Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP

DIRI

OLEH:

1. ALFRIDUS CLAUDISIUS CEUNFIN


2. MARLINA IZA KLAU
3. VANESSA MARIA AGOSTINHA

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
CITRA HUSADA MANDIRI
KUPANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Diri” merupakan bagian yang paling kompleks dari semua kualitas manusia.
“ Diri” adalah kerangkah acuan dimana seorang mempresepsi dan mengevaluasi
dunia. Konsep diri terdiri dari semua nilai- nilai, keyakinan, dan ide-ide yang harus
berkontribusi terhadap pengetahuan diri dan memengaruhi hubungan seseorang
dengan orang lain, termasuk persepsi seseorang tentang karakteristik dan kemampuan
pribadi serta tujuan dan cita-cita seseorang.

Konsep diri sangat penting untuk memahami orang dan perilakunya. Konsep
diri terbentuk dari pengalaman internal seseorang, hubungan dengan orang lain, dan
interaksi dengan dunia luar (Stuart, 2013).

Individu dengan konsep diri yang positif mampu lebih baik membentuk,
mengembangkan dan mempertahankan hubungan dengan diri sendiri (interpersonal),
melawanpenyakit psikologis dan fisik.Individu yang memiliki konsep diri yang kuat
mempunyaikemampuan sangat baik untuk menerima sesuatu atau beradaptasi dengan
perubahan yangterjadi selama hidupnya baik itu menyangkut dirinya sendiri atau
dengan orang lain. Namun apabila terjadi ketidakseimbangan diantara haltersebut
maka akan terjadi gangguan konsep diri.
Menurut WHO melaporkan bahwa angka kejadian gangguan konsep diri
mencapai 0,1- 0,5 setiap tahun sedangkan di indonesia sendiri mencapai 1 % atau
sekitar 2 juta jiwa (Noris dan Connel, 1985). Gangguan konsep diri banyak ditemukan
pada saat sudah masuk ketahap yang lebih lanjut seperti prilaku kekerasan akibat
menarik dirinya dan berbagai masalah lainnya. Gangguan konsep diri terbanyak yang
disebabkan karena tindakan criminal seperti pemerkosaan dan yang lainnya karena
dukungan keluarga yang kurang, kehilangan seseorang kecacatan anggota tubuh.
World Health Organitation (WHO) 2009, prevalensi masalah kesehatan jiwa
saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan
jiwa, 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang
gangguan jiwa memang tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena
dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku dan jumlahnya terus meningkat
Menurut sekretaris jendral departemen kesehatan (Sekjen Depkes), H. Syafii Ahmad,
kesehatan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap negara
termasuk indonesia.

Menurut data dari departemen kesehatan orang yang mengalami gangguan


masalah kejiwaan yang didalamnya termaksud orang-orang yang mengalami
gangguan konsep diri yaitu sebesar 2,5 juta jiwa, yang diambil dari data rsj se-
indonesia (Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan, 2007).

B. Tujuan
1. Menjelaskan rentang respon konsep diri adaptif dan maladaptif.
2. Mengidentifikasi perilaku yang berhubungan dengan respon konsep diri.
3. Menganalisis faktor predisposisi, stresor pesipitasi yang berhubungan dengan
konsep diri.
4. Menjelaskan sumber-sumber koping dan mekanisme koping yang berhubungan
dengan respon konsep diri.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang diri (mis; “Saya kuat dalam
matematika”). Konsep diri adalah citra subjektif dari diri dan percampuran yang
kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar. Konsep diri
memerikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi manajemen kita terhadap situasi
dan hubungan kita dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005)
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan
dengan orang lain. (Stuart and Sudeen, 1998).

2.2 Rentang Respon Konsep Diri

A. Konsep Diri
Pengaruh perkembangan: “Diri” berkembang sejak lahir sebagai bayi dan mulai
membedakan diri dengan orang lain. Batas-batas diri didefinisikan sebagai hasil
dari eksplorasi dan pengalaman dari tubuh sendiri. Diferensial diri pada awalnya
berjalan lambat, tetapi dengan perkembangan bahasa menjadi lebih cepat.
B. Persepsi Diri:
Persepsi diri tentang realitas dipilih dan didasarkan pada pengalaman konsistem
dengan pandangan seseorang saat initerhadap diri. Cara seseorang berperilaku
adalah hasil dari bagaimana seseorang mempersiapkan situasi.
Persepsi diri sulit untuk berubah. Namun ada cara untuk mengubah persepsi,
termasuk memodifikasi proses kognitif, mengkomsumsi obat-obatan, mengalami
gangguan sensorik, dan menciptakan perubahan biokimia dalam tubuh.
C. Citra Tubuh.
Konsep tubuh seseorang merupakan konsep diri. Tubuh adalah bagian paling
terlihat dari diri. Sikap seseorang terhdapt tubuhnya dapat mencerminkan aspe-
aspek penting dari identitas.
D. Citra Tubuh.
Adalah jumlah dari sikap sadar dan bawah sadar seseorang terhadap tubuh sendiri.
Hal ini termasuk persepsi sekarang dan masa lalu serta perasaan tentang ukuran,
fungsi, bentuk/penampilan, dan potensi. Citra tubuh terus berubah saat persepsi
dan pengalaman baru terjadi dalam kehidupan.
Citra tubuh, penampilan, dan konsep diri yang positif berkaitan satu sama lain.
Sseorang merasa lebih aman dan bebas dari ansietas apabila ia menerima dan
menyukai tubuhnya sendiri.
E. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi seseorang tentang bagaimana berperilaku berdasarkan
standar pribadi tertentu. Ideal diri juga dipengaruhi oleh faktor budaya, dengan
membandingkan standar diri sendiri dengan standar temam sebaya.Faktor- faktor
yang mempengaruhi lainnya termasuk ambisi dan keiginan untuk unggul dan
sukses, kebutuhan untuk bersikap realistis, keinginan untuk menghindari
kegagalan, perasaan cemas dan rendah hati.

F. Harga Diri.
Harga diri adalah penilaian harga diri pribadi seseorang, berdasarkan seberapa
baik perilakunya cocok dengan ideal diri. Seberapa sering seseorang mencapai
tujusn secara lansung mempegaruhi perasaan kompeten (harga diri tinggi) atau
rendah diri.
G. Penampilan peran.
Peran adalah sekumpulan pola perilaku yang diharapkan secara sosial
berhubungan dengan fungsi seseorang dalam kelompok sosial yang berbeda.
Orang yang berangapan berbagai peran yang mereka mencoba integrasikan ke
dalam satu pola fungsional.
H. Identitas Diri.
Identitas diri adalah kesadaran diri yang didasarkan pada observasi dan penilain
diri. Hal ini tidak terkait dengan satu prestasi, aktivitas, karakteristik atau peran.
Orang dengan rasa identitas yang kuat merasa menyatu dan tidak menyabar.
Ketika orang bertindak sebagai konsep diri, rasa identitas diperkuat. Ketika
seseorang bertindak dengan cara yang bertentangan dengan konsep diri
menghasilkan ansietas dan ketakutan.
2.3 Pengaruh perkembangan.
Konsep identitas ego dikembangkan oleh erikson (1963), yang
mengidentifikasi delapan tahap perkembangan manusia. Erikson menjelaskan
krisis psikoseksual yang harus diselesaikan disetiap tahapan agar terjadi
pertumbuhan lebih lanjut dan pengembangan kepribadian.
Pada remaja terjadi krisis identitas versus difusi identitas. Tidak ada fase
kehidupan yang bereharap hubungan erat antara penemuan diri sendiri dan ancaman
kehilangan diri. Tugas remaja adalah menguraikan diri sebagai pribadi yang berusaha
untuk mengintegrasikan peran sebelumnya kedalam perasaan diri yang unik dan
selaras.
Pencapaian identitas diri adalah masalah seksualitas, citra diri sebagai laki-laki
dan perempuan dan apa yang menyiratkan. Cita-cita identitas diri terhadap
maskulitas dan feminitas adalah standar untuk menilai diri sendiri sebagai baik
atau buruk, superior atau inferior, diinginkan atau tidak diiginkan.

2.4 Rentang Respon Konsep Diri

RENTANG RESPON KONSEP DIRI

Respon adaptif Respon Maladaptif

Aktualisasi Diri Konsep Diri Harga Diri Difusi Disosiasi

Positif Rendah Identitas Depersonalisasi


ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

A. Pengkajian
1. Perilaku
Mengkaji konsep diri pasien merupakan tantangan untuk perawt, karena
konsep diri adalah landasan kepribadian, yang berkaitan erat dengan ansietas
dan depresi, masalah dalam hubungan, bertindak, dan perilaku merusak diri
sendiri.
2. Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah.
Harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan dapat
dinyatakan dalam tingkat ansietas sedang dan berat. Harga diri rendah
melibatkan evaluasi diri yang negatif yang berhubungan dengan perasaan yang
lemah, tak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, tidak lengap, tidak
berharga dan tidak memadai.
3. Perilaku yang berhubungan dengan Difusi Identitas.
Difusi identitas diri adalah kegagalan untuk mengintegrasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak menjadi kesatuan identitas dewasa. Perilaku
awal mungkin penarikan diri atau kerengganan. Seseorang yang menjalani
identitas yang tidak jelas mungkin ingin mengabaikan atau mengancam orang.
4. Perilaku berhubungan dengan Dinosiasi dan depersonalisasi.
Sebuah respon maladaptif yang lebih untuk masalah identitas adalah penarikan
dari kenyataan yang terjadi ketika seseorang mengalami tigkat ansietas panik.
Kondisi panik ini yang berhasil memblokirkan kesadaran tumbangnya,
penilaian realitas, dan perasaan disosiasi dan depersonalisasi.
B. Faktor predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah.
Faktor predisposisi dimulai pada anak usia dini dapat berkontribusi terhadap
masalah konsep diri. Bayi sangat responsif terhadap keadaan emosional dan
perasaan negatif orang tua terhadap diri mereka sendiri, karena bayi awalnya
melihat diri mereka sebagai perpanjang dari orang tua mereka.Penolakan orng tua
menyebabkan anak-anak menjadi anak-anak tidak pasti terhadap diri mereka
sendiri dan hubungan dengan orang lainnya.
a. Ideal Diri tidak realistik.
Usia merupakan merupakan faktor lain yang dapat menyebabkan perasaan
harga diri rendah. Seseorang yang kehilangan makna dan tujuan hidup juga
gagal menerima tanggung jawab untuk kesejahteraan pribadidean gagal
mengembangkan potensi.
2. Faktor –faktor yang mempengaruhi penampilan peran
a. Peran gender. Sumber lain dari ketegangan peran dapat berasal dari nilai-
nilai, keyakinan, perilaku, dan stereotip tentang peran gender. Sebagai
contoh, perempuan mungkin dianggap kurang kompeten, kurang mandiri,
kurang objektif, dan kurang logis dari pada pria. Pria mungkin dianggap
kurang sensitivitas dalam hubungan interpersonal, kehangatan dan
ekspresif, serta steorotip sifat maskulin mungkin dianggap lebih diiginkan
dari pada steorotip karakteristik femenim.
b. Peran kerja. Wanita adalah kaum minoritas dalam status tertinggi dan
pembayaraan pekerjaan tertinggi. Perempuan dinyatakan sebagai sosok
ideal dalam hal perkawinan, anak-anak, pendidikan tinggi, dan kepuasan
dalam bekerja di luar rumah. Wanita diharapkan semakin berperan dalam
kedua bidang yaitu “ feminim dan maskulin”.
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi identitas personal.
Tindakan orang tua yang konsisten dapat menganggu pilihan remaja.
Ketidakpercayaan orang tua dapat menyebabkan anak-anak bertanya-tanya
apakah pilihan mereka sendiri benar dan merasa bersalah jika mereka lawan
ide-ide orang tua. Hal ini juga dapat menganggu pendapat anak-anak dan
menyebabkan keraguan, impulsif, dan bertindak keluar.
Ketika orang tua tidak mempercayai anak-anak, maka anak pada akhirnya
kehilangan rasa hormat terhadap orang tua.
3. Stresos Prepitasi.
Trauma. Masalah khusus konsep diri dapat disebabkan oleh hampir semua
situasi yang sulit dimana orang tersebut tidak dapat menyesuaikan. Trauma
seperti kekerasan fisik, seksual atau psikologis pada anak-anak telah
dilaporkan oleh sebagian besar klien dengan gejala disosiatif, gangguan
depersonalisasi atau gangguan identitas disosiatif.
4. Stresosr Biologis
Stresor fisiologis (biologis) dapat menganggu perasaan realitas seseorang,
menganggu presepsi akurat tentang dunia, dan mengancam batas ego dan
identitas. Stresor tersebut termasuk kekurangan oksigen, hiperventilasi,
ketidakseimbangan biokimia, kelelahan yang berat, dan isolasi sensorik dan
emosional.
5. Penilaian terhadap stresor.
Masalah konsep diri dipicu oleh stresor psikologis, sosiologis atau fisiologis,
namun unsur penting adalah presepsi klien terhadap ancaman. Ketika mencari
perilaku dan merumuskan diagnosis keperawatan, perawat harus memvalidasi
pengamatan dan kesimpulan untuk membangun, hubungan terapeutik dengan
klien.
6. Sumber Koping.
Perawat dan klien penting untuk mempertimbangkan sumber koping yang
memungkinkan.
7. Mekanisme Koping.
Pertahanan jangka pendek: Krisis identitas dapat diselesaikan baik dengan
mekanisme koping jangka pendek atau jangka panjang. Mekanisme koping ini
digunakan untuk mengahadapi ansietas dan ketidakpastian kebingungan
identitas. Empat kategori pertahanan jangka pendek sebagai berikut:
1. Memberikan pelarian sementaradari krisis identitas.
2. Memberikan identitas penganti sementara
3. Sementara memperkuat atau meningkatkan rasa membaur dengan diri.
4. Mewakili jangka pendek untuk membuat identitas diri berarti dan
pembaruan identitas untuk menegaskan bahwa makna hidup itu sendiri
tidak berarti dari kategori pertama dari pelarian sementara meliputi
kegiatan yang sepertinya memberikan pengalaman lansung yang kuat.
8. Pertahanan jangka panjang.
Salah satu pertahanan jangka pendek mungkin dikembangakan menjadi
pertahanan jangka panjang yang menghasilkan perilaku maladaptif.
Pertahanan maladaptif lainnya adalah pembentukan identitas negatif yang
bertentangan dengan nilai masyarakat. Dalam hal ini orang mencoba untuk
mengdefinisikan diri dengan cara antisional. Pilihan identitas negatif adalah
upaya untuk mepertahankan beberapa penguasaan situasi dimana identitas
positif tampaknya tidak mungkin.
9. Mekanisme pertahanan ego.
Klien dengan gangguan konsep diri dapat menggunakan berbagai mekanisme
berorientasi ego untuk melindunggi diri kekurangan sendirinya.

C. Diagnosis
Konsep diri meruapakan aspek penting dari penyesuaian kepribadian seseorang
secara keseluruhan. Masalah terkait dengan konsep diri berhubugan dengan
perasaan cemas, permusuhan dan rasa bersalah.
a. Diagnosis keperawatan.
Kebanyakan orang yang mengungkapkan ketidakpuasan dengan
kehidupannya, menampilkan perilaku menyimpang adalah orang yang tidak
toleran terhadap orang lain, atau mengalami kesulitan untuk berfungsi dalam
situasi sosial atau kerja dan mengalami masalah yang berkaitan dengan
konsep diri.
b. Diagnosa Medis
Masalah konsep diri dapat muncul pada gangguan neurotik dan psikotik
karena hal tersebut berhubungan dengan struktur kepribadian dasar dan
perasaan tentang diri sendiri. Masalah tersebut dapat berhubungan dengan
semua kategori diagnostik yang diidentifikasidalam diaknostik and satistical
Manual of mental Disordes, edisi 5, (DSM-5, American phychiatric
Association, 2013), karena semua gangguan ini pada akhirnya mencerminkan
pandangan seseorang tentang diri sendiri.
D. Perencanaan
Fokus perawat adalah untuk membantu klien memahami diri sendiri secara
lengkap dan akurat sehingga mereka dapatmengarahkan hidup mereka sendiri
dengan cara lebih yang memuaskan.
Hal ini berarti membantu klien berusaha menuju masa depan yang lebih jelas,
pengalaman perasaan yang lebih dalam, keinginan dan keyakinan; kemampuan
yang lebih besar untuk memanfaatkan sumber daya mereka dan menggunakannya
untuk tujuan yang konstruktif; serta persepsi yang lebih jelas tentang arah hidup
mereka, dengan asumsi tanggung jawab terhadap diri mereka sendiri, keputusan
mereka, dan tindakan mereka.
E. Implementasi
Tujuan yang diidentifikasi bersama dapat dicapai dengan pendekatan pemecahan
masalah yang berfokus terutama pada situasi saat ini, menghilangkan banyak
tanggung jawab dari perawat, dan secara aktif melibatkan klien dalam
mengerjakan kesulita pribadi.
F. Evaluasi
Masalah konsep diri menonjol dalam kebanyakan gangguan psikologis.Setap
tahapan proses keperawatan harus diperiksa dan dianalisis oleh perawat dan klien
untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan perawatan yang diberikan.
Pengkajian perawat harus mencakup tujuan dan perilaku yang dapat diamati, serta
persepti subjektif dari klien.
Perawat harus menadopsi pendekatan pemecahan masalah yang menetapkan
tanggung jawab pada pertumbuhan klien. Tindakan keperawatan yang paling
mendasar seharusnya menciptakan iklim penerimaan yang menegaskan identitas
klien dan menyampaikan penilaian atau penghargaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Konsep diri adalah merefleksikan pengalaman interaksi sosial,


sensasinya juga didasarkan bagaimana orang lain memandangnya. Konsep diri
sebagai cara memandang individu terhadap diri secara utuh baik fisik, emosi,
intelektual, sosial dan spiritual. Penting diingat bahwa konsep diri ini bukan
pandangan orang lain pada kita melainkan pandangan kita sendiri atasdiri kita
yang diukur dengan standar penilaian orang lain.

B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini mengharapkan kepada semua


pembaca agar dapat menelah dan memahami apa yang telah terulis dalam
makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca.
Disamping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sehinga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, 2013. Prinsip dan Praktek Keperawatan dan Kesehatan Jiwa Stuart. Edisi
Indonesia pertama

Anda mungkin juga menyukai