Insisi dibuat dari fistula yang nampak ke arah rektum. Sfingter rektal sebenarnya terdiri dari
saraf dan otot yang dapat diidentifikasi dan fistula dipisahkan dari rektum. Pembuatan lubang
anus dimana saraf dan otot rektum berada, bertujuan untuk memaksimalkan kemampuan bayi
dalam mengontrol pergerakan usus. Kolostomi tidak ditutup selama prosedur operasi.
Kotoran akan tetap keluar melalui kolostomi dan memberi waktu bagi lubang anus yang baru
untuk sembuh.6
UMUR UKURAN
1 – 4 Bulan # 12
4 – 12 bulan # 13
8 – 12 bulan # 14
1 – 3 tahun # 15
3 – 12 tahun # 16
> 12 tahun # 17
FREKUENSI DILATASI
Tiap 1 hari 1x dalam 1 bulan
Tiap 3 hari 1x dalam 1 bulan
Tiap 1 minggu 2 x dalam 1 bulan
Tiap 1 minggu 1x dalam 1 bulan
Tiap 1 bulan 1x dalam 3 bulan
Kalibrasi anus tercapai dan orang tua mengatakan mudah mengejakan serta tidak ada rasa
nyeri dilakukan 2x selama 3 – 4 minggu merupakan indikasi tutup kolostomi, secara bertahap
frekuensi diturunkan.1
Skoring Klotz
2 hari sekali 1
3 – 5 kali sehari 2
3 hari sekali 2
Lembek 2
Encer 3
4 Perasaan ingin BAB Terasa 1
Tidak terasa 3
5 Soiling Tidak pernah 1
Terus menerus 3
6 Kemampuan menahan feses > 1 menit 1
yang akan keluar
< 1 menit 2
Komplikasi minor 2
Komplikasi mayor 3
Nilai scoring 7 – 21
7 = Sangat baik
8 – 10 = Baik
11 – 13 = Cukup
> 14 = Kurang1
Prognosis
Dengan pembedahan hasil selalu baik, akan tetapi bergantung pada penyebabnya. Beberapa
bayi tidak akan dapat mengontrol pergerakan usus.3
Komplikasi
Morbiditas akibat malformasi berhubungan dengan motilitas usus, persarafan anorektal dan
otot sfingter. Morbiditas yang umum dijumpai adalah konstipasi. Beberapa anak dengan
malformasi ringan dapat mengalami konstipasi tetapi tidak penyebabnya tidak jelas.2
Morbiditas akibat pembedahan umumnya adalah infeksi dan pneumonia. Infeksi luka dapat
terjadi pada pembedahan usus. Anak dengan anus imperforata mempunyai resiko yang lebih
besar untuk terkena infeksi organ pelvik. Pada saat eksplorasi pembedahan ureter dapat salah
disangka sebagai rektum. Uretra dapat dibuka atau terpotong, dan prostat dan vesica
seminalis dapat terluka. Pemotongan organ ini dapat mengakibatkan iskemik dan
kemungkinan striktur atau stenosis total.
Teknik Operasi
• Dilakukan dengan general anestesi , dengan endotrakeal intubasi , dengan posisi pasien tengkurap
dan pelvis ditinggikan
• Stimulasi perineum dengan alat Pena Muscle Stimulator untuk identifikasi anal dimple.
• Incisi bagian tengah sacrum kearah bawah melewati pusat spingter dan berhenti 2 cm didepanya
• Dibelah jaringan subkutis , lemak, parasagital fiber dan muscle complek. Os Coxigeus dibelah
sampai tampak muskulus levator , dan muskulus levator dibelah tampak dinding belakang rectum
• Rektum dibebas dari jaringan sekitarnya .
• Rektum ditarik melewati levator , muscle complek dan parasagital fiber
• Dilakukan anoplasti dan dijaga jangan sampai tension.
ANOPLASTY (CUTBACK INCISION)
Introduksi
a. Definisi
Suatu tindakan pembedahan untuk membuat lubang anus pada anus malformasi fistel rendah
misalnya pada anocutan fistel, anus vestibular yang tidak adekuat dan pada anus
membranaseus
b. Indikasi operasi
Gejala Klinis : keluar cairan meconium dari lubang di sekitar vestibulum dan kulit scrotum
d. Pemeriksaan Penunjang
Fistulografi, sondase
Tehnik Operasi
Posisi pasien litotomi → a dan antiseptik lapangan operasi dengan povidon iodine 10% →
persempit dengan kain steril.
Anal dimpel diinfiltrasi dengan lokal anesthesi.
Lubang fistula dimasukkan sonde untuk guiding mencapai anal dimpel.
Lakukan irisan ke posterior ke arah anal dimpel.
Mukosa anus dijahit kekulit anal dimpel serapat mungkin.
Kontrol perdarahan dengan elektrokauter.
Pasang tampon dengan tule.
Luka bekas fistula dibiarkan terbuka.
e. Komplikasi
Perdarahan
Komplikai pasca operasi: infeksi dan stenosis
f. Mortalitas
Sangat rendah
g. Perawatan Pascabedah
h. Follow-up