Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH CASE STUDY

SAKIT KEPALA (TENSION)


BLOK KEPERAWATAN NEUROPSIKIATRI II

OLEH :
KELOMPOK V

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
OKTOBER
2016

LEMBAR PENGESAHAN

Mata Kuliah

: Keperawatan Neuropsikiatri II

Dosen Pengampu

: Herry Setiawan ,Ns, M.Kep.

Kelompok

:V

Nama Anggota

:
Aulia Rachmah

I1B114052

Ayu Dwi Lestari

I1B114051

Chairunnisa Mei Yuni

I1B114053

Diky Rizayanoor

I1B114056

Efriliana

I1B114214

Ihsanul Fajri

I1B114061

Muhammad Makmur

I1B114068

Rina Lidia

I1B114201

Siti Marhamah

I1B114037

Banjarbaru, 12 Oktober 2016


Dosen

Irfan Maulana, S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.,KMb

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
izin-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk menambah ilmu pengetahuan dari
para mahasiswa terutama mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan dan kami
sendiri sebagai penulis. Harus disadari bahwa perkembangan pengetahuan
keperawatan semakin pesat sehingga dengan selalu mengikuti perkembangan yang
ada kita akan semakin kaya pengetehuan tentang keperawatan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak. Kritik ataupun masukan
yang bertujuan menyempurnakan makalah ini sangat diharapkan dari para pembaca,
karena penulis menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan
makalah ini

Banjarbaru, 8 Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
Lembar pengesahan ............................................................................................ i
Kata pengantar .................................................................................................... ii
Daftar isi ...............................................................................................................iii
BAB I
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................................... 2
1. Tujuan umum .......................................................................................... 2
2. Tujuan khusus ......................................................................................... 2
BAB II
A. Konsep penyakit ............................................................................................ 3
B. Asuhan keperawatan ..................................................................................... 13
BAB III
A. Kesimpulan ................................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Sakit kepala (headache atau sefalgia) merupakan keluhan yang sangat


umum pada pasien. Sefalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik
paling utama pada manusia. Sakit kepala yang sering timbul di masyarakat adalah
nyeri kepala tanpakelainan organik, dengan kata lain adalah nyeri kepala yang
disebabkan oleh faktor psikis.
Sakit kepala menahun dan sakit kepala kambuhan bisa terasa sangat nyeri
dan mengganggu, tetapi jarang mencerminkan keadaan kesehatan yang serius.
Suatu perubahan dalam pola atau sumber sakit kepala (misalnya dari jarang
menjadi sering, sebelumnya ringan sekarang menjadi berat) bisa merupakan
pertanda yang serius dan memerlukan tindakan medis segera.
Sebagian besar sakit kepala merupakan ketegangan otot, migren atau
nyerikepala tanpa penyebab yang jelas. Sakit kepala banyak yang berhubungan
dengan kelainan di mata,hidung, tenggorokan, gigi dan telinga. Tekanan darah
tinggi bisa menyebabkan perasaan berdenyut di kepala, tetapi tekanan darah
tinggi jarang menyebabkan sakit kepala menahu
Dalam anamnesis akan ditanyakan kualitas nyeri, intensitas, lokasi, durasi,
frekuensi,gejala yang mnyertai serta perjalanan penyakitnya. Nyeri kepala yang
berlangsung kronik dan sering kambuh tentu berbeda dengan nyeri dengan nyeri
yang akut. Nyeri yang kronik dan sering kambuh cenderung ke penyebab vaskuler
dan psikogenik, sedangkan yang akut danberat mungkin mempunyai latar
belakang yang lebih serius. Secara garis besar sakit kepala dibagi menjadi dua
macam; primer dan sekunder. Pada sakit kepala primer, artinya nyeri kepala
tersebut bukan timbul karena ada kelainan yang mendasari. Dengan kata lain,
sakit kepala merupakan penyakit tersendiri, dengan patofiologi tersendiri pula.
Sakit kepala primer yang utama berdasarkan klasifikasi dari IHS adalah: (1)
migren dengan dan tanpa aura, (2) nyeri kepala tipe tegang (tension-type
headache), dan (3) nyeri kepala berkelompok (cluster headache). Sedangkan sakit
kepala sekunder dapat dibagi menjadi nyeri kepala yang disebabkan oleh karena trauma
pada kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskularkranial dan servikal,
sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intracranial (1).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui bagaimana asuhan kerawatan yang tepat pada penyakit
sakit kepala
2. Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui pengertian sakit kepala (migren, cluster, tension)
2. Untuk mengetahui etiologi sakit kepala (migren, cluster, tension)
3. Untuk mengetahui manifestasi sakit kepala (migren, cluster, tension)
4. Untuk mengetahui patofisiologi sakit kepala (migren, cluster, tension)
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan sakit kepala (migren, cluster, tension)
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan sakit kepala (migren, cluster,
tension)

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SAKIT KEPALA


(TENSION)
A. KONSEP PENYAKIT

1. Definisi
Sakit kepala dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan
pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang
kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk).
Chepalgia atau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling
utama pada manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan
penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik (neurologi atau penyakit
lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala
tegang) atau kombinasi respon tersebut. Karena nyeri kepala sering menyertai
pada penyakit-penyakit lainnya, terkadang pasien mengobati sendiri nyeri
kepalanya, padahal banyak nyeri kepala yang disebabkan karena penyakit
serius seperti infeksi dan tumor intracranial, meningitis, infeksi akut, cedera
kepala, hipoksia serebral, atau penyakit kronis dan akut pada mata, hidung,
dan tenggorokan. Nyeri kepala terjadi ketika area sensitif pada kepala
distimulus kemudian diproyeksikan ke permukaan dan dirasakan di daerah
distribusi syaraf yang bersangkutan. Area-area tersebut diantaranya kulit
kepala, periosteum, syaraf kranial V, IX, X, daerah meningen (2).

2. Klasifikasi (4)
a

Nyeri kepala primer


1

Migren

Migren adalah nyeri kepala berulang dengan serangan nyeri yang


berlangsung 4-72 jam. Nyer biasanya sesisi (unilateral), sifatnya
berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat, diperhebat oleh
aktivitas dan dapat disertai mual dan atau muntah dan perubahan
visual. Fotopobia, dan fonofobia.
2

Tension Type Headache


Tension-type headache adalah suatu keadaan yang melibatkan sensasi
leher atau rasa tidak nyaman di kepala, kulit kepala, atau leher yang
biasanya berhubungan dengan ketegangan otot di daerah ini.
Tension type headache dapat diklasifikasikan menjadi:
a

Episodic Tension-type Headache


Sekurang-kurangnya terdapat 10 serangan nyeri kepala yang
memenuhi kriteria di bawah ini dan dengan jumlah hari nyeri
kepala <15 hari/bulan. Nyeri kepala berlangsung antara 30 menit
hingga 7 hari. Sekurang-kurangnya terdapat 2 karakteristik nyeri
di bawah ini:
1. Terasa seperti ditekan atau diikat namun tidak berdenyut.
2. Lokalisasinya bilateral.
3. Tidak bertambah berat saat naik tangga ataupun aktivitas fisik

yang rutin dilakukan.


4. Tidak ada mual ataupun muntah.
5. Fotopobia dan fonofobia tidak ada atau hanya salah satu.
6. Tidak ada nyeri kepala akibat sebab lain.
Chronic Tension-type Headache
Frekuensi dan rata-rata nyeri kepala > 15 hari/bulan dan

berlangsung > 6 bulan serta memenuhi kriteria diatas.


3. Cluster headache
Nyeri kepala cluster merupakan nyeri kepala vaskuler, dikenal
dengan istilah nyeri kepala Harton,nyeri kepala histamine, migren
merah. Nyeri kepala ini dirasakan sesisi seperti ditusuk-tusuk pada
separuh kepala, pada area bola mata, pipi, hidung, langit-langit, gusi,
dan menjalar ke frontal, temporal, dan oksipital. Sisi yang terkena
konjungtivanya menjadi merah, timbulnya lakrimasi, ptosis, edema
9

mata, sebelah hidung tersumbat, dan hipersaliva.


Nyeri kepala ini terjadi pada waktu-waktu tertentu, umumnya
pada dini harri dan biasanya pasien akan terbangun karena nyeri.
Serangan ini berlangsung 15 menit sampai 5 jam dan terjadi beberapa
kali selama 2-6 minggu. Factor pencetus nyeri kepala cluster adalah
makanan dan minuman yang beralkohol.
c

Other primary headaches

b. Nyeri kepala sekunder


a

Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan / atau leher.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler cranial atau


servikal

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler


intracranial.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan hemostasis

Nyeri kepala atau nyeri vaskuler berkaitan dengan kelainan kranium,


leher, mata, telinga, hidung, sinus,gigi,mulut, atau struktur facial atau
kranial lainnya.

Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.

3. Etiologi
Sakit kepala penyebabnya multifaktorial, seperti kelainan emosional, cedera
kepala, migraine, demam, kelainan vaskuler intrakranial otot, massa
intrakranial, penyakit mata, telinga /hidung (5).

4. Manifestasi klinis (6)


a Migren
Tanda dan gejala migren bervariasi di antara penderita. Terdapat 4 fase
10

yang umum terjadi pada penderita migren, tetapi semuanya tidak harus
selalu dialami oleh penderita.
Fase-fase tersebut antara lain:
1. Fase Prodromal. Fase ini dialami 40-60% penderita migren. Gejalanya
berupa perubahan mood, iritabel, depresi atau euforia, perasaan lemah,
letih, lesu, tidur berlebihan, menginginkan jenis makanan tertentu
(coklat) dan gejala lainnya. Gejala ini muncul beberapa jam atau hari
sebelum fase nyeri kepala. Fase in memberi pertanda kepada penderita
atau keluarga bahwa akan terjadi serangan migren.
2. Fase Aura. Aura adalah gejala neurologis fokal kompleks yang
mendahului atau menyertai serangan migren. Fase ini mucul bertahap
selama 5-20 menit, dan bertahan kurang dari 60 menit. Aura ini dapat
berupa sensasi visual, sensorik, motorik, atau kombinasi dari aura-aura
tersebut.
Aura visual muncul pada 64% kasus dan merupakan gejala
neurologis yang paling umum terjadi. Yang khas untuk migren
adalah scintillating scotoma: tampak bintik-bintik kecil yang banyak,
gangguan visual homonim, gangguan salah satu sisi lapangan
pandang, persepsi adanya cahaya berbagai warna yang bergerak pelan
(fenomena positif). Kelainan visual lainnya adalah adnya skotoma
( fenomena negatif) yang bisa timbul pada salah satu mata atau kedua
mata. Kedua fenomena ini bisa timbul bersamaan dan berbentuk zigzag. Aura pada migren biasanya hilang dalam beberapa menit dan
kemudian diikuti dengan periode laten sebelum timbul nyeri kepala.
Walaupun ada juga yang melaporkan tanpa periode laten.
1. Fase Nyeri Kepala. Nyeri kepala migren biasanya berdenyut,
unilateral dan awalnya berlokasi di daerah frontotemporalis dan
okular, kemudian setelah 1-2 jam menyebar secara difus ke arah
11

posterior. Serangan berlangsung selama 4-72 jam pada orang


dewasa, sedangkan pada anak-anak berlangsung pada 1-48 jam.
Intensitas nyeri nerkisar dari sedang sampai berat dan dapat
mengganggu pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Fase

Postdromal.

Pasien

mungkin

merasa

lelah,

iritabel,

konsentrasi terganggu, dan perubahan mood. Akan tetapi, beberapa


orang merasa segar atau euforia setelah serangan, sedangkan
yang lainnya merasa depresi dan lemas.
b

Tension type headache (Nyeri kepala tegang)


Gejala klinis yang dapat ditemukan pada tension-typeheadache adalah:
1. Tidak ada gejala prodnormal atupun aura.
2. Nyeri dapat ringan hingga sedang maupun berat.
3. Terasa seperti ditekan atau diikat namun tidak berdenyut.
4. Lokalisasinya bilateral.
5. Tidak bertambah berat saat naik tangga ataupun aktivitas fisik yang

rutin dilakukan.
6. Tidak ada mual ataupun muntah.
7. Fotopobia dan fonofobia tidak ada atau hanya salah satu.
8. Tidak ada nyeri kepala akibat sebab lain.
Cluster
Tanda dan gejala kususnya adalah :
1. Sakit yang mengerikan, biasanya terdapat pada atau sekitar mata, tapi
dapat merambat pada area lain di wajah, kepala, leher dan pundak.
2. Sakit pada satu sisi
3. Kegelisahan
4. Keluar air mata secara berlebihan
5. Mata merah sebagai efek samping

12

6. Lendir atau basah pada lubang hidung sebagai efek samping pada
wajah
7. Berkeringat, kulit pucat pada wajah
8. Bengkak di sekitar mata sebagai efek samping pada wajah
9. Ukuran pupil yang mengecil
10. Kelopak mata yang layu
5. Patofisiologi (3)
a Migren
Migren headache merupakan gangguan nyeri kepala ditandai dengan
adanya serangan nyeri

yang berkepanjangan dan tiba-tiba dengan

vasokonstriksi yang diikuti dengan vasodilatasi. Migren headache dapat


diawali dengan adanya aura atau berbagai sensasi prodromal seperti silau,
penglihatan ganda dsb dimana ini merupakan indikasi adanya disfungsi
serebral fokal. Berkenaan dengan migren ini dikatakan bahwa
kemungkinan

disebabkan

oleh

ketegangan

emosional

yang

berkepanjangan. Ini akan menyebabkan reflek vasospasmus dari beberapa


arteri di kepala termasuk arteri yang mensuplai otak. Vasospasmus akan
menyebabkan sebagian otak menjadi iskemik dan menyebabkan gejala
prodromal. Iskemik yang berkepanjangan menyebabkan dinding vaskular
menjadi flasik dan tidak mampu mempertahankan tonus vaskular. Desakan
darah menyebabkan pembuluh darah berdilatasi dan terjadi peregangan
dinding arteri sehingga menyebabkan nyeri atau migren.
b Tension type headache (Nyeri kepala tegang)
Tension headache merupakan nyeri kepala yang pada umumnya
disebabkan oleh ketegangan dan kontraksi otot-otot leher dan kepala. Ini
akan menyebabkan tekanan pada serabut syarafdan konstriksi pembuluh
darah pada dasar leher yang pada gilirannya akan makin menambah
tekanan dan menyebabkan buangan sisa (asam laktat) menumpuk.

13

Akumulasi ini menyebabkan timbulnya nyeri. Ketegangan otot ini pada


umumnya merupakan reaksi yang tidak disadari terhadap stres. Akan
tetapi, aktifitas-aktifitas yang membutuhkan kepala harus bertahan pada
satu posisis dapat menyebabkan nyeri kepala jenis ini, ataupun tidur
dengan letak leher yang tidak benar(tegang)dapat merpakan penyebab
tension headache.
c.

Cluster
Focus patofisiologi di arteri karotis intrakavernosus yang merangsang
pleksus perikarotis. Pleksus ini mendapat rangsangan dari cabang 1 dan 2
nervus trigeminus, ganglia servikalis superior/SCG (simpatetik) dan
ganglia sfenopalatinum/SPG (parasimpatetik). Diperkirakan focus iritatif
di dan sekitar pleksus membawa impuls-impuls ke batang otak dan
mengakibatkan rasa nyeri di daerah periorbital, retroorbital dan dahi.

6. Penatalaksanaan (2)
a.
Migren
Terdiri dari 2 macam, yaitu:
1.

Pengobatan akut/segera (abortif).

Jenis obat yang dipakai adalah:


a. Aspirin dan NSAID dosis tinggi (900 mg) untuk serangan
ringan serta sedang.
b. Kombinasi analgesik dan antiemetik, contoh: aspirin dengan
metoklopramid atau parasetamol dengan domperidon untuk
serangan ringan sampai sedang.
c. Analgesik yang mengandung opiat, contoh: almotriptan,
eletriptan, frovatriptan, naratriptan, sumatriptan, rizatriptan,
zolmitriptan yang terdapat dalam bentuk sediaan oral,
semprotan hidung, subkutan, dan rektal supositoria. Sediaan
oral sesuai untuk intensitas nyeri kepala ringan sampai sedang
untuk menjaga absorbsinya. Obat ini harus diberikan dengan

14

dosis optimal dan sebaiknya diulang setiap 2 jam (untuk


naratriptan setiap 4 jam), sampai nyeri kepala hilang
sepenuhnya atau telah mecapai dosis maksimal. Golongan
triptan sebaiknya tidak digunakan dalam 24 jam setelaj
pemakaina triptan jenis lain.
d. Dihidroergotamin (DHE) untuk semua jenis serangan.
2.

Pengobatan preventif (profilaksis). Macam-macam obat pilihan


pertama yang dianggap efektif dalam pengobatan preventif
adalah:
Penyekat- misalnya atenolol, bisoprolol, metoprolol, nadolol,
propanolol, dan timolol.
Pemakaian penyekat

dikontraindikasikan

pada

sinus

bradikardi, penyakit paru obstruktif (asma), dan DM.


a. Antagonis serotonin (5-HT2), misalnya: metisergid dan
siproheptadin.
b. Antidepresan trisiklik, misalnya amitriptilin.
c. Penyekat-Ca, misalnya: flunarisin dan verapramil
Meningkatkan ambang rangsang nyeri : Antikomvulsan,
misalnya:Na valproat dan topiramat.
b.

Tension type headache (Nyeri kepala tegang)


Terapi Non-farmakologi
a. melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20
sampai 30 menit
b. perubahan posisi tidur

15

c. pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain


d. Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah :
e. Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan
komputer, atau saat menonton televisi
f. Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising
g. Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari
Terapi farmakologi
a. Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat
nyeri. Contoh : Obat-obat OTC seperti aspirin, acetaminophen,
ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan
kafein dapat meningkatkan efek analgesik
b. Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti
mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas atau depresi
pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau
antidepresan lainnya. Hindari penggunaan analgesik secara kronis
c. memicu rebound headache
d. Cluster

Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah


serangan (profilaksis)
Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral
Obat-obat terapi abortif:
a. Oksigen

b. Ergotamin

16

c. Dosis sama dengan dosis untuk migrain


d. Sumatriptan
Obat-obat untuk terapi profilaksis:
a. Verapamil
b. Litium
c. Ergotamin
d. Metisergid
e. Kortikosteroid
f. Topiramat
Terapi Nonfarmakologi headache:
1. Terapi Akupuntur, Penggunaan akupuntur dilakukan di titik-titik
yang direkomendasikan menggunakan 10 sampai 12 jarum, 30
menit per minggu, selama 10 hingga 12 minggu.
2. Latihan fisik, Latihan fisik mengurangi intensitas dan bahkan
membebaskan sakit kepala sebagian pasien hingga enam bulan.
Selain itu juga bisa dilakukan latihan olahraga yang mengarah
pada otot-otot bahu dan leher, masing-masing selama 100 kali, dan
ditambah pula dengan mengayuh sepeda ergonomik serta
peregangan.
3. Latihan relaksasi, Latihan relaksasi mencakup latihan pernapasan,
teknik mengendalikan stres, serta bagaimana bersikap rileks
selama beraktivitas dan dalam menjalani hidup sehari-hari.
17

B. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Tuan B, umur 50 tahun, datang ke Poliklinik Syaraf RSUD Ratu Zalecha
Martapura mengeluh sakit kepala rasa ditekan/berat pada kedua belah sisi
kepalanya, sakit tidak bertambah berat meski dengan aktivitas fisik rutin, tidak
terdapat keluhan mual atau muntah, menurutnya dalam sebulan ia mengalami
serangan sakit kepala ini rata-rata 15 hari dalam sebulan, tidak ada riwayat
menderita gangguan penyakit lain.
A. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama
: Tuan B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur
: 50 tahun
b. Diagnosa Medis : Tension Headache
c. Riwayat Penyakit
1. Riwayat sekarang
Klien mengeluh sakit kepala Rasa ditekan/berat pada kedua belah
sisi kepalanya, sakit tidak bertambah berat meski dengan aktivitas
fisik rutin, tidak terdapat keluhan mual atau muntah, menurutnya

18

dalam sebulan ia mengalami serangan sakit kepala ini rata-rata 15


hari dalam sebulan.
2. Riwayat Penyakit Terdahulu
Tidak ada masalah
3. Riwayat Keluarga
Tidak ada masalah

d. Pengkajian Pola Gordon


1. Pola persepsi kesehatan
Kaji tingkat pemahaman pasien dalam penanganan kesehatan
apakah pasien sudah memahami bagaimana cara mengatasi
penyakit yang dideritanya dan anggapan pasien terhadap
penyakit yang dideritanya.
Pada kasus :
Klien mengatakan dalam sebulan ia mengalami serangan sakit
kepala rata rata 15 hari dalam sebulan, dari data tersebut bahwa
klien belum bisa memahami bagaimana cara mengatasi sakit kepala
yang dideritanya dengan baik.
2. Pola Nutrisi-metabolik
Kaji status nutrisi klien, apakah keadaan sakit pasien dapat
mengganggu status nutrisi pasien seperti masukan nutrisi dan
metaboliknya baik minum maupun makan, dan apakah berat
badan sebelum dan setelah sakit ada perubahan.
Pada kasus :
Tidak ada masalah pada pola nutrisi metabolic, tetapi pada
penderita sakit kepala dengan skala nyeri berat biasanya akan
terganggu pada nafsu makan pasien di karenakan nyeri yang
dideritanya.
3. Pola Eliminasi
Kaji pengaruh keadaan sakit pasien terhadap pola eliminasi
seperti BAB dan BAK apakah terjadi masalah seperti masalah
inkontinensia urin dan defekasi, dan kaji frekuensi BAB dan
BAK pasien, warna, dan konsistensi.
19

Pada kasus :
Tidak ada masalah pada pola eiminasi

4. Pola Aktivitas - latihan


Kaji aktivitas pasien selama sakit dengan keadaan pasien yang
sekarang apakah pasien ada hambatan saat menjalakan
aktivitas, kaji pernafasan apakah selama aktivitas pernafasan
pasien dalam rentang normal, kaji kekuatan otot apakah pada
kekuatan otot pasien terjadi kelemahan atau terjadi penurunan
kekuatan otot.
Pada kasus :
Klien tidak ada masalah dalam pola aktivias latihan, tetapi pada
penderita sakit kepala dengan skala nyeri berat biasanya akan
terganggu aktivitasnya di karenakan nyeri yang dideritanya.
5. Pola istirahat - tidur
Kaji kebutuhan istirahat pasien dengan keadaan pasien
sekarang apakah pada pola tidur pasien terganggu akibat
penyakit yang dideritanya, apakah kualias tidur dan istirahat
pasien normal selama 8 jam.
Pada kasus :
Klien tidak ada masalah dalam pola istirahat tidur, tetapi pada
penderita sakit kepala dengan skala nyeri berat biasanya akan
terganggu pada pola tidurnya di akibatkan oleh nyeri yang di
deritanya.

6. Pola kognitif-persepsi
Kaji keadaan pasien terhadap penyakit yang di deritanya
apakah penyakit yang diderita pasien terasa nyeri atau tidak,
apakah pada fungsi penglihatan pasien ada terganggu seperti

20

penglihatan kabur dan mata berair, apakah fungsi pendengaran


pasien masih normal
Pada kasus :
Klien mengeluhkan sakit kepala rasa ditekan atau berat pada
kedua belah sisi kepalanya, sakit tidak bertambah berat meski
dengan aktivitas fisik rutin, dari data tersebut bahwa klien
mengalami masalah pada pola kognitif persepsi karena klien
mengeluhkan nyeri.
7. Pola Persepsi diri-konsep diri
Kaji persepsi dan gambaran diri pasien terhadap keadaan
sakitnya sekarang apakah pasien merasa malu atau merasakan
tidak dibutuhkan lagi oleh keluarga di karenakan penyakit yang
dideritanya, kaji sejauh mana penilaian diri pasien terhadap
keadaan fisiknya sekarang apakah pasien dapat menerima
keadaannya atau tidak, dan kaji adakah bagian tubuh yang
tidak disenangi pasien setelah sakit seperti pasien tidak suka
dengan tangan, kaki atau bagian tubuh lainnys dikarenakan
bagian tersebut mengalami luka yang parah dan sebagainya.
Pada kasus :
Klien tidak ada masalah pada pola persepsi diri konsep diri

8. Pola peran-hubungan
Kaji tentang peran
keluarga

dan

pasien

bertanggung

sebagai
jawab

kepala
atas

keluarganya
Pada kasus :
Klien tidak ada masalah pada pola peran hubungan
9. Pola seksualitas-reproduksi
Kaji tentang aktivitas seksual apakah aktivitas
seksual pada pasien seperti biasa atau tidak.

21

Pada kasus :
Klien tidak ada masalah pada pola seksualitas reproduksi
10. Pola koping-toleransi stress
Kaji koping terhadap stressor yg dialami pasien dan keluarga
apakah

terganggu

atau

tidak

mengenai

toleransi stressnya.
Pada kasus :
Klien tidak ada masalah pada pola koping toleransi stress
11. Pola nilai - kepercayaan
Kaji penerimaan pasien terhadap keadaan sakitnya, kaji
tentang agama pasien dan bagaimana pasien
menyikapi penyakit dengan ajaran agamanya.
Pada kasus :
Klien tidak ada masalah pada pola nilai - kepercayaan

B. Analisa Data
No.

Data

1.

DS:

Etiologi

Masalah
Keperawatan

Klien mengeluh sakit kepala

Agen cidera biologis

rasa ditekan/berat pada

(sakit kepala)

Nyeri akut

kedua belah sisi kepalanya

2.

DO: DS :
klien mengatakan serangan

Defisiensi

sakit kepala ini rata-rata 15

pengetahuan

22

hari dalam sebulan

3.

Kurang informasi

DO : DS :
Klien mengeluh sakit kepala
rasa ditekan/berat pada

Sakit akut (sakit kepala


tension)

kedua belah sisi kepalanya

Resiko jatuh

DO:

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri aku b.d agen cedera biologis (sakit kepala tension)
2. Defisiensi pengetahuan b.d kurang informasi
3. Resiko jatuh dengan fator sakit akut (sakit kepala tension)
D. Rencana keperawatan
N

Diagnosa

Kriteria Hasil (NOC)

Intervensi Keperawatan

o. Keperawatan
(NIC)
1. Nyeri aku b.d agens Setelah dilakukan tindakan Analgesic Administration
cidera biologis (nyeri keperawatan selama 3 x 30
kepala)

1. Tentukan

lokasi,

menit, diharap kan masalah

karakteristik, kualiatas dan

teratasi dengan label :

keparahan nyeri sebelum

1.
2.
3.
4.

Pain control
Pain level
Comfort status
Vital sign

mengobati pasien
2. Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis dan
frekuensi obat analgesic

Kriteria Hasil :
1. Klien

mengatakan

nyeri berkurang dari


skala 3 ke skala 1
2. Klien
dapat
mengontrol

gejala

yang akan timbul

23

yang diberikan
3. Tentukan pilihan

obat

analgesic (narkotik, nonnarkotik, atau NSAID),


berdsarkan

tipe

dan

tingkat keparahan nyeri


4. Berikan
kebutuhan

3. TTV dalam rentang


normal

(RR

16-

kenyamanan dan aktivitas


lain yang dapat membantu

20x/menit, T 36-37oC,

relaksasi

P 80-100x/menit, BP

memfasilitasi

110-120/80-90 mmHg

untuk
penurunan

nyeri
5. Berikan analgesic sesuai
dengan waktu paruh obat,
terutama nyeri berat
6. Evaluasi
keefektiviasan
dari

analgesik

yang

diberikan
Pain Management
1. Lakukan pengkajian nyeri
secara

komprehensif

meliputi

lokasi,

karakteristik, onset/durasi,
frekuensi,

kualitas,

intensitas atau beratnya


nyeri serta faktor pencetus
2. Observasi
adanya
petunjuk

nonverbal

mengenai
ketidaknyamanan
terutama
yang

pada

mereka

tidak

dapat

berkomunikasi

secara

efektif
3. Pertimbangkan

pengaruh

budaya terhadap respon


nyeri
4. Tentukan

24

akibat

dari

pengalaman

nyeri

terhadap kualitas hidup


(misalnya;

