Anda di halaman 1dari 7

LP ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

A. Definisi
1. Keamanan adalah bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram (potter & perry, 2006)
2. Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry 2005) mengungkapkan
kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman ( suatu yang
meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan ( kebutuhan telah
terpenuhi), dan transenden ( keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah dan nyeri).

B. Mekanisme fisiologis
1. Perubahan rasa aman nutrisi mobilisasi

Rasa aman

usia Persepsi sensori

2. Perubahan rasa nyaman


Ansietas, menangis, gangguan pola
tidur, takut, tidak rileks, iritabilitas,
Fisik ,psikospritual, merintih, melaporkan rasa
lingkungan, dan sosial dingin/panas, melaporkan rasa tidak
nyaman, gelisah, gejala distress
berkeluh kesah, trauma jaringan.
Mekanisme Nyeri

Tranduksi Trsnsmisi
Merupakan stimulus nyeri Merupakan proses penyampaian implus
(noxious stimuli) dirubah nyeri dari nosiseptor saraf perifer melewati
menjadi suatu aktifitas listrik kornu dorsalis, dari spinalis menuju korteks
yang d terima ujung-ujung
serebri.
saraf.

Persepsi Modulas
Adalah hasil rekonstruksi Adalah proses pengendalian internal oleh
susunan saraf pusat tentang sistem saraf, dapat meningkatkan atau
implus nyeri yang diterima. mengurangi penerusan implus nyeri.

C. Rencana asuhan klien dengan gangguan kebutuhan aman dan nyaman


Riwayat dan pemeriksaan fisik meliputi usia, dan tingkat perkembangan,
status kesehatan umum, status mobilitas, ada tidaknya defisit fisiologis
atau persepsi atau kerusakan sensori lain, perubahan proses pikir atau
gangguan kognitif atau emosional, adanya tindak penganiayaan atau
pengabaian, dan riwayat kecelakaan atau cidera. Selain itu juga perlu
dikaji tentang riwayat keselamatan (kesadaran, dan pengatahuan
pengamanan)

D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang berupa data laboraturium yang menunjukan
adanya infeksi peningkatan leukosit ( normalnya 4.500-11.000/ml),
peningkatan laju endap darah (LED), leukositas, serta kultur urine, darah,
dan secret yang menunjukan adanya mikroorganisme patogen.

E. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Diagnosa 1: Nyeri Akut
a) Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial, yang tiba-tiba atau perlahan dengan
intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang
dari enam bulan (NANDA, 2012-2014).
b) Batasan karakteristik: mengungkapkan secara verbal atau
melaporkan nyeri dengan isyarat, Posisi untuk menghindari
nyeri, perubahan tonus otot, respons autonomik, perubahan
selera makan, perilaku distraksi, perilaku ekspresif, wajah
topeng, perilaku menjaga atau sikap melindungi, focus
menyempit, bukti nyeri dapat diamati,berfokus pada diri
sendiri dan gangguan tidur.
c) Faktor yang berhubungan: Agen-agen penyebab cedera
(misalnya biologis, kimia, fisik, dan psikologis).

2. Diagnosa 2: Risiko Infeksi


a) Definisi
Kondisi dimana pasien mempunyai risiko terhadap
masuknya penyakit (NANDA, 2012-2014).
b) Batasan Karakteristik: Kerusakan integritas kulit,
pemakaian alat-alat invasif.
c) Faktor yang berhubungan: Pertahanan tubuh primer yang
tidak adekuat.

3. Diagnosa 3: Risiko Cedera atau jatuh


a) Definisi
Kondisi dimana pasien berisiko mengalami cedera akibat
hubungannya dengan kondisi lingkungan, adaptasi, dan
sumber-sumber yang mengancam (NANDA, 2012-2014).
b) Batasan Karakteristik : Penurunan kesadaran, kelemahan
fisik dan keterbatasan pergerakan, penggunaan alat bantu
jalan.
c) Faktor yang berhubungan: Kelemahan.

F. Perencanaan
1. Diagnosa 1: Nyeri Akut
a) Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
.......x24 jam, diharapakan nyeri berkurang.
Kriteria hasil:
1) Tingkat Kenyamanan : Tingkat persepsi positif
terhadap kemudahan fisik dan psikologis
2) Pengendalian diri : Tindakan individu untuk
mengendalikan nyeri
3) Tingkat nyeri : Keparahan nyeri yang dapat diamati
atau dilaporkan
b) Intervensi keperawatan dan Rasional
1) Intervensi: Manajemen Nyeri
Rasional: Meringankan atau mengurangi nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat
diterima oleh pasien.
2) Intervensi: Pemberian analgesik
Rasional: Menggunakan agens-agens farmakologi
untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
3) Intervensi: Manajemen medikasi
Rasional: Memfasilitasi penggunaan obat resep atau
obat bebas secara aman dan efektif.

2. Diagnosa 2: Risiko Infeksi


a) Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan: Pasien dapat menunjukkan penurunan infeksi.
Kriteria hasil: pasien menunjukkan tidak ada tanda-tanda
infeksi.
b) Intervensi keperawatan dan rasional
1) Intervensi: Kaji adanya tanda-tanda peradangan
seperti adanya demam, bengkak, kemerahan, hangat
dan kelemahan fungsi pada area pemasangan alat
invasif.
Rasional: tubuh berespons terhadap adanya infeksi
melalui adanya tanda demam, bengkak, kemerahan,
hangat, dan kelemahan fungsi organ.

2) Intervensi: observasi tanda vital setiap 4 jam


Rasional: perubahan tanda vital, seperti adanya
demam, peningkatan nadi merupakan salah satu
indikasi adanya infeksi.

3) Intervensi: Lakukan perawatan luka, alat invasif


secara aseptik dan antiseptik.
Rasional: luka merupakan sarana yang paling
mudah masuknya kuman dari luar maupun dari
dalam, perawatan luka yang baik dapat mencegah
infeksi pada luka.

4) Intervensi: lakukan cuci tangan/ hand higene


sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Rasional: cuci tangan dapat memotong rantai
infeksi.

5) Intervensi: kolaborasi dengan tim medis dalam


pemberian antibiotik.
Rasional: antibiotik dapat membunuh kuman
pathogen penyebab penyakit.
3. Diagnosa 3: Risiko Cedera
a) Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan: cedera tidak terjadi dan pasien menunjukkan perilaku
pencegahan terjadinya cedera.
Kriteria hasil: pasien menyatakan berkurangnya episode jatuh
dan rasa takut terhadap bahaya jatuh.
b) Intervensi keperawatan dan rasional
1) Intervensi: kaji dan identifikasi faktor risiko cedera yang
mungkin terjadi pada pasien.
Rasional: banyak faktor yang mempengaruhi cedera, seperti
kedaan pasien dan lingkungan.

2) Intervensi: kaji kemampuan pasien dalam menggunakan


alat bantu jalan seperti kruk, tripot, dan lain-lain.
Rasional: ketidakmampuan menggunakan alat bantu jalan,
pasien dapat terpeleset dan jatuh.

3) Intervensi: latih pasien menggunakan alat bantu jalan


dengan benar dapat mencegah terjadinya jatuh.
Rasional: kemampuan menggunakan alat bantu jalan
dengan benar dapat mencegah terjadinya jatuh.

4) Intervensi: bantu pasien dalam melakukan aktivitas dan


mobilisasi.
Rasional: membantu mencegah trauma.
G. Daftar Pustaka
A. Potter, & Perry, A G (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep Proses dan Praktik Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC

Tarwoto, Wartonah, 2015., Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5, Penerbit: Salemba Medika

Iqbal Mubarak W, Chayatin Nurul, 2008., Buku Ajar Kebutuhan Dasar


Manusia: Teori & Aplikasi Dalam Praktik, Penerbit: EGC

NANDA Internasional 2012-2014, Diagnosis Keperawatan Definisi dan


Klasifikasi, Penerbit: EGC

Banjarmasin, Oktober 2017

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(evy noorhasanah, Ns.M.imun) (Nurul Saadah, S.Kep.Ners)

Anda mungkin juga menyukai