Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH


A. Definisi
Harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan
kemampuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung
(Schult & Videbeck, 1998). Harga diri rendah adalah perkembangan persepsi
negative tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situuasi yang
dialami (Wilkinson, 2012).
Harga diri rendah merupakan perasaan negatif terhadap diri sendiri
termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, tidak
berdaya, pesimis, tidak ada harapan dan putus asa (Depkes RI, 2000). Harga
diri rendah adalah evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negative dan di pertahankan dalam waktu yang lama (NANDA,
2015-2017).

B. Komponen Konsep Diri


Konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image), Ideal Diri (Self
ideal), Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan Identitas (Self identity).
1. Citra Tubuh (Body Image)
Body Image (citra tubuh) adalah sikap individu terhadap dirinya
baik disadari maupun tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau
sekarang mengenai ukuran dan dinamis karena secara konstan berubah
seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman baru. Body image
berkembang secara bertahap selama beberapa tahun dimulai sejak anak
belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi, kemampuan dan
keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh) dapat berubah dalam
beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan tergantung pada stimuli
eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual dalam penampilan, stuktur
dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
2. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana individu
tersebut seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.
Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan atau
disukainya atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri
akan mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan
norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan
penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur internal dan
membantu individu mempertahankan kemampuan menghadapi konflik
atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri penting untuk
mempertahankan kesehatan dan keseimbangan mental (Potter & Perry,
2005).
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dipengaruhi
oleh orang yang dekat dengan dirinya yang memberikan harapan atau
tuntunan tertentu. Seiring dengan berjalannya waktu individu
menginternalisasikan harapan tersebut dan akan membentuk dari dasar
ideal diri. Pada usia remaja, ideal diri akan terbentuk melalui proses
identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Pada usia yang lebih tua
dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan
fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab (Potter & Perry, 2005).
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan
ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu
dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang menilai dirinya positif
cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat menyesuaikan diri,
sebaliknya individu akan merasa dirinya negative, relatif tidak sehat,
cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak dicintai atau tidak diterima di
lingkungannya (Keliat, 2005).
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan
perhatian. Harga diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia.
Harga diri akan sangat mengancam pada saat pubertas, karena pada saat
ini harga diri mengalami perubahan, karena banyak keputusan yang
harus dibuat menyangkut dirinya sendiri (Keliat, 2005).
4. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan
yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu
di dalam kelompok sosial. Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran
yang berhubungan dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur
kehidupannya. Harga diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang
memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri (Keliat, 2005).
5. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat
diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari
bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain. Seseorang yang
mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan memandang dirinya
berbeda dengan orang lain, dan tidak ada duanya. Identitas berkembang
sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan berkembangnya konsep
diri. Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan percaya diri,
respek terhadap diri, mampu menguasai diri, mengatur diri dan
menerima diri (Keliat, 2005).

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Adapun faktor-faktor predisposisi dari harga diri antara lain (Keliat,
2005):
a. Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain,
harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan
pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks,
tuntutan peran kerja, harapan peran kultural.
c. Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak
percayaan orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan
dalam stuktural sosial.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
mengalami kegagalan, serta menurunnya produktivitas. Gangguan
konsep diri: harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik (Keliat, 2005).
1. Situasional yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami/istri, putus sekolah, putus
hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan
atau dipenjara tiba-tiba).
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negatif terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang
mal adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik
yang kronis atau pada klien gangguan jiwa.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada pasien harga diri rendah, antara lain (Yosef, 2007):
a. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misalnya: malu dan sedih karena rambut jadi botak
setelah mendapat terapi sinar pada kanker
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri. Misalny: ini tidak akan terjadi jika
saya segera ke rumah sakit, menyalahkan atau mengejek dan mengkritik
diri sendiri.
c. Merendahkan martabat. Misalnya: saya tidak bisa, saya tidak mampu,
saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa
d. Gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri. Klien tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri.
e. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan, misalnya tentang
memilih alternatif tindakan.
f. Mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

E. Rentang Respon

Respon Respon
Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan depersonalisasi


diri positif rendah identitas

Rentang respon harga diri, antara lain (Ester, M, Yulianti, D dan Keliat, B A
2011):
1. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan
latar belakang pengalaman nyata yang sukses yang dapat diterima.
2. Konsep diri positif : apabila individu mempunyai pengalaman yang
positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun
ynag negatif dari dirinya.
3. Harga diri rendah : individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan
merasa rendah dari orang lain.
4. Keracunan identitas : kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek
identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi : perasan yang tidak realistis dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak
dapat membedakan dirinya dengan orang lain.

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan gangguan konsep diri berfokus pada
tingkat penilaian kognitif terhadap kehidupan yang terdiri dari (Stuart &
Sundeen 1998):
1. Persepsi
2. Kesadaran klien akan emosi dan perasaan
3. Menyadari masalah dan perubahan sikap
4. Prinsip asuhan keperawatan yang diberikan terlihat dari kemajuan klien
meningkatkan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya yaitu:
a. Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan
keterbukaan dan saling percaya.
b. Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu
membantu klien untuk menerima perasaan dan pikirannya.
c. Perencanaan realita (realita planning) membantu klien bahwa
hanya saja di yang dapat merubah bukan rang lain.
d. Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu klien
melakukan tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif
dan mempertahankan respon adaptif.

G. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan

Effect Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial

Core Problem Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

Caused Koping Individu Tidak Efektif


H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian,
No Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan alat
makan kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan
WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah
diminum.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan
stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko perubahan sensori persepsi
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
3. Rencana Keperawatan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Klien Harga Diri Rendah

SP pasien SP Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
dan aspek positif pasien (buat daftar merawat pasien
kegiatan) 2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala dan proses
2. Bantu pasien menilai kegiatan yang dapat terjadinya harga diri rendah (gunakan booklet)
dilakukan saat ini (pilih dari daftar kegiatan) 3. Diskusikan kemampuan atau aspek positif yang
: buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan dimiliki pasien baik sebelum dan setelah sakit.
pasien saat ini.
3. Bantu pasien memilih salah satu kegiatan 4. Jelaskan cara merawat harga diri rendah
yang dapat dilakukan saat ini untuk dilatih. terutama memberikan pujian semua hal positif
4. Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara pada pasien
melakukannya) 5. Latih keluarga memberi tanggung jawab
5. Masukan dalam jadwal kegiatan untuk kegiatan pertama yang dipilih pasien : bimbing
latihan dua kali per hari dan beri pujian.
6. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal harian
yang telah dibuat
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan pertama yang telah dilatih 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
dan berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama yang
2. Bantu pasien memilih kegiatan kedua yang dipilih dan dilatih pasien, berikan pujian.
akan dilatih 2. Bersama keluarga melatih pasien dalam
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara melakukan kegiatan kedua yang dipilih pasien.
melakukannya) 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan memberi pujian.
: dua kegiatan masing-masing dua kali per
hari
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan pertama dan kedua yang 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
telah dilatih dan berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama dan
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang kedua yang dipilih dan dilatih pasien, berikan
akan dilatih pujian.
3. Latih kegiatan kedua (alat dan cara 2. Bersama keluarga melatih pasien dalam
melakukannya) melakukan kegiatan ketiga yang dipilih pasien.
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
: dua kegiatan masing-masing dua kali per memberi pujian.
hari
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan pertama, kedua dan ketiga 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
yang telah dilatih dan berikan pujian pasien melaksanakan kegiatan pertama, kedua
2. Bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang dan ketiga yang dipilih dan dilatih pasien,
akan dilatih berikan pujian.
3. Latih kegiatan keempat (alat dan cara 2. Bersama keluarga melatih pasien dalam
melakukannya) melakukan kegiatan keempat yang dipilih
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan pasien.
: dua kegiatan masing-masing dua kali per 3. Jelaskan follow up ke RSJ / PKM tanda kambuh
hari dan rujukan.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan dan berikan pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam membimbing
2. Latih kegiatan dilanjutkan sampai tak pasien melakukan kegaitn yang dipilih oleh
terhingga pasien dan berikan pujian
3. Nilai kemampuan yang telah mandiri
4. Masukan nilai apakah harga diri pasien 2. Nilai kemampuan keluarga dalam membimbing
meningkat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol
ke RSJ / PKM
Sumber: (Fitria Nita, 2014)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan


Keperawatan. Jakarta: Depkes RI.

Ester, M, Yulianti, D dan Keliat, B A 2011, Keperawatann Kesehatan Jiwa


Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta: EGC

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosa Keperawatan Jiwa Berat Bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). 2014. NANDA International Nursing


Diagnoses: Definitions and Classification 2015-2017. Oxford: Wiley
Blackwell.

Keliat, Budi Anna, dkk. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.
Jakarta: EGC.

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Schultz dan Videback. 1998. Manual Psychiatric Nursing Care Plan. 5th edition.
Lippincott- Raven Publisher: philadelphia.

Stuart, Gail & Sundeen, Sandra. 2005. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran: EGC.

Wilkinson, 2012. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan:


Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kaloboratif. Jakarta: EGC.

Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai