Anda di halaman 1dari 14

BAB I

1.1 Anatomi Kuku

Gambar 1 : Anatomi Kuku

Kuku terdiri dari lempeng kuku (nail plate), lipatan kuku lateral dan proksimal,
hiponikium, bantalan kuku (nail bed) dan matriks. Matriks dan bantalan kuku membantu
pembentukan lempeng kuku. Bagian ventral lempeng kuku dibentuk oleh bantalan kuku, sedang
sisanya berasal dari matriks. Lempeng kuku berwarna translucent, lempeng kuku merupakan
struktur yang paling besar, melekat kuat pada bantalan kuku dimana perlekatan ini kurang kuat
kearah proksimal, terpisah dari sudut postolateral. Seperempat bagian kuku ditutupi oleh lunula
putih.
Pada pemotongan longitudinal, lipatan kuku bagian proksimal terlihat berupa lanjutan dari
kulit sekitar dorsum dan phalangs terminal. Epidermis pada lipatan ini berlanjut disekitar dasar
kuku. Lipatan kuku bagian proksimal dan memiliki dua permukaan epitel yaitu : bagian dorsal
dan ventral. Pada persambungan keduanya dijumpai kutikula yang berproyeksi kearah distal
diatas permukaan kuku. Matriks kuku dapat dibagi atas bagian dorsal yaitu bagian intermediate
yang menutupi lempeng kuku bagian proksimal sampai ujung distal dari lunula, dan bagian
ventral Pada daerah pemisahan antara lempeng kuku dan bantalan kuku, dapat dijumpai epitel
sohlenhorn. Pada keadaan normal struktur ini hanya berupa sisa.1

1.2 Fisiologi Kuku

Kuku merupakan bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang terdapat pada
ujung-ujung jari tangan dan kaki yang gunanya selain membantu jari-jari untuk
memegang juga digunakan sebagai cermin kecantikan. Kuku mempunyai dua fungsi
utama, yaitu sebagai pelindung dari ujung jari dan memberi sensitifitas daya sentuh.
Pada ujung jari terdapat banyak reseptor yang berfungsi untuk menghantarkan rangsang sentuh
saat kita menyentuh suatu objek sehingga kita dapat merasakan bersentuhan
dengan objek yang kita sentuh.
Kecepatan pertumbuhan kuku rata-rata 1 mm / minggu. Pembaruan total kuku jari tangan
170 hari, dan kuku kaki 12 - 18 bulan.2
1.3 Patofisiologi

In grown toe nails 3,4

(onychocryptosis/unguis incarnatus)

Etiologi :
Pertumbuhan kuku
abnormal
- Trauma : menyebabkan bentuk kuku
yang tidak beraturan.

- Herediter : Beberapa orang secara


genetik memiliki predisposisi kuku yang Kuku tertanam di lipatan
memiliki lengkungan yang mengarah ke kuku (nail fold)
atas dengan distorsi pada salah satu atau
kedua batas kuku.

- Keadaan tulang patologis sehingga


Perubahan permanen
menyebabkan deformitas kuku.
pada jaringan kuku
dan sekitarnya

- penyebab lain karena memotong kuku


terlalu pendek atau pemakaian alas kaki
yang terlalu ketat
Bila keadaan berlanjut bisa
menyebabkan inflamasi
bahkan infeksi (paronychia)

Gambar II : Perbedaan Pertumbuhan Kuku


BAB II

2.1 Definisi

Rozerplasty kuku adalah tindakan membuang tepi kuku kira-kira 1/3 bagian dengan
tujuan tertentu.5,6

2.2 Indikasi

Pada kasus infeksi kuku seperti unguis inkarnatus, inflamasi berulang pada kuku ibu jari
yang tumbuh ke dalam dan disertai eritema dan pembengkakan di sepanjang tepi kuku. Seiring
berkembangnya inflamasi, terbentuk jaringan granulamatosa sepanjang tepi kuku.5,6

