Hany Luqianie:I1032141004
Suci Ramadhanty : I1032141005
Deska Kurnia S : I1032141018
Irenius Efferen : I1032141019
Teguh Ayatullah : I103214124
Agung Triputra : I1032141028
Destura : I1032141030
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah
memberikan rahmat dan karunia Nya, sehingga kami dapat menyusun dan
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
Makalah Asuhan Keperawatan Trauma Ginjal Sistem Perkemihan ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Perkemihan kelompok 3 PSIK APK
mahasiswa keperawatan UNTAN. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Herman M.Kep., Ners. selaku dosen mata kuliah sistem perkemihan yang
telah memberikan bimbingan dan pengarahan demi terselesaikannya makalah
ini.
2. Rekan rekan dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Namun, kami menyadari bahwa kekurangan dalam penyusunan makalah ini pasti
ada. Oleh karena itu, masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun
senantiasa kami harapan demi perbaikan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca baik itu mahasiswa maupun
masyarakat dan dapat menjadi sumber ilmu pengetahuan yang berguna untuk kita
semua. Akhir kata penyusun ucapkan terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Trauma ginjal merupakan trauma pada sistem urologi yang paling
sering terjadi. Kejadian penyakit ini sekitar 8-10% dengan trauma tumpul atau
trauma abdominal. Pada banyak kasus, trauma ginjal selalu dibarengi dengan
trauma organ penting lainnya. Pada trauma ginjal akan menimbulkan ruptur
berupa perubahan organik pada jaringannya. Sekitar 85-90% trauma ginjal
terjadi akibat trauma tumpul yang biasanya diakibatkan oleh kecelakaan
lalulintas. Trauma ginjal biasanya terjadi akibat kecelakaan lalulintas atau
jatuh. Trauma ini biasanya juga disertai dengan fraktur pada vertebra thorakal
11-12. Jika terdapat hematuria kausa trauma harus dapat diketahui. Laserasi
ginjal dapat menyebabkan perdarahan dalam rongga peritoneum.
Frekuensi cedera ginjal tergantung pada populasi pasien yang
dipertimbangkan. Trauma ginjal menyumbang sekitar 3% dari seluruh
penerimaan trauma dan sebanyak 10 % dari pasien yang mempertahankan
trauma abdomen. Dengan menggunakan Nasional
Rumusan Masalah
Bagaimana konsep teori trauma ginjal serta asuhan keperawatan yang
komprehensif yang tepat pada klien trauma ginjal
1.3.
Tujuan
1. Untuk mengetahui serta memahami konsep teori trauma ginjal.
2. Untuk mengetahui serta memahami asuhan keperawatan yang komprehensif
pada trauma ginjal
Definisi
Trauma ginjal adalah cedera pada ginjal yang disebabkan oleh berbagai macam
trauma baik tumpul maupun tajam denga manifestasinya manifestasi memar,
laserasi, atau kerusakan padastruktur. Trauma ginjal merupakan trauma yang
terbanyak pada sistem urogenitalia. Kurang lebih 10% dari trauma pada
abdomen mencederai ginjal (Purnomo, 2011; Muttaqin, 2011).
2.2.
Klasifikasi
1. Cedera minor :
- kontusio ginjal
- laserasi parenkim superficial
2. cedera mayor :
- laserasi korteks dan medulla tanpa ektravasasi urina
- laserasi korteks dan medulla dengan ekstravasasi urina
- cedera vaskuler
- avulasi
- thrombosis
Trauma tumpul pada umumnya lebih sering dijumpai dari pada trauma
tajam (Soelarto,).
2.3.
Etiologi
Mekanisme cidera yang dapat menyebabkan injuri pada ginjal adalah sebagai
berikut :
1. Trauma penetrasi (misalnya : luka tembak, luka tusuk)
2. Trauma tumpul (misalnya: kecelakaan kendaraan bermotor, olahraga,
jatuh)
3. Latrogenik (misalnya : prosedur endourologi, ESWL, biopsy ginjal,
prosedur perkutaneus pada ginjal)
4. Intraoperatif (misalnya: diagnostic peritoneal lavage)
5. Lainnya (misalnya : penolakan transplantasi ginjal, melahirkan [dapat
menyebabkan laserasi spontan ginjal) (Muttaqin, 2011)
Terdapat 3 penyebab utama dari trauma ginjal:
a. Trauma tumpul
Trauma tumpul biasanya terjadi karena kecelakaan kenderaan bermotor,
dan jatuh. Trauma tumpul dari tabrakan kendaraan bermotor, jatuh dan
tabrakan pribadi adalah penyebab utama trauma ginja.
b. Trauma iatrogenik
Trauma iatrogenik dapat hasil dari operasi, retrograde pyelography,
percutaneous nephrostomy, dan percutaneous lithotripsy. Biopsi ginjal
juga dapat menyebabkan trauma ginjal.
c. Trauma tajam
Trauma tajam adalah seperti tikaman atau luka tembak pada daerah
abdomen bagian atas ataupun pinggang (Lusaya, 2015).
2.4.
Manifestasi Klinis
1. Nyeri kolik renal (akibat bekuan darah/fragmen dari system duktus
kolektikus yang terobstruksi). Nyeri mungkin terlokalisasi pada satu daerah
panggul atau di atas perut.
2. Hematuria: Hematuria merupakan manifestasi yang umum terjadi. Oleh
karena itu, adanya darah dalam urin setelah suatu cedera menunjukkan
kemungkinan cedera ginjal. Namun demikian, hematuria mungkin tidak
akan muncul atau terdeteksi hanya melalui pemeriksaan mikroskopik.
3. Massa di rongga panggul mungkin merupakan retroperitoneal besar
hematoma atau kemungkinan ekstravasasi kemih.
4. Tanda-tanda hipovolemia dan syok disertai hemoragi yang signifikan.
(Smeltzer & Bare, 2001; Summerton et al., 2014).
5. Ekimosis pada daerah panggul atau kuadran atas perut.
6. Laserasi (luka) di abdomen lateral dan rongga panggul (Summerton et al.,
2014).
2.5.
Patofisiologi
Secara anatomis ginjal dilindungi oleh susunan tulang iga, otot punggung
posterior, lapisan dinding abdomen serta visera anterior. Oleh karena itu, cidera
ginjal tidak jarang diikuti oleh cidera organ-organ yang mengitarinya. Adanya
cidera traumatic, menyebabkan ginjal dapat tertusuk oleh iga paling bawah
sehingga terjadi kontusi dan rupture. Fraktur iga atau fraktur procesus
transverses lumbal vertebra atas dapat dihubungkan dengan kontusi renal atau
laserasi. Cedera dapat tumpul (kecelakaan lalulintas, cidera atletik, akibat
pukulan) atau penetrasi (luka tembak, luka tikam).
Ketidakdisiplinan dalam menggunakan sabuk pengaman atau akan
memberikan reaksi guncangan ginjal didalam rongga retroperitonium dan
menyebabkan reganggan pedikel gingal sehingga menimbulkan robekan tunika
intima arteri renalis. Robekan ini akan memacu terbentuknya bekuan-bekuan
darah yang selanjutnya dapat menimbulkan trombisis arteri renalis beserta
debriment
reparasi
ginjal
(berupa
renorafi
atau
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisa, darah rutin
dan
kreatinin
merupakan
pemeriksaan
makroskopik.
Cedera tumpul ginjal yang memberikan tanda-tanda hematuria
robekan
kapsul
ginjal.
Pemeriksaan
USG
pada
ginjal
dipergunakan:
- Untuk mendeteksi keberadaan dan keadaan ginjal (hidronefrosis,
kista, massa, atau pengkerutan ginjal) yang menunjukkan non
CT scan ini dapat mendeteksi kelainan dalam waktu cepat (< 30 detik),
sehingga dapat dipakai untuk menilai penyebab kolik ureter atau ginjal.
Pemeriksaan CT scan merupakan pemeriksaan radiologi yang utama bagi
pasien trauma ginjal dengan hemodinamik stabil (Purnomo, 2011).
3.1.
Pengkajian
1. Anamnesa
Identitas klien
Identitas klien terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, status, alamat, tanggal masuk, no regeister,
dan diagnosis medis.
Riwayat Kesehatan
Keluhan utama: Klien mengeluh nyeri pada daerah abdomen.
Riwayat Kesehatan Sekarang: Klien mengeluh nyeri pada abdomen,
berat
Riwayat Kesehatn Keluarga: Dalam keluarga klien tidak ada yang
mempunyai riwayat penyakit seperti yang di alami klien, keluarga
klien juga tidak mengalami penyakit hipertensi, jantung, ginjal, DM
4) Pola sensori dan kognitif: Pada pola sensori klien tidak mengalami
gangguan penglihatan dan pendengaran. Pada pola kognitif daya ingat
klien masih baik.
5) Pola aktivitas dan latihan: Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena
kelemahan, dan nyeri.
6) Pola tidur dan istirahat: Klien mengalami kesukaran untuk istirahat
karena kejang otot/ nyeri otot.
7) Pola persepsi dan konsep diri: Klien merasa tidak berdaya,dan merasa
bersalah pada keluarga karena merasa merepotkan keluarganya.
8) Pola hubungan dan peran: Adanya perubahan hubungan dan peran karena
klien mengalami kesukaran untuk beraktivitas.
9) Pola Intoleransi dan Stres: Klien merasa cemasa dan khawatir dengan
kondisi klien saat ini.
10) Pola kesehatan reproduksi: Adanya perubahan libido dalam melakukan
aktivitas seksual.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan: Klien biasanya jarang melakukan ibadah
karena tingkah laku yang tidak stabil, kelemahan/ kelumpuhan pada salah
satu sisi tubuh (Doenges, 2000).
3.2.
Analisa Data
Data
o
1
DS:
- Klien
kencing
nya
terdapat darah
Klien
mengatakan
pada
terlihat
merah
Masalah
Hipovolemi
keperawatan
Resiko Syok
Hipovolemik
mengatakan jika
Etilogi
kulitnya
bercak
DO :
-
Nadi : 130 X /
menit
RR : 30 x /
menit
Suhu : 40oC
TD : 80 / 50
mmHg
Pada
klien
ditemukan
hemoragi
subkutan
dan
hematoma
Pada
klien
terlihat
perubahan
tingkat
kesadaran
1. DS:
- Pasien
Cedera fisik
mengatakan
selera
-
makan
menurun
Pasien mengeluh
nyeri pada perut
DO :
-
TD
80/50 mmHg
Pasien tampak
meringis
berubah
Nyeri akut
Pasien
melaporkan
nyeri
secara
verbal
2. DS: -
Prosedur invasif
Resiko infeksi
Ketidakmampuan mencerna
Ketidakseimbangan
makanan
DO :
-
Leukosit lebih
dari rentang
normal
Ditemukan
tanda-tanda
infeksi: daerah
luka terdapt pus,
lamanya
pengeringan
luka, bau
3. DS:
- Klien
mengatakan
kebutuhan tubuh
nyeri di daerah
-
perut
Klien
mengatakan
kehilangan nafsu
makan
DO:
-
Berat
menurun
badan
20%
atau
lebih
bawah
di
berat
badan ideal
Peristaltik
menurun
Klien
tampak
kurang
minat
pada makanan
3.3.
1.
2.
3.
4.
Diagnosa Keperawatan
Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan faktor resiko hipovolemi
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera: fisik
Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko prosedur invasif
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan adekuat.
3.4.
No
1
Intervensi
NOC
Diagnosa
NIC
Risiko
syok Syok prevention
Observasi
Kriteria Hasil : Setelah 1. Monitor status sirkulasi BP,
hipovolemik
berhubungan
dengan
faktor
resiko hipovolemi
diberikan intervensi,
klien manunjukan
fungsi menghindari
terjadinya syok
Syok management
Kriteria Hasil : Setelah
diberikan intervensi,
syok klien berkurang
hingga tidak terjadi.
kapillary revil
2. Monitor status cairan (input
dan output)
3. Pantau nilai lab : Hb, Ht,
AGD, dan Elektrolit, fungsi
renal ( BUN dan Cr level)
4. Monitor tanda syok
5. Menggambarkan gas darah
arteri dan monitor jaringan
oksigenasi
Nursing Treatment
6. Tempatkan klien pasien pada
posisi supine, kaki elevasi
untuk meningkatkan preload
dengan tepat
Edukasi
7. Ajarkan keluarga dan pasien
tentang tanda dan gejala
datangnya syok
8. Ajarkan keluarga dan pasien
tentang langkah mengatasi
gejala syok
Collaboration
9. Berikan cairan IV maupun
oral yang tepat
10. Berikan vasodilator yang
2
tepat
Akut Pain level
Observasi
Kriteria Hasil: Setelah 1. Lakukan
berhubungan
secara
dilakukan intervensi,
dengan
agen
Nyeri
cidera: fisik
pengkajian
nyeri
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
durasi,
presipitasi.
intervensi, 2. Observasi reaksi nonverbal
klien
mampu
dari ketidaknyamanan.
3. Kaji tipe dan sumber nyeri
mengontrol nyeri
Comfort Level
untuk memberikan intervensi
Kriteria Hasil: Setelah
yang tepat
diberikan
intervensi, 4. Monitor vital sign sebelum
klien menyatakan rasa
dan
sesudah
pemberian
diberikan
berkurang
Nursing Treatment
5. Bantu Klien dan keluarga
untuk
mencari
menemukan
tindakan
kenyamanan
yang
dan
yang
pernah
efektif
dilakukan,
yang
dapat
presipitasi
nyeri
8. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
Edukasi
9. Berikan informasi
tentang
lama
berkurang
nyeri
akan
dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari
prosedur
Colaboration
10. Kolaborasikan dengan dokter
dalam pemberian analgetik
untuk mengurangi nyeri
3
Resiko
Observasi
Kriteria Hasil :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Knowledge : Infection
sistemik dan lokal
faktor
resiko
2.
Monitor hitung granulosit dan
Control
prosedur invasif
Kriteria hasil:
WBC
- Jumlah
leukosit 3. Monitor kerentanan terhadap
berhubungan dengan
infeksi
kulit
dan
membran
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
tubuh
Nutritional
Food and Fluid
status: Observasi
1.Kaji kemampuan klien untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
berhubungan
-
dengan
peningkatan
ketidakmampuan
untuk
fungsi
dibutuhkan
2.Monitor
mual muntah
dan
3.Monitor kulit kering
pengecapan
mencerna
makanan adekuat.
Kriteria hasil :
Menunjukkan
menelan
Mampu
mengidentifikasi
dan
perubahan pigmentasi
4.Monitor kadar albumin, total
protein, Hb dan Ht
kebutuhan nutrisi
Nutritional
status: Nursing Treatment
5.Tentukan status gizi pasien dan
Nutrient intake
Kriteria hasil: Adanya
kemampuan pasien untuk
peningkatan
berat
memenuhi gizi
6.Identifikasi adanya alergi atau
berat
3.5.
Evaluasi
BAB IV PENUTUP
4.1.
4.2.
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA