Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN PENCEGAHAN RESIKO INFEKSI PADA LUKA

POST OPERATIF
A. Pengertian
Risiko infeksi merupakan keadaan dimana seorang individu berisiko terserang oleh
agen patogenik dan oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari
sumber-sumber eksternal, sumber-sumber eksogen dan endogen. Infeksi adalah invasi
tubuh pathogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit (Perry & Potter,
2005).

B. Etiologi
Penyebab dari resiko infeksi dalam klasifikasi NANDA (2012) antara lain:
1. Prosedur invasive
2. Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan pathogen
3. Trauma
4. Destruksi jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
5. Rupture membrane amnionik
6. Agen parmasetikal (misalnya imunosupresan)
7. Malnutrisi
8. Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen
9. Imunosupresi
10. Imunitas yang tidak adekuat
11. Pertahanan sekunder tidak adekuat (Hb menurun, Leukopenia, Penekanan respon

inflamasi)
12. Pertahanan respon primer tidak adekuat (kulit tak utuh, trauma jaringan, penurunan

gerak silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi Ph, perubahan peristaltik)
13. Penyakit kronis

C. Faktor predisposisi/Faktor pencetus


Beberapa faktor yang mencetuskan risiko infeksi pada pasien menurut Potter & Perry
(2005) adalah:
1. Agen
Yaitu penyebab infeksi atau mikroorganisme yang masuk bisa karena agennya sendiri
atau karena toksin yang dilepas.

2. Host
Host itu yang terinfeksi, jadi biarpun ada agen, kalau tidak ada yang bisa dikenai,
tidak ada infeksi..Host biasanya orang atau hewan yang sesuai dengan kebutuhan agen
untuk bisa bertahan hidup atau berkembang biak.
3. Environment (lingkungan)
Environment itu lingkungan di sekitar agen dan host, seperti suhu, kelembaban, sinar
matahari, oksige dan sebagainya. Ada agen tertentu yang hanya bisa bertahan atau
menginfeksi pada keadaan lingkungan yang tertentu juga.

E. Tanda dan gejala


Tanda dan Gejala yang lazim terjadi, pada infeksi (Smeltzer, 2002) sebagai berikut :
a. Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal yang pertama yang terlihat di daerah yang
mengalami peradangan. Saat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola
yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Sehingga lebih banyak darah mengalir
ke mikrosirkulasi local dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan
darah. Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna merah
local karena peradangan akut.
b. Kalor
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. Kalor
disebabkan pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. Sebab darah yang memiliki
suhu 37 derajat celcius disalurkan ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih
banyak daripada ke daerah normal.
c. Dolor
Perubahan pH local atau konsentrasi local ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-
ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamine atau bioaktif lainnya dapat
merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan meninggi akibat
pembengkakan jaringan yang meradang.
d. Tumor
Pembengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh
pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial.

e. Functio Laesa
Merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum diketahui secara
mendalam mekanisme terganggunya fungsi jaringan yang meradang.

F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan infeksi antara lain
pemeriksaan darah lengkap yang meliputi: hemoglobin, leukosit, hematokrit, eritrosit,
trombosit, MCH, MCHV, hitung jenis: basofil, eosinofil, batang segmen, limfosit, dan
monosit, kimia klinik: LED, GDS, dan albumin.

G. Pathway
Bakteri dan mikroorganisme
penyebeb inferksi

1. Prosedur invasive Kolonisasi bakteri


2. Tidak cukup pengetahuan dalam menghindari paparan Pada luka post operasi
pathogen
3. Trauma
4. Destruksi jaringan dan peningkatan paparan
Etiologi
lingkungan infeksi/prosedur
5. Rupture membrane amnionik
6. Peningkatan paparan lingkungan terhadap pathogen tindakan yang
7. Imunitas yang tidak adekuat salah
8. Pertahanan sekunder tidak adekuat
9. Pertahanan respon primer tidak adekuat (kulit tak utuh,
trauma jaringan, penurunan gerak silia, cairan tubuh Tanda dan gejala
statis, perubahan sekresi Ph, perubahan peristaltik) 1. Rubor
10. Penyakit kronis 2. Kalor
3. Dolor
4. Tumor
5. Functio Laesa

Risiko Infeksi

H. Pencegahan infeksi pada luka post operasi


1. Menggunakan balutan luka standar pada luka primer yang sudah tertutup.
2. Menganti balutan minimal satu kali sehari
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah menganti balutan.
- Alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengganti balutan harus dalam
keadaan steril atau bersih.
3. Minum obat sesuai anjuran, misalnya obat antibiotik untuk mencegah infeksi

I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari bantuan
b. Riwayat kesehatan sekarang
Apa yang dirasakan sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
Apakah kemungkinan pasien belum pernah sakit seperti ini atau sudah pernah
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang turun temurun atau penyakit tidak menular

2. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : Keadaan Umum, Kesadaran, Pemeriksaan GCS.
b. Tanda-tanda vital : Tekanan darah, suhu, nadi, respirasi
c. Head to toe
1) Kepala
Bentuk kepala, rambut hitam lurus.
2) Mata
Konjungtiva, sklera ikterik, pupil, kedua mata simetris dan bulat.
3) Hidung
Bentuk hidung obstruksi dan polip hidung, nafas cuping hidung, dan sekret.
4) Telinga
Bentuk telinga dan simetris, pengeluaran discharge.
5) Mulut
Bentuk mulut, bibir dan mukosa, gigi, lidah, dan stomatitis.
6) Leher
vena jugularis, pembesaran nodul dan pembesaran kelanjar tiroid.
7) Dada
Inspeksi : Bentuk dada, retraksi dinding dada, ekspansi dada.
Perkusi : Paru sonor, jantung redup.
Auskultasi : Paru vesikuler (merata disemua lapang paru), bunyi jantung,
bunyi jantung tambahan: murmur dan gallop.
8) Abdomen
Inspeksi : datar
Auskultasi : BU
Perkusi : tympani, hepar dan lien pekak
Palpasi : nyeri tekan.
9) Genetalia
Perdarahan, warna urin, DC.
10) Anus
Hemoroid.
11) Ekstremitas
Edema, akral, turgor kulit, refleks fisiologis, refleks patologis, kekuatan otot.
12) Kulit
Warna, sianosis.edema

5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan infeksi antara lain
pemeriksaan darah lengkap yang meliputi: hemoglobin, leukosit, hematokrit, eritrosit,
trombosit, MCH, MCHV, hitung jenis: basofil, eosinofil, batang segmen, limfosit, dan
monosit, kimia klinik: LED, GDS, dan albumin.

6. Diagnosa keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap pathogen lingkungan
meningkat, prosedur invasive, malnutrisi

7. Rencana asuhan keperawatan


NO HARI/TGL NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Selasa I Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur tanda – tanda 1. Peningkatan suhu tubuh,
9 April 2013 keperawatan diharapkan vital terutama suhu takikardia menunjukkan adanya
klien dapat terhindar dari tiap 4 jam sepsis.
risiko infeksi dengan
kriteria hasil: 2. Bersihkan 2. Mencegah timbulnya infeksi
Risk control lingkungan setelah silang
1. Mengetahui dipakai pasien lain
faktor risiko 3. Batasi jumlah 3. Untuk menghindari kontak infeksi
pengunjung
2. Memonitor faktor 4. Mencegah masuknya
risiko lingkungan 4. Instruksikan pada mikroorganisme
3. Memonitor faktor pengunjung untuk
risiko dari tingkah mencuci tangan saat
laku berkunjung dan
4. Kembangkan setelah berkunjung
meninggalkan
strategi kontrol
pasien 5. Meningkatkan pengetahuan
risiko efektif 5. Ajarkan cuci tangan pengunjung dan pasien
5. Komitmen yang baik untuk
menggunakan menjaga kesehatan
strategi kontrol individu 6. Mencegah alat terkontaminasi
risiko efektif 6. Pertahankan
lingkungan aseptik
6. Memodifikasi
selama pemasangan
gaya hidup un alat 7. Teknik yang baik mengurangi
uk mengurangi 7. Gunakan tehnik masuknya mikroorganisme
dukungan yang tepat selama pathogen kedalam luka.
personal untuk mengganti balutan.
mengontrol risiko 8. Meningkatkan daya tahan tubuh
7. Memonitor 8. Tingkatkan intake
nutrisi
perubahan status 9. Antibiotic pilihan berguna
kesehatan 9. Berikan terapi melawan organisme gram
antibiotik bila perlu. negative dan gram positif.
10. Dapat membuang jaringan yang
10. Lakukan teknik mati pada permukaan kulit dan
perawatan luka mengurangi mikroorganisme
yang tepat
11. Menjaga kebersihan luka
11. Cuci dasar luka
dengan larutan
NaCl 0,9 %. 12. Mengetahui gejala dan tanda
12. Ajarkan pasien dan infeksi
keluarga tentang
tanda-tanda dan
gejala dari infeksi. 13. Meningkatkan pengetahuan
13. Ajarkan pasien dan pasien dan keluarga tentang
anggota keluarga pengontrolan infeksi
bagaimana
mencegah infeksi. 14. Menemukan gejala infeksi dini
14. Observasi dan
laporkan tanda dan
gejala infeksi 15. Memonitor infeksi
15. Catat dan laporkan
nilai laboratorium
(leukosit, protein,
serum, albumin) 16. Mengetahui kondisi kulit
16. Kaji warna kulit,
kelembaban, tekstur
dan turgor, cuci
kulit dengan hati-
hati, gunakan
hidrasi dan
pelembab seluruh
muka.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1997. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa
YasminAsih, Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I
Made Kariasa, Made Sumarwati, Jakarta: EGC.
Johnson, Meridian Maas, & Sue Moorhead. (2008). Nursing outcome classification
(NOC). Philadelphia: Mosby.
McCloskey & Gloria M Bulechek. (2008). Nursing intervention classification (NIC).
USA:Mosby.
NANDA. (2012). NANDA Internasional: Diagnosis keperawatan definisi dan
klasifikasi. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai