Cephalgia
Oleh :
Preseptor :
RS ACHMAD MOCHTAR
BUKITTINGGI
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
Dari seluruh kondisi nyeri yang dialami oleh manusia, tidak diragukan lagi
kalau cephalgia atau nyeri kepala adalah yang paling sering dialami sebagai alasan
utama seseorang pergi untuk mencari pertolongan kesehatan. Faktanya, banyak
sekali klinik nyeri kepala yang didirikan di banyak pusat kesehatan. Selain
banyaknya frekuensi pada praktik umum, banyak nyeri kepala disebabkan oleh
penyakit umum dibanding dengan penyakit neurologis, dan perlu menjadi perhatian
tenaga kesehatan. Meskipun demikian, selalu ada pertanyaan mengenai penyakit
intrakranial, sehingga pendekatan kepada pasien sangat sulit dilakukan tanpa
mengetahui pengobatan neurologi. Mengapa begitu banyak nyeri yang berpusat di
kepala masih menjadi pertanyaan. Beberapa penjelasan yang mungkin karena
wajah dan kepala kaya akan reseptor nyeri dibanding banyak bagian tubuh lain,
mungkin untuk melindungi organ-organ penting dari tulang tengkorak. Juga,
hidung dan mulut, mata, telinga (organ halus dan sangat sensitif) semua di kepala
dan harus dilindungi, ketika dipengaruhi oleh penyakit, mampu menciptakan nyeri
dengan caranya tersendiri.1,2
Dalam laporan kasus ini, diharapkan penulis dan pembaca mampu mengerti
mengenai cephalgia itu sendiri dalam definisinya sendiri, epidemiologi, fisiologi
nyeri kepala, patofisiologi nyeri kepala, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, klasifikasi nyeri kepala, cephalgia primer, cephalgia sekunder,
trigeminal neuralgia, dan tanda bahaya nyeri kepala serta kaitannya dengan kondisi
pasien yang dilaporkan. Dengan demikian, manajemen dalam menangani pasien
dengan cephalgia dapat dilakukan dengan tepat.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Nyeri kepala adalah suatu rasa nyeri atau rasa yang tidak enak pada daerah
kepala termasuk meliputi daerah wajah dan tengkuk leher. 2 Rasa nyeri ini timbul
dari struktur yang sensitive atau peka nyeri. Struktur yang sensitive nyeri terbagi
atas organ intrakranial dan ekstrakranial. Organ yang sensitif nyeri pada intrakranial
meliputi sinus venous, vena kortikal, arteri basal, anterior dura, fossa tengah dan
belakang. Organ ekstrakranial yang sensitive nyeri adalah pembuluh darah dan otot
kepala, organ-organ mata, membrane mukosa hidung dan sinus paranasal, telinga
3
2.2 Epidemiologi
Sekitar 90% orang sekurangnya pernah mengalami nyeri kepala dalam satu tahun.
gangguan fungsi dan aktivitas sehari - hari. Pada sebagian besar kasus nyeri kepala
penyebabnya tidak serius, tidak merusak otak dan tidak mengancam nyawa.
didapatkan bahwa 78% nyeri kepala berupa tension type headache, dan didapatkan
nyeri kepala sekunder didapatkan bahwa penyebab terseringnya adalah rasa lapar
19%, gangguan hidung atau sinus 15%, trauma kepala 4% dan penyakit intrakranial
Pada suatu penelitian di unit gawat darurat didapatkan bahwa dari 3799
penederita yang diperiksa selama satu tahun, 86% merupakan penderita nyeri
kepala primer dan 61% didiagnosis mengidap migren. Hanya 6,4% mengalami
nyeri kepala sekunder dan sinusitis merupakan penyebab paling sering, diikuti oleh
nyeri kepala pasca trauma sebesar 1,5% bocornya cairan serebrospinal sebanyak
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pasien yang datang dengan keluhan
nyeri kepala berat lebih besar kemungkinannya menderita nyeri kepala primer
dibanding dengan nyeri kepala sekunder. Menurut Lindsay dan Bone, bahwa pada
4
suatu praktek dokter umum 45% nyeri kepala berupa TTH ,diikuti 30% jenis migren
dan nyeri kepala klaster sebesar 1% ,dan neuralagia didapatkan kurang dari 1%.4
nyeri. Struktur-struktur itu sendiri dapat berupa sinus vena anterior dan cabang
kortikalnya, arteri besar di dasar otak, lapisan duramater pada fossa anterior dan
posterior, saraf kranialis n.V, n.IX, dan n.X, serta ketiga saraf spinal bagian atas. 4
terhadap rasa nyeri yang dapat distimulasi oleh suatu traksi (tarikan), inflamasi,
tekanan, infiltrasi neoplasma,dan zat biokimiawi yang dilepas pada jenis nyeri
kepala tertentu. Stimulasi struktur yang peka nyeri yang berada di atas tentorium
serebri cenderung menimbulkan rasa nyeri pada daerah fronto-temporal atau daerah
parietal. Stimulasi pada struktur yang terdapat pada daerah fossa posterior
organ lain, seperti pada gangguan di daerah orbita, rongga nasal, gangguan sinus
paranasal, gangguan gigi, gangguan telinga bagian luar dan tengah juga dapat
1. Traksi atau trombosis atau peranjakan vena sinus atau cabang kortikalnya.
2. Traksi, dilatasi atau inflamasi yang melibatkan dura fossa anterior dan fossa
5
3. Traksi, peranjakan, atau penyakit pada saraf kranial N.V, N. IX,dan N.X dan
tiga saraf spinal servikal bagian pertama (saraf spinal C1, C2, dan C3).
5. Penyakit di jaringan kulit kepala, wajah, mata, hidung, telinga, dan leher kuduk.
Nyeri kepala yang telah berlangsung kronis seperti migren, tension type
headache, nyeri di daerah tulang servikal leher, sinusitis, penyakit gigi dan nyeri
kepala klaster.
Nyeri kepala yang timbul mendadak. Penyebab yang sering dapat berupa
lainnya, radang selaput otak (meningitis) atau radang otak (ensefalitis), dan
dan penderita harsus menelusuri keluhan yang didelita dengan seksama. Evaluasi
pemeriksaan penunjang.4
6
2.4 Klasifikasi Cephalgia
Headache Society) menjadi nyeri kepala primer,nyeri kepala sekunder, dan nyeri
a. Migren
b. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial atau servikal
g. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaitan dengan kelainan kranium,
leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur fasial atau
cranial lainnya
7
(3) Neuralgia kranial, sentral, atau nyeri fasial primer dan nyeri kepala lainnya
b. Nyeri kepala lainnya, neuralgia kranial, sentral atau nyeri fasial primer
Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala itu sendiri yang merupakan
penyakit utama atau nyeri kepala tanpa disertai adanya penyebab struktural-organik.
Menurut ICHD-2 nyeri kepala primer dibagi ke dalam 4 kelompok besar yaitu :2
2.5.1. Migren
2.5.1.1 Definisi
dengan serangan nyeri yang berlansung 4 sampai 72 jam. Nyeri biasanya unilateral,
sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan diperhebat oleh
diperdebatkan. Pada migren, terdapat faktor genetik yang memiliki peranan yang
serangan migren, seperti stress, terutama setelah stress berakhir, misalnya pada
akhir minggu atau hari libur, latihan fisik yang berlebihan, cuaca panas, konsumsi
8
alkohol, dan konsumsi beberapa makanan tertentu yang dapat menjadi pencetus
terjadinya serangan migrain, misalnya keju, cokelat, anggur merah, MSG, dan
2.5.1.3 Klasifikasi
Migren dengan aura disebut juga sebagai migren klasik. Diawali dengan
adanya gangguan pada fungsi saraf, terutama visual, diikuti oleh nyeri
berurutan dan manifestasi nyeri kepala biasanya tidak lebih dari 60 menit
Migren tanpa aura disebut juga sebagai migren umum. Nyeri kepalanya
hampir sama dengan migren dengan aura. Nyerinya pada salah satu
bagian sisi kepala dan bersifat pulsatil dengan disertai mual, fotofobia
2.5.1.4 Patofisiologi 4
Teori vaskular
terjadinya migren dengan aura. Pendapat ini diperkuat dengan adanya nyeri
kepala disertai denyut yang sama dengan jantung. Pembuluh darah yang
9
darah ekstrakranial mengalami vasodilatasi sehingga akan teraba denyut
oleh para neurologist di dunia. Pada saat serangan migren terjadi, nervus
besar di sel C dari kelenjar tiroid. Namun CGRP juga terdistribusi luas di
sistem saraf, CGRP dapat menimbulkan berbagai efek seperti hipertensi dan
memiliki aksi kerja sebagai vasodilator poten. Aksi keja CGRP dimediasi
10
hipereksitabilitas neuron pada korteks serebral, terutama di korteks oksipital,
yang diketahui dari studi rekaman MRI dan stimulasi magnetik transkranial.
epilepsi. Pendapat ini diperkuat fakta bahwa pada saat serangan migren,
berwujud sebagai refleks trigeminal vaskular yang tidak stabil dengan cacat
segmental pada jalur nyeri. Cacat segmental ini yang memasukkan aferen
Penyebaran ini diikuti dengan gelombang supresi neuron dengan pola yang
11
Gambar 1. Patofisiologi Migrain
12
Proklorperazin, dan antagonis 5-HT, misalnya Sumatriptan dapat
durasi serangan selama 4-72 jam. Nyeri bertambah berat dengan aktivitas
fisik dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia.
Sekitar 10-30 menit sebelum nyeri kepala dimulai (suatu periode yang
tertentu (bintik buta atau skotoma) atau melihat cahaya yang berkelap-
sebuah benda tampak lebih kecil atau lebih besar dari sesungguhnya.
dan tungkainya.
kepala. Nyeri karena migren bisa dirasakan pada salah satu sisi kepala atau
di seluruh kepala. Kadang tangan dan kaki teraba dingin dan menjadi
kebiru-biruan. Pada penderita yang memiliki aura, pola dan lokasi nyeri
kepalanya pada setiap serangan migran adalah sama. Migren bisa sering
13
terjadi selama waktu yang panjang tetapi kemudian menghilang selama
beberapa minggu, bulan bahkan tahun. Migren dengan aura dapat dibagi
Fase I Prodromal
Fase II Aura
Fase nyeri kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu
keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau beberapa
hari.
14
Fase IV pemulihan
2.5.1.6 Diagnosis
B. Serangan nyeri kepala berlangsung selama 4-72 jam (tidak diobati atau
1. Lokasi unilateral
2. Kualitas berdenyut
15
kemudian menghilang sempurna yang memenuhi kriteria migren tanpa aura.
Kriteria diagnostik :
B. Adanya aura yang terdiri paling sedikit satu dari dibawah ini tetapi
penglihatan).
2. Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual > 5 menit dan
D. Nyeri kepala mulai sewaktu aura atau mengikuti aura dalam waktu 60
menit
penyerta, derajat disabilitas serta respons awal dari pengobatan yang mungkin pula
ditemukan penyakit lain seperti epilepsi, ansietas, stroke, infark miokard. Oleh
16
karena itu harus hati-hati memberikan obat. Bila ada gejala mual/muntah, obat uang
1. Langkah umum
pesawat udara.
2. Terapi abortif
serangan berat atau berepons baik terhadap obat yang sama daoat dipakai:
17
Butorphanol spray (1 mg) sediaan nostril, dapat diulang 1 jam lagi.
24 jam
Steroid merupakan "drug of choice" untuk status migrainosus seperti
deksametason, metilprednisolon
golongan ergotamin.
kriteria ini:2
menjadi skala nyeri kepala 1 (ringan) atau skala 0 (tidak ada nyeri
4. Tidak ada nyeri kepala rekuren/berulang dan tidak ada pemakaian obat
18
bulan dan penggunaan analgetik kombinasi tidak lebih dari 10 hari
dalam sebulan.
metoklopramid.
19
4. Triptans (5-HT1B/1D-agonists): Untuk migren sedang sampai berat atau
mencakup:2
21
2. Frekuensi Serangan migren terlampau sering sehingga pasien berisiko
jatuh pada ketergantungan obat migren akut yang bisa menjadi drug
overused.
headache).
low go slow) sampai dosis efektif. Efek klinis setelah 2-3 bulan.
samping
22
Evaluasi: Headache diary merupakan suatu gold standard evaluasi
Nyeri kepala berulang yang berlangsung dalam hitungan menit sampai hari,
dengan sifat nyeri yang biasanya berupa rasa tertekan atau diikat, dari ringan sampai
berat, dirasakan di seluruh kepala, tidak dipicu oleh aktifitas fisik dan gejala
penyerta nya tidak menonjol. Merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat
kontraksi terus menerus otot- otot kepala dan tengkuk (M.splenius kapitis,
Etiologi dan Faktor Risiko Tension Type Headache (TTH) adalah stress,
depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama, kelelahan mata,
24
2.5.2.4 Patofisiologi Tension Type Headache (TTH)
Patofisiologi TTH masih belum jelas diketahui. Pada beberapa literatur dan
TTH :
1. Disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer
dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada ETTH sedangkan
2. Disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen
akan mensensitasi second order neuron pada nukleus trigeminal dan kornu
jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer
yang akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini akan meningkatkan
nosiseptif. Nilai ambang deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal) akan
25
6. Terdapat hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang otak dan
endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot temporal dan maseter.
pada TTH sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer dan
aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral. Depresi
Bila pada kasus dijumpai adanya stress yang memicu nyeri kepala. Ada
beberapa teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu (1) adanya stress fisik (kelelahan)
menurun yang akan mengganggu keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini
kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang berlebihan
sehingga terjadilah nyeri kepala. (2) stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga
terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu
P). Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons). (3) stress dapat
dibagi menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of
exhausted.
26
Alarm reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan
menstimulasi jaras nyeri. Stage of resistance dimana sumber energi yang digunakan
aldosteron akan menjaga simpanan ion kalium. Stage of exhausted dimana sumber
energi yang digunakan berasal dari protein dan aldosteron pun menurun sehingga
terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf. 7,8
beberapa hari.Nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat dengan intensitas ringan
sampai sedang.Nyeri tidak bertambah pada aktivitas fisik rutin, tidak didapatkan
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata-rata < 1 hari/bulan (<
1. Lokasi bilateral
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
27
D. Tidak didapatkan:
kepala bilateral menekan atau mengikat, tidak berdenyut. Intensitas ringan atau
sedang, tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin, tidak ada mual/muntah,
1. Lokasinya bilateral
4. Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik yang rutin seperti berjalan
D. Tidak didapatkan:
28
Tension-type headache kronis
Nyeri kepala yang berasal dari tension type headache episodik dengan
serangan tiap hari atau serangan episodik nyeri kepala yang lebih sering yang
berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri kepala bersifat bilateral,
menekan atau mengikat dalam kualitas dan intensitas ringan atau sedang, dan nyeri.
Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik rutin. Kemungkinan terdapat mual,
1. Lokasi bilateral.
D. Tidak didapatkan:
29
mengurangi kekambuhan nyeri kepala, modalitas terapi non farmakologis, dan
2. Tahap awal penting pada tata laksana tension-type headache adalah edukasi
mengenai faktor pencetus dan implementasi tatalaksana stres dan latihan untuk
dan pemijatan.
dijual bebas meningkat (>10—15 hari per bulan). Pilihan terapi profilaksis
fungsi platelet.
30
Pada tipe kronis, terapi yang digunakan:2
o Antidepresan:
efek antikolinergik seperti mulut kering, mata kabur, tremor dan dysuria,
o Antiansietas:
dipakai. Kekurangan obat ini bersifat adiktif, dan sulit dikontrol sehingga
Level
Obat Dosis Keterangan
Rekomendasi
Ibuprofen 200-800 mg A Efek samping gastrointestinal,
risiko perdarahan
Ketoprofen 25 mg A Efek samping seperti ibuprofen
Aspirin 500-1000 mg A Efek samping seperti ibuprofen
Naproxen 375-550 mg A Efek samping seperti ibuprofen
Diklofenak 12,5-100 mg A Hanya dosis 12,5-25 mg yang diuji
pada TTH
Parasetamol 1000 mg (oral) A Efek samping gastrointestinal lebih
sedikit dibanding NSAIDs
Kombinasi kafein 65-200 mg B *
*
Kombinasi dengan kafein 65-200 mg meningkatkan efikasi ibuprofen dan
31
II. Terapi Nonfarmakologis:2
1. Terapi fisik (latihan postur dan posisi; masase, ultrasound, manual terapi,
stimulation)
penyakit yang serius seperti tumor otak, perdarahan otak dan sebagainya
Terapi ini perlu diberikan pada penderita yang sering mendapat serangan
nyeri kepala pada Tension-type headache episodik dan serangan yang lebih dari
kepala > 4 hari/bulan atau tidak ada respons terhadap terapi simtomatis,
32
4. Penyakit komorbid yang lain ikut menentukan pemilihan terapi (missal:
glaukoma)
6. Terapi preventif seharusnya berbasis obat tunggal yang dititrasi pada dosis
mencatat serangan nyeri kepala pada diary nyeri kepala untuk mengetahui
simtomatis yang diminum, efikasi terapi prevensi dan efek samping yang
mungkin muncul.
penderita.
2. Mulai dengan dosis rendah, dinaikkan sampai efektif atau tercapai dosis
maksimal.
33
Tabel 5. Rekomendasi terapi profilaksis utuk pasien tension-type headache.2
TTH pada kondisi dapat menyebabkan nyeri yang menyakitkan tetapi tidak
menyelesaikan masalah yang menjadi latar belakangnya jika penyebab TTH berupa
pengaruh psikis. Nyeri kepala ini dapat sembuh dengan terapi obat berupa analgesia.
TTH biasanya mudah diobati sendiri. Progonis penyakit ini baik, dan dengan
TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh
berlebihan.
2.5.3.1 Definisi
Nyeri kepala tipe klaster adalah jenis nyeri kepala yang berat, unilateral
hidung tersumbat, rinore, lakrimasi dan injeksi konjungtiva di sisi nyeri. Nyeri
34
kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala vaskular yang juga
merah (red migren) karena pada waktu serangan akan tampak merah pada sisi wajah
2.5.3.2 Etiologi
Panas. Stres.
2.5.3.3 Patofisiologi
tetapi teori yang masih banyak dianut sampai saat ini antara lain:
Cluster headache timbul karena vasodilatasi pada salah satu cabang arteri
35
hipotalamus yang menyebabkan kelainan kronobiologis dan fungsi otonom.
respon kemoreseptor pada korpus karotikus terhadap kadar oksigen yang turun.
Pada kondisi ini, serangan dapat dipicu oleh kadar oksigen yang terus menurun.
Batang otak yang terlibat adalah setinggi pons dan medulla oblongata serta
pada separuh kepala, yaitu di sekitar, di belakang atau di dalam bola mata, pipi,
oksiput. Nyeri kepala ini disertai gejala yang khas yaitu mata sesisi menjadi merah
dan berair, konjugtiva bengkak dan merah, hidung tersumbat, sisi kepala menjadi
merah-panas dan nyeri tekan. Serangan biasanya mengenai satu sisi kepala, tapi
kadang-kadang berganti-ganti kanan dan kiri atau bilateral. Nyeri kepala bersifat
tajam, menjemukan dan menusuk serta diikuti mual atau muntah. Nyeri kepala
sering terjadi pada larut malam atau pagi dini hari sehingga membangunkan pasien
dari tidurnya.7
yang terjadi beberapa kali selama 2-6 minggu. Sedangkan sebagai faktor pencetus
36
menghilang selama beberapa bulan sampai 1-2 tahun untuk kemudian timbul lagi
2.5.3.5 Diagnosis
b. Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau nyeri
kepala yang terjadi setiap hari selama delapan hari, yang bukan disebabkan oleh
gangguan lainnya. Selain itu, nyeri kepala yang terjadi parah atau sangat parah pada
orbita unilateral, supraorbital atau temporal, dan nyeri berlansung antara 18 sampai
37
150 menit jika tidak diobati, dan disertai satu atau lebih gejala-gejala berikut ini:
ipsilateral, edema kelopak mata ipsilateral, wajah dan dahi berkeringat ipsilateral,
dua periode cluster yang berlangsung tujuh sampai 365 hari dan dipisahkan periode
remisi bebas nyeri selama satu bulan atau lebih. Sedangkan cluster headache kronis
adalah serangan yang kambuh lebih dari satu tahun tanpa periode remisi atau
2.5.3.6 Penatalaksanaan
saat periode awal cluster. Pilihan pengobatan pembedahan yang terbaru dan
merugikan.8
sering memberat secara cepat, sehingga membutuhkan pengobatan awal yang cepat.
Penggunaan obat nyeri kepala yang berlebihan sering didapatkan pada pasien-
pasien cluster headache, biasanya bila mereka pernah memiliki riwayat menderita
migren atau mempunyai riwayat keluarga yang menderita migren, dan saat
38
pengobatan yang diberikan sangat tidak efektif pada serangan akut, seperti triptan
menit sangat efektif, dan merupakan pengobatan yang aman untuk cluster
headache akut.
Tiga dosis zolmitriptan dalam dua puluh empat jam bisa diterima. Tidak
terdapat bukti yang mendukung penggunaan triptan oral pada cluster headache.
dimiringkan ke belakang ke arah lantai 30° dan beralih ke sisi nyeri kepala.
Tetes nasal dapat digunakan dan dosisnya 1 ml lidokain 4% yang dapat diulang
setekah 15 menit.8
2. Pengobatan Pencegahan
lamanya serangan, bukan oleh jenis episodik atau kronis.Preventif dianggap jangka
pendek, atau jangka panjang, berdasarkan pada seberapa cepat efeknya dan berapa
lama dapat digunakan dengan aman. Banyak ahli sekarang ini mengajukan
verapamil sebagai pilihan pengobatan lini pertama, walaupun pada beberapa pasien
39
dengan serangan yang singkat hanya perlu kortikosteroid oral atau injeksi nervus
dosis verapamil yang relatif lebih tinggi pada cluster headache, tentu lebih
tinggi dari pada dosis yang digunakan untuk indikasi kardiologi. Setelah
dosis harian akan ditingkatkan secara bertahap dari 80 mg setiap 10-14 hari.
empat hari yang diturunkan bertahap selama tiga minggu diterima sebagai
menghentikan periode cluster, dan dapat digunakan tidak lebih dari sekali
Biasanya dosis lithium sebesar 600 mg sampai 900 per-hari dalam dosis
40
penglihatan kabur, bingung, nystagmus, ataksia, tanda-tanda
didominasi oleh stimulasi otak dalam pada area hipotalamus posterior grey
matter dan stimulasi nervus oksipital. Tidak terdapat tempat yang jelas
Ketika seorang pasien memiliki nyeri kepala pertama kalinya, atau tipe
nyeri kepala yang baru, dan pada waktu yang sama terdapat tumor otak yang
sekunder karena tumor. Pasien seperti itu akan diberikan hanya satu diagnosis nyeri
kepala (yaitu nyeri kepala karena neoplasia intracranial), walaupun nyeri kepala
tersebut identik dengan migren, TTH, ataupun klaster. Dengan kata lain, nyeri
kepala baru terjadi ketika ada gejala lain yang disadari mampu menyebabkan hal
41
tersebut selalu didiagnosis sebagai nyeri kepala sekunder. Berikut merupakan
1. Nyeri kepala sudah berkembang pada relasi temporal menuju onset dari kausa
terduga
kausa tersebut
42
2.7 Cephalgia Neuralgia Kranial, Sentral Beserta Nyeri Fasial Primer
Lainnya
saraf. Merupakan serangan nyeri wajah unilateral dan bersifat spontan, episodik,
atas V1 (N. Ophtalmikus) meliputi persarafan pada kulit kepala, dahi, dan kepala
bagian depan, cabang bagian tengah V2 (N. Maxillaris) meliputi pipi, rahang atas,
bibir atas, gigi dan gusi, dan sisi hidung, cabang bagian bawah wajah V3 (N.
Mandibular) menyarafi rahang bawah, gigi, bibir bawah, gigi, dan gusi.2
2.7.1.1 Etiologi
mengunyah, menyikat gigi, menyisir rambut, bercukur rambut, air saat mandi.
Terdapat trigger area pada plica nasolabialis. Nyeri umumnya menghilang dalam
43
2.7.2 Trigeminal Neuralgia Klasik
ketiga nervus trigeminus yang mempersarafi pipi dan dagu. Kurang dari 5%
pasien mengenai cabang pertama nervus trigeminus. Rasa nyeri tidak pernah
menjalar ke sisi berlawanan, tetapi nyeri dapat terjadi bilateral walaupun jarang,
serangan biasanya tanpa gejala, tetapi nyeri tumpul dapat bertahan lama pada
beberapa kasus. Sesudah serangan nyeri biasanya terdapat periode refrakter saat
Kriteria Diagnostik:2
44
2.7.1.1 Penatalaksanaan Trigeminal Neuralgia Klasik
1. Terapi farmakologi
Obat Dosis
(mg/hari)
Carbamazepin 100-600
Pregabalin 150-300
Baclofen 60-80
Phenytoin 200-400
Lamotrigine 100-400
Topiramat 150-300
Oxcarbazepine 300-2400
Gabapentin 1200-3600
2. Terapi bedah: indikasinya adalah nyeri intractable efek samping obat
yang tidak dapat diterima. Ada lima prosedur terapi pembedahan pada
Nyeri sama dengan trigeminal neuralgia klasik akan tetapi ini disebabkan
45
Kriteria Diagnostik:2
minggu
46
- Mulai setelah usia 55 tahun
temporal
Tabel 7.Cephalgia.
Intensitas dan Gejala
Jenis Sifat Lokasi Durasi
Frekuensi Ikutan
Migren Berdenyut Unilateral 4-72 jam Sedang-berat, Nausea,
tanpa aura mengganggu vomitus,
aktivitas fotofobia,
fonofobia
Migren Berdenyut Unilateral 4-72 jam Sedang-berat, Gangguan
dengan Aura 5-60 mengganggu sensorik
aura detik aktivitas reversible
Klaster Tajam, Unilateral 15-180 detik Sangat berat Lakrimasi,
menusuk rhinorrea
TTH Tumpul, Bilateral 30 menit – 7 Ringan- Depresi,
menekan hari sedang, cemas
mengganggu
aktivitas
Trigeminal Panas, seperti Sepanjang Beberapa Ringan-sedang Gangguan
Neuralgia tersengat inervasi N. detik – 2 sensorik pada
listrik V menit N. V
47
BAB 3
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Novianof
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 65 Tahun
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Jangkak Campago, Mandiangin Koto Selayan, Bukittinggi
Pekerjaan : Pensiunan
Seorang pasien wanita berumur 65 tahun datang ke IGD Rumah Sakit Achmad
Muchtar Bukittinggi tanggal 22 Juli 2019 dengan:
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri kepala hebat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
- Nyeri kepala hebat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri pada
awalnya dirasakan pada leher bagian belakang kemudian menjalar ke kepala
bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Nyeri kepala tidak
berdenyut, nyeri terasa seperti diikat, nyeri terus menerus, lama nyeri lebih
kurang 30 menit, nyeri kepala timbul dan bertambah bila melihat cahaya
yang silau, nyeri tidak bertambah pada saat aktifitas rutin, nyeri berkurang
dengan beristirahat. Keluhan nyeri kepala seperti ini sudah dirasakan sejak
1 tahun sebelum masuk rumah sakit dan nyeri biasanya dirasakan selama
hampir sebulan tetapi berkurang dengan obat antinyeri.
- Nafsu makan berkurang karena sakit kepala
- Terkadang pasien tidak bisa tidur karena sakit kepala
- Mual dan muntah tidak ada
- Kejang tidak ada
- Demam tidak ada
48
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat hipertensi ada sejak 1 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur.
- Riwayat diabetes melitus tidak ada
- Riwayat trauma tidak ada
49
Mulut : Tidak ditemukan kelainan
Thorak : Normothorax, simetris (statis dan dinamis)
Paru:
Inspeksi : Normochest, simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor kiri dan kanan
Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-)
Jantung:
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Irama teratur, bising tidak ada
Abdomen:
Inspeksi : Distensi (-)
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan dan lepas(-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Korpus Vertebrae:
Inspeksi : Tidak tampak deformitas
Palpasi : Tidak teraba krepitasi, gibus tidak ada
50
2. Tanda Peningkatan Tekanan Intrakranial
Pupil isokor, diameter 3mm/ 3mm, reflek cahaya +/+
Muntah proyektil tidak ada
N. II (optikus)
Penglihatan Kanan Kiri
Tajam penglihatan 5/5 5/5
Lapangan pandang Luas Luas
Melihat warna Baik Baik
Funduskopi Tidak diperiksa Tidak diperiksa
N. III (okulomotorius), N. IV (trochlearis), dan N. VI (abdusen)
Kanan Kiri
Bola mata Ortho Ortho
Ptosis - -
Gerakan bulbus Normal Normal
Strabismus - -
Nystagmus - -
Ekso/endophtalmus - -
Pupil
Bentuk Bulat Bulat
Reflex cahaya + +
Reflex akomodasi + +
Reflex konvergensi + +
51
N. IV (troklearis)
Kanan Kiri
Gerakan mata ke bawah + +
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N. VI (abdusen)
Kanan Kiri
Gerakan bola mata ke + +
lateral
Sikap bulbus Ortho Ortho
Diplopia Tidak ada Tidak ada
N. V (trigeminus)
Kanan Kiri
Motorik
Membuka mulut Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Menggerakan rahang Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Menggigit Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Mengunyah Dapat dilakukan Dapat dilakukan
Sensorik
Divisi ophtalmika
Reflek kornea + +
Sensibilitas + +
Divisi maksila
Reflex maseter + +
Sensibilitas + +
Divisi mandibular
Sensibilitas + +
52
N. VII (fasialis)
Kanan Kiri
Raut wajah Simetris Simetris
Sekresi air mata + +
Fisura palpebra Kelopak mata dapat Kelopak mata dapat
menutup menutup
Menggerakan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/ bersiul + +
Memperlihatkan gigi + +
Sensasi lidah 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
pemeriksaan pemeriksaan
Hiperakusis + +
N. VIII (vestibularis)
Kanan Kiri
Suara berbisik + +
Detik arloji Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Rinne test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Weber test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Swabach test Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Nystagmus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Pengaruh posisi kepala - -
N. IX (glossofaringeus)
Kanan Kiri
Sensasi lidah 1/3 belakang Tidak dilakukan pemeriksaan
Reflex muntah Tidak dilakukan pemeriksaan
53
N. X (vagus)
Arkus faring Simetris
Uvula Di tengah
Menelan +
Suara Normal
Nadi Regular
N. XI (asesorius)
Kanan Kiri
Menoleh ke kanan +
Menoleh ke kiri +
Mengangkat bahu + +
N. XII (hipoglossus)
Kedudukan lidah dalam Simetris
Kedudukan lidah luar Simetris
Tremor -
Fasikulasi -
Atrofi -
4. Koordinasi
Keseimbangan Koordinasi
Stepping gait Tidak dilakukan Tes tumit lutut Baik
Romberg test Tidak dilakukan Rebound -
phenomen
Romberg test Tidak dilakukan Supinasi pronasi Baik
dipertajam
Tandem gait Tidak dilakukan Tes hidung-jari Baik
Tes jari-jari Baik
54
5. Motorik
A. Badan Respirasi Spontan, regular
Duduk -
B. Berdiri dan Gerakan -
berjalan spontan
Tremor -
Atetosis -
Mioklonik -
Korea -
C. Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Baik Baik Baik Baik
Kekuatan 555 555 555 555
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus
6. Sensibilitas
Sensibilitas taktil +/+
Sensibilitas nyeri +/+
Sensibiliast termis +/+
Sensibilitas sendi dan posisi +/+
Sensibilitas getar +/+
Sensibilitas kortikal +/+
Stereognosis +
Pengenalan 2 titik +/+
Pengenalan rabaan +/+
55
7. Refleks
A. Fisiologis Kanan Kiri Kanan Kiri
Kornea + + Biseps + +
Berbangkis - - Triseps + +
Laring - - KPR + +
Masseter - - APR + +
Dinding perut + Bulbokavernosa Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Atas + + Kremaster Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Tengah + + Sfingter Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
Bawah + +
B. Patologis
Lengan Tungkai
Hofmann- - - Babinski - -
Tromner
Chaddoks - -
Oppenheim - -
Gordon - -
Schaeffer - -
Klonus paha - -
Klonus kaki - -
8. Fungsi otonom
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Keringat : Normal
56
9. Fungsi luhur : Baik
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Darah Rutin Elektrolit
Hemoglobin : 12.0 g/dL Natrium :134.6 mEq/l
Hematokrit : 35% Kalium : 2.65 mEq/l
Leukosit : 7.580/uL Klorida : 97.5 mEq/l
Trombosit : 227.000/uL
Expertise Rontgen
Ukuran corpus vertebrae normal. Tidak tampak lesi litik/blastik. Tampak osteofit
fasies posterior CV C5-7. Kurva dan aligment normal. Pedicle, DIV Normal, FIV
tidak dapat dinilai. Prosessus spinosus tidak tampak kelainan.
Kesan : Spondilosis C5-7
57
3. Brain CT
58
Diagnosa Klinik : Sefalgia Kronik
Diagnosa Topik : Pain Sensitive Structure
Diagnosa Etiologi : Tension Type Headache Tipe
Diagnosa Sekunder : Hipertensi stage I
Hipokalemia ec low intake
Gangguan mental dan perilaku akibat
kondisi medis umum
Diagnosis Banding : Migrain
Nyeri kepala servikogenik (Sindorma
Servikal )
Penatalaksanaan
1. Umum
- Istirahat
2. Khusus
- IVFD Nacl 0.9% 16 tpm
- Clobazam 1 x ½ tablet p.o
- Paracetamol 3 x 500 mg p.o (Kapan Perlu)
- Amlodipin 1 x 10 mg p.o
- KSR 3 x 1 mg p.o
- Lorazepam 2 mg p.o
- Meloxicam 1 x 7.5 mg p.o
- Psikoterapi supportif individu
59
BAB 4
ANALISA KASUS
Bukittinggi dengan keluhan nyeri kepala hebat sejak ± 7 hari SMRS. Nyeri pada
terasa seperti diikat, nyeri terus menerus, lama nyeri lebih kurang 30 menit, nyeri
kepala timbul dan bertambah bila melihat cahaya yang silau, nyeri tidak bertambah
saat aktifitas rutin. Keluhan nyeri kepala sudah berlangsung sejak satu tahun yang
lalu dan berlangsung selama hampir sebulan, akan tetapi nyeri berkurang dengan
konsumsi antinyeri. Nyeri yang dirasakan juga mengganggu kualitas tidur pasien.
Keluhan nyeri yang dirasakan pasien menunjukkan gejala dari nyeri kepala
primer yaitu tipe tension type headache (TTH). Ditinjau dari usia dan jenis
kelaminnya, TTH paling sering terjadi di usia 40-49 tahun, akan tetapi masih cukup
sering terjadi di usia >60 tahun sedangkan berdasarkan jenis kelamin, perempuan
lebih beresiko dibandingkan laki-laki. Nyeri yang terasa pada pasien berkurang
dengan konsumsi obat antinyeri yang dibeli oleh pasien sendiri di warung sehingga
kebiasaan ini dapat menimbulkan toleransi terhadap nyeri tersebut. Nyeri yang
dirasakan pasien saat dilakukan pemeriksaan diakui pasien sebagai nyeri terberat
Keluhan lain yang dialami pasien adalah penurunan nafsu makan, akan tetapi
keluhan keluhan seperti mual dan muntah tidak ada, kejang tidak ada, serta demam
60
tidak ada. Penurunan nafsu makan juga dapat terjadi pada TTH akan tetapi TTH
bukan penyebab primer melainkan rasa nyeri yang dirasakan pasien sebagai
penyebab primer.
Riwayat penyakit dahulu pada pasien ini adalah tekanan darah (hipertensi)
sejak satu tahun yang lalu dan kontrol tidak teratur sedangkan riwayat diabetes
mellitus dan riwayat trauma tidak ada. Keluhan nyeri kepala pada pasien tidak ada
kepala.
Tidak ada keluarga pasien dengan keluhan seperti yang dialami pasien.
Pasien merupakan seorang pensiunan PNS (Guru) dan sekarang sedang mengelola
homestay. Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok dan tidak memiliki kebiasaan
minum alkohol. Salah satu faktor resiko dari TTH adalah stress akan tetapi pasien
nafas 20 kali/menit dan suhu 36,80C. Berat badan pasien adalah 80 kg dengan badan
155cm sehingga IMT pasien adalah 33,29 yang menurut kriteria IMT Asia berada
pada klasifikasi obesitas tipe I. Berdasarkan artikel NCBI berjudul “Obesity and
Headache” menyatakan bahwa seseorang dengan obesitas memiliki resiko 1,4 kali
lebih besar untuk mengalami TTH dibandingkan dengan mereka dengan berat
61
Status internus pasien dalam batas normal sedangkan untuk status
neurologikus GCS pasien memiliki total skor 15, tidak ada tanda rangsang
Pemeriksaan motoric yang dilakukan dalam batas normal dengan kekuatan motorik
pada ekstermitas atas dan bawah sama, yaitu dapat melawan gravitasi dan melawan
tahanan atau kekuatan normal. Pemeriksaan sensorik dan sensibilitas dalam batas
normal. Fungsi otonom seperti miksi, defekasi, dan sekresi keringat keseluruhannya
dalam batas normal. Pemeriksaan fungsi luhur pada pasien dalam batas normal.
fisis yang normal. Anamnesis menunjukkan adanya gejala khas pada nyeri kepala
primer yaitu Tension Type Headache (TTH). Selain itu karakteristik gejalanya juga
dijadikan dasar untuk mendiagnosis nyeri kepala tipe ini sehingga informasi tentang
tipe nyeri, lokasi, frekuensi dan durasinya harus jelas. 8 Tension Type Headache
62
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang/berat, tumpul seperti
ditekan atau diikat, tidak berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah
kulit kepala, oksipital, dan belakang leher, terjadi spontan, memburuk oleh stress,
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis TTH dan pada saat dilakukan
pemeriksaan laboratorium dari pasien didapatkan hasil dalam batas normal kecuali
pada kalium yaitu 2,65 mEq/l yang menandakan pada pasien mengalami
didapatkan kesan spondilosis C5-7, tetapi tidak sesuai dengan klinis pasien. Pada
aktivitas. Selain itu, pada TTH salah satu dari kriteria diagnosisnya adalah tidak
disertai dengan penyakit lain. Pada pemeriksaan Brain CT didapatkan kesan dalam
gangguan somatoform yang dialami oleh pasien. Diagnosis dari bagian psikiatri
63
Terapi yang Diberikan
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah terapi non-farmakologi dan
terapi farmakologi. Terapi non-farmakologi : bed rest, dan menghindari faktor yang
memperberat dari keluhan, selanjutnya pada pasien ini juga diberikan terapi
cairan tubuh, selain itu diberikan Clobazam 1x½ tablet untuk menangani keluhan
amlodipine 1x10mg peroral untuk mengatasi hipertensi pasien, KSR 3x1mg peroral
untuk mengatasi hypokalemia pasien dan meloxicam 1x75 mg peroral sebagai Non-
enzim yang memproduksi prostaglandin, yaitu senyawa yang dilepas tubuh yang
Kesimpulan
dengan diagnosis klinik sefalgia kronik, diagnosis topik yaitu pain sensitive
sekunder Hipertensi stage I, hypokalemia ec low intake dan gangguan mental dan
perilaku akibat kondisi medis. Diagnosis banding pada pasien ini adalah migraine
dan nyeri kepala servikogenik (Sindroma Servikal) ec spondylosis C5-7 Pasien ini
64
DAFTAR PUSTAKA
1. Rooper AH, Samuel MA, Klein JP. Adams and Victor’s principles of
2013:33(9):629.
7. Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J,
65