Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

SOFT TISSUE TUMOR (STT)

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Soft Tissue Tumor(STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. Soft Tissue Tumor (STT)
adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak
tumbuh seperti kanker.
Jadi kesimpulannya, Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru (J.R
Goldblum, 2008)

2 Etiologi
a. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan
gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
b. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong transformasi neoplastic.
c. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu
dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
d. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga
akan meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
e. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

3. Tanda Gejala
Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi
dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang
mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam
tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Dalam
tahap awal, jaringan lunak tumors biasanya tidak menimbulkan gejala karena
jaringan lunak yang relatif elastis, tumors dapat tumbuh lebih besar,
mendorong samping jaringan normal, sebelum mereka merasa atau
menyebabkan masalah. kadang gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit
atau bengkak. dan dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa
nyeri, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut
dapat menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.

4. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal
tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi
di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di
kepala dan leher, dan 30% di badan.

Tumors jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa hanya


menjadi tumor jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas
anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke
struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti
lekukan.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
a. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut
sebagai transformasi.
b. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi
c. Invasi lokal.
d. Metastasis jauh.

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan X-Ray
b. Pemeriksaan USG
c. CT scan
d. Pemeriksaan MRI
e. Pemeriksaan histopatologis
6. Komplikasi
Penyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh darah
ke paru-paru, ke liver, dan tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar getah
bening.

7. Penatalaksanaan
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumors tergantung pada
tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan
dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk
operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.
a. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)
Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak
tumors. Jika memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin
yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan
margin bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan
memberikan yang terbaik bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada
ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin, jarang sekali, diperlukan untuk
menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki.

b. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah
shrink Tumors operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang
mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk
merawat tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Dalam
beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk memperbaiki
tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan
hidup.

c. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau
sesudah operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau
membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk
mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum membuktikan untuk
lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh,
kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumor dan mengurangi rasa
sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk
membasmi penyakit.

8. Pathway

B. Rencana Asuhan Klien dengan Soft Tissue Tumor


1 Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Identitas klien
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat penyakit keluarga

b. Pemeriksaan: data fokus


1) Pemeriksaan X-ray:
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai
tumor jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan
tulang yang berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa
sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat
kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak,
situasi terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.

2) Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan
amplop dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk
membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak
tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma
otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor
mendalami sitologi aspirasi akupunktur.

3) CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik
tumor jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk
diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir.

4) Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi
kekurangan dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan
luar penampang berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan,
tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke
pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk
mendasarkan pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5) Pemeriksaan histopatologis:
a) Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis
yang akurat. Dioptimalkan untuk situasi berikut:
 ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode
pengumpulan untuk mendapatkan sel, pemeriksaan
mikroskopik
 sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura,
hanya untuk mengambil spesimen segar harus segera
konsentrasi sedimentasi sentrifugal, selanjutnya smear;
 tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan
tumor yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi
atau kemoterapi, metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
b) Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear
tidak dapat didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c) Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk
operasi.
d) Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak,
bersama dengan bagian dari jaringan normal di sekitar tumor
reseksi seluruh tumor untuk pemeriksaan histologis.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Diagnosa 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan (Resiko) berhubungan
dengan mual/muntah.
a. Definisi
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolik.
b. Batasan karakteristik
1) Berat badan kurang dari 20% atau lebih dibawah berat badan
ideal
2) Asupan makanan kurang dari kebutuhan metabolik
3) Menolak makan
4) Kehilangan rambut yang berlebihan
5) Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan atau
mengunyah
c. Faktor yang berhubungan
1) Penyakit kronis
2) Kesulitan mengunyah atau menelan
3) Mual dan muntah.
Diagnosa 2: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia (akibat
program pengobatan).
a. Definisi
Konfusi dalam gembaran mental tentang diri-fisik individu.
b. Batasan karakteristik
1) Berfokus pada penampilan masa lalu
2) Gangguan pandangan tentang tubuh seseorang (mis.,
penampilan,
struktur, fungsi)
3) Menolak menerima perubahan
4) Menyembunyikan bagian tubuh
5) Perasaan negatif tentang tubuh
c. Faktor yang berhubungan
1) Cedera
2) Gangguan fungsi psikososial
3) Penyakit
4) Program pengobatan
5) Transmisi perkembangan

3. Perencanaan
Diagnosa 1: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan (Resiko) berhubungan
dengan mual/muntah.
a. Tujuan dan kriteria hasil: berdasarkan NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
memperlihatkan Status Gizi: Asupan Makanan dan Cairan yang adekuat,
dengan kriteria hasil;
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi
5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC
1) Catat adanya keluhan mual/muntah, anoreksia.
Rasionalnya:Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
penanganan selanjutnya
2) Anjurkan klien untuk modifikasi diit (porsi sedikit demi sedikit tapi
sering).
Rasionalnya: Dengan makan sedikit tapi sering dapat membantu
pasien dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi.
3) Rencanakan pengaturan diit dengan libatkan klien dan ahli gizi
(kebutuhan kalori, variasi menu).
Rasionalnya: Agar pasien mendapatkan diit yang tepat dan benar
untuk pemulihan kebutuhan nutrisinya
4) Pantau intake nutrisi klien.
Rasionalnya: Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk
mencegah dan meminimalkan kurang gizi
5) Berikan obat-obatan bila ada indikasi sesuai program.
Rasionalnya: Menggunakan terafi farmakologi sebagai kolaborari
pemenuhan kebutuhan nutrisi

Diagnosa 2: Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia (akibat


program pengobatan).
a. Tujuan dan kriteria hasil: berdasaran NOC
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat
beradaptasi dengan ketunadayaan fisiknya, dengan kriteria hasil
1) Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya.
2) Pasien dapat mengidentifikasi potensi ( aspek positif ) dirinya.
3) Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra
tubuh.
4) Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra
tubuh.
5) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.

b. Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC


1) Dorong   pasien   untuk   mengekspresikan   perasaan   khususnya
mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.

Rasional   :   Membantu   pasien   untuk   menyadari   perasaannya   yang

tidak biasa.

2) Catat prilaku menarik diri. Peningkatan ketergantungan, manipulasi

atau tidak terlibat pada perawatan.

Rasional : Dugaan masalah pada penilaian yang dapat memerlukan

evaluasi tindak lanjut dan terapi yang lebih ketat.

3) Pertahankan pendekatan positif selama aktivitas perawatan.

Rasional : Bantu pasien/orang terdekat untuk menerima perubahan

tubuh dan merasakan baik tentang diri sendiri.
Daftar Pustaka

Manuaba, T.W., 2010, Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010,


Sagung Seto, Jakarta

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 1.Jogjakarta: Medication
Jogja

Weiss S.W., Goldblum J.R., 2008, Soft Tissue Tumors, Fifth Edition, Mosby
Elsevier, China

Surabaya, 13 Februari 2018


Ners Muda

(Farida Iriani)

Preseptor Klinik

( Priyo Febri Nurhantanto


S.kep,Ns )

Anda mungkin juga menyukai