PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Trombosis adalah terjadinya bekuan darah di dalam sistem kardiovaskuler
TUJUAN
Untuk mengetahui anatomi fisiologi pembuluh darah vena.
Untuk mengetahui histologi dari pembuluh darah vena.
Untuk mengetahui pengertian trombosis dan patogenesisnya .
Untuk mengetahui pengertian trombosis vena dalam
serta
epideminologinya.
5. Untuk mengetahui etiologi dari trombosis vena dalam.
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari trombosis vena dalam.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Safena
terpanjang di tubuh, yang berjalan dari malleolus naik ke bagian medial betis
dan paha, bermuara ke vena femoralistepat di bawah selangkangan. Vena
safena magna mengalirkan darah dari bagian anteromedial betis dan paha. Vena
safena parva berjalan sepanjang sisi lateral dari mata kaki melalui betis menuju
lutut, mendapatkan darah dari bagian posterolateral dan mengalirkan darah ke
vena politea titik pertemuan keduanya disebut Safenopoplitea. Diantara Vena
Safena Magna dan Parva banyak didapat anastomosis, hal ini merupakan
rute aliran kolateral yang memilki peranan penting saat terjadi obstruksi vena.
menerima aliran darah dri venula kecil dan pembuluh intramaskuler. System
vena dalam cenderung berjalan sejajar dengan pembuluh arteri tungkai bawah
dan diberi nama sama dengan arteri tersebut. Sebagai akibatnya, termasuk
dalam system ini adalah vena tibialis anterior dan posterior, peroneus,
popliteal, femoralis profunda dan pembuluh pembuluh darah betis yang tidak
diberi nama. Vena iliaca juga dimsukkan di dalam system vena dalam
ekstremitas bawah karena aliran vena dari tungkai ke vena cava tergantung
pada patensi dan integritas dari pembuluh pembuluh ini. Subsistem vena
vena dalam dan permukaan di hubungkan oleh saluran saluran pembuluh
darah yang disebut vena penghubung yang membentuk subsistem penghubung
ektremitas bawah. Aliran biasanya dari vena dalam selanjutnya ke vena cava
inferior.
Pada struktur anatomi vena di dapatkan katup katup semilunaris satu
arah yang tersebar di seluruh system vena. Katup katup tersebut adalah
lipatan dari lapisan intima yang terdiri dari lapisan endotel dan kolagen,
berfungsi untuk mencegah terjadinya aliran balik, mengarahkan aliran kea rah
proksimal dan system permukaan melalui penghubung. Kemampuan katup
untuk menjalankan fungsinya merupakan factor yang sangat penting, sebab
aliran darah dari ekstremitas menuju jantung berjalan melawan grevitasi.
Tunika intima memiliki satu lapis sel endotel, yang ditopang oleh selapis tipis
subendotel jaringan ikat longgar yang kadang-kadang mengandung sel otot
polos. Pada arteri, intima dipisahkan dari tunika media oleh suatu lamina
elastica interna, yaitu komponen terluar intima. Lamina ini, yang terdiri atas
elastin, memiliki celah (fenestra) yang memungkinkan terjadinya difusi zat
10
lumen pembuluh darah, yang terpisah dari endotel oleh suatu zona jernih plasma
yang bergerak lebih lambat. Oleh karena itu, stasis dan turbulensi akan
mengganggu (1) mengganggu aliran laminar dan melekatkan trombosit pada
endotel, (2) mencegah pengenceran faktor pembekuan yang teraktivasi oleh darah
segar yang terus mengalir, (3) menunda aliran masuk inhibitor faktor pembekuan
dan memungkinkan pembentukan trombus, (4) meningkatkan aktivasi sel endotel,
mempengaruhi pembentukan trombosis lokal, perlekatan leukosit, serta berbagai
efek sel endotel lain.
Turbulensi dan stasis turut berperan pada terjadinya trombosis dalam
sejumlah kasus klinis. PIak aterosklerotik yang mengalami ulserasi tidak hanya
memajankan ECM subendotel, tetapi juga menghasilkan turbulensi lokal. Dilatasi
aorta dan arteri abnormal yang disebut aneu risma menyebabkan stasis lokal dan
merupakan tempat yang cocok untuk terjadinya trombosis. Infark miokard tidak
hanya disertai dengan jejas endotel, tetapi juga disertai daerah miokard yang
nonkontraktil, yang menambahkan suatu unsur stasis dalam pembentukan trombus
mural. Stenosis katup mitral (misalnya, setelah penyakit jantung rematik)
mengakibatkan dilatasi atrium kiri. Dalam kaitannya dengan fibrilasi atrium,
atrium yang berdilatasi merupakan lokasi terjadinya stasis berat dan lokasi utama
terjadinya trombus. Sindrom hiperviskositas misalnya, polisitemia) meningkatkan
resistensi terhadap aliran darah dan menyebabkan stasis pembuluh darah kecil;
kelainan bentuk sel darah merah pada anemia sel bentuk sabit akan menyebabkan
oklusi pembuluh darah, yang mengakibatkan stasis sehingga mudah terjadi
trombosis.
c. Hiperkoagulabilitas
Hiperkoagulabilitas
trombosis,
tetapi
merupakan
komponen
penting
(dan
menarik)
dalam
11
12
13
Gangguan
pada
darah/Trombosit
1
Aterosklerosis
Operasi (umum)
Sindrom
anti
Merokok
Operasi ortopedi
fosfolipid
Resistensi protein C
Hipertensi
Artroskopi
(faktor V leiden)
Sticky
platelet
Artroskopi
Trauma
Keganasan
syndrome
Gangguan protein C
Gangguan protein S
Gangguan
4
5
6
Diabetes melitus
Kolesterol LDL
Hipertrigliserida
Riwayat
pada keluarga
Gagal jantung kiri
antitrombin
Gangguan
trombosis Imobilisasi
heparin
kofaktor II
Gangguan
Sepsis
plasminogen activator
inhibitor
jantung Gangguan faktor XII
Kontrasepsi oral
Gagal
10
11
12
13
Estrogen
Lipoprotein (a)
Polisitemia
Sindrom
kongestif
Sindrom nefrotik
Obesitas
Varicose vein
Sindrom pascaflebitis
14
15
hiperviskositas
Sindrom leukostasis
Kontrasepsi oral
Estrogen
Disfibrinogenemia
Homosisteinemia
14
15
16
17
18
daerah tersebut.
Kehamilan dan persalinan
Selama trimester ketiga kehamilan terjadi penurunan aktifitas fibrinolitik,
statis vena karena bendungan dan peningkatan factor pembekuan VII, VII dan
IX.
Pada permulaan proses persalinan terjadi pelepasan plasenta yang
menimbulkan lepasan plasminogen jaringan ke dalam sirkulasi darah, sehingga
terjadi peningkatan koagulasi darah.
19
biasa.
8. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan trombosis vena dalam.
Tanda-tanda klinis penyakit pembuluh darah vena tidak dapat dipercaya
sehingga sangat penting melakukan metode-metode evaluasi invasif dan
noninvasif. Tujuan pengujian ini adalah untuk mendeteksi dan mengevaluasi
obstruktif atau refluks vena melalui katup-katup yang tidak berfungsi baik.
a. Pemeriksaan fisik
Katup vena yang tidak berfungsi dengan baik dapat dievaluasi secara
klinis dengan menguji waktu pengisian vena. Tes brodie-trendelenburg dilakukan
20
21
22
23
terjadi beberapa jam maupun hari setelah terbentuknya suatu bekuan darah
pada pembuluh darah di daerah tungkai. Gejalanya berupa nyeri dada dan
pernapasan yang singkat. Komplikasi dari trombosis vena dalam yakni dapat
menimbulkan emboli paru. Trombus yang terbentuk di tungkai bawah
tersebut dapat lepas dari tempatnya dan berjalan mengikuti aliran darah,
disebut dengan emboli. Emboli yang terbentuk dapat mengikuti aliran darah
hingga ke jantung dan paru. Biasanya emboli tersebut akan menyumbat di
salah satu atau lebih pembuluh darah paru, menimbulkan suatu keadaan yang
disebut dengan embolisme paru (pulmonary embolism).
Tingkat keparahan dari embolisme paru tergantung dari jumlah dan
ukuran dari emboli tersebut. Jika ukuran dari emboli kecil, maka akan terjadi
penyumbatan pada pembuluh darah paru yang kecil, sehingga menyebabkan
kematian jaringan paru (pulmonary infarction). Namun jika ukuran emboli
besar maka dapat terjadi penyumbatan pada sebagian atau seluruh darah dari
jantung kanan ke paru, sehingga menyebabkan kematian.
c) Sindrom post trombotik
Terjadi akibat kerusakan katup pada vena sehingga seharusnya darah
mengalir keatas yang dibawa oleh vena menjadi terkumpul pada tungkai
bawah. Ini mengakibatkan nyeri, pembengkakan dan ulkus pada kaki.
10. Penanganan dari trombosis vena dalam.
Tujuan penatalaksanaan DVT pada fase akut adalah :
1. Menghentikan bertambahnya trombus
2. Membatasi bengkak yang progresif pada tungkai
3. Melisiskan atau membuang bekuan darah (trombektomi) dan
mencegah disfungsi vena atau sindrom pasca trombosis (post
trombotic syndrome) di kemudian hari
4. Mencegah emboli
a. Antikoagulan
Unfractionated heparin (UFH) merupakan antikoagulan yang sudah lama
digunakkan untuk penatalaksanaan DVT pada saat awal. Mekanisme kerja utama
heparin adalah :
24
sementara, harus
dipertimbangkan pada trombosis vena iliofemoral akut yang kurang dari 7 hari
dengan harapan hidup lebih dari 10 tahun.
d. Filter Vena Kava Inferior
Filter ini digunakkan pada trombosis diatas lutut pada kasus dimana
antikoagulan merupakan kontraindikasi atau gagal mencegah emboli berulang.
11. Prognosis
Semua pasien dengan trombosis vena dalam pada masa yang lama
mempunyai resiko terjadinya insufisiensi vena kronik.
Kira-kira 20% pasien dengan DVT yang tidak ditangani dapat
berkembang menjadi emboli paru, dan 10-20% dapat menyebabkan
kematian. Dengan antikoagulan terapi angka kematian dapat menurun
hingga 5 sampai 10 kali.
26
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Trombosis vena dalam adalah suatu keadaan terjadinya gumpalan
darah (trombus) pada pembuluh darah balik (vena) dalam di daerah tungkai
bawah. Trombus terjadi karena perlambatan dari aliran darah, kelainan
dinding pembuluh darah, atau gangguan pembekuan darah yang sering
dinamakan dengan trias Virchow
27
Factor
resiko
thrombosis
vena
adalah
operasi,
kehamilan,
DAFTAR PUSTAKA
28
29