Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HARGA DIRI RENDAH DI WISMA UTAMI

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

OLEH

Rini Setyaningsih

20101440117074

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKPER KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANG

2019/2020
A. MASALAH UTAMA
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh
dengan menganalisa seberapa baik perilaku seseorang sesuai dengan diri sendiri
tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan, kekalahan dan kegagalan, tetap merasa
sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri sendiri atau
kemampuan diri yangnegatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung
diekspresikan. (Towsend, 1998).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan
tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri, gagal menyesuaikan tingkah
laku dan cita – cita. (Fk.UNDIP , 2001 )
Kesimpulan harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilang percayaan diri, harga diri serta menolak dirinya. Tidak dapat bertanggung
jawab atas kehidupan sendiri serta gagal dalam menyesuaikan tingkah laku dan cita-
cita.
2. Jenis Harga Diri Rendah
Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat terjadi secara:
a. Situsional
terjadi terutama yang tiba – tiba, misalnya harus operasi, kecelakan, dicerai
suami/isteri, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba – tiba)
b. Kronik
perasaan negatif terhadap diri berlangsung lama, iatu sebelum sakit/ dirawat. Klien
ini mempunyai cara berfikir yang negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan
menambah persepsi negatif terhadap dirinya : Kondisi ini mengakibatkan respon
mal yang adaptif. Kondisi ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang
kronik atau pada klien gangguan jiwa.
3. Rentan respon

1) Aktualisasi Diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima.
2) Konsep Diri Positif merupakan bagaimana seseorang memandang apa yang ada pada
dirinya meliputi citra diri, ideal diri, harga diri, penampilan peran serta identitas
dirinya secara secara positif.
3) Harga Diri Rendah merupakan perasaan negatif terhadap dirinya sendiri, termasuk
kehilangan percaya diri, tidak berharga, tidak berguna, pesimis, tidak ada harapan
dan putus asa.
4) Keracunan Identitas merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan
berbagai identifikasi masa kanak – kanak ke dalam kepribadian psikososial dewasa
yang harmonis.
5) Depersonalisasi merupakan suatu perasaan yang tidak realistis di mana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya.

4. Komponen
Komponen konsep diri meliputi : gambaran diri, konsep diri ,harga diri ,peran ,
identitas , identitas diri (Stuart dan Sundeen, 1991)
a. Gambaran diri (citra tubuh )
Citra tubuh adalah sikap individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuh nya
. meliputi persepsi masalalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk fungsi,
penampilan dan potensi tubuh.
Stressor yang terjadi pada citra tubuh:
1) perubahan ukuran tubuh: penurunan bb
2) perubahan bentuk tubuh : tindakan infasif (operasi, daerah pemasangan
infus).
3) Perubahan fungsi tubuh:beberapa penyakit yang dapat merubah sisa tubuh.

Tanda dan gejala gangguan citra tubuh:

a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah.


b. Tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi.
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh.
d. Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang.
e. Persepsi negatif terhadap tubuh.
f. Mengungkapkan keputusan.
g. Mengungkapkan ketakutan.
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai
dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe yang di inginkan
atau sejumlah aspirasi , cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial
(keluarga , budaya). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri:
- Kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada batas kemampuannya.
- Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri kemudian
standar ini di tetapkan dengan standar teman.
- Ambisi keinginan untuk melebihi dan berhasil , kebutuhan yang realistis,
keinginan untuk menghindari kegagalan,perasaan cemas dan rendah diri.
c. Harga diri
Penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis
seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri.harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan, kegagalan, tetap merasa sebagai seorang penting
dan berharga (Stuart, 1998)
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1991) empat cara meningkatkan harga diri rendah
pada anak:
1. Memberikan kesempatan untuk berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri pengetahuan
dan pujian akan keberhasilan.
2. Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk berkembang.
3. Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan yang
sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang positif dan
bermakna.
4. Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas perkembangan yang
harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih berhasil jika diterima dan diakui
oleh orang lain, merasa mampu menghadapi kehidupan merasa dapat
mengontrol dirinya, harga diri rendah yang rendah berhubungan dengan
interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada pasien skizotrenia dan
depresi.
d. Performa peran
Serangkaian pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan
dengan fungsi individu diberbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah
peran yang dijalani dan seorang tidak mempunyai pilihan. peran yang diambil
adalah peran yang terpilih atau dipilih individu (Stuart, 1998).
Posisi dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stres peran terdiri
dari konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak. Sikap peran terdiri
dari :
1. Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem
individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
2. Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas
dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
3. Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi merubah
nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam suatu profesi
dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
4. Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal
sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal terjadi
tidak terjadi waktu untuk menyelesaikan (Keliat,1992)

Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran harus
dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991) :Kejelasan perilaku dan pengetahuan
yang sesuai dengan peran, Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang
dilakukan, Kesesuaian dan keseimbangan, Keselarasan budaya dan harapan
individu terhadap perilaku peran, Pemisahan situasi yang akan mendapatkan
ketidaksesuaian berperilaku peran.

e. Identitas diri
Prinsip pengorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu (Stuart 2006).
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan
konsep diri. Individu dengan kepribadian yang sehat akan mengalami hal-hal
berikut ini:
- Gambaran diri positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan perhatian yang
sesuai akan kesehatan diri. termasuk persepsi saat ini dan yang lalu, akan diri
sendiri, dan perasaan tentang ukuran, fungsi penampilan dan potensi tubuh.
- Ideal diri yang realistis
Individu yang mempunyai ideal diri yang realistis akan mempunyai tujuan
hidup yang dicapai.
f. Konsep diri yang positif
Konsep diri positif menunjukan bahwa individu akan sukses didalam hidupnya.
a) Harga diri yang tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya
sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. ia memandang dirinya sangat
sama dengan apa yang diinginkan.
b) Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian yang sehat akan dapat berhubungan
dengan orang lain secara intim dan mendapat kepuasan. ia dapat
mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan
interdependen.
g. Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya, yang memberi arah kehidupan dalam
mencapai tujuan. (Keliat, 1992). Respon konsep diri sepanjang rentang sehat-sakit
berkisar dari status aktualisasi diri yang paling adaptif sampai status kerancuan
identitas serta depersonalisasi yang lebih maladaptif. Kerancuan identitas
merupakan suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi
masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi ialah suatu perasaan tidak realistis dan merasa asing pada diri
sendiri. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan kegagalan dalam
uji reallitas. Individu mengalami kesulitan membedakan diri sendiri dari orang
lain, dan tubuhnya sendiri terasa tidak nyata dan asing baginya (Stuart, 2006)

5. Tanda dan Gejala


Stuart (2006) mengemukakan gangguan perilaku pada konsep diri dapat dibagi
menjadi sebagai berikut:
a. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah: Mengkritik diri sendiri dan
orang lain, Penurunan produktivitas, Destruktif yang diarahkan pada orang lain,
Gangguan dalam berhubungan, Rasa diri penting yang berlebihan, Perasaan tidak
mampu, Rasa bersalah, Mudah tersinggung atau marah berlebihan, Perasaan
negatif tentang dirinya sendiri, Ketegangan peran yang dirasakan, Pandanangan
hidup yang pesimis, Keluhan fisik, Pandangan hidup yang bertentangan,
Penolakan terhadap kemampuan personal, Destruktif terhadap diri sendiri,
Pengurangan diri, Menarik diri secara sosial, Penyalahgunaan zat, Menarik diri
dari realitas, dan Khawatir.
b. Perilaku yang berhubungan dengan kerancauan identitas :Tidak ada kode moral,
Sifat kepribadian yang bertentangan, Hubungan interpersonal eksploitatif,
Perasaan hampa, Perasaan yang berfluktuasi tentang diri sendiri, Kerancuan
gender, Tingkat ansietas tinggi, Ketidak mampuan untuk empati pada oranng
lain, Kehilangan keautentikan, serta Masalah intimasi.
c. Perilaku yang Berhubungan dengan Depersonalisasi:
1) Afektif
a) Perasaan asing
b) Perasaan tidak aman, rendah, takut, malu
c) Perasaan tidak realistis
d) Rasa isolasi yang kuat
e) Ketidakmampuan untuk mendapatkan kesenagan atau perasaan mencapai
sesuatu
f) Kurang rasa kesinambungan dalam diri
g) Kehilangan identitas
2) Persepsi
a) Halusinasipendengaran dan penglihatan
b) Kebingungan tentang seksualitas diri sendiri
c) Kesulitan membedakan diri sendiri dari orang lain
d) Gangguan citra tubuh
e) Mengalami dunia seperti dalam mimpi
3) Kognitif
a) Bingung
b) Disorientasi waktu
c) Gangguan berfikir
d) Gangguan memori
e) Gangguan penilaian
f) Kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama
4) Perilaku
a) Afek tumpul
b) Emosi yang pasif dan tidak berespon
c) Komunikasi yang tidak sesuai
d) Kurang spontanitas dan animasi
e) Kehilangan kendali terhadap impuls
f) Kehilangan inisiatif dan kemampuan membuat keputusan
g) Menarik diri secara sosial
h) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis dimana klien tidak
dapat membedakan stimulus dari dalam atau luar dirinya (Stuart dan
Sundeen, 1991).
6. Faktor-Faktor
a. Faktor presdiposisi
a) citra tubuh
- Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi dan fungsi)
- Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
- Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi
tubuh
- Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transpantasi
b) Factor predisposisi harga diri
- Penolakan dari orang lain
- Kurang penghargaan
- Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu
diturut, terlalu dituntut dan tidak konsisten
c) Faktor predisposisi peran
- Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan
situai dan sehat-sakit
- Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
- Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan
peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang sesua
- Peran yang terlalu banyak
d) Factor predisposisi identitas diri
- Ketidak percayaan orang tua dan anak
- Tekanan dari teman sebaya
- Perubahan dari struktur sosial
b. Factor Presipitasi
1. Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dat menerima khususnya trauma
emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada masa anak-
anak atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa
tindakan kejahatan.
2. Ketegangan peran
Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi Transisi peran yang
beragam, transisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi, dan
sehat sakit.
7. Pohon Masalah
Isolasi Sosial = Menarik diri

Gangguan konsep diri = Harga Masalah Utama


diri rendah

Koping individu tidak efektif


ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
c. Faktor presdiposisi
e) citra tubuh
- Kehilangan atau kerusakan organ tubuh (anatomi dan fungsi)
- Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh
- Proses patalogik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi
tubuh
- Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi dan transpantasi
f) Factor predisposisi harga diri
- Penolakan dari orang lain
- Kurang penghargaan
- Pola asuh yang salah yaitu terlalu dilarang , terlalu dikontrol, terlalu
diturut, terlalu dituntut dan tidak konsisten
g) Faktor predisposisi peran
- Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan
situai dan sehat-sakit
- Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
- Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan
peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku yang sesua
- Peran yang terlalu banyak
h) Factor predisposisi identitas diri
- Ketidak percayaan orang tua dan anak
- Tekanan dari teman sebaya
- Perubahan dari struktur sosial
d. Factor Presipitasi
3. Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri situasi yang membuat
individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dat menerima khususnya trauma
emosi seperti penganiayaan fisik, seksual, dan psikologis pada masa anak-
anak atau merasa terancam kehidupannya atau menyaksikan kejadian berupa
tindakan kejahatan.
4. Ketegangan peran
Pada perjalanan hidup individu sering menghadapi Transisi peran yang
beragam, transisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan, situasi, dan
sehat sakit.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Gangguan konsep diri : Harga diri rendah.
2) Resiko Isolasi social: Menarik diri
C. RENCANA KEPERAWATAN

No.
No Hari/Tgl Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi Ttd
Dx
1 SELASA/ 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Latihan asertif
10 oktober keperawatan selama 3 x 24 jam a. Bantu pasien mengenali dan mengurangi
2017 diharapkan harga diri meningkat distrosi kognitif yang memblokir
dengan kriteria hasil : kemampuan yang menunjukan perilaku
- Verbalisasi asertif
penerimaan diri b. Bantu pasien untuk membedakan antara
konsisten positif pikiran dan kenyataan
- Tingkat c. Instrusikan pasien untuk berperilaku asertif
kepercayaan diri d. Puji upaya untuk mengekspresikan perasaan
meningkat dan ide
- Perasaan tentang e. Monitor tingkat kecemasan dan
nilai diri konsisten ketidaknyamanan yang berhubungan dengan
positif perubahan perilaku
2. Peningkatan harga diri
a. Tentukan kepercayaan diri pasien dalam hal
penilaian diri
b. Bantu pasien dalam mengatasi bullyng atau
ejekan
c. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang akan
meningkatkan harga diri
d. Instrusikan keluarga untuk mendukung minat
dalam mengembangkan konsep diri positif
anak-anak
e. Monitor tingkat harga diri
2 Rabu/11 2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Terapi aktivitas
oktober selama 3 x 24 diharapkan keterlibatan a. Bantu klien untuk menjadwalkan waktu-
2017 sosial meningkat dengan kriteria hasil: waktu spesifik terkait dengan aktivitas harian
- Secara konsisten b. Dorong aktivitas kreatif yang tepat
menunjukkan c. Instruksikan klien dan keluarga untuk
berinteraksi dengan mempertahankan fungsidan kesehatan terkait
teman dekat peran dalam beraktifitas
- Secara konsisten d. Dorong keterlibatan klien dalam aktivitas
menunjukkan kelompok
berinteraksi dengan 2. Peningkatan sosialisasi
keluarga a. Tingkatkan hubungan dengan orang-orang
yang memiliki minat dan tujuan yang sama
b. Anjurkan kegiatan soaial dan masyarakat
c. Minta dan harapkan komunikasi verbal
d. Anjurkan perencanaa kelompok kecil untuk
kegiatan khusus
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta : Nuha Medika
Herdman, T Heather. 2012. Nanda 2012-2014. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional
Jiwa. Jakarta : EGC
Maslim Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmaja
Yosep Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) HARGA DIRI RENDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN HARGA DIRI RENDAH

A. PENGKAJIAN
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri.
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimi
4. Penurunan produktifitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data di atas, saudara dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga
diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak
rapih, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau
pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat menegakkan
diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:
Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

C. TINDAKAN KEPERAWATAN
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah
adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
1. Tindakan kepeperawatan pada pasien :
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih
b. Tindakan Keperawatan :
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien. Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan
dan aspek positif yang masih dimilikinya , perawat dapat :
 Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di
rumah, dalam keluarga dan lingkungan adanya keluarga dan
lingkungan terdekat pasienB.
 pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu
dengan pasien penilaian yang negatif.
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan. Untuk
tindakan tersebut, saudara dapat
 Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat
digunakan saat ini.
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan
terhadap kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang
aktif
3. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
 Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan dan dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien
lakukan sehari-hari.
 Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien
lakukan secara mandiri, mana kegiatan yang memerlukan
bantuan minimal dari keluarga dan kegiatan apa saja yang perlu
batuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat pasien.
Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar
kegiatan sehari-hari pasien.
4. Melatih kemampuan yang dipilih pasien. Untuk tindakan keperawatan
tersebut saudara dapat melakukan:
 Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang
dipilih
 Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan.
 Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat
dilakukan pasien.
5. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
 Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara
dapat melakukan hal-hal berikut
 Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan
yang telah dilatihkan
 Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien
setiap hari
 Tingkatkan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan
setiap kegiatan.
 Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
 Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah
pelaksanaan kegiatan
SP 1 Pasien:

Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, membantu pasien menilai
kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu pasien memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

Orientasi :
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T
lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T dilakukna di rumah
sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau
20 menit ?

Kerja :
” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa
pula kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan
kamar? Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima
kemampuan dan kegiatan yang T miliki “.
” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3
yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di
rumah sakit ini.
”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O
yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita
latihan merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah
rapihkah tempat tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah,
sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah
kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan,
dan letakkan di sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah
bawah/kaki. Bagus !”
” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah
dengan sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.

Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat
tidur ? Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah
sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik
sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari merapihkan
tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam
16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi
yang mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini
sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”

SP 2 Pasien:

Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.

Orientasi :
“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus
(kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan
kedua. Masih ingat apa kegiatan itu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
Kerja :
“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk
membilas., T bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa
sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring
tersebut dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring.
Setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di
piring tersebut. Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang
sudah tersedia di dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba T yang melakukan…”
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
Terminasi :
”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah
makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan
cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”
Latihan dapat dilanjutkan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.

1. Tindakan keperawatan pada keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi
sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. Tindakan Keperawatan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji pasien atas
kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien dengan
harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

SP 1 Keluarga :

Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah,


menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan
harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara
merawat.

Orientasi :
“Assalammu’alaikum !”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama
waktu Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya dan
mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu
memiliki masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang
selalu negatif terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti itu, T bisa
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain
dan memilih mengurung diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk T”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)
” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta
telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan T
untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya,
ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula
memberi tanda cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu
memantau perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak
tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada T”
”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari
lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian
langsung kepada T”
“Jam berapa Bp/Ibu datang? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

SP 2 Keluarga :

Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah
langsung kepada pasien

Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua
hari yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada T.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui T”
Kerja:
”Assalamu’alaikum T. Bagaimana perasaan T hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya,
orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan Orang tua T?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang
Pak/Bu »
« Assalamu’alaikum »

SP 3 Keluarga :

Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Tselama di
rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua
dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T dirawat dirumah
sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh T
selama di rumah. Misalnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran
negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku
membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskemas
Indara Puri, Puskesmas terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya:
(0651) 554xxx
”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama di rumah

Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa
pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM
sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

Anda mungkin juga menyukai