Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

PENANGANAN TRAUMA TAJAM PADA LEHER DI


INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD)

Raehana Zulkifli
2018-84-054

Pembimbing:
dr. Jacky Tuamelly, Sp. B(K)-Trauma, FIC, FINACS

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Bedah
Fakultas Kedokteran
Universitas Pattimura
Ambon
2020
BAB I

PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

Trauma pada leher yang memutus atau menembus


DEFINISI
otot platisma

• Luka tusuk krn kekerasan • Kecelakaan lalu lintas


MEKANISME
• Luka tembak • Benda yang mengenai leher TRAUMA
• Melukai diri sendiri dengan kecepatan tinggi

• Injuri arteri terjadi sebanyak 25% (80% mengenai A. carotis &


43% mengenai A. vertebralis)
PREVALENSI
• Injuri aerodigestive sebanyak 23-30%
• Injuri sumsum tulang belakang jarang terjadi yaitu <1%

Struktur vital di dalamnya  Mengancam nyawa DAMPAK

Flint PW, Haughey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6th ed. Canada: Elsevier, 2015. p. 1870-1878.
Brywczynski JJ, Barrett TW, Lyon JA, et. al. Manegement of penetrating neck injury in the emergency department: A structured literature review. April
2018. Emergency Medicine Journal. 2018. p. 711-715.
BAB II

PEMBAHASAN
ANATOMI

Sistem pernapasan

Sistem vaskular Sistem pencernaan


6 SISTEM
ANATOMI YANG
PENTING DI
DALAM LEHER
Sistem skeletal Sistem neurologis

Sistem endokrin

Nowicki L, Stew B, Ooi E. Penetrating neck injuries: A guide to evaluation and management. Royal College
Surgeon Journal. 2018. p. 6-11.
ANATOMI

Nowicki L, Stew B, Ooi E. Penetrating neck injuries: A guide to evaluation and management. Royal College
Surgeon Journal. 2018. p. 6-11.
ZONA LEHER
Zona III (Upperneck)
Antara angulus mandibula sampai dasar tengkorak
Terdapat: a. Karotis interna bagian distal, v. Jugularis
interna, a.Vertebralis, cabang-cabang a. karotis
eksterna, faring, kelenjar parotis, medula spinalis dan
saraf kranial IX - XII.
Zona II (Midneck)
Antara bagian bawah kartilago krikoid sampai angulus
mandibula. Area yang plg sering terpapar (60-75%)
Terdapat: laring, trakea, esofagus, a. karotis, v.
jugularis interna, a.vertebralis, medula spinalis,
n.laringeus rekuren dan saraf kranial.
Zona I (Base of Neck)
Superior dari fossa suprasternal dan klavikula sampai
bagian bawah kartilago krikoid
Terdapat: apeks paru, trakea, esofagus, a. karotis
komunis, v. jugularis interna, a. subklavia, a. Innominata,
a. vertebralis, fleksus brakhialis, tiroid dan medula
spinalis
Flint PW, Haughey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6th ed. Canada:
Elsevier, 2015. p. 1870-1878
DEFINISI

Trauma tajam pada leher atau Penetrating Neck Injury (PNI)


didefinisikan sebagai trauma pada leher yang memutus atau
menembus otot platisma

Flint PW, Haughaey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6th ed. Canada:
Elsevier, 2015. p. 1870-1878
GAMBARAN KLINIS
BERDASARKAN STRUKTUR YANG TERLIBAT

Struktur yang terlibat Gejala dan tanda


Cedera pembuluh darah Syok
Hematoma
Nadi lemah atau hilang
Defisit neurologi
Bruit atau thrill di leher
Cedera laringotrakea Emfisema subkutis
Sumbatan jalan napas
Sucking wound
Hemoptisis
Dyspnea
Stridor
Suara serak/disfonia

Cedera faringoesofagus Emfisema subkutis


Hematemesis
Disfagia
Odinofagia
Novialdi, Rahman S. Peanatalaksanaan trauma tembus leher akibat luka sayat. Padang: Bagian telinga Hidung
Tenggorok Bedah Kepala Leher FK Universitas Andalas, 2017.
GAMBARAN KLINIS
BERDASARKAN BERATNYA TRAUMA

KEADAAN STABIL KEADAAN TIDAK STABIL

• Trauma tembus leher yang stabil datang • Adanya defisit neurologi


dengan gejala yang lebih bervariasi dan (penurunan kesadaran,
biasanya masih cukup waktu untuk paralisis)
mendapatkan riwayat dan pemeriksaan • Gangguan respirasi yang
yang lengkap. berat akibat hemotoraks
• Gejala dapat berupa nyeri, disartria, suara atau pneumotoraks
serak, disfagia, odinofagia, hemoptisis, • Syok
drooling dan demam. Kadang-kadang • Perdarahan yang masif
pasien juga mengeluhkan hilangnya • Hematom yang luas
sensoris daerah wajah.

Flint PW, Haughaey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6th ed. Canada:
Elsevier, 2015. p. 1870-1878
Pengkajian Awal dan Stabilisasi di Instalasi Gawat Darurat
(IGD)

Benda yang tertusuk pada leher tidak boleh dilepas di TKP

Segera transpor dan lakukan resusitasi sesuai ATLS

. Segera inspeksi trauma pada leher untuk menentukan apakah otot platisma
tertembus atau terputus

Imobilisasi servikal hanya dianjurkan jika didapatkan gangguan neurologi fokal


atau adanya kecurigaan yang tinggi adanya injuri spinalis pada pasien yang tidak
sadar atau mabuk berat

Flint PW, Haughaey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6th ed. Canada:
Elsevier, 2015. p. 1870-1878
RESUSITASI
AIRWAY

Periksa adanya
Adanya jejas yang Jika pasien dapat hematoma, deviasi
jelas dapat dilihat bicara dengan jelas, trakea, debris atau
pada pasien maka dikatakan airway obstruksi pada jalan
dengan gejala sulit bebas, tetapi tetap harus napas yang dapat
bernapas, sianosis, disediakan intubasi untuk dihilangkan dengan
perubahan suara menangani jika terjadi hati-hati dan bisa
atau serak perburukan yang tiba-tiba menggunakan suction

Jika ragu terhadap adekuasi airway, maka lakukan airway definitif

Flint PW, Haughaey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6 th ed. Canada: Elsevier, 2015. p. 1870-1878
Stewart RM, Rotondo MF, Henry S, et. al. Advance trauma life support. 10th Ed. Chicago: American College of Surgeons, 2018.
RESUSITASI
BREATHING

Laju pernapasan dan ekspansi paru harus diperhatikan. Adanya luka tajam
pada dasar leher dapat menyebabkan pneumothorax atau hemothorax
dan dapat berkembang segera menjadi tension pneumothorax harus
segera ditangani dengan needle decompression dan chest drain

Flint PW, Haughaey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6 th ed. Canada: Elsevier, 2015. p. 1870-1878
Stewart RM, Rotondo MF, Henry S, et. al. Advance trauma life support. 10th Ed. Chicago: American College of Surgeons, 2018.
RESUSITASI
CIRCULATION

Pasien dengan perdarahan aktif yang terlihat jelas  lakukan penekanan


manual  jika penekanan manual efektif lanjutkan sampai ke meja operasi

Jika perdarahan tidak tertangani dengan penekanan manual  lakukan


pemasangan tamponade folley catheter
Cara pemasangan folley catheter: masukkan foley catheher ke dalam luka,
mengikuti arah luka, kemudian kembangkan balon dengan aquades 10-15 mL
sampai terjadi tahanan. Kemudian kateter di klem dan luka pada leher segera
dijahit.

Jika perdarahan tidak tertangani baik dengan penekanan eksternal manual


maupun tamponade folley catheter, jangan melakukan klem langsung pada
arteri atau vena yang mengalami perdarahan di UGD karena dapat menyebabkan
kerusakan lebih lanjut.
Segera bawa pasien ke meja operasi

Flint PW, Haughaey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6 th ed. Canada: Elsevier, 2015. p. 1870-1878
Stewart RM, Rotondo MF, Henry S, et. al. Advance trauma life support. 10th Ed. Chicago: American College of Surgeons, 2018.
Tamponade folley catheter
A B

(A) Tamponade foley catheter. (B) Tamponade foley catheter pada trauma leher zona
II. Kateter diklem (panah hitam) untuk mencegah alirah darah keluar dari kateter. Luka
dijahit disekeliling kateter (panah putih)
(Sumber: Nowicki L, Stew B, Ooi E. Penetrating neck injuries: A guide to evaluation and
management. Royal College Surgeon Journal. 2018.)
Nowicki L, Stew B, Ooi E. Penetrating neck injuries: A guide to evaluation and management. Royal College
Surgeon Journal. 2018. p. 6-11.
RESUSITASI
CIRCULATION

Penggantian cairan intravascular segera (gunakan transfusi set dengan abbocath


yang besar) dengan kristaloid, dihangatkan, bolus 1 liter.

Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium dan sampel darah

Jika pasien tidak responsif terhadap penanganan kritaloid awal, maka harus segera
dilakukan transfusi

Flint PW, Haughaey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6 th ed. Canada: Elsevier, 2015. p. 1870-1878
Stewart RM, Rotondo MF, Henry S, et. al. Advance trauma life support. 10th Ed. Chicago: American College of Surgeons, 2018.
RESUSITASI
DISABILITY DAN EXPOSURE/ENVIRONMENTAL

Disability
Evaluasi status neurologis untuk menentukan tingkat kesadaran serta ukuran dan
reaksi pupil. Pada pasien dengan trauma tajam pada leher, perhatikan adanya spinal
cord injuri.

