Anda di halaman 1dari 13

KONSEP DASAR DAN ASUHAN

KEPERAWATAN KEBUTUHAN KONSEP


DIRI
A. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang
kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat
digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Para ahli psikologi
kepribadian berusaha menjelaskan sifat dan fungsi dari konsep diri, sehingga terdapat
beberapa pengertian.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang
tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada
akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung
tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Perasaan
individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan
banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki.
Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan
individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan.
Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan
seseorang individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang mudah untuk
diselesaikan. Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan
lingkungannya.
Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns (1993:vi) konsep diri adalah
suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan orang-orang lain berpendapat,
mengenai diri kita, dan seperti apa diri kita yang kita inginkan. Konsep diri adalah pandangan
individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan
lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu (Mulyana, 2000:7).
Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui
lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaluasi dari orang lain yang mengenal dirinya.
Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada informasi dari orang
lain mengenai dirinya. Sebaliknya individu tidak tahu bagaimana ia dihadapkan orang lain
tanpa ada informasi atau masukan dari lingkungan maupun orang lain. Dalam kehidupan
sehari-hari secara tidak langsung individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap
diri sendiri itu meliputi watak dirinya, orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya
termasuk orang yang berpenampilan menarik, cantik atau tidak.
Seperti yang dikemukakan Hurlock (1990:58) memberikan pengertian tentang konsep diri
sebagai gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya. Konsep diri ini merupakan gabungan
dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik
fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.
Menurut William D. Brooks bahwa pengertian konsep diri adalah pandangan dan perasaan
kita tentang diri kita (Rakhmat, 2005:105). Sedangkan Centi (1993:9) mengemukakan konsep
diri tidak lain tidak bukan adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri
sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita
harapkan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau
penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi
kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rini, 2002:http:/www.e-
psikologi.com/dewa/160502.htm).
Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila
individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan
yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan
gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.
Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi
kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya maupun lingkungan
terdekatnya.
Dalam hal pengertian konsep diri yang masih sangat banyak dan akan dikemukakan
beberapa pendapat dari pakar atau ahli dalam ilmu psikologi, antara lain sebagai berikut:
1. Menurut pendapat Calhoun dan Acoccela (1990) pengertian konsep diri adalah cara
pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep tentang diri sendiri.
Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri
menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi.
2. Menurut pendapat Stuart dan Sundeen (dalam Dacey dan Kenny, 1997) pengertian konsep
diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang
dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini termasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan,
nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.
Penghargaan mengenai diri akan menentukan bagaimana individu akan bertindak dalam
hidup. Apabila seorang individu berpikir bahwa dirinya bisa, maka individu tersebut
cenderung sukses, dan bila individu tersebut berpikir bahwa dirinya gagal, maka dirinya telah
menyiapkan diri untuk gagal. Jadi bisa dikatakan bahwa konsep diri merupakan bagian diri
yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman, baik itu pikiran, perasaan, persepsi dan
tingkah laku individu (Calhoun dan Acoccela, 1990). Singkatnya, Calhoun dan Acoccela
mengartikan konsep diri sebagai gambaran mental individu yang terdiri dari pengetahuan
tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas konsep diri menurut kelompok kami dapat
didefinisikan sebagai gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang
bagaimana individu melihat dirinya sendiri sebagai pribadi yang disebut dengan pengetahuan
diri, bagaimana individu merasa atas dirinya yang merupakan penilaian diri sendiri serta
bagaimana individu menginginkan diri sendiri sebagai manusia yang diharapkan.

B. Tinjauan tentang Konsep Diri


Konsep diri berkembang melalui proses yang sangat kompleks dan melibatkan berbagai
macam variabel. Konsep diri adalah kombinasi dinamis yang dibentuk selama bertahun-tahun
dan didasarkan pada:
1. Reaksi orang lain terhadap tubuh seseorang
2. Persepsi berkelanjutan tentang reaksi orang lain terhadap diri
3. Hubungan dengan diri dan orang lain
4. Struktur kepribadian
5. Persepsi terhadap stimulus yang mempunyai dampak pada diri
6. Pengalaman baru atau sebelumnya
7. Perasaan saat ini tentang fisik, emosional dan sosial diri
8. Harapan tentang diri
Identitas merupakan pembentuk salah satu prinsip yang terintegrasi dari konsep diri, dimana
seseorang menyadari bahwa mereka benar-benar dirinya sendiri dan berperilaku dengan cara
tertentu sesuai dengan keinginannya. Menjadi diri sendiri adalah hal terpenting dari identitas
karena identitas sering didapat dari observasi diri seseorang dan dari apa yang kita katakan
tentang diri kita (Stuart&Sundeen, 1991).
Saat berpikir tentang diri kita secara fisik, gambaran mental kita adalah citra tubuh kita. Citra
tubuh merupakan bagian dari konsep diri yang mencakup sikap dan pengalaman yang
berkaitan dengan tubuh, termasuk pandangan seseorang tentang maskulinitas dan
feminimitas, kegagalan fisik, daya tahan dan kapasitas (Drench, 1994). Citra tubuh
berkembang sesuai dengan cara belajar mengenai tubuh meliputi struktur, fungsi,
kemampuan, dan keterbatasan tubuh. Citra tubuh dapat berubah tergantung pada stimuli
eksternal pada tubuh dan perubahan actual dalam penampilan, struktur atau fungsi.
Harga diri bersumber dari diri sendiri dan orang lain dan dipengaruhi oleh rasa kasih sayang
dan penerimaan. Seseorang yang menghargai dirinya dan merasa dihargai oleh orang lain
biasanya mempunyai harga diri yang tinggi, begitupun sebaliknya. Kemampuan merupakan
suatu bagian terpenting dari konsep diri. Seringkali seseorang yang sakit akan merasa senang
karena ketidakberdayaannya. Oleh karena itu, perawat harus menerima orang yang sakit
dengan sikap menghargai dan menjunjung tinggi martabatnya. Dengan sikap tersebut maka
akan sangat membantu dalam meningkatkan harga diri.

C. Komponen Konsep Diri


Komponen dari konsep diri ada 4, yaitu: identitas, citra tubuh, harga diri, dan peran.
a. Identitas
Mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan dan konsistensi diri seseorang
sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi. Konsep identitas mencakup konstansi dan
kontinuitas. Identitas menjadi pembeda antara seseorang dengan orang lain namun tetap
menjadi diri sendiri yang utuh dan unik.
Ketika berada dalam usia anak-anak, mereka belajar tentang nilai, perilaku, dan peran yang
diterima sesuai kultur di masyarakat, yang pertama kali diidentifikasi melalui orang tua. Oleh
karena itu, identitas yang diperoleh dari hal tersebut akan berlangsung secara kontinu dan
dipengaruhi situasi lingkungan sepanjang hidup.
Saat seseorang berada pada usia remaja, tugas emosionalnya adalah perkembangan rasa diri
atau identitas yang disertai perubahan fisik, emosional, kognitif, dan sosial. Seseorang yang
memiliki rasa identitas kuat akan merasa terintegrasi.
b. Citra Tubuh
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh baik secara internal maupun
eksternal yang mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada tubuh serta dipengaruhi
oleh pandangan pribadi tentang karakteristik, kemampuan fisik dan persepsi dari orang lain.
Pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik juga mempengaruhi citra tubuh. Misalnya
perkembangan seseorang dari bayi sampai lanjut usia, saat itu tentu terjadi banyak perubahan
meliputi kematangan fisik, perubahan hormonal sampai pada penurunan fungsi organ yang
dapat mempengaruhi citra tubuh.
Hal lain yang berpengaruh terhadap citra tubuh yaitu sikap dan nilai sosial kultural. Misalnya
hal yang ditekankan di Amerika adalah muda, cantik dan utuh serta takut untuk menghadapi
proses penuaan yang normal. Sedangkan dalam budaya Timur penuaan dipandang sebagai hal
yang normal dan wajar terjadi.
c. Harga Diri
Harga diri sangat erat kaitannya dengan evaluasi individual terhadap keefektifan di
lingkungan masyarakat. Harga diri merupakan rasa kita terhadap nilai diri, dimana rasa
tersebut adalah suatu evaluasi saat seseorang membuat atau mempertahankan diri. Harga diri
dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri seseorang dan diri ideal.
Diri ideal terdiri dari aspirasi, tujuan, nilai, dan standar perilaku yang dianggap ideal dan
diupayakan tercapai, yang berawal dalam usia prasekolah dan berkembang sepanjang hidup.
Diri ideal dipengaruhi oleh norma masyarakat dan harapan serta tuntutan dari orang tua dan
orang terdekat.
Keluarga membentuk standar yang dapat menjadi tolok ukur individu dalam keluarga tersebut
untuk mengevaluasi dirinya sendiri. Harga diri sangat penting dalam memelihara konsep diri
dan orang perlu merasa berharga dalam hidupnya.
d. Peran
Mencakup harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas, dan
kultur. Perilaku didasarkan pada proses sosialisasi yang didapat sejak lahir dan bisa
mengalami sedikit perubahan selama masa dewasa. Seorang anak mempelajari perilaku yang
diterima di masyarakat melalui beberapa proses:
1. Reinforcement-extinction, perilaku tertentu menjadi umum atau dihindari, tergantung
diterima dan diharuskan atau tidak diperbolehkan.
2. Inhibisi, seorang anak belajar memperbaiki perilaku, bahkan ketika berupaya untuk
melibatkan diri mereka.
3. Substitusi, seorang anak menggantikan satu perilaku dengan perilaku lain yang
memberikan kepuasan pribadi yang sama.
4. Imitasi, seorang anak mendapatkan pengetahuan, keterampilan atau perilaku dari anggota
sosial atau kelompok cultural.
5. Identifikasi, seorang anak menginternalisasikan keyakinan, perilaku, dan nilai dari model
peran ke dalam ekspresi diri yang unik dan personal.
Agar dapat berfungsi efektif dalam peran, seseorang harus mengetahui perilaku dan nilai
yang diharapkan, harus mempunyai keinginan untuk memastikan perilaku dan nilai serta
harus mampu memenuhi tuntutan peran. Setiap peran mencakup pemenuhan harapan tertentu
dari orang lain yang mengarah pada penghargaan.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri


1. Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep diri.Contoh, bayi membutuhkan lingkungan yang mendukung dan
penuh kasih sayang, sedangkan anak membutuhkan kebebasan untuk belajar dan menggali
hal-hal baru.
2. Budaya
Pada usia anak-anak nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya
danlingkungannya.Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada
lingkungannya.
3. Faktor Internal dan Eksternal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh terhadap konsep diri. Pada
sumber internal misalnya, orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber
eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.
4. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian pula
sebaliknya.
5. Usia, keadaan sakit, dan trauma
Usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya
6. Stesor
Stres adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan, bukan hasil spesifik tindakan
seseorang atau respon khas terhadap sesuatu (Selye, 1956). Setiap perubahan dalam
kesehatan dapat menjadi stresor yang mempengaruhi konsep diri. Perubahan fisik dalam
tubuh menyebabkan perubahan citra tubuh, dimana identitas dan harga diri juga dapat
dipengaruhi. Penyakit kronis sering mengganggu peran, yang dapat pula mengganggu
identitas dan harga diri seseorang. Berikut ini jenis-jenis stresor yang mempengaruhi konsep
diri seseorang:
a. Stresor Identitas
Identitas dipengaruhi oleh stresor sepanjang hidup. Masa remaja adalah waktu dimana
banyak terjadi perubahan yang menyebabkan ketidak-amanan dan ansietas. Oleh karena itu,
remaja berusaha mencoba untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan
mental akibat peningkatan kematangan. Penampilan seseorang sangat mempengaruhi
identitas dirinya sehingga biasanya orang dewasa mempunyai identitas yang lebih stabil dan
konsep dirinya berkembang lebih kuat. Tanda perkembangan lainnya seperti awal terjadinya
menstruasi, pubertas, menopause, pension, penurunan kemampuan fisik dan factor lain yang
berkaitan dengan penuaan juga mempengaruhi identitas.
Bingung identitas terjadi ketika seseorang tidak mempertahankan identitas personal yang
jelas, konsisten, terus sadar. Hal ini bisa terjadi kapan saja jika seseorang tidak mampu
mengadaptasi stresor identitas. Dalam stress yang ekstrem, individu dapat mengalami
depersonalisasi yaitu suatu keadaaan realitas internal dan eksternal atau perbedaan antara diri
dan orang lain tidak dapat ditetapkan.
b. Stresor Citra Tubuh
Perubahan citra tubuh terjadi apabila ada perubahan dalam penampilan, struktur atau fungsi
bagian tubuh. Misalnya efek penyakit, perubahan penampilan tubuh, dan lain-lain adalah
stresor yang sangat jelas mempengaruhi citra tubuh. Persepsi seseorang tentang perubahan
tubuh dapat dipengaruhi oleh bagaimana perubahan tersebut terjadi.
Perasaan isolasi sosial yang muncul akibat perubahan citra tubuh akan mengakibatkan
seseorang merasa takut, malu bahkan merasa harga dirinya rendah sehingga akan
mengganggu proses sosialisasi dan kehidupannya di masyarakat.
c. Stresor Harga Diri
Orang dengan harga diri rendah akan sering merasa tidak dicintai dan sering mengalami
depresi dan ansietas. Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan orang tua, kritik yang tajam,
hukuman yang tidak konsisten, persaingan antar-saudara, dan kekalahan berulang dapat
menurunkan tingkat nilai diri. Penyakit, pembedahan maupun kecelakaan yang mengubah
pola hidup juga dapat menurunkan perasaan nilai-diri.
Jika perubahan lambat dan progresif, maka individu mempunyai kesempatan untuk
mengantisipasi berduka. Namun jika perubahan mendadak dalam kesehatan mungkin akan
lebih menimbulkan situasi kritis. Makin kronis penyakit seseorang maka akan lebih besar
pengaruhnya terhadap harga diri.
d. Stresor Peran
Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi
seorang individu dalam berbagai kelompok sosial (Stuart&Sundeen, 1991). Sepanjang hidup
orang menjalani berbagai perubahan peran. Transisi sehat-sakit adalah gerakan dari keadaan
sehat atau sejahtera ke arah sakit maupun sebaliknya, masing-masing transisi ini dapat
mengancam konsep diri yang mengakibatkan konflik peran, ambiguitas peran ataupun
ketegangan peran.
1. Konflik Peran
Jika seseorang diharuskan untuk secara bersamaan menerima dua peran atau lebih yang tidak
konsisten, berlawanan, atau sangat eksklusif, maka dapat terjadi konflik peran. Konflik ini
terdiri dari:
a) Konflik Interpersonal, terjadi ketika satu orang atau lebih mempunyai harapan yang
berlawanan atau tidak cocok secara individu dalam peran tertentu. Misalnya: teman dari
seorang wanita dan ibunya mungkin mempunyai perbedaan yang besar tentang bagaimana ia
harus merawat anaknya.
b) Konflik Antar-Peran, terjadi ketika tekanan atau harapan yang saling berkaitan. Misalnya:
seorang pria yang bekerja 10 sampai 12 jam sehari mungkin akan mempunyai masalah jika
istrinya mengharapkan dirinya untuk berada di rumah bersama keluarga.
c) Konflik Peran Personal, terjadi ketika tuntutan peran melanggar nilai personal individu.
Misalnya: seorang perawat yang menghargai penyelamatan hidup mengalami konflik ketika
dihadapkan pada merawat klien yang memilih untuk menolak terapi pendukung hidup.
2. Ambiguitas Peran
Mencakup harapan peran yang tidak jelas. Ketika terdapat ketidakjelasan harapan, maka
orang menjadi tidak pasti apa yang harus dilakukan, bagaimana harus melakukannya ataupun
keduanya yang sering menimbulkan kebingungan bahkan ketegangan. Hal ini biasanya
terjadi pada remaja yang mendapat tekanan dari orang tua, teman sebaya, dmedia untuk
menerima peran seperti orang dewasa namun tetap dalam peran sebagai anak yang
tergantung.
3. Ketegangan Peran
Hal ini dapat diekspresikan sebagai perasaan frustasi ketika seseorang merasakan tidak
adekuat dan merasa tidak sesuai dengan peran.
Kelebihan beban peran terjadi ketika individu tidak dapat memutuskan tekanan mana yang
harus dipatuhi karena jumlah tuntutan yang banyak dan konflik prioritas. Konsep diri dapat
berubah akibat stresor yang mempengaruhi identitas, citra tubuh, harga diri, atau peran. Jika
seseorang tidak mampu beradaptasi dengan stresor, mungkin akan berisiko terhadap
kesehatan individu tersebut. Jika kebingungan identitas, citra tubuh yang terganggu, harga
diri rendah, konflik, ketegangan, atau ambiguitas peran yang terjadi tidak teratasi, maka dapat
menimbulkan penyakit.

E. Perkembangan Konsep Diri


Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup. Setiap tahap perkembangan
mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang dalam mengembangkan konsep diri
yang positif.
1. Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi perawatan primer dan
hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi menumbuhkan rasa percaya dari
konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau
orang lain. Penyapihan, kontak dengan orang lain, dan penggalian lingkungan memperkuat
kewaspadaan diri. Tanpa stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan,
perkembangan citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi
dengan tubuh mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah dasar
untuk perkembangan citra tubuh.
2. Todler
Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi. Anak-anak beralih dari
ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan keterpisahan diri mereka dari orang lain.
Mereka mencapai keterampilan dengan makan sendiri dan melakukan tugas higien dasar.
Anak usia bermain belajar untuk mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain. Mereka
belajar mengontrol tubuh mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training, berbicara
dan sosialisasi.
3. Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali jenis kelamin, meningkatkan
kesadaran diri, meningkatkan keterampilan berbahasa, dan sensitive terhadap umpan balik
keluarga. Anak-anak belajar menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari
anggota keluarga menjadi penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk pembentukan
konsep diri anak dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga diri
dimana orang tersebut sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk mengatasinya.
4. Anak usia sekolah
Pada masa ini seorang anak menggabungksn umpan balik dari teman sebaya dan guru.
Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi cepat dan lebih banyak
didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual. Tubuh anak berubah, dan identitas
seksual menguat, rentan perhatian meningkat dan aktivitas membaca memungkinkan
ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke dalam peran, perilaku dan tempat lain. Konsep diri
dan citra tubuh dapat berubah pada saat ini karna anak terus berubah secara fisik, emosional,
mental dan sosial.
5. Masa remaja
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial. Sepanjang maturasi seksual,
perasaan, peran, dan nilai baru harus diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan yang cepat
yang diperhatikan oleh remaja dan orang lain adalah faktor penting dalam penerimaan dan
perbaikan citra tubuh.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan erat dengan pembentukan
identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting. Pengalaman yang positif pada masa
kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa baik tentang diri mereka. Pengalaman
negatif sebagai anak dapat mengakibatkan konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan
berbagai peran perilaku sejalan dengan mereka menetapakan rasa identitas.
6. Masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan perilaku terus terjadi sepanjang
hidup. Dewasa muda adalah periode untuk memilih. Adalah periode untuk menetapakan
tanggung jawab, mencapai kestabilan dalam pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat.
Dalam masa ini konsep diri dan citra tubuh menjadi relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial, penghargaan dan penerimaan diberikan
untuk penampilan normal dan perilaku yang sesuai berdasarkan standar sosial. Konsep diri
secara konstan terus berkembang dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan
tentang diri.
7. Usia dewasa tengah
Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti penumpukan lemak, kebotakan, rambut
memutih dan varises. Tahap perkembangan ini terjadi sebagai akibat perubahan dalam
produksi hormonal dan sering penurunan dalam aktivitas mempengarui citra tubuh yang
selanjutnya dapat mengganggu konsep diri.
Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi kembali pengalaman hidup
dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran dan nilai hidup. Orang usia dewasa
tengah yang manerima usia mereka dan tidak mempunyai keinginan untuk kembali pada
masa-masa muda menunjukkan konsep diri yang sehat.
8. Lansia
Perubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap struktur dan fungsi. Terjadi
penurunan kekuatan otot dan tonus otot. Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh
pengalaman sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup
mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan demikian menciptakan
rasa kesatuan dari makna tentang diri makna tentang diri mereka dan dunia membentu
generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering lansia mengembangkan perasaan
telah meninggalkan warisan.

