecelakaan sepeda motor adalah
penyebab yang paling lazim. Banyak diantara fraktur itu disebabkan oleh trauma tumpul, dan
resiko komplikasinya berkaitan langsung dengan luas dan tipe kerusakan jaringan lunak.Jika
tidak dapat menangani dan merawat fraktur dengan cermat, akan dapat menyebabkan
kecacatan yang berat.9

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini ada 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum: untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada fraktur terbuka.
2. Tujuan khusus: untuk menyelesaikan tugas laporan kasus dari kepaniteraan klinik di SMF
Ilmu Bedah RSUD Dr. Mohammad Saleh, Probolinggo.

BAB II
1

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan lunak dengan berbagai macam
derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah
dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung.Trauma langsung menyebabkan
tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung,
apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan
tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan
lunak tetap utuh.1,7
Fraktur ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa. Trauma
yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya sering terjadi benturan pada
ekstremitas bawah yang menyebabkan fraktur pada tibia dan fibula.1
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan
luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa
infeksi.luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau dari
luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung (chairuddin rasjad,2008).
Fraktur kruris merupakan fraktur yang terjadi pada tibia dan fibula.Fraktur kruris merupakan
fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan fraktur pada tulang panjang lainnya. Periosteum
yang melapisi tibia agak tipis terutama pada daerah depan yang hanya dilapisi kulit sehingga
tulang ini mudah patah dan biasanya fragmen frakturnya bergeser karena berada langsung
dibawah kulit sehingga sering juga ditemukan fraktur terbuka.3
Fraktur Kominutif Adalah fraktur yang mencakup beberapa fragmen, atau terputusnya
keutuhan jaringan dengan lebih dari dua fragmen tulang.Neglected adalah kata dari bahasa
inggris yang berarti terlantar/ terbengkalai.9

2.2 Anatomi Tibia dan Fibula


2

Gambar Os tibia dan fibula7


Os tibia merupakan os longum yang terletak di sisi medial region cruris.Ini merupakan
tulang terpanjang kedua setelah os femur. Tulang ini terbentang ke proksimal untuk membentuk
articulation genu dan ke distal terlihat semakin mengecil.Os fibula atau calf bone terletak
sebelah lateral dan lebih kecil dari tibia. Extremitas proximalis fibula terletak agak posterior dari
caput tibia, dibawah articulation genus dan tulang ini tidak ikut membentuk articulation genus.4
Fascia cruris merupakan tempat perleketan musculus dan bersatu dengan perosteum. Ke
proximal akan melanjutkan diri ke fascia lata, dan akan melekat di sekitar articulation genus ke
os patella, ligamentum patellae, tuberositas tibiae dan capitulum fibulae. Ke posterior
membentuk fascis poplitea yang menutupi fossa poplitea.Disini tersusun oleh serabut-serabut
transversal yang ditembus oleh vena saphena parva. Fascia ini menerima serabut-serabut tendo
m.biceps femoris femoris disebelah lateral dan tendo m. Sartorius, m.gracilis, m.semitendinosus,
dan m.semimembranosus disebelah medial. Ke anterior, fascia ini bersatu dengan perosteum tibia
serta perostenium capitulum fibulae dan malleolus fibulae.Ke distal, faascia ini melanjutkan diri
ke raetinaculum mm.extensorum superior dan retinaculum mm. flexorum.Fascia ini menjadi
tebal dan kuat dibagian proximal dan anterior cruris, untuk perlekatan m.tibialis anterior dan
m.extensor digitorum longus.Tetapi, fascia ini tipis dibagian posterior yang menutupi
m.gastrocnemeus dan m.soleus.disisi lateral cruris, fascia ini membentuk septum intermusculare
anterius dan septum intermusculare posterius. Musculus di region cruris dibedakan menjadi tiga
kelompok. Yaitu (a) kelompok anterior, (b) kelompok posterior dan (c) kelompok lateralis.4
3

1. Musculus di region anterior


1. M. tibialis anterior
2. M. extensor hallucis longus
3. M. extensor digitorum longus dan m.peroneus tertius
Musculus regio cruris posterior kelompok superficialis
1.

M. gastrocnemius

2.

M. soleus

3.

M. plantaris

Musculus regio cruris posterior kelompok profunda


1.

M. popliteus

2.

M. flexor hallucis longus

3.

M. flexor digitorum longsu

4.

M. tibialis posterior

Musculus region cruris lateralis


1.

M. peroneus longus

2.

M. peroneus brevis

2.3 Etiologi
Tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan
tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat:
1. Peristiwa trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan.Bila terkena kekuatan
langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena, jaringan lunaknya juga pasti rusak.Bila
terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari
tempat yang terkena kekuatan itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
2. Fraktur kelelahan atau tekanan

Keadaan ini paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada atlet,
penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
3. Fraktur patologik
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau
kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).
Daya pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang berbeda;
daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada tingkatyang
sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera
langsung akan menembus atau merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah
penyebab yang paling lazim.1,2
2.4 Klasifikasi Fraktur Terbuka
klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990)
TIPE 1
Luka kecil kurang dr 1cm panjangnya, biasanya karena luka tusukan dari fragmen tulang yang
menembus kulit.terdapat sedikit kerusakan jaringan lunak, tanpa penghancuran dan fraktur tidak
kominutif.
TIPE 2
Laserasi kulit melebihi 1cm tidak banyak terdapat kerusakan jaringan lunak, avulsi kulit, serta
fraktur kominutif sedang dan kontaminasi sedang.
TIPE 3
Terdapat kerusakan yang hebat dari jaringan lunak termasuk otot, kulit dan struktur
neurovaskuler dengan kontaminasi yang hebat.tipe ini biasanya di sebabkan oleh karena trauma
dengan kecepatan tinggi.
tipe 3 di bagi dalam 3 subtipe:
TIPE 3 a
Jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah walaupun terdapat laserasi yang hebat ataupun
adanya flap.fraktur bersifat segmental atau komunitif yang hebat
TIPE 3 b
Fraktur di sertai dengan trauma yang hebat dengan kerusakan dan kehilangan jaringan, terdapat
pendorongan periost, tulang terbuka, kontaminasi yang hebatserta fraktur komunitif yang hebat.
5

TIPE 3 c
Fraktur terbuka yang disertai dengan kerusakan arteri yang memerlukan perbaikan tanpa
memperhatikan tingkat kerusakan jaringan lunak.1
2.5 Neglected Fraktur
Neglected fraktur adalah yang penanganannya lebih dari 72 jam. sering terjadi akibat
penanganan fraktur pada extremitas yang salah oleh bone setter. Umumnya terjadi pada yang
berpendidikan dan berstatus sosioekonomi yang rendah.9
Neglected fraktur dibagi menjadi beberapa derajat, yaitu:
a. Derajat 1 : fraktur yang telah terjadi antara 3 hari -3 minggu
b. Derajat 2 : fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu -3 bulan
c. Derajat 3 : fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan 1 tahun
d. Derajat 4 : fraktur yang telah terjadi lebih dari satu tahun
2.6 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

Syok, anemia atau perdarahan.

Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organorgan dalam rongga toraks, panggul dan abdomen.

Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis (penyakit Paget).

Pada pemeriksaan fisik dilakukan:


Look (Inspeksi)
-

Deformitas: angulasi ( medial, lateral, posterior atau anterior), diskrepensi

(rotasi,perpendekan atau perpanjangan).


-

Bengkak atau kebiruan.

Fungsio laesa (hilangnya fungsi gerak).

Pembengkakan, memar dan deformitas mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting

adalah apakah kulit itu utuh. Kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur,
cedera itu terbuka (compound).
Feel (palpasi)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-hal
yang perlu diperhatikan:
-

Temperatur setempat yang meningkat


6

Nyeri tekan; nyeri tekan yang superfisisal biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan

lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.


-

Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-hati.

Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri

dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling
(pengisian) arteri pada kuku.
-

Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan.

Move (pergerakan)
-

Nyeri bila digerakan, baik gerakan aktif maupun pasif.

Gerakan yang tidak normal yaitu gerakan yang terjadi tidak pada sendinya.

Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji

pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf.1,2,3,9
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Sinar -X
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.Walaupun demikian
pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta eksistensi
fraktur.Untuk menghindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita
mempergunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan
pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis:

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi.

Untuk konfirmasi adanya fraktur.

Untuk mengetahui sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya.

Untuk mengetahui teknik pengobatan.

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak.

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler.

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang.

Untuk melihat adanya benda asing.

Pemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan dengan ketentuan Rules of Two:


7

Dua pandangan

Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan sekurang-kurangnya
harus dilakukan 2 sudut pandang (AP & Lateral/Oblique).

Dua sendi

Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur atau angulasi. Tetapi angulasi
tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi mengalami
dislokasi. Sendi-sendi diatas dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan dalam foto sinar-X.

Dua tungkai

Pada sinar-X anak-anak epifise dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto pada tungkai yang
tidak cedera akan bermanfaat.

Dua cedera

Kekuatan yang hebat sering menyebabkan cedera pada lebih dari 1 tingkat.Karena itu bila ada
fraktur pada kalkaneus atau femur perlu juga diambil foto sinar-X pada pelvis dan tulang
belakang.

Dua kesempatan

Segera setelah cedera, suatu fraktur mungkin sulit dilihat, kalau ragu-ragu, sebagai akibatresorbsi
tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat memudahkan diagnosis.
Pencitraan Khusus
Umumnya dengan foto polos kita dapat mendiagnosis fraktur, tetapi perlu dinyatakan apakah
fraktur terbuka atau tertutup, tulang mana yang terkena dan lokalisasinya, apakah sendi juga
mengalami fraktur serta bentuk fraktur itu sendiri.Konfigurasi fraktur dapat menentukan
prognosis serta waktu penyembuhan fraktur, misalnya penyembuhan fraktur transversal
lebihlambat dari fraktur oblik karena kontak yang kurang.Kadang-kadang fraktur atau
keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar-X biasa.Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal
atau fraktur kondilus tibia. CT atau MRI mungkin merupakan satu-satunya cara yang dapat
membantu, sesungguhnya potret transeksional sangat penting untuk visualisasi fraktur secara
tepat pada tempat yang sukar. Radioisotop scanning berguna untuk mendiagnosis fraktur-tekanan
yang dicurigai atau fraktur tak bergeser yang lain.1,2,9
2.8 Diagnosis
Menegakkan diagnosis fraktur dapat secara klinis meliputi anamnesis lengkap danmelakukan
pemeriksaan fisik yang baik, namun sangat penting untuk dikonfirmasikan denganmelakukan
8

pemeriksaan penunjang berupa foto rontgen untuk membantu mengarahkan danmenilai secara
objektif keadaan yang sebenarnya.1,2,3,5
2.9 Penatalaksanaan
Prinsip penanganan fraktur terbuka.9
1. Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi .
2. Lakukan penilaian awal akan adanya cedera

lain yang dapat

mengancam jiwa .
3. Berikan antibiotika yang sesuai dan adekuat .
4. Lakukan debridement dan irigasi luka .
5. Lakukan stabilisaasi fraktur .
6. Lakukan rehabilitasi ektremitas

yang , mengalami fraktur

Tahap-Tahap Penanganan Fraktur Terbuka


1. pembersihan luka
pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl fisiologis secara mekanis
untuk mengeluarkan benda asing yang melekat.
2. eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)
semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan bakteri
sehingga diperlukan eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak, fascia, otot
dan fragmen2 yang lepas
3. pengobatan fraktur itu sendiri
fraktur dengan luka yang hebat memerlukan suatu fraksi skeletal atau reduksi terbuka dengan
fiksasi eksterna tulang. fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna.

4. penutupan kulit
apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari terjadinya
kecelakaan), maka sebaiknya kulit ditutup. hal ini dilakukan apabila penutupan membuat kulit
sangat tegang. dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainase isap untuk
mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. luka dapat dibiarkan terbuka
9

setelah beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. kulit dapat ditutup kembali disebut delayed
primary closure. yang perlu mendapat perhatian adalah penutupan kulit tidak dipaksakan yang
mengakibatkan sehingga kulit menjadi tegang.
5. pemberian antibiotic
pemberian antibiotik bertujuan untuk mencegah infeksi. antibiotik diberikan dalam dosis yang
adekuat sebelum, pada saat dan sesuadah tindakan operasi
6. pencegahan tetanus
semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. pada penderita yang
telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tapi bagi yang belum, dapat
diberikan 250 unit tetanus imunoglobulin (manusia).8
2.10

Komplikasi

1.

perdarahan, syok septik sampai kematian

2.

septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik

3.

tetanus

4.

gangrene

5.

perdarahan sekunder

6.

osteomielitis kronik

7.

delayed union

8.

non union dan malunion

9.

kekakuan sendi

10.

Komplikasi lain oleh karena perawatan yang lama).2

2.11

Prognosis

Semua patah tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Dengan terbukanya barier jaringan
lunak, maka patah tulang tersebut terancam untuk terjadinya infeksi. Seperti kita ketahui bahwa
periode 6 jam sejak patah tulang terbuka, luka yang terjadi masih dalam stadium kontaminasi
(golden periode) dan setelah waktu tersebut, luka berubah menjadi luka infeksi.
10

BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 Status Pasien
A. IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Sdr. IH
11

Umur

: 20 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: swasta

Agama

: Islam

Alamat

: Probolinggo

Status perkawinan

: Belum Menikah

Suku

: Jawa

Tanggal MRS

: 1/10/2013

No. Reg

: 475053

B. ANAMNESA
Keluhan utama

: Nyeri pada kaki kiri

Riwayat penyakit sekarang


Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri sejak kemarin setelah jatuh dari sepeda motor
(30/09/2013) karena menghindari kendaraan lain. Pasien jatuh membentur trotoar.Setelah jatuh
pasien dalam keadaan sadar. Kaki kirinya terdapat luka dan tidak bisa digerakkan, kemudian
pasien dibawa ke RS Wonolangan, pulang paksa karena masalah biaya. Hari selasa (1/10/2013)
pukul 10.00 WIB pasien datang ke UGD RSUD dr.M.Saleh dalam keadaan sadar, kaki kiri
terdapat luka sudah tertutup kasa, nyeri dan tidak dapat digerakkan
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat trauma sebelumnya tidak ditemukan
Pasien tidak pernah menjalani operasi sebelumnya
Riwayat pengobatan
-

setelah KLL dirawat di RS wonolangan, dipasang spalk


Riwayat Keluarga
DM (-)
Hipertensi (-)

C. PRIMARY SURVEY
12

Kesadaran : compos mentis


Airway : tidak ada gangguan jalan nafas
Breathing : Pernafasan 20 x/mnt
Circulation : tekanan darah 130/80 mmHg, Nadi 64 x/mnt
Disability : GCS E4 V5 M6
Exposure : Suhu 37C
D. SECONDARY SURVEY
Status Generalis
a/i/c/d : -/-/-/Kepala - Leher
simetris tidak teraba adanya benjolan, trakea terletak di tengah, tidak teraba pembesaran KGB
Thorax
Paru :
Inspeksi : simetris dalam stasis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama kuat
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Jantung
Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis
Palpasi : teraba ictus cordis
13

Perkusi : redup
Batas atas : ICS II parasternal sinistra
Batas kanan: ICS IV sterna dextra
Batas kiri : ICS V midclavicula sinistra
Auskultasi : suara jantung S1 & S2 tunggal
Abdomen
Inspeksi : distensi (-)
Palpasi : distensi, nyeri tekan (+)
Perkusi : dalam batas normal.
Auskultasi : Bising usus meningkat
Ekstremitas
Cruris Sinistra terdapat luka tertutup kasa dan terpasang spalk.
Status Lokalis : Regio cruris sinistra
Look :luka terbuka 3x4cm,fragmen tulang terekspose, bleeding (+)
Feel : Nyeri tekan setempat (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat, AVN distal Normal,
arteri dorsalis pedis teraba lemah dibandingkan bagian yang sehat.
Move: Gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi tungkai kiri terhambat, gerakan
adduksi tungkai kiri terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan persarafan tidak ada, tampak
gerakan terbatas, keterbatasan pergerakan sendi-sendi distal (karena terasa nyeri saat
digerakkan).
Pemeriksaan Penunjang
14

Foto X-ray
Terdapat Fraktur cominutif tibia dan fibula (S)

Laboratorium:

Laboratorium
Hb = 14.0 g/dl
Lekosit = 11.200/cmm
hematokrit = 40%
Trombosit= 278.000 /cmm
15

Kalsium 1,2 mm
Clorida 97,8 mm
Kalium 4,1 mmol
Natrium 135,8 mmol
GDS
BUN

= 105 mg/Dl
= 12,5 mg/dl

Kreatinin 0,9mg/dl

F. DIAGNOSA
Open Fraktur Cruris Sinistra 1/3 tengah grade 3A, tipe cominutif-neglected
G. PLANNING DIAGNOSA
Debridement + ORIF

3.2 Tindakan
-UGD :

Infus RL 24 tpm
Ceftriaxone 1 gr iv
Ketorolac 30mg iv

dr.Yanuar, Sp.OT visite di ugd :

Pro debridement + ORIF

- Operasi :
16

Hari/Tanggal
: Selasa, 1 oktober 2013
Waktu mulai
: Pk. 12.30 WIB
Waktu selesai
: Pk. 13.30 WIB
Lama Operasi
: 60 menit
Tempat
: Kamar Operasi, RSUD. Dr. Moh. Saleh Probolinggo
Klasifikasi
: Operasi Kotor
Diagnosa Pre Operatif
:
Open Fraktur Cruris Sinistra 1/3 tengah grade 3A, tipe cominutif-neglected
Diagnosa Operatif
: Idem
Tindakan
: Debridement + ORIF tibia

- IRNA Bedah :
Pasien masuk IRNA Bedah ( Ruang Bougenville) Pk.12.30, keadaan pasien stabil.
Intervensi yang diberikan :
-

Infus RL 24tpm
Ceftriaxone 3x1gram
Ketorolac
Ranitidine

3.3 Pembahasan Kasus


Berdasarkan anamnesis, pasien nyeri pada kaki kiri setelah jatuh dari sepeda motor
(30/09/2013) karena menghindari kendaraan lain. Pasien jatuh membentur trotoar.Setelah jatuh
pasien dalam keadaan sadar. Kaki kirinya terdapat luka dan tidak bisa digerakkan, kemudian
pasien dibawa ke RS Wonolangan, pulang paksa karena masalah biaya.Dari hal diatas dapat
disimpulkan bahwa nyeri pada kaki kiri dan false movement merupakan salah satu tanda
fraktur.Untuk trauma kepala dan multiple trauma disangkal, karena setelah kecelakaan pasien
sadar penuh sampai datang ke RSUD dr.M.Saleh.sesuai dengan tinjauan teori, bahwa open
fraktur harus ditangani dengan operasi CITO dalam periode sebelum golden period untuk
meminimalisir infeksi dengan debridement yang mengubah luka kotor menjadi luka bersih.
Tetapi pasien ini penanganan pada open fraktur itu sendiri 1 hari setelah kecelakaan, maka dapat
digolongkan sebagai neglected (terlantar/terbengkalai). Berbeda hal nya dengan neglected close
fraktur, yaitu penanganan fraktur tertutup lebih dari 72 jam setelah trauma.
Dari pemeriksaan fisik
Look :luka terbuka 3x4cm, fragmen tulang terekspose, bleeding (+)
17

Feel : Nyeri tekan setempat (+), sensibilitas (+), suhu rabaan hangat, AVN distal Normal, arteri
dorsalis pedis teraba lemah dibandingkan bagian yang sehat.
Move: Gerakan aktif dan pasif terhambat, Gerakan abduksi tungkai kiri terhambat, gerakan
adduksi tungkai kiri terhambat, sakit bila digerakkan, gangguan persarafan tidak ada, tampak
gerakan terbatas, keterbatasan pergerakan sendi-sendi distal (karena terasa nyeri saat
digerakkan).Hasil Pemeriksaan ini memperkuat dugaan sementara fraktur.
Untuk menegakkan diagnose diperlukan pemeriksaan penunjang yang mana menunjukkan
fraktur cominutif pada cruris.

18

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka dapat ditegakkan
diagnose :Open Fraktur Cruris Sinistra 1/3 tengah grade 2, tipe cominutif-neglected

BAB IV
KESIMPULAN
Fraktur terbuka merupakan suatu fraktur dimana terjadi hubungan dengan lingkungan
luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi bakteri sehingga timbul komplikasi berupa
infeksi.luka pada kulit dapat berupa tusukan tulang yang tajam keluar menembus kulit atau dari
luar oleh karena tertembus misalnya oleh peluru atau trauma langsung.
Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan yang
terstandar untuk mengurangi resiko infeksi.selain mencegah infeksi juga diharapkan terjadi
penyembuhan fraktur dan restorasi fungsi anggota gerak. beberapa hal yang penting untuk
dilakukan dalam penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera,
secara hati-hati, debrideman yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan bone
grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat.
Hubungan dengan dunia luar dapat terjadi karena penyebab rudapaksa merusak kulit,
jaringan lunak dan tulang atau Fragmen tulang merusak jaringan lunak dan menembus kulit.
19

Klasifikasi yang dianut adalah menurut Gustilo, Merkow dan Templeman (1990)Semua patah
tulang terbuka adalah kasus gawat darurat. Karena itu penanganan patah tulang terbuka harus
dilakukan sebelum golden periode terlampaui agar sasaran akhir penanganan patah tulang
terbuka tercapai.

DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, Graham, Solomon Louis. Buku ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley Edisi
ketujuh. Jakarta : Widya Medika ; 2004.
2. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone; 2007
3. Sjamsuhidajat, R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2005.
4. Snell, Richard S. Anatomim Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC; 2006
5. SMF Ilmu Bedah Orthopaedi dan traumatologi. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya:
RSU Dr. Soetomo & FK Unair; 2008.
6. Soft tissue coverage in open fractures of tibia. Available from :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3421938/ Diunduh tgl 4/10/2013
7. Operative stabilization of open long bone fractures. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3530238/ Diunduh tgl 7/10/2013
8. Infection Rates in Open Fractures of the Tibia. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3205596/Diunduh tgl 7/10/2013
9. Penanganan Fraktur Terbuka. Available from:
repository.usu.ac.id/bitstream/.../4/Chapter%20II. Diunduh tgl 7/10/2013
20

21

Anda mungkin juga menyukai