Exposure/Environmental
Cegah hipotermia
• Segera tanggalkan pakaian pasien dengan memotong pakaian pasien
• Pakaikan selimut
• cairan yang diberikan juga dihangatkan untuk mengontrol lingkungan pasien
tetap hangat

Flint PW, Haughaey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6 th ed. Canada: Elsevier, 2015. p. 1870-1878
Stewart RM, Rotondo MF, Henry S, et. al. Advance trauma life support. 10th Ed. Chicago: American College of Surgeons, 2018.
RESUSITASI
Tambahan pada Resusitasi Primary Survey

Menilai apakah resusitasi sudah adekuat


(denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, pengeluaran urin)

Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG)


• Curiga adanya hipoksia atau hipoperfusi jika didapatkan bradikardia,
konduksi yang abnormal dan denyut premature
• Hipotermia berat dapat menyebabkan adanya disritmia (takikardia, atrial
fibrilasi, kontraksi ventrikel premature dan perubahan segmen ST)

Pemasangan kateter untuk menilai output urin

Stewart RM, Rotondo MF, Henry S, et. al. Advance trauma life support. 10th Ed. Chicago: American College
of Surgeons, 2018.
Pada pasien trauma tajam pada leher
tanpa adanya perdarahan aktif
Imaging dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan dan hanya dilakukan
imaging jika didapatkan hard sign atau soft sign yang disertai
dengan trauma pada vascular atau aerodigestive

Tanda Vaskular Airway


Hard sign Perdarahan aktif Bubbling dari trauma dan
Hematoma yang cepat Sumbatan airway
meluas/pulsatile
Defisit neurologis sentral
Bruit atau thrill
Tidak ada denyut nadi
Soft sign Perdarahan pada vena Disfonia
Hematoma yang tidak Hemoptisis
meluas/tidak pulsatile
Trauma pleksus brachialis Emfisema sukutis
Flint PW, Haughey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6th ed. Canada: Elsevier, 2015. p. 1870-1878.
Brywczynski JJ, Barrett TW, Lyon JA, et. al. Manegement of penetrating neck injury in the emergency department: A structured literature review. April
2018. Emergency Medicine Journal. 2018. p. 711-715.
Algoritma penanganan trauma tajam pada leher tanpa memandang zona. Pasien
dengan trauma tajam pada leher segera diberikan resusitasi sesuai ATLS.
(Sumber: Nowicki L, Stew B, Ooi E. Penetrating neck injuries: A guide to evaluation
and management. Royal College Surgeon Journal. 2018.)
Alur tatalaksana trauma tajam pada leher zona II.1
(Sumber: Flint PW, Haughey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and
neck surgery. 6th ed. Canada: Elsevier, 2015)
Pemilihan teknik pencitraan
Prosedur Indikasi Kontraindikasi
Angiografi Luka di dekat pembuluh darah zona I Hematoma luas
atau III Perdarahan tidak terkontrol
Barium meal Hematemesis Intubasi
Drooling Saliva di luka
Disfagia Pasien tidak stabil
Paralisis vocal cord
Esofagoskopi Suspek injuri yang tidak terkonfirmasi Tidak ada
dengan barium meal
Intubasi
Injuri laring atau trakea
Injuri vaskular di zona II atau III
Langiskopi dan Paralisis vocal cord Tidak ada
bronkoskopi langsung Suara serak
Nyeri tekan atau krepitasi di atas laring
Emfisema subkutan
Hemoptisis
Flint PW, Haughaey BH, Lund V, et. al. Cummings Otolaryngology: Head and neck surgery. 6 th ed. Canada: Elsevier, 2015. p. 1870-1878
Stewart RM, Rotondo MF, Henry S, et. al. Advance trauma life support. 10th Ed. Chicago: American College of Surgeons, 2018.
BAB III

PENUTUP
Trauma tajam pada leher  keadaan gawat darurat dan
bersifat mengancam nyawa karena terdapat struktur vital di
dalamnya

Trauma leher dibagi menjadi tiga zona yaitu zona I, II dan III

Penatalaksanaan trauma tajam pada leher pada Instalasi


Gawat Darurat (IGD) yaitu tetap mengikuti prinsip ATLS.

Lakukan resusitasi primary survey dengan stabilisasi jalan


napas, pernapasan, sirkulasi, disabilitas dan kejadian atau
lingkungan pasien. Segera setelah resusitasi, lakukan
penilaian keparahan trauma untuk menentukan
tatalaksana lanjutan setelah pasien stabil
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai