Anda di halaman 1dari 62

TUGAS UJIAN RADIOLOGI

Dokter Pembimbing :
Dr. Donny Sulifan, Sp.Rad

Disusun Oleh :
Cinthia Yuniar Laksana Putri
2013.7300.23

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R. SYAMSUDIN, SH SUKABUMI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
PERIODE 3 SEPTEMBER-29 SEPTEMBER 2018

1
1. Sebutkan semua modalitas radiologi dengan jenis-jens pemeriksaannya ?

A. X-Ray
 Kepala

1. Kepala AP/Lateral

2. Kepala 3 Posisi

3. Sinus paranasal (SPN)

1. Waters

2. PA & Lateral

4. Nasal

5. Basis Cranii

6. Sella Khusus

7. Temporomandibula joint (TMJ)

8. Mandibula

9. Mastoid

10. Orbita

 Gigi

1. Dental Regio

2. Panoramik

 Thoraks

1. Thoraks PA

2. Thoraks AP

2
3. Thoraks Lateral

4. Thoraks Top Lordotik

5. Thoraks LLD

6. Thoraks RLD

 Abdomen

1. Abdomen / BNO

2. Abdomen 3 Posisi

3. Baby Gram

4. Uretrografi

5. Sistografi

6. Sialografi

7. Arteriografi

8. Phlebografi

 Tulang Belakang

1. Servikal AP/Lateral

2. Servikal AP/Lateral/Oblik

3. Thorakal AP/Lateral

4. Thorakal AP/Lateral/Oblik

5. Thorakal Lumbal AP/Lateral

6. Thorakal Lumbal AP/Lateral/Oblik

7. Lumbal AP/Lateral

3
8. Lumbal AP/Lateral/Oblik

9. Lumbosakral AP/Lateral

 Ekstremitas Atas

1. Manus AP/Lateral

2. Wrist Joint AP/Lateral

3. Ekstremitas 6 (Antebrachii AP/Lateral)

4. Ekstremitas 7 (Artic Cubiti AP/Lateral)

5. Humerus AP/Lateral

6. Klavikula

7. Shoulder Joint 1 Posisi AP

8. Shoulder Joint 2 Posisi AP/Lateral

9. Skapula

 Ekstremitas Bawah

1. Pedis AP/Lateral

2. Ankle Joint AP/Lateral

3. Kalkaneus Aksial/Lateral

4. Kruris AP/Lateral

5. Genu AP/Lateral

6. Femur AP/Lateral

7. Coxae

8. Coxae AP/Lateral

4
9. Pelvis AP

10. Obturator view & alar view

 Dengan kontras

 Mielografi

 Appendikogram

 Cholecystografi

 Fistulografi

 HSG

 Gastrografi

 Pyelografi interna (BNO + IVP)

 RPG

 APG

 Usus kecil / usus besar (Colon in loop)

 Oesophagografi

 Mamografi

 Fluoroskopi

B. Non x-Ray

 Ultrasonografi

Gelombang suara di atas frekuensi yang audible untuk menghasilkan gambar,

menggunakan transducer untuk menghasilkan sinyal ultrasound sekaligus

merekamnya. Sinyal ini selanjutnya diproses oleh komputer. USG digunakan

secara luas pada pencitraan medis. Biasanya digunakan sebagai pemeriksaan

pilihan pertama pada pelvis wanita dan pada pasien pediatri, membedakan lesi

5
kistik dari lesi solid dan pada pencitraan wanita hamil untuk melihat fetus dan

plasenta. Dapat juga digunakan untuk memandu aspirasi cairan dan biopsi.

 Tuntunan USG pada biopsi, aspirasi, punksi pleura

 USG Abdomen (Hepar, lien, pankreas, ginjal)

 USG Bahu

 USG Kepala Bayi

 USG Mammae, Tiroid, Testis

 USG Mata

 Vaskular Doppler

 Vaskular Doppler Terbatas

 USG Urologi

 CT-Scan

menggunakan sinar X yang dipancarkan secara memutar dan detektor multipel.

Gambar lalu diproses dengan komputer untuk menghasilkan gambar 2-dimensi

multipel dalam bentuk banyak potongan. Dapat dilakukan postprocessing, yaitu

manipulasi data mentah untuk mendapatkan gambaran terbaik untuk patologi

tertentu. Gambar yang dihasilkan CT scan tersusun dari ribuan kotak kecil yang

dinamakan pixels, yang masing-masingnya memiliki angka CT dari -1000 sampai

+1000 yang diukur dengan Hounsfield Units (HUs). Angka CT berbeda tergantung

dari densitas jaringan yang diperiksa, angka ini menunjukkan seberapa banyak

sinar X yang diabsorpsi.

o CT-Scan polos (tanpa kontras)

 CT-Scan Kepala

6
 CT-Scan Sinus Paranasal

 CT-Scan Thoraks

 CT-Scan Ekstremitas Atas/Bawah

 CT-Scan Nasofaring

 CT-Scan Tiroid

 CT-Scan Abdomen Atas/Bawah

 CT-Scan Lumbal

 CT-Scan Pelvis

 CT-Scan Whole Abdomen

 CT-Scan Whole Body

 CT-Scan Lain-lain

o CT-Scan dengan kontras

 CT-Scan Kepala

 CT-Scan Sinus Paranasal

 CT-Scan Thoraks

 CT-Scan Ekstremitas Atas/Bawah

 CT-Scan Nasofaring

 CT-Scan Tiroid

 CT-Scan Abdomen Atas/Bawah

 CT-Scan Lumbal

 CT-Scan Pelvis

 CT-Scan Whole Abdomen

 CT-Scan Whole Body

7
 CT-Scan Guilding

 Nuclear medicine:

menggunakan radioisotop, yang merupakan bentuk tidak stabil dari elemen yang

memancarkan radiasi dari nukleusnya sewaktu elemen tersebut hancur.

Kedokteran nuklir menekankan pada fungsi daripada struktur anatomi. Digunakan

dalam pemeriksaan dinamik organ tubuh: jantung, pembuluh darah, dan ginjal/

Dapat mendeteksi fungsi organ tubuh seperti tiroid dan mendeteksi metastasis/

infeksi tulang.

 Magnetic Resonance Imaging (MRI)

memanfaatkan energi potensial yang terdapat pada atom hidrogen. Oleh medan

magnet dan radiofrekuensi yang kuat, atom-atom tersebut dimanipulasi supaya

dapat menghasilkan energi yang spesifik terhadap jaringan pada lokasi spesifik

pula. Program komputer digunakan untuk menghasilkan gambar 2- dan 3 dimensi.

MRI menggunakan radiasi non-ionizing dan menghasilkan kontras yang lebih

tinggi antara jenis jaringan lunak yang berbeda daripada CT.

8
2. A) Sebutkan anatomi abdomen ( 4 dan 9 regio)

9
1. Hipokondrium kanan :

 Colon ascending

 Colon tranversa

 Hepar

 Gall bladder

 Ginjal kanan

 Small intestine

2. Epigastrik :

 Hepar

 Gaster

 Pancreas

 Kelenjar adrenal kanan dan kiri

10
 Spleen

 Kolon tranversa

 Small intestine

 Esophagus

 Ginjal kanan dan kiri

3. Hipokondrium kiri

 Pancreas

 Gaster

 Limpa

 Kolon transversa

 Kolon descending

 Small intestine

 Hepar

 Ginjal kiri

4. Lumbal kanan

 Hepar

 Ginjal kanan

 Gall bladder

 Small intestine

 Kolon ascending

5. Umbilical

 Small intestine

 Gaster

11
 Kolon transversa

 Ginjal kanan dan kiri

 Pancreas

 Ureter kanan dan kiri

6. Lumbal kiri

 Ginjal kiri

 Small intestine

 Kolon descending

7. Iliaka kanan

 Apendiks

 Ovarium kanan

 Tuba falopi kanan

 Kolon ascenden dan caecum

 Small intestine

8. Hipogastrium

 Rectum

 Bladder

 Kolon sigmoid

 Ureter kanan dn kiri

 Uterus

 Ovarium

 Tube falopi

9. Iliaka kiri

12
 Ovarium kiri

 Tuba falopi kiri

 Kolon descenden

 Kolon sigmoid

 Small intestine

B) Penyakit yang dapat terjadi ?

 Hipokondrium kanan

 Batu empedu

 Ulkus gaster

 Hepatitis

 Ulkus duodenum

13
 Kolesistitis

 Epigastrik

 Hiatal hernia

 Heartburn

 Hepatitis

 Ulkus duodenum

 Ulkus gaster

 Hernia epigastrium

 Hipokondrium kiri

 Pankreatitis

 Dyspepsia funsional

 Ulkus gaster

 Gastritis

 Lumbal kanan

 Konstipasi

 Batu ginjal

 Bowel disease

 Kidney infection

 Umbilika

 Bowel disease

 Ulkus gaster

 Pankreatitis

 Umbilical pain

14
 Early appendicitis

 Lumbal kiri

 Konstipasi

 Kidney infection

 Batu ginjal

 Bowel disease

 Iliaka kanan

 Pelvic pain

 Konstipasi

 Appendicitis

 Inflammatory disease

 Hypogastrium

 Diverticulitis

 Hernia inguinalis

 Inflammatory disease

 Pelvic pain

 Cystitis

 Prostatitis

 Iliaka kiri

 Pelvic pain

 Konstipasi

 Irritable bowel syndrome

 Hernia inguinalis

15
 Inflammatory bowel disease

C) Modalitas radiologi yang dapat digunakan ?

 Rontgen abdomen polos

Source : www.radiologyassisstant.com

Foto rontgen polos abdomen memiliki keterbatasan dalam mengevaluasi nyeri abdomen, namun

foto polos abdomen sangat berguna dalam mendeteksi batu ginjal dan pneumoperitoneum.

Sedangkan untuk indikasi lainnya disarankan menggunakan ultasonografi atau/dan CT-scan.

Rontgen jenis abdomen polos ini tetap tidak mengeklusikan ileus atau keadaan patologi lainnya.

Ileus mungkin tidak terlalu terlihat jika bowel loops diisi oleh hanya cairan tanpa udara

intraluminal. Secara alternatif, jika polos abdomen dapat mengindikasikan adanya ileus

dibandingkan sonograpy atau CT, dibutuhkan adanya identifikasi penyebab.

16
3. Gambaran inti radiologi dari pneumonia kanan ?
Pneumonia lobaris adalah peradangan pada paru dimana proses peradangannya ini menyerang
lobus paru
 Perselubungan opak

 Air bronkogram

 Bercakan di lobus dextra

4. Gambaran inti radiologi dari TB paru lesi minimal ?


Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak lebih dari

sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari iga kedua depan

dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra torakalis 5), serta tidak

dijumpai kaviti

 Infiltrat disalah satu apex (kanan atau kiri)


5. Gambaran inti radiologi dari TB paru lesi luas dengan destroyed lung ?

Lesi luas, Bila proses lebih luas dari lesi minimal

 Infiltrate di kedua paru

 Perselubungan

Dengan destroyed lung

 Ateletaksis

 Multikaviti

 Fibrosis parenkim

6. Gambaran inti radiologi dari tension pneumothoraks?

Terjadi ketika udara terakumulasi intrapleural secara progresif sedemikian rupa untuk memberikan

tekanan positif pada struktur mediastinum dan intratoraks. Ini adalah kejadian yang mengancam

17
jiwa yang membutuhkan pengenalan cepat dan pengobatan yang cepat untuk menghindari

kardiorespirasi arrest.

 hiperlusen

 Tidak adanya corakan paru distal dari garis pleura viseral

 Deep sulcus sign

 Air-fluid interface pada ruang pleura

 Peningkatan ipsilateral interkosta

 Pergeseran mediastinum kontralateral

 Penekanan hemidiafragma

7. Gambaran inti radiologi dari hidropneumothoraks?

Suatu keadaan dimana terdapat udara dan cairan didalam rongga pleura yang mengakibatkan

kolapsnya jaringan paru.

 Air fluid level di hemithorax (R/L)

18
8) Gambaran inti radiologi dari efusi pleura kanan?

Efusi pleura didefinisikan sebagai penimbunan cairan berlebihan dalam rongga pleura. Hal itu

dapat disebabkan oleh peningkatan terbentuknya cairan pleura dalam interstisial paru, pleura

parietalis atau rongga peritoneum atau oleh karena penurunan pembuangan cairan pleura oleh

limfatik pleura parietalis.

 Meniscus sign (cairan terlihat lebih tinggi pada margin lateral daripada bagian

Medial)

 Sudut costophrenicus menumpul.

9) Gambaran inti radiologi dari bronkiektasis?

Penyakit saluran napas kronik ditandai dengan dilatasi abnormal yang permanen disertai rusaknya

dinding bronkus. Biasanya pada daerah tersebut ditemukan perubahan yang bervariasi termasuk

di dalamnya inflamasi transmural, edema mukosa (BE silindris), ulserasi (BE kistik) dengan

neovaskularisasi dan timbul obstruksi berulang karena infeksi sehingga terjadi perubahan

arsitektur dinding bronkus serta fungsinya.

19
 Gambaran cincin-cincin kecil di daerah para-hiler/para-kardial di atas dasar yang agak

suram (infiltrate), cincin ini adalah bayangan dinding bronkus yang menebal dan

mengalami dilatasi.

 Bila gambaran cincin terlalu banyak akan terbentuk gambaran sarang tawon (honeycomb

appearance) di daerah parakardial kiri atau kanan atau kedua-duanya.

10) Gambaran inti radiologi dari right lung abscess?

Kematian jaringan paru-paru dan pembentukan rongga yang berisi sel-sel mati atau cairan akibat

infeksi bakteri. Lesi pada paru ini bersifat supuratif disertai nekrotisasi jaringan didalamnya.

 Kavitas dengan proses konsolidasi disekitarnya, adanya air fluid level yang berubah posisi

sesuai dengan gravitasi

20
11) Gambaran inti radiologi dari flail chest ?
Flail chest atau flail thoracic segment terjadi ketika tiga atau lebih rusuk yang berdekatan retak di

dua atau lebih tempat. Secara klinis, segmen hanya satu atau dua tulang rusuk dapat bertindak

sebagai segmen memukul, maka ada beberapa kontroversi antara definisi klinis dan radiologis.

 Empat patah tulang rusuk bergeser dari rongga toraks kanan tengah.
 Tidak ada pneumotoraks.

12) Gambaran inti radiologi CT scan epidural hemmorhage?

Dikenal sebagai hematoma epidural, adalah kumpulan darah yang terbentuk antara permukaan

bagian dalam tengkorak dan lapisan luar dura, yang disebut lapisan endosteal. Mereka biasanya

dihubungkan dengan riwayat trauma kepala dan seringnya patah tulang tengkorak. Sumber

perdarahan biasanya arteri, paling sering dari arteri meningeal tengah yang robek.

21
 EDH pada ct scan didapatkan hyperdense, sedikit heterogen, dan berbatas tegas.

Bergantung pada ukurannya, fitur sekunder dari efek massa (misalnya pergeseran garis

tengah, herniasi subfalcine, herniasi uncal) dapat terjadi.

 Ketika pendarahan akut terjadi pada CT scan biasanya terlihat kurang hiperdense,

 Ekstravaskasi postkontras jarang terlihat dalam kasus EDH akut dan peningkatan perifer

karena granulasi dan neovaskularisasi dapat dilihat pada EDH kronis.

13) Gambaran inti radiologi intracerebral hemmorhage CT scan?

subset dari perdarahan intrakranial. Ini dapat mencakup sejumlah entitas yang berbagi akumulasi

akut darah di parenkim otak. Etiologi, epidemiologi, pengobatan dan prognosis sangat bervariasi

tergantung pada jenis perdarahan. Dengan perdarahan intraserebral poin-poin berikut harus

dimasukkan dalam laporan

 Lokasi

 ukuran / volume

 bentuk (tidak teratur vs reguler)

 densitas (homogen vs heterogen)

 ada / tidaknya perdarahan intraventrikular

 ada / tidak adanya hidrosefalus

22
 Basal ganglia haemorrhage

o Terdapat hiperdensitas pada basal ganglia atau thalamus.

o mungkin ada perpanjangan ke ventrikel, dengan kadang-kadang komponen

parenkim menjadi sangat kecil atau tidak jelas.

 Thalamic haemorrhages

o hiperdensitas didalam thalamus.

 Cerebellar haemorrhage

o hiperdensitas dalam hemisfer serebelum. Perluasan ke ruang ventrikel atau

subarachnoid keempat relatif umum.

23
 Lobar haemorrhage

o kumpulan darah yang hiperdense, terletak di permukaan lobus otak (yaitu

bukan di basal ganglia).

o Perluasan ke ruang subdural atau subarachnoid dan bahkan intraventrikular

dapat terlihat. Intraventricular extension jauh lebih umum pada

haemorrhage basal basal.

14) Gambaran inti radiologi subdural haemorrhage CT scan?

kumpulan darah yang terakumulasi di ruang subdural, ruang potensial antara dura dan arachnoid

mater dari meninges di sekitar otak. SDH dapat terjadi pada semua kelompok usia, terutama karena

trauma kepala dan CT scan biasanya cukup untuk menegakkan diagnosis. Prognosis bervariasi

tergantung pada ukuran dan kronisitas perdarahan.

 Hiperakut

isodens ke korteks berdekatan, yang terlhat berputar-putar karena campuran

bekuan darah, serum dan darah yang tidak digali terus-menerus.

24
 Akut

ekstra-aksial homogen yang hiperdense berbentuk sabit yang menyebar secara difus

di atas belahan yang terkena. Ketika bekuan mulai menarik kembali, densitas

biasanya meningkat menjadi> 50-60 HU.

 Subakut

o Sulci yang diisi CSF tidak mencapai tengkorak tetapi menghilang ke

subdural.

o mass-effect memasuki sulcal effacement (distorsi) dan pergeseran garis

tengah.

o penebalan jelas dari korteks.

 Kronik

o Koleksi subdural menjadi hipodens dan dapat mencapai ~ 0HU dan menjadi

isodense untuk CSF, dan meniru higroma subdural (akumulasi cairan di

subdural space)

o Bentuk bulan sabit dapat berubah menjadi bikonveks.

15) Gambaran inti radiologi infark serebral CT scan?

Pada CT 60% infark terlihat dalam 3-6 jam dan hampir semuanya terlihat dalam 24 jam.

Sensitivitas keseluruhan CT untuk mendiagnosis stroke adalah 64% dan spesifitasnya adalah

85%.

 Early hyperacute: 0 to 6 jam

 late hyperacute: 6 to 24 jam

 acute: 24 jam to 1 minggu

25
 subacute: 1 to 3 minggu

 chronic: more 3 minggu

 Early hiperakut

Dalam beberapa jam pertama, sejumlah tanda terlihat tergantung pada situs oklusi

dan adanya aliran kolateral. Fitur-fitur awal meliputi:

1. hilangnya diferensiasi materi abu-abu putih, dan hypoattenuation nuklei

dalam:

Perubahan inti lentiform terlihat sedini 1 jam setelah oklusi,

terlihat pada 75% pasien pada 3 jam

2. hipodensitas kortikal dengan pembengkakan parenkim terkait dengan

penghilangan gyral yang dihasilkan


cortex yang memiliki persediaan kolateral yang buruk (misalnya

pita insular) lebih rentan

26
 Akut
Seiring waktu hipoattenuation dan pembengkakan menjadi lebih jelas menghasilkan

efek massa yang signifikan. Ini adalah penyebab utama kerusakan sekunder pada

infark besar.

 Subakut

Seiring berjalannya waktu pembengkakan mulai mereda dan sejumlah kecil

perdarahan petekie kortikal (tidak harus bingung dengan transformasi

haemorrhagic) menghasilkan peningkatan atenuasi korteks. Ini dikenal sebagai

fenomena CT fogging.

 Kronik

Sisa pembengkakan yang tersisa, dan gliosis pada akhirnya muncul sebagai daerah

dengan kepadatan rendah dengan efek massa negatif. Mineralisasi kortikal juga

kadang-kadang terlihat memunculkan hiperdens.

 Perbedaan :

o patologi

 akut: cytotoxic oedema

 kronik: encephalomalacia; Wallerian degeneration

27
o hipoattenuation

 akut: more dense than CSF

 kronik: CSF density

o mass effect

 akut: positif (volume gain)

 sulcal / ventricular effacement

 midline shift / herniation

 chronic: negative (volume loss)

 widened sulci

 ex vacuo dilatasi ventrikel ipsilateral.

16) Gambaran inti radiologi hidrocephalus CT scan?

Hidrosefalus adalah suatu keadaan dimana terjadi penambahan volume dari cairan serebrospinal

(CSS) di dalam ruangan ventrikel dan ruangan sub arakhnoid. Keadaan ini disebabkan:

1. produksi cairan serebrospinal yang berlebihan.

2. obstruksi jalur cairan cerebrospinal

3. gangguan absorpsi cairan serebrospinal.

28
 ukuran ventrikel melebar

 ujung tumpul

 bila terdapat area hipodens pada kornu ventrikel lateralis menunjukan proses sedang akut.

17) Gambaran inti le fort type 1, 2, dan 3 radiologi CT scan ?

Fraktur sepertiga tengah wajah

Sebagian besar tulang tengah wajah dibentuk oleh tulang maksila, tulang palatina, dan tulang

nasal. Tulang-tulang maksila membantu dalam pembentukan tiga rongga utama wajah : bagian

atas rongga mulut dan nasal dan juga fosa orbital. Rongga lainnya ialah sinus maksila. Sinus

maksila membesar sesuai dengan perkembangan maksila orang dewasa. Banyaknya rongga di

sepertiga tengah wajah ini menyebabkan regio ini sangat rentan terkena fraktur.

1. Fraktur Le Fort tipe I (Guerin’s)

Fraktur Le Fort I merupakan jenis fraktur yang paling sering terjadi, dan menyebabkan

terpisahnya prosesus alveolaris dan palatum durum. Fraktur ini menyebabkan rahang atas

mengalami pergerakan yang disebut floating jaw. Hipoestesia nervus infraorbital kemungkinan

terjadi akibat dari adanya edema.

29
2. Fraktur Le Fort tipe II

Fraktur Le Fort tipe II (gambar 2.5) biasa juga disebut dengan fraktur piramidal.

Manifestasi dari fraktur ini ialah edema di kedua periorbital, disertai juga dengan ekimosis, yang

terlihat seperti racoon sign. Biasanya ditemukan juga hipoesthesia di nervus infraorbital. Kondisi

ini dapat terjadi karena trauma langsung atau karena laju perkembangan dari edema. Maloklusi

biasanya tercatat dan tidak jarang berhubungan dengan open bite. Pada fraktur ini kemungkinan

terjadinya deformitas pada saat palpasi di area infraorbital dan sutura nasofrontal. Keluarnya cairan

cerebrospinal dan epistaksis juga dapat ditemukan pada kasus ini.

3. Fraktur Le Fort III

Fraktur ini disebut juga fraktur tarnsversal. Fraktur Le Fort III (gambar 2.6)

menggambarkan adanya disfungsi kraniofasial. Tanda yang terjadi pada kasus fraktur ini ialah

30
remuknya wajah serta adanya mobilitas tulang zygomatikomaksila kompleks, disertai pula dengan

keluarnya cairan serebrospinal, edema, dan ekimosis periorbital.

 fraktur piring pterygoid adalah wajib untuk mendiagnosis fraktur Le Fort

 jika margin anterolateral dari fossa nasal utuh itu tidak termasuk tipe I fraktur

 jika rims infraorbital utuh tidak termasuk fraktur tipe II

 jika lengkungan zygomatic utuh tidak termasuk fraktur tipe III

 jika jahitan nasofrontal terlibat, maka itu adalah fraktur tipe II atau III

18) Gambaran inti spondilitis TB radiologi CT scan ?

Spondilitis tuberkulosa adalah infeksi tuberkulosis ekstra pulmonal yang bersifat kronis berupa

infeksi granulomatosis disebabkan oleh kuman spesifik yaitu Mycobacterium tuberculosa yang

mengenai tulang vertebra sehingga dapat menyebabkan destruksi tulang, deformitas dan

paraplegia.

31
infeksi tuberkulosa pada sacrum. Unenhanced CT scan dari pelvis
menunjukkan destruksi dari bagian anterior sacrum dan abses tuberkulosa luas pada presacral (tanda panah
putih). Terdapat pula sequestrum (tanda panah hitam)

 Lesi terlihat osteolitik iregular, bermula pada korpus dan kemudian menyebar sehingga

vertebra kolaps dan terjadi herniasi diskus ke dalam vertebra yang hancur. CT scan dapat

menggambarkan keterlibatan elemen posterior bilateral akan berakibat instabilitas tulang

belakang sehingga tindakan operatif merupakan indikasi dan prosedur anterior strut

grafting mungkin tidak adekuat sehingga dibutuhkan instrumentasi posterior

 Terlihat destruksi litik pada vertebra (panah hitam) dengan abses soft-tissue (panah putih)

19) Gambaran inti radiologi osteosarcoma et femur?

Tumor yang membentuk tulang ganas dan tumor tulang primer kedua yang paling umum setelah

multiple myeloma. Mereka bertanggung jawab untuk ~ 20% dari semua tumor tulang primer dan

terjadi dalam bentuk primer dan sekunder, masing-masing dengan epidemiologi dan distribusi

yang berbeda. Meskipun radiografi polos dapat memberikan banyak informasi, MRI digunakan

untuk pementasan lokal dengan menilai perluasan tumor intraoseus (misalnya pelat pertumbuhan

/ epiphysis) dan keterlibatan jaringan lunak. CT dada dan pemindaian tulang memiliki peran

32
dalam pementasan yang jauh. Biasanya terjadi pada metadiafisis tulang tubular di kerangka

appendicular. Yaitu :

tulang paha: ~ 40% (terutama femur distal)

tibia: ~ 16% (terutama tibia proksimal)

humerus: ~ 15%

lokasi yang jarang terjadi, yaitu:

tulang betis

tulang innominate (mis. os coxae)

mandibula (gnathic osteosarcoma)

rahang atas

tulang belakang

Radiografi konvensional terus memainkan peran penting dalam diagnosis. Penampilan khas dari

osteosarcoma bermutu tinggi konvensional meliputi:

 destruksi tulang meduler dan kortikal

33
 zona luas transisi, permeatif atau moth-eaten appearance

 reaksi periosteal agresif

o jenis sunburst

o sunburst type

o Segitiga Codman

o Reaksi lamellated (kulit bawang): kurang sering terlihat

 massa jaringan lunak

 osifikasi matriks tumor / kalsifikasi

o variabel: mencerminkan kombinasi dari jumlah produksi tulang tumor, matriks

kalsifikasi, dan osteoid

o tidak jelas "berbulu" atau "seperti awan" ke cincin dan busur lesi chondroid

20) Gambaran inti radiologi osteochondroma et femur?

Osteokondroma merupakan tumor jinak tersering kedua pada tulang yang ditandai dengan

penonjolan tulang berbatas tegas dan umumnya ditemukan pada remaja dan usia muda. Paling

sering terjadi pada tulang panjang seperti tulang paha, tibia, pelvis atau skapula. Tumor ini berasal

dari osteosit (komponen tulang) dan chondrosit (komponen tulang rawan).

ekstremitas bawah: 50% dari semua kasus 3

femur (terutama distal): paling umum: 30%

tibia (terutama proksimal): 15-20%

lokasi yang kurang umum: kaki, panggul

Tubuh bagian atas

humerus: 10-20%

34
lokasi yang kurang umum: tangan, skapula

tulang belakang: elemen posterior tulang belakang jarang terjadi, tetapi tidak jarang, situs

untuk tumor ini

Ekspertise rontgen :

Suatu osteochondroma dapat berupa sessile atau bertangkai dan terlihat di wilayah metaphyseal

biasanya memproyeksikan menjauh dari epiphysis. Sering terjadi pelebaran terkait metafisis dari

mana ia muncul. Tutup kartilago bervariasi dalam tampilannya. Mungkin tipis dan sulit untuk

diidentifikasi, atau kental dengan kalsifikasi cincin dan busur dan tulang subchondral yang tidak

teratur.

Ketidakteraturan kortikal baru atau pertumbuhan lanjutan setelah kematangan skeletal telah

tercapai, serta fitur agresif yang jelas (misalnya kerusakan tulang, komponen jaringan lunak besar,

metastasis) semuanya mengkhawatirkan transformasi maligna.

