Anda di halaman 1dari 20

Rosasea

Rosasea
Penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah (yang
menonjol/cembung) yang ditandai dengan kemerahan pada kulit dan
telangiektasi disertai episode peradangan yang memunculkan erupsi
papul, pustul dan edema.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI, 2018)


 Tidak diketahui secara jelas.
 Ada berbagai hipotesis faktor penyebab, yaitu:
1. Makanan => Alkohol; Konstipasi, diare penyakit
gastrointestinal, dan penyakit kelenjar empedu
2. Psikis
3. Obat => Adanya peningkatan bradikinin yang dilepas
Etiologi oleh adrenalin pada saat kemerahan kulit flushing.
4. Infeksi => Demodex follicu/orum.
5. Musim => Musim panas, musim dingin, sinar
ultraviolet matahari.
6. Imunologis
7. Lainnya => Defisiensi vitamin, hormonal dan sebore.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI, 2018)


(www.thecalgaryguide.com, dipublikasikan 10 Januari 2019)
 Rosasea sering diderita pada umur 30-40an
 Umumnya perempuan lebih sering terkena
dari laki-laki.
Faktor  Ras kulit putih (Kaukasia) lebih banyak
Resiko terkena dari kulit hitam (Negro) atau
berwarna (Polinesia)
 dan di negara barat lebih sering pada mereka
yang bertaraf sosio-ekonomi rendah.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI, 2018)


 gejala utama -> eritama, telangiektasia, papul,
edema, dan pustul
 gejala khas -> eritema dan telangiektasia yang
persisten pada setiap episode

Gejala
Klinis

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI, 2018)


terdapat 3 stadium:
- Stadium I : timbul eritema, diikuti
timbulnya beberapa telangiectasia

- Stadium II : episode akut yang


Gejala menimbulkan papul, pustul dan edema,
eritema persisten dan bayak telangiektasia.
Klinis - Stadium III : eritema persisten yang dalam,
bayak telangiektasia, papul, pustul, nodus, dan
edema.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI, 2018)


• Rosasea didiagnosis dari manifestasi klinis
• Histologi dapat membantu jika distribusi tidak
khas/ada granuloma elastosis
• Sub-tipe papulopustular : infiltrat inflamasi
mengelilingi folikel rambut dan kelenjar sebasea
Pemerik- • Rosasea phymatous : hiperplasia sebasea, hipertrofi

saan folikel sebasea, terdapat epitelisasi (membentuk


terowongan) yang merusak jaringan hiperplastik yang
diisi dengan debris inflamasi
• Tungau D. follicorum dapat ditemukan di semua
jenis rosacea di dalam infundibulum folikuler dan
ductus sebasea
FARMAKOLOGI
1. Topikal
a. Tetrasiklin, klindamisin, eritromisin dalam salep 0.5 - 2.0%.
Eritromisin lebih baik hasilnya dibandingkan lainnya.
b. Metronidasol 0.75% gel atau krim 2% efektif untuk lesi
Tatalaksa papul dan pustul.
c. lmidasol atau dengan ketokonasol atau sulfur 2-5%.
na d. lsotretinoin krim 0.2%.
e. Antiparasit untuk membunuh D. fol/iku/o_x0002_rum;
misalnya lindane, krotamiton, atau bensoil bensoat.
f. Kortikosteroid kekuatan rendah (krim hidrokortison 1%) hanya
dianjurkan pada stadium berat.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI, 2018)


2. Sistemik
a. Tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin, dengan dosis sama
dengan dosis akne vulgaris beradang memberikan hasil
yang baik karena efek antimikroba dan anti-inflamasinya.

Tatalaksa Dosis kemudian diturunkan bila lesi membaik


b. lsotretinoin (13 cis retinoat) 0.5-1.0/kgBB sehari dapat
na digunakan kecuali bila ada rosasea pada mata.
Penggunaannya harus diamati secara ketat.
c. Metronidasol 2x500 mg/hari efektif baik stadium awal
maupun lanjut.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI, 2018)


NON FARMAKOLOGI
1. Sunblock dengan SPF 15 atau lebih dianjurkan
dipakai penderita untuk menahan sinar UVA dan
UVB.

Tatalaksa 2. Massage fasial dahulu dianjurkan dilakukan, namun


hasilnya belum jelas.
na 3. Diet rokok, alkohol, kopi , pedas dapat dilakukan
untuk mengurangi rangsangan eritem.
4. Bedah kulit; skalpel atau dermabrasi untuk
rinofima dan bedah listrik untuk telangiektasia.

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI, 2018)


1. Pemakaian tabir surya : SPF 30 atau
lebih tinggi setiap hari
2. Tidak mengkonsumsi alkohol
3. Mengurangi stres
4. Memilih produk perawatan kulit dan
Pencegah rambut dengan hati-hati

an 5. Menghindari tempat yang terkena panas


matahari secara langsung

(Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FK UI, 2018)


Dermatitis Perioral
 Banyak terjadi pada perempuan muda
 Orang yang menggunakan topical steroid jangka panjang
 Orang yang menggunakan: pasta gigi berfluorinasi, salep
dan krim perawatan kulit
Faktor  Orang yang bertempat tinggal di daerah panas, terpapar

Resiko sinar UV dan berangin


 Orang yang memiliki resiko terinfeksi (Bakteri Fusiform
spirilla, Spesies Candida)
 Faktor lain: faktor hormonal (kontrasepsi oral), gangguan
gastrointestinal (malabsorbsi), stress emosional
• Penyakitnya terbatas pada kulit
• Lesi berbentuk papula kemerahan, folikel
berkelompok, papulovesikel, pustule yang dasarnya
Gejala Klinis terlihat erimatosa dan konfluen.
• Papula dan pustula lokasi utamanya terdapat pada
daerah perioral, lipatan nasolabial dan bagian
lateral kelopak mata bawah.
• Fitur yang terlihat: batas kulit normal yang
memisahkan kulit lesi dari bibir
• Diskrit ke papula dan pustula erimatosa sedang
ditemukan melingkar, dengan zona bening di bawah
bibir bagian bawah (3-5 mm)
Gejala
Klinis
 Biopsi kulit pada dermatitis perioral menunjukkan
infiltrat inflamasi limfohistiositik perifollicular dan
perivaskular dengan sel plasma yang jarang.

Pemeriks  Granulomatosa dermatitis perioral terdapat


granuloma epiteloid dermal dan sel raksasa,

aan peradangan limfohistiositik perivaskular dan


perifolikular.
 Gambaran histopatologi biopsi mirip dengan
rosacea.

Perioral Dermatitis Ljubojević Suzana, Lipozenčić Jasna, Turčić Petra. Croatia:Acta Dermatovenerol Croat.2008.
 Managemen terapeutik: menghentikan semua
topikal yang dicurigai sebagai penyebab
 Penekanan infeksi bakteri dengan antibiotic:
Tatalaksa tetrasiklin lipofilik seperti oxytetracycline,
na monocycline atau doxycycline, 100-250 mg per
hari selama 3-4 bulan, jarang lebih lama.
 Anti pruritic topical yang tidak mengandung
steroid: pramoksin hidroklorida cair
1. Berhati-hati dalam menggunakan krim
wajah steroid topikal
2. Rutin menjaga kesehatan dan kebersihan
Pencegah kulit wajah dan mulut

an 3. Berhati-hati dalam memilih pasta gigi


berfluorinasi

Tolaymat Leila,R. Hall Matthew. Perioral Dermatitis.StatPearls Publishing LLC NCBI.2020


 Ameerican Academy of Dermatology Association. How to Prevent
Rosacea Flare-ups. United States of America. 2020.
 Gudjonson JE, Elder JT. Fitzpatrick’s dermatology in general
medicine. 7th ed. United States of America: McGraw Hill; 2018.
 Perioral Dermatitis Ljubojević Suzana, Lipozenčić Jasna, Turčić
DAFTAR Petra. Croatia:Acta Dermatovenerol Croat.2008.

PUSTAKA  Tolaymat Leila,R. Hall Matthew. Perioral Dermatitis.StatPearls


Publishing LLC NCBI.2020
 Wasiaatmaja M Sjarief, Rosasea, Dalam: Wasiaatmaja M Sjarief.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 7. Jakarta: FK UI; 2018.
 Woo Taylor, Rosacea: Pathogenesis and Clinical Findings, January
10, 2019. www.thecalgaryguide.com.

Anda mungkin juga menyukai