No. Stambuk : N 111 16 033 Pembimbing : dr. Jenny Sampe, Sp. A
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU 2017 Learning Objectives Tutorial Nyeri Kepala
1. Apa saja yang menyebabkan nyeri kepala?
Jawab : Sebagian besar kasus nyeri kepala bersifat ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Sebagian kecil kasus merupakan nyeri kepala dengan penyebab yang serius yang memerlukan pemeriksaan yang cepat dan cermat adar penderita dapat diberikan pertolongan dengan sebaik-baiknya. a. Nyeri Kepala Mendadak/Akut: Infeksi intracranial, infeksi sistemik, hipertensi berat, perdarahan otak, keracunan, oftalmoplegia, neurosis, trauma kapitis, glaucoma, hidrosefalus obstruktif, cluster headache, migren klasik. b. Bertahap/Kronis: Hipertensi, tumor otak, trauma kapitis, penyakit mata, uremia, anemia, keganasan, penyakit kronis lainnya, migren umum, neurosis, hidrosefalus ostruktif. Pada hakekatnya, nyeri kepala merupakan keluhan neurologic dengan berbagai macam penyebabnya baik yang bersifat intracranial dan ekstrakranial. Berdasarkan durasinya, nyeri kepala dibagi atas 2 yaitu nyeri kepala mendadak/akut dan nyeri kepala bertahap/krronis. a. Nyeri Kepala Mendadak/Akut: Infeksi intracranial, infeksi sistemik, hipertensi berat, perdarahan otak, keracunan, oftalmoplegia, neurosis, trauma kapitis, glaucoma, hidrosefalus obstruktif, cluster headache, migren klasik. - Demam : meningitis, otitis media akut, demam tifoid, malaria,influenza, infeksi lain. - Trauma: kontusio/komosio, hematoma intracranial, hematoma intracranial, hematoma subkutan, nyeri pascatrauma, fraktur tengkorak. - Sangat Gelisah/Bingung: Ensefalopati hipertensif, perdarahan otak, keracunan. - Mual/Muntah: Hipertensi berat, keracunan, perdarahan otak, tukak lambung. - Penglihatan Kabur: Hipertensi berat, keracunan, glaucoma, keracunan. - Penglihatan Ganda: Oftalmoplegia idiopatik, tumor otak, hidrosefalus obstruktif. - Gangguan Keseimbangan: Keracunan, gangguan telinga tengah, pascatrauma capitis, neurosis. - Kaku Kuduk: Perdarahan subarachnoid, pascatrauma leher/kepala, neurosis, hipertensi berat. b. Bertahap/Kronis: Hipertensi, tumor otak, trauma kapitis, penyakit mata, uremia, anemia, keganasan, penyakit kronis lainnya, migren umum, neurosis, hidrosefalus ostruktif. - Trauma Kepala: Perdarahan subdural, nyeri pascatrauma. - Nyeri/Kaku Leher: Hipertensi, Tension Headache/Neurosis, spondilosis servikalis. - Penglihatan Menurun/Kabur: Tumor otak, hipertensi berat, gangguan retraksi mata. - Mual/Muntah: Tumor otak, hipertensi berat, uremi, neurosis, tukak lambung, hidrosefalus obstruksi. - Pucat: Perdarahan kronis/sistemik, uremia, kurang gizi, keganasan, penyakit konis lain. - Sesak Nafas: Asma brokhial, penyakit jantung kongestif,mneurosis/konversi histeri, penyakit paru menahun lainnya. - Tanpa Gejala Lainnya: Migren umum, cluster headache, neurosis, epilepsy, hidrosefalus obstruktif. Sumber : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2015. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 2. Apa gejala-gejala lain yang menyertai/mendahului nyeri kepala? Jawab : Pertanyaan-pertanyaan tentang gejala pendahulu dan penyerta sangat berarti dalam hal mengantisipasi keluhan nyeri kepala. Sebagai contoh, gejala pendahulu sangat khas pada migren. Gejala-gejala visual baik yang positif maupun negative, gejala hemisferik misalnya hemiparesis, parestesia, dan gangguan berbahasa dapat mendahului munculnya nyeri kepala pada migren. Sementara itu, migren basilaris dapat disertai oleh gejala-gejala lainnya yang berasal dari gangguan pada batang otak misalnya vertigo, disartia, ataksia, kuadriparesis dan diplopia. Cluster headache seringkali diiringi oleh miosis dan ptosis ipsilateral, epifora, konjungtiva kemerahan dan hidung buntu. Sementara itu, nyeri kepala dengan demam sugestif unuk infeksi. Keluarnya cairan berdarah atau purulen dari hidung harus dicurigai adanya proses patologik di hidung atau sinus. Nyeri kepala yang hebat disertai warna merah pada sclera merupakan gambaran infeksi bola mata atau glaucoma akut. Adalah suatu aturan yang sederhana, bahwa nyeri kepala seringkali dapat didiagnosis secara benar dengan mempehatikan dan mengenali gejala dan/atau keluhan pengiringnya. Hal demikian ini akan sangat membantu kita maupun penderita oleh karena tidak memerlukan pemeriksaan tambahan yang tidak perlu. a. Nyeri kepala tipe TTH : tidak ada gejala penyerta b. Nyeri kepala tipe Migrain : terdapat mual,muntah,fotofobia dan fonofobia. (Tanpa aura) . Gangguan sensori,gangguan penglihatan dan gangguan bicara. (dengan aura) c. Nyeri kepala tipe cluster: injeksi konjungtiva,kongesti nasal dan rhinorrhea ipsilateral. Sumber : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2015. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Persatuan Dokter Saraf Indonesia (PERDOSSI)., Sefalgia. Jakarta : PERDOSSI 3. Bagaimana mekanisme terjadinya nyeri kepala? Jawab : Bangunan peka nyeri di kepala apabila terangsang akan menimbulkan perasaan nyeri. Bangunan ini dapat dibedakan menjadi bagunan intracranial dan ekstrakranial. Bagunan peka nyeri intracranial dan ekstrakranial. Bangunan peka nyeri intracranial meliputi pembuluh darah besar, duramater dasar tengkorak, nervus cranial V, IX, dan X, serta saraf spinal servikal bagian atas. Sementara itu jaringan otak bukan merupakan bangunan peka nyeri. Bangunan peka nyeri ekstrakranial meliputi mata dan orbita, telinga, sinus paranasalis, hidung, mastoid, orofaring, gigi, kulit, kepala, kuduk dan vertebra servikal. a. Tension-type headache. Nyeri kepala tegang otot disebabkan oleh kontraksi otot-otot perikrnial yang berkepanjangan. Di samping itu adanya trigger point, titik yang bila disuntik dengan saline akan timbul rasa nyeri persis sama dengan nyeri kepala tegang otot, dan juga dapat dirasakan di tempat yang jauh dari titik tersebut. Penemuan ini membuktikan adanya hubungan antara nyeri kepala dengan ketegangan otot. b. Migren. Migren merupakan reaksi neurovascular terhadap perubahan mendadak di dalam lingkungan eksternal atau internal. Masing-masing individu mempunyai “ambang migren”, dengan tingkat kerentanan yang tergantung pada keseibangan antara eksitasi dan inhibisi pada berbagai tingkat sistem saraf. Mekanisme migren berwujud sebagai refleks trigeminovaskular yang tidak stabil dengan cacat segmental pada jalur kontrol nyeri. Cacat segmental ini mengakibatkan masukan aferen atau dorongan kortiobulbar yang berlebihan. Hasil akhirnya adalah interaksi batang otak dan pembuluh darah cranial, dengan rangsang aferen pada pembuluh darah yang menimbulkan nyeri kepala dengan cirri berdenyut-denyut. Sementara itu, proyeksi difus locus ceruleus ke korteks serebri dapat mengawali terjadinya oligemia kortikal dan mungkin pula terjadinya depresi yang meluas. Aktivitas di dalam sistem ini dapat menjelaskan terjadinya aura pada migren yang dapat terjadi terpisah dari munculnya nyeri kepala. Di pihak lain, nyeri kepala dapat berasal dari distensi vascular terutama apabila dinding pembuluh darah memperoleh sensitisasi oleh reaksi perivaskular. Hal terkait mungkin disebabkan oleh lepasnya peptida dari sistem trigeminovaskular. Kemungkinan lain tenang pathogenesis nyeri kepala didasarkan pada atas inflamasi neurogenik di dalam jaringan intrakrnial. Inflamasi ini melibatkan vasodilatasi dan ekstrvasasi protein plasma. Sumber : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2015. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. 4. Apa saja tipe-tipe nyeri kepala? Jawab : Berdasarkan The International Classiication of Headache Disorder (ICDH) klasiikasi nyeri kepala dibagi atas: a. Nyeri kepala primer, meliputi: - Migren - Nyeri kepala tipe tegang - Nyeri kepala klaster dan sefalgia trigeminal-otonomik yang lain - Nyeri kepala primer lainnya b. Nyeri kepala sekunder, meliputi: - Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan leher - Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial atau servikal - Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan nonvarkuler intracranial - Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya - Nyeri kepala yang brkaitan dengan infeksi - Nyeri kepala yang berkaitan dengan homeostasis - Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaitan dengan kelainan cranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau struktur asial atau kranial lainya - Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik c. Neuralgia kranial dan sentral yang menyebabkan nyeri wajah - Neuralgia cranial dan penyebab sentral nyeri fasial - Nyeri kepala, neuralgia cranial, sentral atau nyeri fasial primer. Sumber : ISH Classiication ICHD II (International Classiication of Headache Disorder) available at http://ihs- classiication.org/download/mixed/ICHD-IIR1final.com) 5. Bagaimana prognosis nyeri kepala? Jawab : Prognosis dari sakit kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi merujuk adalah sebagai berikut: sakit kepala yang tiba-tiba dan timbul kekakuan di leher, sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran, sakit kepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala, sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga, sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami serangan, sakit kepala yang rekuren pada anak. Tension-Type Headache. TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak membahayakan. Nyeri ini dapat sembuh dengan perawatan ataupun dengan menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia. TTH biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini baik dan dengan penatalaksanaan yang baik maka > 90 % pasien dapat disembuhkan. Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yangdisebabkan oleh penggunaan obat –obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll yang berlebihan. Sumber : Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2015. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.