35
21) Gambaran inti radiologi osteoarthritis genu grade 2, 3,& 4?

Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif kronik non inflamasi yang berkaitan

dengan kerusakan kartilago sendi. Penyakit ini bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya

degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sklerosis tulang subkondral,

perubahan pada membrane sinovial, disertai nyeri, biasanya setelah aktivitas berkepanjangan, dan

kekakuan, khususnya pada pagi hari atau setelah tidak beraktivitas

Pada OA terdapat gambaran radiografi yang khas, yaitu osteofit. Selain osteofit, pada pemeriksaan

X-ray penderita OA biasanya didapatkan penyempitan celah sendi, sklerosis, dan kista subkondral.

1) Grade 0 : normal

2) Grade1 : sendi normal, terdapat sedikit osteofit

3) Grade 2 : osteofit pada dua tempat dengan sklerosis subkondral, celah sendi normal, terdapat

kista subkondral

4) Grade 3 : osteofit moderat, terdapat deformitas pada garis tulang, terdapat

36
penyempitan celah sendi

5) Grade 4 : terdapat banyak osteofit, tidak ada celah sendi, terdapat kista subkondral dan

Sclerosis

ahlback classification

kelas 1: penyempitan ruang sendi (kurang dari 3 mm)

kelas 2: obliterasi ruang sendi

grade 3: atrisi tulang ringan (0-5 mm)

grade 4: atrisi tulang sedang (5-10 mm)

kelas 5: atrisi tulang yang parah (lebih dari 10 mm)

22) Gambaran inti radiologi smith & colles fracture?

Pada fraktur Colles dan Smith, yang terjadi hanyalah proses fraktur radius. Yang membedakan

adalah arah angulasi tulang tersebut. Jika terjadi angulasi ke DORSAL, itulah fraktur Colles. Jika

angulasi-nya ke arah ANTERIOR itulah fraktur Smith.

37
1. Fraktur Smith

Fraktur dapat dibagi menjadi tiga jenis:

 tipe I

o fraktur transversal ekstra-artikular melalui radius distal

o paling umum: ~ 85%

 tipe II

o fraktur oblik intra-artikular

o setara dengan fraktur Barton terbalik

o ~ 13%

 tipe III

o fraktur oblik juxta-artikular

o tidak umum: <2%

Rontgen x-ray :

Dalam banyak kasus, seri radiografi pergelangan tangan polos akan cukup untuk diagnosis dan

karakterisasi. Garis fraktur biasanya terlihat jelas, meskipun pada fraktur yang tidak terdistorsi

dapat menjadi sulit untuk dilihat dan penyimpangan / tusukan kortikal yang halus harus dicari.

38
Pada fraktur intra-artikular (tipe II), derajat penurunan dan kelainan artikular harus dinilai, dan

ini mungkin memerlukan CT.

Selain melaporkan adanya fraktur radial distal dengan angulasi volar, sejumlah fitur harus dicari:

patah

lokasi (ekstra-, juxta- atau intra-artikular)

tingkat angulasi

tingkat perpindahan

tulang pergelangan tangan

pastikan tidak ada malarignment atau fraktur karpal

menilai artikulasi sendi radio-lunate dan radio-skafoid

39
2. Fraktur Colles

fraktur metafisis distal radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal,

komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke

radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.

Rontgen polos sering terdiri dari AP dan pandangan lateral; Namun, tidak jarang untuk pandangan

miring untuk dimasukkan. Fraktur muncul ekstra-artikular dan biasanya proksimal ke sendi

radioulnar. Angulasi dorsal dari fragmen fraktur distal hadir ke tingkat variabel (sebagai lawan

angulasi volar dari fraktur Smith). Biasanya ada juga impaksi dengan pemendekan jari-jari yang

dihasilkan. Fraktur styloid ulnaris terkait hadir pada hingga 50% kasus.

Selain mencatat adanya fraktur, sejumlah fitur harus dicari :

 patah

o derajat angulasi dorsal

o tingkat impaksi

o derajat dan arah perpindahan

o lokasi garis fraktur medial: apakah itu melibatkan sendi radioulnar

o adanya fraktur intra-artikular

 fraktur lainnya

o styloid ulnar

o tulang karpal

40
Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran patahan fraktur

ini, yaitu:

 Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius

 Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi

 Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan tertentu dapat

terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif

23) Gambaran inti radiologi galleazi fracture?

Terdiri dari fraktur bagian distal jari-jari dengan dislokasi sendi radioulnar distal dan ulna utuh.

Fraktur setara dengan galeazzi adalah fraktur radial distal dengan fraktur f. Ling ulnaris distal.

Fraktur Galeazzi diklasifikasikan menurut posisi radius distal:

1. tipe I: perpindahan dorsal

2. tipe II: perpindahan volar

41
X-ray :

Serangkaian lengan bawah biasanya cukup untuk diagnosis dan perencanaan manajemen.Namun,

pandangan ortogonal berkualitas baik diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi

perpindahan dengan benar. Fitur termasuk:

 fraktur radial poros


o umumnya di persimpangan tengah dan ketiga distal
o angulasi dorsal
 dislokasi sendi radioulnar distal
 pemendekan radial dapat terjadi, dan jika lebih dari 10 mm, menunjukkan gangguan
lengkap membran interoseus

Selain menyatakan adanya fraktur radial dan dislokasi sendi radio-ulnar distal, sejumlah fitur
harus dicari dan dikomentari:

 fraktur radial
lokasi
angulasi
tingkat pemendekan (lihat di atas)

42
 dislokasi sendi radioulnar distal
arah

24) Gambaran inti radiologi monteggia fracture?

Fraktur yang mengenai tulang radius ulna karena rudapaksa termasuk fraktur dislokasi proximal

atau distal radioulnar joint (Fraktur Dislokasi Galeazzi dan Montegia)

 Klasifikasi Bado:

– Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi anterior kaput
radius

– Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai dislokasi posterior kaput
radii dan fraktur kaput radii

– Fraktur ulna distal processus coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radii

– Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput radii dan fraktur 1/3
proksimal radii di bawah tuberositas bicipitalis

43
X-Ray :

Ketika fraktur lengan bawah diidentifikasi, pencitraan khusus dari siku dan pergelangan tangan

adalah penting dan kualitas AP yang baik dan pandangan lateral sangat penting. Asalkan film

dengan kualitas yang memadai diperoleh, fraktur ulnaris biasanya jelas dan dislokasi kepala

radial harus mudah diidentifikasi.

25) Gambaran inti radiologi sinusitis maksilaris bilateral ?

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi virus, bakterimaupun jamur.

Kata sinusitis itu sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu sinus yang artinyacekungan dan akhiran itis yang berarti

radang. Sinusitis bisa terjadi pada salah satu dari ke empat sinus yang ada (maksilaris ,etmoidalis, frontalis atau

sfenoidalis).Sinusitis bisa bersifat akut (berlangsung selama 3 minggu atau kurang) maupun kronis (berlangsung

selama 3-8 minggu tetapi dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun)

44
Foto cranium AP, waters tampak penebalan mukosa cavum nasi bilateral, tampak opasitas di sinus

maksilaris dextra dan sinistra, terutama dextra, air fluid level(+), tak tampak diskontinuitas os.nasale,

cellula mastoidea tampak normolusen.

26) Gambaran inti radiologi Temporomandibular joint ?

Dislokasi sendi temporomandibular merupakan kondilus mandibula yang mengalami pergeseran

abnormal, dengan hilangnya artikulasi normal dengan fossa glenoid. Dislokasi dapat terjadi di

daerah berikut:

dislokasi anterior (umum)

dislokasi kranial (tidak umum)

dislokasi posterior (jarang)

45
Dislokasi anterior adalah yang paling umum dan merupakan terjemahan anterior yang normal
dan sering berulang (juga dikenal sebagai kebiasaan) terjemahan anterior dari kondilus dari fossa
glenoid dan ke eminensia kondilus (lihat disfungsi TMJ), atau hasil pembukaan akut dan kuat
dari mulut (misalnya trauma, intubasi 2 dll) . Dalam beberapa pengaturan, dislokasi tidak dapat
dikurangi dan menjadi kronis.

27) Sejarah dari radiologi intervensi ?

Tidak lama setelah sinar-x ditemukan bahwa para ilmuwan mulai bereksperimen dengan

prosedur intervensional. Pada awal abad ke-20, seorang ilmuwan yang berdedikasi menyuntikkan

kontras ke salah satu arteri sendiri, dan bidang angiografi lahir. Dalam beberapa dekade, ahli

radiologi melihat arteri yang memasok kaki, aorta dan cabangnya di dada dan perut, arteri di kepala

dan area tubuh lainnya. Sarana akses yang digemari yaitu melalui arteri femoralis di selangkangan,

yang menghubungkan ke hampir setiap arteri dalam tubuh. Kateter yang berbeda dikembangkan

untuk memungkinkan akses ke arteri kecil. Selama tahun 1960-an, penggunaan angiogram

mencapai puncak pertamanya. Ada beberapa pilihan saat itu, dan angiogram menjadi cara yang

dipilih untuk melihat banyak organ, meskipun invasif,. Ahli radiologi dapat menyuntikkan

pewarna langsung ke arteri ginjal dan melihat anatomi dan tumor vaskular ginjal yang sangat jelas.

46
Hal tersebut memungkinkan untuk melihat perdarahan dari arteri secara internal karena sejumlah

alasan. Kita bisa menyuntikkan vasopresin (zat yang menyebabkan arteri menyempit), bahan

berpori dan kasa (akhirnya diserap oleh tubuh), atau koil untuk menyumbat arteri dan

menghentikan pendarahan. Ahli radiologi sekarang dapat memetakan suplai vaskular seluruh

tubuh dan mungkin bahkan menghentikan pendarahan internal. Saat itu, ahli radiologi hanya akan

memberitahu ahli bedah apa yang sedang terjadi, dan ahli bedah akan memutuskan apa yang harus

dilakukan selanjutnya. Itu radiologikuno.Saat ini, ketika suatu area di arteri sangat menyempit,

bukannya memanggil ahli bedah dan menjadwalkan pasien untuk ruang operasi, dalam banyak

kasus seorang ahli radiologi intervensi dapat memasukkan kateter yang memiliki balon di

ujungnya. Ketika bagian kateter yang menahan balon kempes diposisikan tepat di seberang area

sempit, ahli radiologi mengembang balon untuk "memecahkan plak" dan melebarkan pembuluh

darah. Dia mungkin melakukan ini dua atau tiga kali. Sebagian besar waktu kapal akan tetap

terbuka. Jika tidak, ahli radiologi dapat memasukkan tabung kecil yang diperkuat (stent) untuk

menjaga arteri tetap terbuka. Ini dapat dilakukan untuk arteri di jantung (angioplasti koroner), ke

pembuluh di perut (angioplasti arteri ginjal), dan ke pembuluh yang memasok kaki dan tempat

lain.

Keuntungan yang diperoleh pada prosedur radiologi intervensi adalah dengan

meminimalkan trauma fisik kepada pasien (ukuran luka operasi), tidak membutuhkan anestesi

umum, mengurangi tingkat infeksi, mempercepat waktu pemulihan, serta memperpendek waktu

tinggal di rumah sakit.

Radiologi intervensi sebenarnya sudah lama eksis di Indonesia, namun baru beberapa tahun

belakangan ini mulai dikenal masyarakat. Pendidikan subspesialis radiologi intervensi di

47
Indonesia diselenggarakan oleh PSRII (Perkumpulan Subspesialis Radiologi Intervensi

Indonesia), yang merupakan salah satu perhimpunan di bawah naungan PDSRI (Perhimpunan

Dokter Spesialis Radiologi Indonesia).

28) Tindakan radiointervensi vascular, non diagnostik, terapetik ?

Radiologi Intervensi adalah sub-spesialisasi radiologi yang memanfaatkan prosedur

minimal invasif untuk melakukan diagnosis dan terapi pada hampir semua organ tubuh dengan

menggunakan panduan gambar / foto yang dihasilkan dari alat-alat radiologi (USG, CT Scan, MRI,

Flouroskopi). Secara garis besar, radiologi intervensi dapat dibagi menjadi radiologi intervensi

vaskular dan non vaskular. Radiologi intervensi vaskular berhubungan atau melalui pembuluh

darah, sedangkan radiologi intervensi non vaskular tidak melalui atau berhubungan dengan

pembuluh darah.

Prosedur yang dilakukan terutama untuk radiologi intervensi vaskular adalah memasukkan

kateter melalui sayatan sepanjang kurang dari 0,5 cm di lipat paha (melalui arteri femoralis) atau

di daerah lengan (arteri radialis atau brachialis), dengan tindakan anestesi lokal. Jadi dengan luka

sayatan yang kecil, dapat melakukan hal yang besar.

Jenis tindakan yang dapat dilakukan radiologi intervensi terutama yang vaskular dapat

dibedakan menjadi 2 kelompok tindakan, yakni tindakan diagnostik dan terapi. Tindakan

diagnostik yang dilakukan adalah angiografi dengan membuat gambar dari pembuluh darah suatu

organ. Sedangkan untuk tindakan terapi yaitu prosedur yang dilakukan pada radiologi intervensi

terutama yang vaskuler, prinsipnya adalah yang tidak lancar dijadikan lancar dengan

48
menggunakan balonisasi, stent atau hanya sekedar melakukan flushing, sedangkan aliran yang

terlalu lancar (bocor) ditutup dengan menggunakan embolan, embolan cair, partikel atau coil.

Berikut ini tindakan radiologi intervensi yang sudah kerap dilakukan ialah flushing.

Flushing merupakan tindakan melarutkan thrombus yang terjadi di pembuluh darah otak pada

kasus stroke non hemoragik yang waktu serangannya kurang dari 6 jam. Sedangkan pada kasus

stroke perdarahan akan dilakukan angiografi terlebih dahulu untuk mengetahui penyebab

pecahnya pembuluh darah, yang seringnya disebabkan oleh aneurisma. Jika ditemukan aneurisma

maka dapat dilakukan pemasangan coil (logam yang setipis benang atau rambut) yang digunakan

untuk mengisi benjolan aneurisma sehingga tidak menimbulkan perdarahan.

TACI / TACE yaitu prosedur yang dilakukan pada pasien kanker. Yang dilakukan adalah

pemberian obat kemoterapi melalui kateter ke pembuluh darah yang memberi makan tumor,

setelah itu dapat dilanjutkan dengan menutup pembuluh darah (embolisasi) tersebut, sehingga

diharapkan tumor akan mati / mengecil.

