Anda di halaman 1dari 11

RESUME PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM KEPERAWATAN

MENGANALISIS KONSEP DIRI

Dosen Pembimbing :
Safra Ria Kurniati, S.Kep, Ns, M. Kep

Disusun Oleh :

1. Nilam NIM : 162212069

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN NON REGULER


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
TA. 2022/2023
A. Pengertian Konsep Diri
Pengertian konsep diri adalah sebuah struktur mental yang
merupakan suatu totalitas dari persepsi realistik, pengharapan, dan
penilaian seseorang terhadap fisik, kemampuan kognitif, emosi, moral
etika, keluarga, sosial, seksualitas, dan dirinya secara keseluruhan.
Struktur tersebut terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai, sikap,
peran, dan identitas dalam hubungan interaksi simbolis antara diri dengan
berbagai kelompok lingkungan asuh selama hidupnya. Sehingga dapat
dikatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang diri
sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh
melalui interaksinya dengan lingkungan.
Konsep diri merupakan citra subjektif dari diri dan percampuran
yang kompleks dari perasaan, sikap & persefsi bawah sadar maupun sadar.
Konsep diri memberikan kita kerangka acuan yang mempengaruhi
manajemen kita terhadap situasi dan hubungan kita dengan orang lain.
Dengan mengetahui konsep diri,diharapkan hubungan yang terjalin antar
individu menjadi harmonis.
Konsep diri sendiri itu tidaklah muncul sejak kita dilahirkan, tetapi
dipelajari dari pengalaman unik melalui eksplorasi diri sendiri hubungan
dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Kita mulai membentuk
konsep diri saat usia muda. Masa remaja adalah waktu yang kritis ketika
banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri. Masa remaja
merupakan masa krusial bagi perkembangan individu, sebab pada masa ini
individu mengalami transisi biologis, kognitif, maupun sosial. Akibatnya,
individu mulai mencari-cari identitasnya. Jika seseorang mempunyai masa
kanak-kanak yang aman dan stabil, maka konsep diri masa remaja anak
tersebut secara mengejutkan akan sangat stabil. Ketidaksesuaian antara
aspek tertentu dari kepribadian dan konsep diri dapat menjadi sumber stres
atau konflik.(Rahmaningsih. Martini.2014).
Konsep diri berkembang dengan baik apabila budaya dan pengalaman di
keluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang
berarti bagi individu/lingkungan dan dapat beraktualissasi, sehingga individu
menyadari potensi dirinya. Respons individu terhadap konsep dirinya berfluktuasi
sepanjang rentang konsep diri yaitu dari adaptif sampai maladaptif

Beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu dalam konsep diri, yaitu:
a. Dipelajari melalui pengalaman dan interaksi individu dengan orang lain
b. Berkembang secara bertahap, diawali pada waktu bayi mulai mengenal
dan membedakan dirinya dengan orang lain
c. Positif ditandai dengan kemampuan intelektual dan penguasaan
lingkungan
d. Negatif ditandai dengan hubungan individu dan hubungan sosial yang
maladaptif
e. Merupakan aspek kritikal dan dasar dari pembentukan perilaku individu
f. Berkembang dengan cepat bersama-sama dengan perkembangan bicara
g. Terbentuk karena keluarga, khususnya pada masa anak-anak, yang
mendasari dan membantu perkembangannya.

B. Komponen Konsep Diri


Komponen dari konsep diri terdiri dari Citra Tubuh (Body Image),
Ideal Diri (Self ideal), Harga Diri (Self esteem), Peran (Self Rool) dan
Identitas (self idencity).
1. Citra Tubuh (Body Image) 
Citra tubuh (Body Image) adalah sikap atau cara pandang
seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara
berkesinambungan di modifikasi dengan pengalaman baru setiap
individu. ( Stuart dan Sundeen, 2005 ).
Beberapa hal terkait citra tubuh antara lain :
a) Fokus individu terhadap bentuk fisiknya lebih terasa pada
usia remaja
b) Bentuk badan, tinggi badan, serta tanda-tanda kelamin
sekunder menjadi citra tubuh
c) Cara individu memandang dirinya berdampak penting
terhadap aspek psikologis individu tersebut
d) Citra tubuh seseorang sebagian dipengaruhi oleh sikap dan
respon orang lain terhadap dirinya  dan sebagian lagi oleh
eksplorasi individu terhadap dirinya
e) Gambaran yang realistis tentang menerima dan menyukai
bagian tubuh akan memberi rasa aman serta mencegah
kecemasan dan meningkatkan harga diri
f) Individu yang stabil , realistis, dan konsisten terhadap citra
tubuhnya terhadap citra tubuhnya dapat mencapai
kesuksesan
Body image berkembang secara bertahap selama beberapa tahun
dimulai sejak anak belajar mengenal tubuh dan struktur, fungsi,
kemampuan dan keterbatasan mereka. Body image (citra tubuh)
dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu ataupun bulan
tergantung pada stimuli eksterna dalam tubuh dan perubahan aktual
dalam penampilan, stuktur dan fungsi (Potter & Perry, 2005).
2. Ideal Diri (Self ideal)
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
seharusnya bertingkah laku berdasarkan standar pribadi. Standar
dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya
atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang diraih. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita ataupun penghargaan diri berdasarkan
norma-norma sosial di masyarakat tempat individu tersebut
melahirkan penyesuaian diri. Ideal diri berperan sebagai pengatur
internal dan membantu individu mempertahankan kemampuan
menghadapi konflik atau kondisi yang membuat bingung. Ideal diri
penting untuk mempertahankan kesehatan dan keseimbangan
mental. Dalam menetapkan ideal diri hendaknya tidak terlalu tinggi
dari kemampuan individu, dan masih dapat dicapai.
3. Harga diri (Self esteem)
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang
dicapai dengan menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah
laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan
orang lain yaitu : dicintai, dihormati dan dihargai. Mereka yang
menilai dirinya positif cenderung bahagia, sehat, berhasil dan dapat
menyesuaikan diri, sebaliknya individu akan merasa dirinya
negative, relatif tidak sehat, cemas, tertekan, pesimis, merasa tidak
dicintai atau tidak diterima di lingkungannya .
Individu akan merasa berhasil atau hidupnya bermakna
apabila diterima dan diakui orang lain atau merasa mampu
mengadapi kehidupan dan mampu mengontrol dirinya.
4. Peran (Self Rool)
Peran adalah pola perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh individu berdasarkan posisinya di masyarakat.
Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yang berhubungan
dengan posisi pada tiap waktu sepanjang daur kehidupannya. Harga
diri yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi
kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
5. Identitas Diri (self idencity)
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang
dapat diperoleh individu dari observasi dan penilaian dirinya,
menyadari bahwa individu dirinya berbeda dengan orang lain.
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, dan tidak ada
duanya.
Hal-hal penting berkaitan dengan identitas diri, yaitu:
a) Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan
berkembangnya konsep diri
b) Individu yang memiliki perasaan identitas dirikuat akan
memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik, dan tidak
ada duanya
c) Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi
d) Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan
perempuan serta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupin
perlakuan masyarakat
e) Kemandirian timbul dari perasaan berharga, menghargai diri
sendiri, kemampuan dan penguasaan diri
f) Individu yang mandiri dapat mengatir dan menerima dirinya

C. Macam-Macam Konsep Diri


Hurlock membagi konsep diri menjadi dua macam yaitu:
1. Konsep diri yang sebenarnya, ialah konsep seseorang dari siapa dan
apa dirinya. Konsep diri ini merupakan bayangan cermin, yang
ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungannya dengan
orang lain, dan apa yang menjadi reaksi orang lain terhadap dirinya.
2. Aku ideal, ialah gambaran seseorang mengenai penampilan dan
kepribadian yang didambakannya. Setiap macam konsep diri ini
mencakup citra fisik maupun citra psikologis. Citra fisik diri
biasanya terbentuk pertama dan berkaitan dengan penampilan fisik
anak, daya tariknya dan kesesuaian dengan jenis kelaminnya dan
pentingnya berbagai bagian tubuh untuk perilaku dan harga diri anak
dimata orang lain.
3. Sedangkan citra diri psikologis terbentuk didasarkan atas pikiran dan
perasaan juga emosi. Citra psikologis ini terdiri atas kualitas dan
kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan,
seperti sifat keberanian, kejujuran, kemandirian, kepercayaan diri
serta berbagai jenis aspirasi dan kemampuannya.untuk
mengkoordinasikan citra fisik dan psikologis ini seringkali sulit bagi
anak-anak.
Akibatnya mereka cenderung berfikir tentang diri mereka memiliki
dua kepribadian dengan penampilan tersendiri dan kepribadian
tersendiri pula. Dengan bertambahnya usia, konsep fisik dan
psikologis diri ini secara berangsur menyatu dan mereka
menganggap diri mereka sebagai individu tunggal.

D. Dimensi Konsep Diri


Konsep diri memiliki tiga dimensi, yaitu pengetahuan tentang diri
sendiri, harapan terhadap diri sendiri dan evaluasi diri.
1. Pengetahuan tentang diri sendiri
Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita
ketahui tentang diri kita. Biasanya hal ini menyangkut hal-hal yang
bersifat dasar seperti: usia, jenis kelamin, kebangsaan, latar
belakang etnis, profesi dan sebagainya.
Sebagai contoh, tentang agama, kelompok menengah
keatas, anggota cendekiawan dan sebagainya. Melalui
perbandingan dengan orang lain ini, seseorang memberikan
penilaian kualitas dirinya. Seperti orang yang pandai atau yang
bodoh, baik hati atau egois, spontan atau hati-hati. Kualitas diri ini
tidak permanen tetapi bisa berubah. Bila seseorang mengubah
tingkah lakunya atau dapat mengubah kelompok perbandinga.
2. Harapan Terhadap Diri Sendiri
Ketika seseorang berpikir tentang siapakah dirinya, pada
saat yang sama ia akan berpikir akan menjadi apa dirinya di masa
yang akan dating prinsipnya, setiap orang memiliki harapan
terhadap dirinya sendir. Harapan akan dirinya sendiri merupakan
diri ideal.
3. Evaluasi Diri Sendiri
Penilaian dan evaluasi antara pengharapan mengenai diri
seseorang dengan standar dirinya yang akan menghasilkan harga
diri yang berarti seberapa besar orang menyukai dirinya sendiri.
Evaluasi terhadap diri sendiri ini di sebut harga diri (self esteem),
yang mana akan  menetukan seberapa jauh seseorang akan
menyukai dirinya.
E. Proses Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa
pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan,
pengalaman, dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap konsep diri yang dibentuk. Sikap atau respon orang tua
akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya.
Oleh karena itu seringkali anak-anak yang tumbuh dan
dibesarkandalam pola asuh yang keliru dan negatif ataupun lingkungan
yang kurang mendukung cenderung mempunyai konsep diri yang negatif
pula. Jadi anak menilai dirinya berdasarkan apa yang ia alami dan
dapatkan dari lingkungannya. Jika lingkungan memberikan sikap yang
baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga
tumbuhlah konsep diri yang positi. Konsep diri mempunyai sifat yang
dinamis, artinya tidak luput dari perubahan.
F. Faktor-faktor Pembentukan Konsep Diri
Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep diri menurut
Stuart dan Sunden adalah sebagai berikut:
1. The significant others, yaitu orang lain yang kita anggap penting
atau biasa, dimana konsep diri dipelajari melalui kontak dan
pengalaman orang lain,belajar diri sendiri melalui cerin orang lain
dengan cara pandangan diri merupakan interprestasi diri pandnagan
orang lain terhadap diri sendiri.
2. Reference group, yaitu kelompok yang dipakai sebagai acuan.
Kelompok tersebut memberi arahan dan pedoman agar kita
mengikuti perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku dalam
kelompok tersebut. Hal ini terkait dengan sifat manusia yang selalu
hidup dalam kelompok. Kelompok-kelompok tersebut kita ikuti
secara sukarela. Kelompok acuan mempengaruhi pembentukan
konsep diri kita.
3. Teori perkembangan, konsep ini mengarikan bahwa konsep diri
belum ada waktu lahir, konsep diri berkembang secara bertahap
sejak lahir.
4. Self perception (persepsi diri sendiri), yaitu persepsi individu
terhadap diri sendiri dan penilaiannya, serta perspsi individu
terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri dapat
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman.

G. Aspek Konsep Diri


Fitts (Agustiani, 2006) mengemukakan bahwa aspek-aspek konsep
diri meliputi :
1. Diri fisik (physical self). Aspek ini menyangkut persepsi seseorang
terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi
seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik,
helas, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek,
gemuk, kurus).
2. Diri moral-etik (moral ethical self). Aspek ini merupakan pesepsi
seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai
moral dan etika. Hal ini menyangkut persepsi seseorang mengenai
hubungan dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan kehidupan
keagamaannya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya, yang meliputi
batasan baik dan buruk.
3. Diri pribadi (personal self). Aspek ini merupakan perasaan atau
persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya. Hal ini tidak
dipengaruhi oleh kondisi fisik atau hubungan dengan orang lain, tetapi
dipengaruhi oleh sejauh mana individu merasa puas terhadap
pribadinya atau sejauh mana ia merasa dirinya sebagai pribadi yang
tepat.
4. Diri keluarga (family self). Aspek ini menunjukkan perasaan dan harga
diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga. Bagian
ini menunjukkan seberapa jauh seseorang merasa adekuat terhadap
dirinya sebagai anggota keluarga, serta terhadap peran maupun fungsi
yang dijalankannya sebagai anggota dari suatu keluarga.
5. Diri sosial (sosial self). Aspek ini merupakan penilaian individu
terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan
sekitarnya.
H. Hambatan Dalam Membangun Konsep Diri
Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu
tergantung pada pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada.
Beberapa hambatan yang sering terjadi dalam pengembangan potensi diri
adalah sebagai berikut:
1. Hambatan yang berasal dari lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor penghambat dalam
pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan
sistem pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak
mendukung semangat pengembangan potensi diri, dan tanggapan
atau kebiasaan dalam lingkungan kebudayaan.
2. Hambatan yang berasal dari individu sendiri
Penghambat yang cukup besar adalah pada diri sendiri,misalnya
sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang jelas, keengganan
mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi
yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan
masalah, kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan
pemahaman manajemen lemah, kemampuan latih rendah dan
kemampuan membina tim yang rendah.( Muhith, Abdul. 2015.)
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani,H. 2006. Psikologi Perkembangan : Pendekatan Ekologi Kaitannya


dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Jakarta : Refika Aditama.

Muhith, Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi.


Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Rahmaningsih, Martani. 2014. Dinamika Konsep Diri pada Remaja Perempuan


Pembaca Teenlit. JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 41, NO. 2.

Anda mungkin juga menyukai