DEFINISI
Ulkus diabetikum atau kaki diabetik adalah erosi yang terjadi pada jaringan epidermis atau luka di sisi distal
telapak kaki, bagian dasar kaki penderita DM tipe 1 dan DM tipe 2
KLASIFIKASI
Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam derajat menurut Wagner :
A. Wagner 0 : kulit utuh, tetapi ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati
B. Wagner 1 : ulkus superfisial
C. Wagner 2 : ulkus lebih dalam mengenai dermis, tendon, ligamen, kapsul sendi atau tulang hingga
terekspos. Sering dengan selulitis, tidak ada abses atau infeksi tulang.
D. Wagner 3 : ulkus dalam disertai abses atau osteomielitis
E. Wagner 4 : gangren lokal (ibu jari atau tumit)
F. Wagner 5 : gangren kaki
Klasifikasi menurut Edmonds yang berdasarkan pada perjalanan alamiah kaki diabetes.
- Stage 1: Normal foot
- Stage 2: High risk foot
- Stage 3: Ulcerated foot
- Stage 4: Infected foot
- Stage 5: Necrotic foot
- Stage 6 : Unsalvable foot
Klasifikasi
Hal yang mudah untuk membedakan antara ulkus pada kaki neuropathy dan ulkus pada kaki ischemia. Pada
dasarnya klasifikasinya ada atau tidak adanya ischemia pada keadaan yang lazim pada neuropathy.
C. Neuroischemia
Ulkus pada kaki neuroischemia biasanya terjadi pada garis kaki. Tanda pertama dari ulkus adalah kemerahan
yang melepuh dan membentuk ulkus yang dangkal dengan dengan dasar yang tipis bergranul yang pucat atau
kekuningan yang mengelupas. Pada ischemia, sering ditemukan halo erytema yang mengelilingi ulkus di mana
pembuluh darah lokal yang melebar pada usaha untuk meningkatkan perfusi di area tersebut
Penyebab necrosis
Necrosis bisa disebabkan oleh infeksi, biasanya basah, atau Karena penyakit occlusi macrovasculer arteri kaki,
biasanya kering. Necrosis atau tidak, sebelumnya lebih dulu terjadi microangiopati occlusi arteriol atau
penyakit pembuluh darah kecil2
Untuk optimalisasi pengelolaan kaki diabetes, pada setiap tahap harus diingat berbagai faktor yang harus
dikendalikan, yaitu:
- Mechanical control-pressure control
- Metabolic control
- Vascular control
- Educational control
- Wound control
- Microbiological control-infection control
FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya ulkus diabetikum pada penderita Diabetes Melitus menurut Lipsky dengan modifikasi
dikutip oleh Riyanto dkk. terdiri atas :
A. Faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah:
1. Umur 60 tahun
2. Lama DM 10 tahun
B. Faktor-faktor risiko yang dapat diubah:
1. Neuropati (sensorik, motorik, perifer)
2. Obesitas
3. Hipertensi
4. Glikosilasi Hemoglobin (HbA1C) tidak terkontrol
5. Kadar glukosa darah tidak terkontrol
6. Insufisiensi vaskuler karena adanya aterosklerosis yang disebabkan:
Kolesterol total tidak terkontrol
Kolesterol HDL tidak terkontrol
Trigliserida tidak terkontrol
7. Kebiasaan merokok
8. Ketidakpatuhan diet DM
9. Kurangnya aktivitas fisik
10. Pengobatan tidak teratur
11. Perawatan kaki tidak teratur
12. Penggunaan alas kaki tidak tepat (Riyanto, 2007)
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Informasi penting adalah pasien menderita DM sejak lama. Gejala-gejala neuropati diabetik yang sering
ditemukan adalah kesemutan, rasa panas ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari. Gejala
neuropati menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mendapat
trauma akan sedikit atau tidak merasakan nteri sehingga mengakibatkan luka pada kaki.
Manifestasi gangguan pembuluh darah berupa nyeri tungkai sesudah berjalan pada jarak tertentu akibat aliran
darah ke tungkai yang berkurang. Manifestasi lain berupa ujung jari terasa dingin, nyeri kaki diwaktu malam,
denyut arteri hilang dan kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati ini menyebabkan penurunan
suplai nutrisi dan oksigen sehingga menyebabkan luka yang sukar sembuh,
Banyak makan, minum, dan buang air kecil (terutama malam hari) yang merupaka gejala klasik dari penderita
DM.
PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Ulkus dan Keadaan Umum Ekstremitas
Ulkus diabetes cenderung terjadi didaerah tumpuan beban terbesar, seperti tumit, area kaput mrtatarsal di
telapak, ujung jari, yang menonjol (jari pertama dan kedua ). Ulkus dua malleouls terjadi karena sering
mendapat trauma. Kelainan lain yang dapat ditemukan seperti callus hipertropik, kuku rapuh/pecah, kulit
kering, hammer toes dan fisure
b. Insufiensi Arteri Perifer
Pemeriksaan fisik akan medapatkan hilag atau menurunya nadi perifer. Penemuan lain yang berhubungan
dengan aterosklerosis meliputi bising (bruit) arteri iliaka dan femoralis, atrofi kulit, hilangnya rambut kaki,
sianosis jari kaki, ulserasi dan nekrosis iskemik, serta pengisian arteri tepi (capillary refill test) lebih dari 2
detik.
c. Neuropati Perifer
Tanda neuropati perifer meliputi hilangnya sensasi rasa getar dan posisi, hilangnya refleks tendon dalam,
ulserasi trofik, foot drop, atrofi otot, dan pembetukan callus hipertrofik khusunya di daerah penekanan
misalnya tumit.
Status neurologis dapat diperiksa menggunakan monofilamen semmes Weisten untuk mendeteksi sensasi
protektif. Hasil abnormal jika penderita tidak merasakan sentuhan saat ditekan sampai monofilamen
bengkok. Alat pemeriksaan lain adalah garpu tala 12bhz untuk sensasi getar di pergelangan kai dan sendi
metatarsofalangel pertama. Pada neuropati metabolik intensitas paling parah didaerah distal. Pada
umumnya seseorang tidak merasakan getaran garpu taladi jari tangan lebih dari 10 detik setelah pasien
tidak dapaet merasakan getaran di ibu jari. Beberapa penderita normal menunjukan perbedaan antara
sensasi jari kaki dan tangan pemeriksa kurang dari 3 detik .
d. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi akan dapat membantu mengetahui apakah didapat gas subkutan, benda asing serta
adanya osteomielitis.
e. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah rutin menunjukkan angka lekosit yang meningkat bila sudah terjadi infeksi. Gula darah
puasa dan 2 jam pp harus diperiksa untuk mengetahui kadar gula dalam darah. Albumin diperiksa untuk
mengetahui status nutrisi pasien.
TATALAKSANA
3. Kontrol Vaskular
Kontrol vaskular meliputi evaluasi status vaskuler kaki, pemeriksaan ABI, tekanan oksigen transkutan, tekanan
ibu jari kaki (toe pressure) dan angiografi. Gangguan vaskular yang ditemukan dapat menghambat
penyembuhan luka sehingga perlu ditata laksana secara adekuat.
4. Kontrol Luka
Jaringan nekrotik dan pus yang ada harus dievakuasi secara adekuat dengan nekrotomi atau debridemen.
Luka sebaiknya ditutup dengan pembalut yang basah atau lembap. Apabila diperluka, tindakan amputasi
harus dipertimbangkan. Klinisi yang menangani kaki diabetes harus bekerja sama dengan spesialis bedah
untuk menentukan apakah tindakan pembedahan diperlukan atau tidak. terdapat beberapa tanda yang
menjadi indikasi tindakan pembedahan, dan mungkin amputasi, pada kaki diabetes, antara lain: bukti adanya
respon peradangan sistemik, gangren atau nekrosis ekstensif, infeksi dengan progresi cepat, krepitus pada
pemeriksaan atau gas pada jaringan yang ditemukan pada pemeriksaan pencitraan, bula terutama
hemoragik, ekimosis atau petekie luas, nyeri yang tidak proporsional dengan temuan klinis, anestesia luka
awitan baru, critical limb ischemia, kehilangan fungsi neurologis yang baru terjadi, kehilangan jaringan lunak
secara ekstensif, destruksi tulang ekstensif, terutama pada kaki bagian tengah dan belakang, infeksi tidak
membaik walau sudah diberikan terapi sesuai aturan. Melakukan nekrotomi atau debridemen bertujuan
untuk membuang jaringan yang nekrotik, drainase pus, mengurangi tekanan pada luka, mengurangi bengkak,
membuat lingkungan menjadi aerob, mempermudah swab dan membuat luka yang tadinya kronik menjadi
akut.
5. Kontrol Infeksi
Pemberian antibiotik harus dimulai secara empiris sebelum didapatkan hasil kultur resistensi. Pada luka yang
superfisial dan tidak mencapai subkutan, dapat diberikan antibiotik empiris yang efektif terhadap kuman
gram positif. Apabila luka sudah mencapai subkutan, maka diperlukan antibiotik dengan spektrum kuman
gram negatif atau golongan metronidazol bila terdapat kecurigaan ke arah infeksi bakteri anaerob. Tidak
jarang pasien datang dengan luka yang luas, dalam disertai gejala infeksi sistemik. Pasien yang demikian harus
dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik spektrum luas yang mencakup kuman gram positif,
negatif dan anaerob.
6. Kontrol Edukasi
Edukasi yang baik menekankan pada upaya pencegahan dan deteksi dini pada kaki yang normal atau sudah
ada gangguan neuropati atau neuroiskemi namun belum ada luka. Pada kaki yang sudah terluka, edukasi
ditekankan pada upaya-upaya pencegahan sekunder dan tersier. Edukasi pasien sebaiknya menekankan pada
pemilihan alas kaki yang cermat, pemeriksaan kaki harian untuk mendeteksi tanda alas kaki yang tidak tepat
atau trauma minor, menjaga kebersihan dan kelembaban kaki, mencegah penatalaksanaan yang tidak tepat
dan menghindari perilaku yang berisiko tinggi, berkonsultasi pada tenaga kesehatan apabila terjadi kelainan.
KOMPLIKASI
Osteomelitis
Pada penderita ulkus diabetik, 50 % akan mengalami infeksi akibat adanya glukosa darah yang tinggi,
yang merupakan media pertumbuhan bakteri yang subur. Hampir 2/3 pasien dengan ulkus kaki
Diabetik memberikan komplikasi osteomielitis. Osteomielitis yang tidak terdeteksi akan mempersulit
penyembuhan ulkus. Oleh sebab itu setiap terjadi ulkus perlu dipikirkan kemungkinan adanya
osteomielitis.
Diagnosis osteomielitis tidak mudah ditegakkan. Secara klinis bila ulkus sudah berlangsung >2 minggu,
ulkus luas dan dalam serta lokasi ulkus pada tulang yang menonjol harus dicurigai adanya osteomielitis.
Spesifisitas dan sensitivitas pemeriksaan rontgen tulang hanya 66% dan 60%, terlebih bila pemeriksaan
dilakukan sebelum 10-21 hari gambaran kelainan tulang belum jelas. Seandainya terjadi gangguan
tulang hal ini masih sering sulit dibedakan antara gambaran osteomielitis atau artropati neuropati.
Syok Sepsis
Kematian
PROGNOSIS
Kematian pada penderita diabetes dan ulkus kaki seringkali merupakan akibat kelainan dari pembuluh
arteriosklerotik, pembuluh darah besar yang melibatkan arteri koroner atau renalis. Pada penderita diabetes
dengan neuropati, walaupun keberhasilan manajemen menghasilkan penyembuhan ulkus kaki, tingkat
kekambuhannya adalah 66% dan tingkat amputasi meningkat hingga 12%.
Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena semakin tua usia penderita diabetes
melitus semakin mudah untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan tungkainya, lamanya
menderita diabetes melitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas sirkulasi, dan keterampilan dari
tenaga medis atau paramedis. Selain itu tingkat kepatuhan mengontrol kadar gula dan merawat kaki adalah
kunci utama agar terhindar dari komplikasi dan penyembuhan ulkus itu sendiri.
PENCEGAHAN
PENCEGAHAN PRIMER
Kiat-kiat pencegahan terjadinya kaki diabetes
Penyuluhan mengenai terjadinya kaki diabetes sangat penting untuk
pencegahan kaki diabetes. Penyuluhan ini harus selalu dilakukan pada
setiap pertemuan dengan penyandang DM, dan harus selalu diingatkan
kembali tanpa bosan.
Keadaan kaki penyandang diabetes digolongkan berdasarkan resiko
terjadinya dan risiko besarnya masalah yang mungkin timbul.
penggolongan kaki diabetes berdasar risiko terjadinya masalah (frykberg)
1. Sensasi normal tanpa deformitas
2. Sensai normal dengan deformitas dan tekanan plantar tinggi
3. Insensitivitas tanpa deformitas
4. Iskemia tanpa deformitas
5. Kombinasi/complicated
a. Kombinasi insensitivitas, iskemia dan/atau deformitas
b. Riwayat adanya tukak, deformitas charcot
Pengelolaan kaki diabetes terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya tukak, disesuaikan dengan keadaan
risiko kaki. Berbagai usaha pencegahan dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya resiko tersebut. Dengan
pemberian alas kaki yang baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus Karen factor mekanik akan dapat dicegah.
Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko tersebut: untuk kaki yang kurang merasa/insensitive
(kategori risiko 3 dan 5). Alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi kaki yang insensitive tersebut.
Kalau sudah ada deformitas (kategori risiko 2 dan 5), perlu perhatian khusus mengenai sepatu/alas kaki yang
dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki. Untuk kasus dengan kategori risiko 4 (permasalahan
vaskuler), latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk memperbaiki vaskularisasi kaki
PENCEGAHAN SEKUNDER
Pengelolaan Holistik Ulkus/Gangren Diabetik
hal yang harus ditangani dengan baik agar diperoleh hasil pengelolaan yang maskimal dapat digolongkan sebagai
berikut, dan semuanya harus dikelola bersama:
Mechanical control-pressure control
Metabolic control
Vascular control
Educational control
Wound control
Microbiological control-infection control
Control metabolic
Kontrol KU dan GDS
Perhatikan status nutrisi
Perhatikan kadar albumin, Hb, derajat oksigenasi jaringan dan fungsi ginjal
Control vaskuler
Mengenali kelainan pembuluh darah perifer melalui berbagai cara seperti: warna dan suhu kulit, perabaan
arteri dorsalis pedis dan arteri tibialis posterior serta ditambah pengukuran tekanan darah.
Evaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara non invasive, seperti pemeriksaan ankle brachial index,
ankle pressure, toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan echodopler dan keudian pemeriksaan arteriografi.
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskulernya, dapat dilakukan pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah
perifer dari sudut vaskuler, yaitu berupa:
Modifikasi factor resiko
- Stop merokok
- Memperbaiki berbagai factor risiko terkait aterosklerosis
- Hiperglikemia
- Hipertensi
- Dislipidemia
- Walking program latihan kaki merupakan domain usaha yang dapat diisi oleh jajaran rehabilitasi medik
Terapi farmakologis
Kalau mengacu pada berbagai penelitian yang sudah dikerjakan pada kelainan akibat aterosklerosis di tempat
lain (jantung, otak) mungkin obat seperti apirin dan lain sebagainya yang jelas dikatakan bermanfaat, akan
bermanfaat pula untuk pembuluh darah kaki penyandang DM. tetapi sampai saat ini belum ada bukti yang
cukup kuat untuk menganjurkan pemakaian obat secara rutin guna memperbaiki patensi pada penyakit
pembuluh darah kaki penyandang DM
Revaskularisasi
Jika kemungkinan kesembuhan luka rendah atau jikalau ada klaudikasio intermiten yang hebat, tindakan
revaskulearisasi dapat dianjurkan. Sebelum tindakan revaskularisasi diperlukan pemeriksaan arteriografi
untuk mendapatkan gambaran pembuluh darah yang lebih jelas.
Untuk oklusi yang panjang dianjurkan operasi bedah pintas terbuka. Untuk oklusi yang pendek dapat
dipikirkan dapat dipikirkan untuk prosedur endovascular PTCA. Pada keadaan sumbatan akut dapat pula
dilakukan tromboarterektomi
Wound control
Saat ini terdapat banyak sekali macam dreesing (pembalut) yang masing-masing tertentu dapat dimanfaatkan
sesai dengan keadaan luka, dan juga letak luka itu. Dreesing yang mengandung komponen zat penyerap seperti
carbonated dreesing, alginate dreesing akan bermanfaat pada keadaan luka yang masih produktif. Demikian pula
hydrophilic fiber dressing atau siver impregmenated dressing akan bermanfaat untuk luka produktif dan
terinfeksi. Debridement yang baik dan adekuat tentu akan sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik yang
harus dikeluarkan tubuh, dengan demikian akan mengurangi produksi pus/cairan dari ulkus/gangrene.
Suasana sekitar luka yang kondusif untuk penyembuhan harus dipertahankan. Yakinkan bahwa luka selalu dalam
keadaan optimal. Selama proses infalamasi masih ada, proses penyembuhan luka tidak akan beranjak pada
proses selanjutnya yaitu proses granulasi dan kemudian epitelisasi. Untuk menjaga suasana kondusif bagi
kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa yang dibasahi dengan salin. Cara tersebut saat ini dipakai di banyak
sekali tempat perawatan kaki diabetes Berbagai sarana dan penemuan baru dapat dimanfaatkan untuk wound
control seperti: dermagraft, apligraft, growth factor, protease inhibitor, dsb, untuk mempercepat penyembuhan.
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau pembedahan dapat
ditentukan sebagai berikut
Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada
Derajat I-IV: pengelolaan medik dan bedah minor
Derajat V: amputasi
Debridemen yang adekuat merupakan langkah awal tindakan bedah. Debridemen harus meliputi seluruh
jaringan nekrotik dan kalus yang mengelilinginya sampai tampak tepi luka yang sehar dengan ditandai adanya
perdarahan.
Secara teknis amputasi kaki atau mutilasi jari dapat dilakukan menurut tingkatan berikut;
Jari nekrotik: disartikulasi (tanpa pembiusan)
Mutilasi jari terbuka (pembiusan setempat)
Osteomioplasti: memotong bagian tulang diluar sendi
Amputasi miodesis (dengan otot jari/kaki)
Amputasi metatarsal
Amputasi syme
Bila daerah gangren menyebar lebih kranial, maka dilakukan amputasi bawah lutut atau bahkan amputasi atas
lutut. Tujuan amputasi atau mutilasi adalah:
Membuang jaringan nekrotik
Menghilangkan nyeri
Drainase nanah dan penyembuhan luka sekunder
Merangsang vaskularisasi baru
Rehabilitasi yang terbaik
Microbiological control
Lini pertama pemberian antibiotic harus diberikan antibiotic dengan spectrum luas, mencakup kuman gram
positif dan negative (seperti golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat yang bermanfaat terhadap
kuman anaerob (seperti misalnya metronidazol).
Pressure control
Jika tetap dipakai untuk berjalan (berarti kaki dipakai untuk menahan berat badan-weight bearing). Luka yang
selalu mendapat tekanan tidak sempat menyembuh. Apalagi kalau luka tersebut terletak dibagian plantar seperti
luka pada kaki Charcot. Berbagai cara untuk mencapai keadaan weight-bearing dapat dilakukan antara lain
Removable cast walker
Total contact casting
Temporary shoes
Felt padding
Crutches
Wheelchair
Electric carts
Cradled insoles
Berbagai cara surgical dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada luka seperti: 1). Dekompresi ulkus/abses
dengan insisi abses, 2) prosedur koreksi bedah seperti operasi untuk hammer toe, metatarsal head resection,
Achilles tendon lengthening, partial calcanectomy
Educational control
Edukasi sangat penting penting untuk semua tahap pengelolaan kaki diabetes. Dengan penyuluhan yang baik,
penyandang DM dan ulkus/gangrene diabetic maupun keluarganya diharapkan akan dapat membantu dan
mendukung berbagai tindakan yang diperlukan untuk kesembuhan luka yang optimal.
Pemakaian alas kaki/sepatu khusus untuk mengurangi tekanan plantar akan sangat membantu mencegah
terjadinya ulkus baru. Pemakaian sepatu harus pas dengan lebar serta kedalaman yang cukup untuk jari-jari.
Sepatu kulit lebih dianjurkan karena mudah beradaptasi dengan bentuk kaki. Hindari pemakaian sandal atau alas
kaki dengan jari terbuka. Jangan sekali kali berjalan tanpa alas kaki.
Trauma minor dan infeksi kaki seperti terpotong, lecet, lepuh dan tinea pedis bila diobati sendiri oleh pasien
dengan obat bebas dapat menghambat penyembuhan luka. Membersihkan dengan hati-hati trauma minor serta
aplikasi antibiotika bisa mencegah infeksi lebih lanjut serta memelihara kelembaban kulit untuk mencegah
pembentukan ulkus.
NOTE :