Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Propsal ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Terapi
Bermain Bongkar pasang pada Anak Usia Preschool di Rumah Sakit “ proposal
ini berisikan tentang preplaining terapi bermain yang akan diberikan oleh
kelompok kepada anak usia perschool di rumah sakit.
Diharapkan Proposal ini dapat memberikan informasi kepada kita semua
tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah satunya terapi bermain
mewarnai. Kami menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Banjarmasin, 16 Desember 2016

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain
ini tetap dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat
dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak
menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut
merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan
melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang
dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan
rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya
melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah
agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap
stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada
saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Puzzle game merupakan permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan,
tetapi juga dapat melatih kemampuan otak. Berdasarkan penelitian seorang ahli
saraf bernamaIan Robertson, puzzel dapat meningkatkan kemampuan mental.
Selain itu, permainan ini juga dapat mencegah penyakit Alzheimer dan hilang
ingatan(Baras, 2010)
Berdasarkan pengamatan kami dirumah sakit M. Djamil Padang diruangan anak
kronis dan akut didapatkan jumlah anak usia toddler (3-5 tahun) sebanyak 15
oranganak. Anak-anak pada dapat memainkan sesuatu dengan tangannya yaitu
dengan bongkar pasang yang bisa melatih kecerdasan otak anak dan berpikir
secara logis untuk menyelesaikan gambar yang bisa menjadi sesuatu yang
menarik seperi binatang atau orang
Bermain ini menggunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan
anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan terampil dalam sebagai hal.
Sifat permainan ini adalah sifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba
kemampuan dalam keterampilan tertentu seperti bermain dalam puzzel gambar,
disni anak selalu dipacu untuk selalu terampil dalam meletakkan gambar yang
telahdi bongkar.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain dan
beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
1.2.2.1 Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
1.2.2.2 Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
1.2.2.3 Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
1.2.2.4 Beradaptasi dengan lingkungan
1.2.2.5 Mempererat hubungan antara perawat dan anak
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Bermain puzzel


Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau
mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi
kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan berpilaku dewasa. (aziz alimul,
2009)
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan
alat yang menghasilkan atau memberikan informasi, memberi kesenangan
maupun mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000).
Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle berasal dari bahasa
Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan
media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa
media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.

2.2 Tujuan Bermain puzzel


Tujuan brmain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan stimulus
dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga anak akan selau
mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan fisik, emosional, dan
mental sehingga akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang kreatif, cerdas
dan penuh inovatif.

2.3 Fungsi Bermain Puzzel


Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,
perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,
perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.
2.3.1 Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik merupakan
komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting
untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat permainan yang
digunakan untuk bayi yang mengembangkan kemampuan sensoris-motorik
dan alat permainan untuk anak usia toddler dan prasekolah yang banyak
membantu perkembangan aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2.3.2 Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap
segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal
warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek. Pada saat bermain
pula anak akan melatih diri untuk memecahkan masalah. Pada saat anak
bermain mobil-mobilan, kemudian bannya terlepas dan anak dapat
memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan masalahnya melalui
eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini, anak
menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin
sering anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih
kemampuan intelektualnya.
2.3.3 Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi dengan
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar memberi dan
menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu anak untuk
mengembangkan hubungan social dan belajar memecahkan masalah dari
hubungan tersebut. Pada saat melakukan aktivitas bermain, anak belajar
berinteraksi dengan teman, memahami bahasa lawan bicara, dan belajar
tentang nilai social yang ada pada kelompoknya. Hal ini terjadi terutama
pada anak usia sekolah dan remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler
dan prasekolah adalah tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas
sosialnya dilingkungan keluarga.
2.3.4 Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan mencoba
untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan membongkar dan
memasang satu alat permainan akan merangsang kreativitasnya untuk
semakin berkembang.
2.3.5 Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam mengatur
mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal kemampuannya
dan membandingkannya dengan orang lain dan menguji kemampuannya
dengan mencoba peran-peran baru dan mengetahui dampak tingkah
lakunya terhadap orang lain. Misalnya, jika anak mengambil mainan
temannya sehingga temannya menangis, anak akan belajar
mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti teman. Dalam hal ini
penting peran orang tua untuk menanamkan nilai moral dan etika,
terutama dalam kaitannya dengan kemampuan untuk memahami dampak
positif dan negatif dari perilakunya terhadap orang lain
2.3.6 Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari
orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan
mendapatkan kesempatan untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga
dapat diterima di lingkungannya dan dapat menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan kelompok yang ada dalam lingkungannya. Melalui kegiatan
bermain anak juga akan belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab
atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan
teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk
bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya.
Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan
prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk mengembangkan
nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena itu,
penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan
aktivitas bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau
benar/salah.

2.4 Katagori Bermain


Bermain harus seimbang, artinya harus ada keseimbangan antara bermain aktif
dan yang pasif yang biasanya disebut hiburan. Dalam bermain aktif kesenangan
diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka sendiri, sedangkan bermain pasif
kesenangan didapatkan dari orang lain.
2.4.1 Bermain aktif
2.4.1.1 Bermain mengamati /menyelidiki (Exploratory play)
Perhatikan pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa alat
permainan tersebut. Anak memperhatikan alat permainan,
mengocok-ngocok apakah ada bunyi mencuim, meraba, menekan,
dan kadang-kadang berusaha membongkar.
2.4.1.2 Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-balok
menjadi rumah-rumahan. Dll.
2.4.1.3 Bermain drama (dramatik play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temanny
2.4.1.4 Bermain bola, tali, dan sebagainya
2.4.2 Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan melihat dan
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya.
Contohnya:
a. Melihat gambar- gambar dibuku- buku/ majalah
b. Mendengarkan cerita atau musik
c. Menonton televisi, dll
Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

2.5 Hal-hal yang Harus Diperhatikan


2.5.1 Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
2.5.2 Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
2.5.3 Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
2.5.4 Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak
ingin bermain. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau
sedikit.

2.6 Bentuk-bentuk Permainan Menurut Usia


2.6.1 Usia 0 – 12 bulan
2.6.1.1 Tujuannya adalah :
a. Melatih reflek-reflek (untuk anak bermur 1 bulan), misalnya
mengisap, menggenggam.
b. Melatih kerjasama mata dan tangan.
c. Melatih kerjasama mata dan telinga.
d. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan.
e. Melatih mengenal sumber asal suara.
f. Melatih kepekaan perabaan.
g. Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.
2.6.1.2 Alat permainan yang dianjurkan :
a. Benda-benda yang aman untuk dimasukkan mulut atau
dipegang.
b. Alat permainan yang berupa gambar atau bentuk muka.
c. Alat permainan lunak berupa boneka orang atau binatang.
d. Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.
e. Alat permainan berupa selimut dan boneka.
2.6.2 Usia 13 – 24 bulan
2.6.2.1 Tujuannya adalah :
a. Mencari sumber suara/mengikuti sumber suara.
b. Memperkenalkan sumber suara.
c. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.
d. Melatih imajinasinya.
e. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam
bentuk kegiatan yang menarik
2.6.2.2 Alat permainan yang dianjurkan:
a. Genderang, bola dengan giring-giring didalamnya.
b. Alat permainan yang dapat didorong dan ditarik.
c. Alat permainan yang terdiri dari: alat rumah tangga(misal:
cangkir yang tidak mudah pecah, sendok botol plastik, ember,
waskom, air), balok-balok besar, kardus-kardus besar, buku
bergambar, kertas untuk dicoret-coret, krayon/pensil berwarna.

2.6.3 Usia 25 – 36 bulan


2.6.3.1 Tujuannya adalah ;
a. Menyalurkan emosi atau perasaan anak.
b. Mengembangkan keterampilan berbahasa.
c. Melatih motorik halus dan kasar.
d. Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung,
mengenal dan membedakan warna).
e. Melatih kerjasama mata dan tangan.
f. Melatih daya imajinansi.
g. Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.
2.6.3.2 Alat permainan yang dianjurkan :
a. Alat-alat untuk menggambar.
b. Lilin yang dapat dibentuk
c. Pasel (puzzel) sederhana.
d. Manik-manik ukuran besar.
e. Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang
berbeda.
f. Bola.

2.6.4 Usia 32 – 72 bulan


2.6.4.1 Tujuannya adalah :
a. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.
b. Mengembangkan kemampuan berbahasa.
c. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah,
mengurangi.
d. Merangsang daya imajinansi dsengan berbagai cara bermain
pura-pura (sandiwara).
e. Membedakan benda dengan permukaan.
f. Menumbuhkan sportivitas.
g. Mengembangkan kepercayaan diri.
h. Mengembangkan kreativitas.
i. Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat,
lari, dll).
j. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik
halus dan kasar.
k. Mengembangkan sosialisasi atau bergaul dengan anak dan
orang diluar rumahnya.
l. Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan,
misal : pengertian mengenai terapung dan tenggelam.
m. Memperkenalkan suasana kompetisi dan gotong royong.
2.6.4.2 Alat permainan yang dianjurkan :
a. Berbagai benda dari sekitar rumah, buku bergambar, majalah
anak-anak, alat gambar & tulis, kertas untuk belajar melipat,
gunting, air, dll.
b. Teman-teman bermain : anak sebaya, orang tua, orang lain
diluar rumah.
2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain
a. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
b. Status kesehatan, anak sakit à perkembangan psikomotor kognitif terganggu
c. Jenis kelamin
d. Lingkungan à lokasi, negara, kultur
e. Alat permainan à senang dapat menggunakan
f. Intelegensia dan status sosial ekonomi

2.8 Tahap Perkembangan Bermain


a. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
b. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
c. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
d. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

2.9 Prinsip Bermain Di Rumah Sakit


a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Tidak mengganggu jadwal kegiatan keperawatan dan medis
c. Tidak ada kontra indikasi dengan kondisi penyakit pasien
d. Permainan harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang pasien
e. Jenis permainan disesuaikan dengan kesenangan anak
f. Permainan melibatkan orang tua untuk melancarkan proses kegiatan

2.10 Hambatan Yang Mungkin Muncul


a. Usia antar pasien tidak dalam satu kelompok usia
b. Pasien tidak kooperatif atau tidak antusias terhadap permainan
c. Adanya jadwal kegiatan pemeriksaan terhadap pasien pada waktu yang
bersamaan.
2.11 Antisipasi hambatan
a. Mencari pasien dengan kelompok usia yang sama
b. Libatkan orang tua dalam proses terapi bermain
c. Jika anak tidak kooperatif, ajak anak bermain secara perlahan-lahan
d. Perawat lebih aktif dalam memfokuskan pasien terhadap permainan
e. Kolaborasi jadwal kegiatan pemeriksaan pasien dengan tenaga kesehatan
lainnya.

2.12 Cara Bermain Puzzel


a. Sediakan kertas puzzel bergambar
b. Bongkar kertas pazzel tersebut
c. Pasang kembali kertas pazzel sesuai pasangannya masing
d. Di anjurkan lebih baik pada bagian ujung kertas terlebih dahulu
e. Setelah itu bagian samping dengan sesuai pasangannya
f. Kerjakan sampai selesai sesuai dengan gambar seperti semula sebelm kertas
puzzel di bongkar
BAB III
SAP TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit


Sub Pokok Bahasan : Terapi Barmain Anak Usia 3-5 tahun
Tujuan : Mengoptimalkan Tingkat Perkembangan Anak
Hari/Tanggal : Kamis / 28 mei 2015
Jam / Durasi : Pkl. 10.00 sd selesai
Tempat Bermain : Gedung Tulip Lt.3 Ruang bermain anak
Peserta : Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di
Ruang Hemato-Onkologi Anak yang memenuhi kriteria :
- Anak usia 3 – 5 tahun
- Tidak mempunyai keterbatasan fisik
- Dapat berinteraksi dengan perawat dan keluarga
- Pasien kooperatif
Peserta terdiri dari :
- Anak usia pra sekolah dan sekolah sebanyak 4 orang
didampingi keluarga
Target : 4 orang

A. Sarana dan Media


Sarana:
 Ruangan tempat bermain
 Tikar untuk duduk
Media:
 Gambar yang belum disusun
B. Pengorganisasian
Leader : Eka Pahrianti
Co Leader : Fansyah
Observer : Desty Rismawati
Fasilitator : Erwan Ahmad
Pembagian Tugas
Peran Leader :- Katalisator, yaitu mempermudah komunikasi dan
interaksi dengan jalan menciptakan situasi dan suasana
yang memungkinkan klien termotivasi untuk
mengekspresikan perasaannya
- Auxilery Ego, sebagai penopang bagi anggota yang
terlalu lemah atau mendominasi
- Koordinator, yaitu mengarahkan proses kegiatan
kearah pencapaian tujuan dengan cara memberi
motivasi kepada anggota untuk terlibat dalam kegiatan
Peran Co Leader : Mengidentifikasi issue penting dalam proses,
mengidentifikasi strategi yang digunakan Leader,
mencatat modifikasi strategi untuk kelompok pada sesion
atau kelompok yang akan datang, memprediksi respon
anggota kelompok pada sesion berikutnya
Peran Fasilitator : Mempertahankan kehadiran peserta, mempertahankan
dan meningkatkan motivasi peserta, mencegah gangguan
atau hambatan terhadap kelompok baik dari luar maupun
dari dalam kelompok
Peran Observer : Mengamati keamanan jalannya kegiatan play therapy,
memperhatikan tingkah laku peserta selama kegiatan,
memperhatikan ketepatan waktu jalannya kegiatan play
therapy, menilai performa dari setiap tim terapis dalam
memberikan terapi
C. Setting Tempat

: Co Leader

: Leader

: Peserta

: Observer

: Fasilitator

: Keluarga anak

D. Susunan Kegiatan

No Waktu Terapy Anak Ket


1 5 menit Pembukaan :
1. Co-Leader membuka dan Menjawab salam
mengucapkan salam Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri terap Mendengarkan
3. Memperkenalkan pembimbing Mendengarkan dan saling
4. Memperkenalkan anak satu berkenalan
persatu dan anak saling berkenalan Mendengarkan
dengan temannya Mendengarkan
5. Kontrak waktu dengan anak
6. Mempersilahkan Leader
2 20 menit Kegiatan bermain :
1. Leader menjelaskan cara Mendengarkan
permainan Menjawabpertanyaan
2. Menanyakan pada anak, anak mau
bermain atau tidak Menerima permainan
3. Menbagikan permainan Bermain
4. Leader ,co-leader, dan Fasilitator Bermain
memotivasi anak Mengungkapkan perasaan
5. Fasilitator mengobservasi anak
6. Menanyakan perasaan anak
3 5 menit Penutup :
1. Leader Menghentikan permainan Selesai bermain
2. Menanyakan perasaan anak Mengungkapkan perasaan
3. Menyampaikan hasil permainan Mendengarkan
4. Memberikan hadiah pada anak Senang
yang cepat menyelesaikan Senang
gambarnya dan bagus
5. Membagikan souvenir/kenang- Mengungkapkan perasaan
kenangan pada semua anak yang Mendengarkan
bermain Menjawab salam
6. Menanyakan perasaan anak
7. Co-leader menutup acara
8. Mengucapkan salam

E. Evaluasi
1. Evaluasi struktur yang diharapkan
a) Alat-alat yang digunakan lengkap
b) Kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana
2. Evaluasi proses yang diharapkan
a) Terapi dapat berjalan dengan lancar
b) Anak dapat mengikuti terapi bermain dengan baik
c) Tidak adanya hambatan saat melakukan terapi
d) Semua anggota kelompok dapat bekerja sama dan bekerja sesuai
tugasnya
3. Evaluasi hasil yang diharapkan
a) Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
gambar yang diwarnai, kemudian digantung
b) Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c) Anak merasa senang
d) Anak tidak takut lagi dengan perawat
e) Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f) Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas
bermain
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain merupakan aspek penting dalam kehidupan anak yang mencerminkan
kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan social anak tersebut, Salah satunya
adalah puzzrl. Menurut Patmonodewo (Misbach, Muzamil, 2010) kata puzzle
berasal dari bahasa Inggris yang berarti teka-teki atau bongkar pasang, media
puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang.
Berdasarkan pengertian tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa
media puzzle merupakan alat permainan edukatif yang dapat
merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara
membongkar pasang kepingan puzzle berdasarkan pasangannya.
B. Saran
1. Orang tua
Sebaiknya orang tua lebih selektif dalam memilih permainan bagi anak agar
anak dapat tumbuh dengan optimal. Pemilihan permainan yang tepat dapat
menjadi poin penting dari stimulus yang akan didapat dari permainan tersebut.
Faktor keamanan dari permainan yang dipilih juga harus tetap diperhatikan.
2. Rumah Sakit
Sebagai tempat pelayanan kesehatan, sebaiknya rumah sakit dapat
meminimalkan trauma yang akan anak dapatkan dari hospitalisasi dengan
menyediakan ruangan khusus untuk melakukan tindakan.
3. Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan dapat tetap membantu anak untuk mengurangi
dampak hospitalisasi dengan terapi bermain yang sesuai dengan tahap
tumbuh kembang anak. Karena dengan terapi bermain yang tepat, maka anak
dapat terus melanjutkan tumbuh kembang anak walaupun dirumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Supartini, Yupi. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html
http://belajarbarengrizalyuk.blogspot.com/2013/10/terapi-bermain-mewarnai.html

Banjarmasin, 16 Desember 2016

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

(......................................) (......................................)

Anda mungkin juga menyukai