Gambar 3 : Infeksi Kuku Unguis Inkarnatus

2.3 Teknik Pembedahan5,6

a. lakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada jari yang terkena


b. pasang doek berlubang
c. lakukan tindakan block anestesi di pangkal jari bagian dorsolateral kiri dan kanan.
d. masukkan sonde pada 1/3 lateral kuku yang akan dibuang sampai matriks kuku.
e. gunting kuku di atas sonde
f. masukkan klem, jepit bagian kukku yang akan dibuang, putar ke pinggir hingga kuku
terlepas dari dasarnya lalu kuku ditarik hingga terlepas.
g. kerok dasar kuku yang telah dibuang dengan kuret
h. gunting matriks kuku pada sisi kuku, bila perlu jahit penutup matriks kuku
i. luka ditutup dengan salep atau betadin, lalu tutup dengan kasa steril.
j. setelah selesai penderita diberi antibiotik profilaksis,analgetik dan roboransia

Gambar 4 : Penanganan Rozerplasty


BAB III

3.1 Persiapan Alat dan Bahan7,8

Alat :

a. 1 buah gunting diseksi mayo (lurus)


b. 1 buah sonde beralur
c. 2 buah klem arteri pean (lurus)
d. 1 buah pinset anatomi dan chirurgis
e. 1 buah wound curret
f. 1 buah gagang pisau no.3 dan mata pisau
g. spuit 3 cc
h. doek berlubang
i. hand scoen steril
j. tornikuet jari

Bahan :

a. prokain atau lidokain untuk anestesi local


b. cairan antiseptik

3.2 Teknik Pembedahan7,8


a. Lakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada jari yang terkena
b. Pasang doek berlubang
c. Lakukan tindakan block anestesi di pangkal jari bagian dorsolateral kiri dan kanan.
Gambar 5 : Teknik Anastesi Lokal

d. Pasang tornikuet di bagian proximal kuku

Gambar 6 : Pemasangan Tornikuet


e. Masukkan sonde pada 1/3 lateral kuku yang akan dibuang sampai matriks kuku.
f. Gunting kuku di atas sonde
g. Masukkan klem, jepit bagian kukku yang akan dibuang, putar ke pinggir hingga kuku
terlepas dari dasarnya lalu kuku ditarik hingga terlepas.

h. Kerok dasar kuku yang telah dibuang dengan kuret


i. Gunting matriks kuku pada sisi kuku, bila perlu jahit penutup matriks kuku
j. luka ditutup dengan betadin, lalu tutup dengan kasa steril.
k. zsetelah selesai penderita diberi antibiotik profilaksis dan analgetik
BAB IV

4.1 Komplikasi Rozerplasty

Kuku adalah suatu lapisan pelindung pada ujung jari tangan maupun ujung jari kaki
yang mengandung keratin. Kuku itu sendiri berfungsi untuk melindungi lapisan ujung jari tangan
dan kaki (nail bed) dan dapat meningkatkan sensivitas dari rangsangan taktil.9 Pada tindakan
roserplasty ini maka sebagian atau 1/3 bagian kuku ini (nail plate) diangkat, jadi dari
pengangkatan bagian tersebut membuat nail bed yg ada di bawahnya tidak terlindungi atau
terlapisi sehingga memudahkan terjadinya infeksi.

Selain itu hilangnya nail plate akibat tindakan roserplasty kuku ini membuat nail bed tidak
terlapisi dan tidak terlidungi lagi padahal pada bagian nail bed ini banyak didapatkan pembuluh
darah kecil 10 sehingga mudah berdarah jika tidak ada yang melapisi.

4.2 Komplikasi Luka

Rasa nyeri biasanya akan bertahan selama bebrapa hari. Jika regangan di daerah jahitan
cukup besar atau simpul diikatkan terlalu erat, nyeri akan terasa lebih hebat. Gatal dan nyei yang
semakin hebat menandakan adanya infeksi.11

Pembentukan hematoma akan mengakibatkan infeksi, penekanan terhadap struktur yang


vital, regangan di daerah luka, serta iskemik. Hematoma yang kecil biasanya bisa hilang sendiri,
tetapi kadang-kadang juga perlu melepaskan bebrapa jahitan dan memijat secara perlahan. Jika
perdarahan terus berlangsung, luka harus dieksplorasi kembali. Perdarahan yang terjadi
beberapa hari setelah operasi bias disebabkan oleh infeksi.

Faktor lain yang turut menentukan terjadinya infeksi adalah diabetes melitus, terapi steroid,
imunosupresi, obesitas, kelainan pembekuaan darah, serta teknik operasi yang buruk.

Jika terjadi infeksi, penderita akan merasakan nyeri yang berdenyut serta nyeri tekan
didaerah luka. Luka terlihat tegang, membengkak, kemerahan, dan mengeluarkan pus.
Mungkin akan dijumpai pula selulitis, limfangitis dan limfadenopati. Efek sistemik yang biasa
terjadi adalah pengeluaran keringat yang bertambah, rasa kaku, serta pireksia. Infeksi lokal harus
ditangani secara lokal dan pemberian antibiotic untuk pengendalian penyebarannya.11

Dehisensi luka biasanya terjadi akibat infeksi atau regangan yang berlebihan. Jika tidak ada
infeksi, iskemik, atau nekrosis, penjahitan ulang boleh dilakukan. Apabila dijumpai adanya
infeksi, luka dibiarkan terbuka sampai terbentuk jaringan granulasi yang sehat. Setelah itu, luka
dapat dijahit atau dibiarkan menyembuh atau dapat juga ditutup dengan tandur alih kulit.
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb.
Puji syukur Alhamdulillah, kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas limpahan taufik
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Tugas ini dengan baik dan tanpa
halangan yang berarti.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Blok Maker Sensoris Kusus 1 yang telah
memberikan kesempatan dan pengarahan dalam penyusunan makalah ini, terimakasih juga kami
sampaikan kepada Koordinator Blok Sensoris Kusus 1 yang telah memberikan dukungan dan
pengarahan dalam menyelesaikan makalah ini.
Terimakasih juga kami sampaikan kepada kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya makalah ini dengan baik yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu kami
ucapkan terimakasih.
Kami menyadari makalah yang kami susun dan selesaikan ini sangat jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami menunggu kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi
civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang.
WassalamualaikumWr. Wb.

Penyusun
MAKALAH MODUL TUGAS

BLOK SENSORIS KHUSUS 1

Oleh:
Kelompok 4

Amila Mufida 211.121.0055


Alreisa Yulinda Rahmasari 211.121.0006
Baharudin Yusuf Ramadhani 211.121.0046
Hilda Nur Ainia 211.121.0020
Lano Maharia 211.121.0007
Mahardika Koes R. G 210.121.0069
Ninin Arina Sakin 211.121.0006
Pradnya Paramita Sapuan 208.121.0064
Praktinyo Dipo Lestari 211.121.0026
Sidik Teghar Sanyadi 211.121.0009
Santi Purnama Sari 211.121.0069
Sofi Choirunnisa 211.121.0059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2014
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................ i

Kata Pengantar ............................................................................................................ ii

Daftar Isi ...................................................................................................................... iii

Bab I

1.1 Anatomi Kuku ..............................................................................................

1.2 Fisologi Kuku ..............................................................................................

1.3 Patofisiologi..................................................................................................

Bab II

2.1 Definisi .........................................................................................................

2.2 Indikasi .........................................................................................................

2.3 Pembedahan .................................................................................................

Bab III

3.1 Persiapan Alat dan Bahan.............................................................................

3.2 Teknik Pembedahan ....................................................................................

Bab IV

4.1 Komplikasi Rozerpalsty ...............................................................................

4.2 Komplikasi Luka .........................................................................................


DAFTAR PUSTAKA

1. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23005/4/Chapter%20II.pdfdiakses sabtu
05 oktober 2014 pukul 19.30
2. Prof. Dr. dr. Adhi Djuanda et all, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Edisi V
3. http://bedahminor.com/index.php/main/show_page/228
4. http://www.emedicinehealth.com/ingrown_toenails/page2_em.htm#ingrown_toenail_cau
ses
5. Budhi, Julianto dr,Sp.B. Pedoman Bedah Minor. Surabaya. 2009
6. Poli Tindakan Bedah RSDK
7. http://www.msdlatinamerica.com/ebooks/HandSurgery/sid789375.html
8. Practical Plastic Surgery for Nonsurgeon, Nadine B Semer
9. Wright AL, Disease of the Nails in ABC of dermatology 2nd ed. P65 PK Buxton 1994 :
London,BMJ Publishing Group
10. Sangiorgi S, Manelli A, Congiu T. 2004 Microvascularisation of the human digit as
studied by corrosion casting. J Anat 204 : 123-31
11. Seleh, Michel dan Sodera, Vija K. ____. Ilustrasi Bedah Minor. Tangerang: Binarupa
Aksara Publisher.

Anda mungkin juga menyukai