tidur,

nafsu

makan, performa kerja dan


sebagainya)
5. Gali
bersama

pasien

faktor-faktor yang dapat


menurunkan

atau

memperberat nyeri
6. Evaluasi
pengalaman
nyeri dimasa lalu
7. Berikan
informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama

nyeri

akan

dirasanakan, dan antisipasi


dari

akibat

ketidaknyamanan
prosedur
8. Ajarkan

dari

prinsip-prinsip

manajemen nyeri
9. Kolaborasikan
dengan
pasien, orang terdekat, dan
tim

kesehatan

untuk

lainnya

memilih

dan

mengimplementasikan
tindakan panurunan nyeri
Heat/cold Application
1. Jelaskan
(aplikasi)

penggunaan
panas

atau

dingin, alas an perawatan,

25

dan bagaimana ha tersebut


akan mempengaruhi gejala
pasien
2. Pilih metode

stimulasi

yang nyaman dan tersedia


3. Pertimbangkan
kondisi
kulit

dan

identifikasi

setiap

perubuhan

memerlukan

yang

perubahan

prosedur

atau

kontraindikasi

terhadap

stimulasi
4. Pilih area stimulasi
5. Instruksikan
bagimana
menghindari
jaringan

kerusakan

yang

terkait

dengan aplikasi panas atau


dingin
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu
dan

status

pernafasan

dengan tepat
2. Monitor TD, denyut nadi,
dan pernapasan sebelum,
selama

dan

setelah

beraktivitas
3. Identifikasi kemungkinan
penyebab
2.

Defisiensi
pengetahuan

perubahan

tanda-tanda vital
Setelah dilakukan tindakan Teaching : Disease Process
b.d keperawatan selama 2 x 1. Kaji tingkat pengetahuan

26

kurang informasi

pertemuan
masalah

diharap
teratasi

kan

pasien

terkait

dengan

proses

penyakit

label :
1. Knowledge : disease

spesifik
2. Jelaskan

dengan
yang

patofiologi

penyakit dan bagaimana

process
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat memahami
konsep penyakit

hubungannya
anatomi

dengan

dan

fisiologi,

sesuai kebutuhan
3. Review pengetahuan pasien
mengenai kondisinya
4. Beri informasi kepada
keluarga/orang
penting

yang

bagi

mengenai

pasien

perkembangan

pasien
5. Edukasi pasien mengenai
tindakan

untuk

mengkontrol/meminimalka
3.

n gejala, sesuai kebutuhan


Resiko jatuh dengan Setelah dilakukan tindakan Exercise Therapy : Balance
faktor resiko sakit akut asuhan keperawatan selama
(sakit kepala tension)

1. Intruksikan pasien untuk

3x8 jam masalah pasien

melakukan

latihan

dapat teratasi tengan

keseimbangan,

seperti

1) Falls Occurrence
2) Balance
Dengan Kriteria hasil:

berdiri dengan satu kaki,

Pasien dapat pertahankan


keseimbangan dari posisi
duduk ke posisi berdiri.
pertahankan keseimbangan
ketika berjalan.

27

membungkukkan
depan,

peregangan

ke
dan

resistensi, yang sesuai.


2. Bantu dengan program
penguatan

pergelangan

kaki berjalan
3. Bantu
pasien

untuk

berpartisipasi

dalam

latihan peregangan sambil


berbaring,

duduk

dan

berdiri
Fall Prevention :
1. Monitor
(terutama

gaya

berjalan

kecepatan),

keseimbangan dan tingkat


kelelahan dengan ambulasi
2. Tanyakan pasien mengenai
persepsi

keseimbangan,

dengan tepat
3. Bantu ambulasi individu
yang keseimbangan

E. Implementasi keperawatan
Hari/tanggal : Rabu/ 12 Oktober 2016
No

Diagnosa

.
1.

Keperawatan
Nyeri akut b.d agen 08.00-08.15
cidera

Implementasi Keperawatan
Jam
Tindakan
1. Menentukan

biologis

lokasi,

karakteristik, kualiatas dan

(sakit kepala)

keparahan nyeri sebelum


mengobati pasien
2. Menentukan pilihan obat
analgesic (narkotik, nonnarkotik,

atau

NSAID),

berdsarkan tipe dan tingkat


keparahan nyeri
3. Memberikan

analgesic

sesuai dengan waktu paruh


obat, terutama nyeri berat
4. Mengevaluasi
keefektiviasan

28

dari

analgesik yang diberikan


5. Melakukan
pengkajian
nyeri secara komprehensif
meliputi

lokasi,

karakteristik, onset/durasi,
frekuensi,
intensitas

kualitas,
atau

beratnya

nyeri serta faktor pencetus


6. Menentukan akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup (misalnya;
tidur,

nafsu

performa

makan,

kerja

dan

sebagainya)
7. Menggali bersama pasien
faktor-faktor

yang

menurunkan

dapat
atau

memperberat nyeri
8. Mengevaluasi pengalaman
nyeri dimasa lalu
9. Memberikan
informasi
mengenai

nyeri,

seperti

penyebab

nyeri,

berapa

lama

nyeri

akan

dirasanakan, dan antisipasi


dari

akibat

ketidaknyamanan dari
10. Menggunakan
metode
akupuntur
11. Menjelaskan

penggunaan

(aplikasi) panas atau dingin,


alas

29

an perawatan, dan

bagaimana ha tersebut akan


mempengaruhi

gejala

pasien
12. Memiilih metode stimulasi
yang nyaman dan tersedia
13. Memonitor TD, nadi, suhu
dan
2.

Defisiensi
pengetahuan

status

pernafasan

dengan tepat
1. Mengkaji tingkat pengetahuan

08.30-08.45
b.d

pasien terkait dengan proses

kurang informasi

penyakit yang spesifik


2. Menjelaskan
patofiologi
penyakit

dan

bagaimana

hubungannya dengan anatomi


dan fisiologi, sesuai kebutuhan
3. Mereview pengetahuan pasien
mengenai kondisinya
4. Memberi informasi

kepada

keluarga/orang yang penting


bagi

pasien

mengenai

perkembangan pasien
5. Mengedukasi pasien mengenai
tindakan

untuk

mengkontrol/meminimalkan
3.

Resiko
dengan

gejala, sesuai kebutuhan


1. Mengintruksikan pasien untuk

jatuh 08.30-08.45
faktor

melakukan

latihan

resiko sakit akut

keseimbangan, seperti berdiri

(sakit

dengan

kepala

tension)

satu

membungkukkan

kaki,
ke

depan,

peregangan dan resistensi, yang


sesuai.
2. Membantu
30

dengan

program

penguatan

pergelangan

kaki

pasien

untuk

dalam

latihan

berjalan
3. Membantu
berpartisipasi

peregangan sambil berbaring,


duduk dan berdiri
F. Evaluasi keperawatan
No

Diagnosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan

.
1.

Nyeri akut b.d agen S: pasien mengatakan nyeri mulai berkurang


cidera biologis (sakit
kepala)

O: skala nyeri pasien turun dari skala 3 ke 1


A: masalah pasien teratasi sebagian

P: intervensi dilanjutkan
S: pasien mengatakan paham dengan konsep

Defisiensi
pengetahuan

b.d penyakit

kurang informasi
O: pasien dapat menjawab pertanyaan tentng
konsep penyakit
A: masalah pasien teratasi

P: intervensi dihentikan
Resiko Jatuh dengan S: pasien dapat mengontrol tindakan yang dapat
faktor resiko sakit akut beresiko jatuh
(sakit kepala tension)
O: pasien tidak ada mengalami jatuh

31

A: masalah pasien teratasi sebagian


P: intervensi dilanjutkan

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Sakit kepala dikatakan sebagai rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan
pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke daerah belakang
kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk).
Sakit kepala menahun dan sakit kepala kambuhan bisa terasa sangat
nyeri dan mengganggu, tetapi jarang mencerminkan keadaan kesehatan yang
serius. Suatu perubahan dalam pola atau sumber sakit kepala (misalnya dari
jarang menjadi sering, sebelumnya ringan sekarang menjadi berat) bisa
merupakan pertanda yang serius dan memerlukan tindakan medis segera.
B. Saran

Diharapkan mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan sakit kepala


32

(migran, cluster, tension)

DAFTAR PUSTAKA
1.

Wartonah,Tarwono. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem


Persyarafan.Jakarta: Sagung Seto

2.

Dewanto,George. 2007. Panduan Praktik Diagnosis dan Tata Laksana


Penyakit Syaraf. Jakarta: ECG

3.

Price A. Sylvia, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi konsep klinis prosesproses penyakit. Volume 2. Edisi 6. Jakarta: EGC . 2005. p.1096

4.

Ginsberg L. Lecture notes neurologi. Edisi 8. Jakarta : Penerbit Erlangga.


2008. p.75

5.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari


Brunner & Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.

6.

Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medical Bedah; Asuhan Keperawatan


Pada Pasien dengan Gangguan Neurobehaviour. Salemba Medika : Jakarta

7.

I Putu Pande Eka et al. 2016. Pengaruh terapi akupunktur terhadap


intensitas nyeri pada klien dengan nyeri kepala primer. Jurnal keperawatan.
Vol 1

33

34

Anda mungkin juga menyukai