Uterine Arterial Embolization (UAE) adalah suatu tindakan yang dapat menjadi pilihan

dalam mengobati mioma uteri. Prinsip dari terapi ini adalah melakukan penyumbatan (embolisasi)

arteri uterina, sehingga miom yang ada dapat mengecil. Terapi ini dapat menjadi pilihan untuk

pasien yang memiliki resiko jika harus menjalani operasi atau untuk pasien yang tidak mau

menjalani operasi.

Prostate Arterial Embolization (PAE) memiliki prinsip kerja yang hampir sama dengan UAE,

yaitu melakukan embolisasi arteri prostatika pada pasien dengan hipertrofi prostat.

49
Embolisasi, untuk menyumbat pembuluh darah yang mengalami kebocoran misalnya pada

perdarahan saluran cerna. Tindakan yang dilakukan adalah menyumbat pembuluh darah yang

mengalami kebocoran (embolisasi) baik menggunakan coil ataupun embola lainnya. Angioplasty

, adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk memperlebar diameter pembuluh darah secara

mekanik dengan menggunakan balon dan dapat dilanjutkan dengan pemasangan stent untuk

mempertahankan diameter yang telah diperbaiki. Pasien yang memerlukan angioplastu biasanya

adalah pasien dengan penyempitan pembuluh darah kaki yang disebabkan oleh diabetes atau hal

lain.

Masih banyak tindakan atau prosedur lain yang dapat dilakukan oleh radiologi intervensi

vaskuler. Sedangkan radiologi intervensi nin vaskular banyak dipakai untuk melakukan biopsi

dengan panduan USG, CT scan ataupun modalitas lainnya. Selain itu dengan panduan USG dan

CT scan juga dapat melakukan terapi kanker dengan metode radiologi frequency, ethanolisasi dan

lain-lain.

29) Jelaskan tentang teknik seldinger ?

Teknik Seldinger, juga dikenal sebagai teknik kawat Seldinger, adalah prosedur medis

untuk mendapatkan akses yang aman ke pembuluh darah dan organ berongga lainnya. Ini dinamai

Dr Sven Ivar Seldinger (1921-1998), seorang ahli radiologi Swedia yang memperkenalkan

prosedur pada tahun 1953

Kapal atau rongga yang diinginkan ditusuk dengan jarum berongga tajam, dengan panduan

ultrasound jika diperlukan. Sebuah guidewire berujung bundar kemudian diteruskan melalui

lumen jarum, dan jarum ditarik. Sebuah selubung atau kanula tumpul sekarang dapat dilewatkan

50
ke atas kawat pembatas ke dalam rongga atau bejana. Sebagai alternatif, tabung drainase

dilewatkan pada kawat pemandu (seperti pada saluran air dada atau nefrostomi). Setelah melewati

selubung atau tabung, guidewire ditarik

Selubung introduksi dapat digunakan untuk memperkenalkan kateter atau perangkat lain

untuk melakukan prosedur endoluminal (di dalam organ berongga), seperti angioplasti.

Fluoroskopi dapat digunakan untuk mengkonfirmasi posisi kateter dan untuk manuver ke lokasi

yang diinginkan. Injeksi radiokontras dapat digunakan untuk memvisualisasikan organ. Prosedur

intervensional, seperti termoablasi, angioplasty, embolisasi atau biopsi, dapat dilakukan.

Setelah menyelesaikan prosedur yang diinginkan, selubung ditarik. Dalam pengaturan tertentu,

perangkat penyegelan dapat digunakan untuk menutup lubang yang dibuat oleh prosedur.

Teknik Seldinger digunakan untuk angiografi, penyisipan saluran dada dan kateter vena

sentral, penyisipan tabung PEG menggunakan teknik push, penyisipan lead untuk alat pacu jantung

buatan atau implan cardioverter-defibrillator, dan banyak prosedur medis intervensional lainnya.

Tusukan awal dengan instrumen yang tajam, dan ini dapat menyebabkan perdarahan atau

perforasi organ yang bersangkutan. Infeksi adalah komplikasi yang mungkin, dan karenanya

asepsis dipraktekkan selama sebagian besar prosedur Seldinger. Hilangnya guidewire ke dalam

rongga atau pembuluh darah adalah komplikasi yang signifikan dan umumnya dapat dicegah.

51
Sebelum deskripsi teknik Seldinger, trocars tajam digunakan untuk menciptakan lumen melalui

perangkat yang dapat dilewati. Ini memiliki tingkat komplikasi yang tinggi. Namun, dengan

pengenalan teknik Seldinger, angiografi menjadi prosedur yang relatif bebas risiko, dan bidang

radiologi intervensi berkembang.

30) Jelaskan angiography catheter type ?

1. outlook

Kateter angiografik atau diagnostik dimaksudkan untuk digunakan dalam prosedur

angiografi. Ini memberikan media radiopak dan agen terapeutik ke situs yang dipilih dalam

sistem vaskular. Ini juga digunakan untuk memimpin guidewire atau kateter ke situs target.

Outlook 4 Fr (1,40 mm) memiliki lumen besar untuk memungkinkan media kontras

untuk disuntikkan pada laju aliran tinggi dan dirancang untuk menunjukkan kontrol torsi

yang baik. Inserter kateter pada kateter pigtail dapat digunakan untuk meluruskan ujung

kateter agar lebih mudah masuk ke dalam selubung. Setelah pemasangan kateter, dapat

dikupas kateter. Pengencangan regangan tetap mencegah kateter untuk tidak mengerut

pada ujung proksimalnya

52
Karakteristik

Struktur dinding tipis memungkinkan laju aliran hingga 23 ml / detik (garam) dan batas tekanan

maksimum 1.200 psi (8.274 kPa). Mengepang dengan pitch variabel menawarkan kekakuan

proksimal parsial dan peningkatan fleksibilitas di ujung distal. Kurva Tiger dan BLK

memungkinkan angiografi arteri koroner kanan dan kiri menggunakan pendekatan radial atau

brakialis. Konsep kateter tunggal ini mengurangi prosedur dan waktu fluoroskopi, menyediakan

baik prosedural dan efisiensi biaya.

2. Opitotorque

Kateter angiografik atau diagnostik dimaksudkan untuk digunakan dalam prosedur angiografi.

Ini memberikan media radiopak dan agen terapeutik ke situs yang dipilih dalam sistem vaskular.

Ini juga digunakan untuk memimpin guidewire atau kateter ke situs target. Radifocus Optitorque,

garis penuh kateter angiografi yang dirancang untuk memudahkan manipulasi.

Karakteristik :

1. Desain torsi tinggi dan manipulasi yang tepat1

2. Dinding ultra-tipis kateter menciptakan lumen besar untuk memungkinkan waktu injeksi

53
singkat.

3. Kurva Tiger dan BLK memungkinkan angiografi arteri koroner kanan dan kiri

menggunakan pendekatan radial atau brakialis. Konsep kateter tunggal ini mengurangi

prosedur dan waktu fluoroskopi, menyediakan baik prosedural dan efisiensi biaya.

31) Foto Panoramic

Pemeriksaan sinar x gigi dua dimensi (2-D) yang menangkap seluruh mulut dalam satu

gambar, termasuk gigi, rahang atas dan bawah, struktur dan jaringan di sekitarnya. Rahang adalah

struktur melengkung mirip dengan tapal kuda. Namun, x-ray panoramik menghasilkan gambar

datar dari struktur melengkung. Biasanya memberikan rincian tulang dan gigi.

X-ray (radiografi) adalah tes medis non-invasif yang membantu dokter mendiagnosis dan

mengobati kondisi medis. Imaging dengan x-rays melibatkan mengekspos bagian tubuh ke dosis

kecil radiasi pengion untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh. Sinar X adalah bentuk

pencitraan medis tertua dan paling sering digunakan.Tidak seperti x-ray intraoral tradisional

54
dimana detektor film / x-ray ditempatkan di dalam mulut, film untuk x-ray panorama terdapat di

dalam mesin.

Panoramic dental x-ray menggunakan dosis radiasi pengion yang sangat kecil untuk

menangkap seluruh mulut dalam satu gambar. Hal ini biasanya dilakukan oleh dokter gigi dan ahli

bedah mulut dalam praktek sehari-hari dan dapat digunakan untuk merencanakan perawatan gigi

palsu, kawat gigi, ekstraksi dan implan.

1. Kondil
2. Proc. Koronoideus
3. Septum nasal
4. Foramen insisivus
5. Sinus maksila
6. Bayangan tulang hyoid
7. Fossa mandibula
8. Eminensia artikularis
9. Arkus zigomatikus
10. Kanalis mandibula
11. Linea oblique eksterna
12. Sudut gonial
13. Fossa nasalis
14. Dasar sinus maksilaris
15. Dinding anterior sinus maksilaris
16. Palatum durum
17. Orbita
18. Foramen mentale
19. Gigi impaksi
20. Tuberositas maksilaris
21. Retromolar pad

55
1. Impacted Teeth

Klasifikasi Umum Gigi Impaksi

 Klasifikasi Menurut Pell Dan Gregory

Berdasarkan hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua dengan cara

membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan jarak antara bagian distalmolar

kedua ke ramus mandibula

 Kelas I: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak antara

distalgigi molar kedua dengan ramus mandibula.

 Kelas II: Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar dibandingkan jarak antara

distalgigi molar kedua dengan ramus mandibula.

 Kelas III: Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus

mandibula.

Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang

 Posisi A: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis oklusal.

56
 Posisi B: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis oklusal tapi

masihlebih tinggi daripada garis servikal molar kedua.

 Posisi C: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada di bawah garis servikal molar.

 Klasifikasi Menurut George Winter

Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi impaksi

digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua. Posisi-posisi

meliputi:

1)Vertical

2)Horizontal

3)Inverted

4)Mesioangular (miring ke mesial)

5)Distoangular (miring ke distal)

6)Bukoangular (miring ke buko)

7)Linguoangular (miring ke lingual)

57
8)Posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position

 Klasifikasi Menurut Archer

Archer memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas. Klasifikasi ini

sebetulnya sama dengan klasifikasi Pell dan Gregory. Bedanya,klasifikasi ini berlaku

untuk gigi atas.

 Kelas A: Bagian terendah gigi molar ketiga setinggi bidang oklusal molar kedua.

 Kelas B: Bagian terendah gigi molar ketiga berada di atas garis oklusal molar

kedua tapi masih di bawah garis servikal molar kedua.

 Kelas C: Bagian terendah gigi molar ketiga lebih tinggi dari garis servikal molar

kedua.

Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi George Winter. Berdasarkan hubungan

molar ketiga dengan sinus maksilaris.

 Sinus Approximation (SA): Bila tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan tulang

yang tipisdi antara gigi impaksi dengan sinus maksilaris.

58
 Non Sinus Approximation (NSA): Bila terdapat ketebalan tulang yang lebih dari 2

mm antara gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris.

Impaksi dental 3.8

• Missing dental 4.8

• Tidak tampak kelainan pada korona dentis.

• Tidak tampak kelainan pada dental root.

• Tidak tampak kelainan di daerah periapikal.

• Jaringan periodontal dalam batas normal.

• Alveolar bone dalam batas normal.

• Sinus maksilaris yang tervisualisasi dalam batas normal.

• Os maksila dan os mandibula yang tervisualisasi dalam batas normal.

2. Caries

Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur gigi. Penyakit ini

menyebabkan gigi berlubang. Jika tidak ditangani, penyakit ini dapat menyebabkan nyeri,

penanggalan gigi, infeksi, berbagai kasus berbahaya, dan bahkan kematian. Penyakit ini telah

59
dikenal sejak masa lalu, berbagai bukti telah menunjukkan bahwa penyakit ini telah dikenal

sejak zaman perunggu, zaman besi, dan zaman pertengahan. Peningkatan prevalensi karies banyak

dipengaruhi perubahan dari pola makan. Kini, karies gigi telah menjadi penyakit yang tersebar di

seluruh dunia.

Ada beberapa cara untuk mengelompokkan karies gigi. Walaupun apa yang terlihat dapat

berbeda, faktor-faktor risiko dan perkembangan karies hampir serupa. Mula-mula, lokasi

terjadinya karies dapat tampak seperti daerah berkapur namun berkembang menjad lubang coklat.

Walaupun karies mungkin dapat saja dilihat dengan mata telanjang, kadang-kadang diperlukan

bantuan radiografi untuk mengamati daerah-daerah pada gigi dan menetapkan seberapa jauh

penyakit itu merusak gigi.

Lubang gigi disebabkan oleh beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat

merusak karena reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Asam

yang diproduksi tersebut memengaruhi mineral gigi sehingga menjadi sensitif pada pH rendah.

Sebuah gigi akan mengalami demineralisasi dan remineralisasi. Ketika pH turun menjadi di bawah

5,5, proses demineralisasi menjadi lebih cepat dari remineralisasi. Hal ini menyebabkan lebih

banyak mineral gigi yang luluh dan membuat lubang pada gigi.

Bergantung pada seberapa besarnya tingkat kerusakan gigi, sebuah perawatan dapat

dilakukan. Perawatan dapat berupa penyembuhan gigi untuk mengembalikan bentuk, fungsi, dan

estetika. Walaupun demikian, belum diketahui cara untuk meregenerasi secara besar-besaran

struktur gigi, sehingga organisasi kesehatan gigi terus menjalankan penyuluhan untuk mencegah

kerusakan gigi, misalnya dengan menjaga kesehatan gigi dan makanan

60
3. Abses peripheral

Infeksi akut jaringan periapikal di sekitar akar gigi. Pasien mungkin datang dengan nyeri, edema,

dan cairan purulant lokal ke lokasi patologi dengan atau tanpa demam dan limfadenopati servikal

yang lunak. Abses gigi awal, dalam sepuluh hari pertama, mungkin tidak memiliki gambaran

radiografi.

61
Foto polos / OPG dan CT

lucency didefinisikan dengan baik di atau distal ke apex akar, biasanya <10 mm dengan atau tanpa
sekitar (<22 mm) sclerosis 2-4

gigi atau gigi yang terlibat sering menunjukkan tanda-tanda karies

soket kosong mungkin menunjukkan ekstraksi baru untuk infeksi

62

Anda mungkin juga menyukai