F. Pengaruh Perawat pada Konsep Diri Klien


Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep diri membantu menstimulasi
rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan fisiknya telah mengalami perubahan dan
yang harus beradaptasi terhadap citra tubuh yang baru, hampir pasti baik klien maupun
keluarganya akan melihat pada perawat dan mengamati respons dan reaksi mereka terhadap
situasi yang baru. Dalam hal ini perawat mempunyai dampak yang signifikan. Rencana
keperawatan yang dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat
ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat. Penting artinya
bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut mengenai diri mereka :
1. Perasaan perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit
2. Bagaimana perawat bereaksi terhadap stress
3. Kekuatan komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal tersebut
ditunjukkan.
4. Nilai dan harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
5. Bagaimana pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien
Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien diperlukan komunikasi yang akan
mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta
kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Hubungan perawat dan klien yang
terapeutik akan memepermudah proses komunikasi tersebut.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk untuk kesembuhan pasien. Tujuan komunikasi terapeutik itu
sendiri adalah :
1. Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta
dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Menurut Carl rogers prinsip-prinsip komunikasi terapeutik diantaranya :
1. Perawat harus mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya
sendiri serta nilai yang dianut.
2. Komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
3. Perawat harus memahami, manghayati nilai yang dianut oleh pasien.
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus menciptakan suasana yang memungkinkan suasana yang memungkinkan
pasien bebas berkembang tanpa rasa kuat.
6. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki motivasi
untuk mengubah dirinya sendiri baik sikap, tingkah lakunya sehingga tumbuh makin matang
dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
7. Mampu menetukan batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
8. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
9. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang lain
tentang kesehatan, oleh karma itu perawat perlu mempertahankan suatu keadaan sehat fisik
mental, spiritual dan gaya hidup.
10. Bertanggung jawab dalam dua hal yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Adapun masalah-masalah yang dihadapi seseorang yang berhubungan dengan konsep diri
adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan
Kehilangan (loss) adalah suatu situasi actual meupun potensial yang dapat dialami individu
ketika berpisah dengan suatu yang sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau
terjadi perubahan dalam hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Kehilangan dapat
berupa kehilangan yang nyata (actual loss) yaitu kehilangan orang atau obyek yang tidak lagi
bisa dirasakan, dilihat, diraba atau dialami oleh seseorang dan kehilangan yang dirasakan
(perceived loss) yaitu kehilangan yang sifatnya unik menurut orang yang mengalami
kedukaan.
2. Berduka
Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional terhadap kehilangan. Adapun jenis berduka
yaitu :
a. Berduka normal terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap
kehilangan.
b. Berduka antisipatif yaitu proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau
kematian yang sesungguhya terjadi.
c. Berduka yang rumit dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ketahap berikutnya.
d. Berduka tertutup yaitu kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka.
3. Sekarat dan kematian
Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang sedang manghadapi kematian, yang
memiliki berbagai hal dan harapan tertentu untuk meninggal. Kematian (death) merupakan
kondisi terhentinya pernapasan, nadi dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap
stimulus eksternal.

G. Asuhan Keperawatan pada Kebutuhan Konsep Diri


A) Pengkajian Keperawatan
1. Faktor predisposisi
a. Faktor yang mempengaruhi harga diri, termasuk penolakan orang tua, harapan orang tua
yang tidak realistik
b. Faktor yang mempengaruhi penampilan peran, yaitu peran yang sesuai dengan jenis
kelamin, peran dalam pekerjaan dan peran yang sesuai dengan kebudayaa
c. Faktor yang mempengaruhi identitas diri, yaitu orang tua yang tidak percaya pada anak,
tekanan teman sebaya dan kultur social yang berubah.
2. Faktor Presipitasi
a. Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu
( internal or eksternal sources ), yang dibagi 5 ( lima ) kategori :
1) Ketegangan peran, adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu
dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
2) Konflik peran : ketidaksesuaian peran antar yang dijalankan dengan yang diinginkan
3) Peran yang tidak jelas: kurangnya pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya
4) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menampilkan seperangkat peran
yang kompleks
5) Perkembangan transisi, yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan nilai untuk
menyesuaikan diri
b. Situasi transisi peran, adalah bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan
individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti
c. Transisi peran sehat sakit, yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan
sakit. Transisi ini dapat disebabkan :
1) Kehilangan bagian tubuh
2) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh
3) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
4) Prosedur pengobatan dan perawata
d. Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidakseimbangan bio kimia,
gangguan penggunaan obat, alkoholdan zat.
3. Perilaku
Data yang di kumpulkan oleh seorang perawat, hendaknya data-data perilaku yang objektif
dapat di amati. Periloaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah (Stuart dan
Sundeent, 19991) yaitu yang identitas kacau dan defersonalisasi dapat di lihat di bawah ini:
a. Perilaku dengan Harga Diri yang Rendah
1) Kritik diri sendiri atau orang lain.
2) Produktifitas menurun
3) Destruktif pada orang lain
4) Gangguan berhubungan
5) Perasaan yang berlebihan tentang pentingnya dirinya
6) Perasaan tidak layak
7) Perasaan bersalah
8) Mudah marah dan tersinggung
9) Rasa negative terhadap diri sendiri
10) Pandangan hiduip yang pesimis
11) Keluhan fisik
12) Pandangan hidup terpolarisasi
13) Menolak kemampuan diri sendiri
14) Mengejek diri sendiri
15) Merusak diri
16) Isolasi social
17) Gangguan penggunaan zat
18) Menarik diri dari realitas
19) Khawatir
20) Ketegangan peran.

b. Perilaku dengan Identitas yang kacau


1) Tidak mengindahkan moral
2) Kontradiksi ciri kepribadian
3) Mengurangi hubungan intrapersonal
4) Perasaan kekosongan
5) Perasaan tentang diri yang berubah-ubah
6) Kekacauan identitas seksual
7) Kecemasan yang tinggi
8) Tidak mampu berempati dengan orang lain
9) Kurang keyakinan diri
10) Cinta diri sendiri yang patologi
11) Masalah dalam hubungan intim
12) Kekacauan dan kehilangan identitas sesaat

c. Perilaku dengan Depersonalisasi


Afek 1. Identitas hilang
2. Asing dengan diri sendiri
3. Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu
4. Perasaan tidak realistic
5. Merasa sangat terisolasi
Persepsi
1. Halusinasi pendengaran dan penglihatan
2. Tidak yakin akan jenis kelaminnya
3. Sukar membedakan diri dengan orang lain
Kognitif
1. Kacau
2. Disorientasi waktu
3. Penyimpangan pikiran
4. Daya ingat terganggu
5. Daya penilaian terganggu
Perilaku
1. Afek tumpul
2. Pasif dan tidak ada respon emosi
3. Komunikasi tidak selaras
4. Tidak dapat mengontrol perasaan
5. Tidak ada inisiatif dan tidak mampu mengambil keputusan
6. Menarik diri dari lingkungan
7. Kurang bersemangat

d. Mekanisme Koping
Jangka Pendek Jangka Panjang
1. Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis : pemakaian obat obatan, kerja
keras, nonton TV terus menerus
1. Menutup Identitas :
Terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi dari orang orang yang berarti, tanpa
mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri sendiri
2. Kegiatan mengganti identitas sementara :
(ikut kelompok social, keagamaan, politik )
3. Identitas Negatif :
Asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat
4. Kegiatan yang memberi dukungan sementara : ( kompetisi olah raga kontes popularitas )
5. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara : (penyalahgunaan obat obat)

B) Diagnosa Keperawatan
Masalah gangguan konsep diri berhubungan dengan rasa bersalah sering menimbulkan
kekacauan dan mengakibatkan respon koping yang maladaptive. Respon ini dapat dilihat
bervariasi pada berbagai individu, yang mengalami ancaman integritas diri atau harga diri.
Masalah keperawatan dan contoh diagnosa keperawatan lengkap yang berkaitan dengan
gangguan konsep diri, lihat tabel berikut ini.
Masalah keperawatan yang berhubungan dengan konsep diri

1. Gangguan gambaran diri : Gangguan gambaran diri berhubungan dengan hilangnya


bagian tubuh.

2. Gangguan identitas diri: Gangguan identitas diri berhubungan dengan kesehatan

3. Gangguan perubahan peran: Gangguan perubahan peran berhubungan dengan


kesehatan.

4. Gangguan harga diri: Harga diri rendah berhubungan dengan kesehatan.

C) Intervensi Keperawatan
Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat
dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
Tujuan: Gambaran diri klien positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien menyukai anggota tubuhnya.
2) Klien tidak merasa malu.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1) Binalah hubungan saling percaya.
2) Kajilah penyebab gangguan body image.
3) Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4) Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5) Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c. Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat
dan jelas.
2) Kaji penyebab perubahan peran.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.
d. Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat menidentifikasi identitasnya yang positif.
Kriteria Hasil:
1) Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2) Klien merasa percaya diri.
3) Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1) Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat
dan jelas.
2) Kaji penyebab gangguan identitas diri klien.
3) Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4) Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5) Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6) Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7) Berikan reinforcement yang positif.

D) Implementasi Keperawatan
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi/rencana yang telah dibuat dan
sesuai dengan kondisi klien. Menciptakan lingkungan dan hubungan yang terapiutik serta
mendukung penggalian diri penting untuk mengintervensi klien yang mempunyai masalah
konsep diri. Mendukung eksplorasi diri dengan menguatkan konsep diri klien, mengurangi
ansietas, dan menunjukkan bahwa klien mempunyai kontrol.

E) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah konsep diri secara umum dapat dinilai dari kemampuan untuk
menerima diri, menghargai diri, melakukan peran yang sesuai, dan mampu menunjukkan
identitas diri.

Anda mungkin juga menyukai