Anda di halaman 1dari 21

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PERSALINAN

Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada


kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi
baik bagi ibu maupun janin. (Sarwono, 2002).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)


yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri). (Manuaba, 1998).

Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar (ekspulsi) hasil


pembuahan (yaitu, janin yang viable, plasenta dan ketuban) dari dalam
uterus lewat vagina ke dunia luar. (Helen Farrer, 2001).

Persalinan adalah proses yang dimulai dengan kontraksi uterus yang


menyebabkan dilatasi progresif dari servik, kelahiran bayi dan plasenta,
sedangkan persalinan normal merupakan proses yang normal dengan janin
cukup bulan, presentasi occiput, dilakukan melalui jalan lahir spontan sesuai
kurva partograf yang normal. (Depkes RI, 2003)

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN

Ada beberapa faktor yang berperan dalam persalinan :

1. Power (Kekuatan)

1
Adalah tenaga atau kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi dan
retraksi otot-otot rahim, ditambah kerja otot-otot volunter dari ibu,
yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu mengejan.

2. Passenger (Janin)

Letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak plasenta.

3. Passage (Jalan Lahir)

Janin harus berjalan lewat panggul, serviks, dan vagina sebelum


dilahirkan. Untuk dapat dilahirkan janin harus mengatasi tekanan atau
resistensi yang ditimbulkan oleh struktur dasar panggul dan
sekitarnya.

4. Psikologi (Kejiwaan)

Persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman persalinan, dukungan


orang terdekat dan intregitas emosional.

C. TANDA PERSALINAN

1. Tanda Permulaan Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu


sebelumnya wanita memasuki bulannya atau minggunya atau harinya
yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of labor). Ini
memberikan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Lightening atau settling atau dropping

Yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama pada


primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat, karena kepala
janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan.

b. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun.

2
c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

d. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-


kontraksi lemah dari uterus (false labor pains).

e. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya


bertambah bisa bercampur darah (bloody show).

2. Tanda in-partu

a. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena


robekan-robekan kecil pada serviks.

c. Dapat disertai ketuban pecah dini.

d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi


pembukaan serviks.

D. TAHAPAN DALAM PERSALINAN

Tahap persalinan meliputi 4 fase/kala :

1. Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka


sampai terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi
atas 2 fase :

a. Fase laten berlangsung selama 7-8 jam, pembukaan terjadi


sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

3
b. Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu
2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi
maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat
cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan
menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi lengkap 10 cm. Kala I ini selesai apabila
pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I
berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada multigravida 8 jam.
Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan multigravida 2 cm
tiap jam.

2. Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan


mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung
1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara.

3. Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.

4. Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam,


hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan
postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran
penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan
pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.

E. DEFINISI KOMPLIKASI PERSALINAN

Komplikasi persalinan adalah kondisi dimana nyawa ibu dan atau


janin yang ia kandung terancam yang disebabkan oleh gangguan langsung
saat persalinan. Komplikasi persalinan sering terjadi akibat dari
keterlambatan penanganan persalinan, dan dianggap sebagai salah satu
penyebab terjadinya kematian ibu bersalin. Faktor-faktor yang diduga ikut

4
berhubungan dengan kejadian komplikasi tersebut antara lain usia,
pendidikan, status gizi dan status ekonomi ibu bersalin.

Faktor usia ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


terjadinya komplikasi persalinan dikarenakan semakin muda usia ibu saat
terjadi persalinan maka semakin besar kemungkinan terjadi komplikasi
akibat panggul ibu yang masih sempit serta alat-alat reproduksi yang belum
matur, usia kehamilan yang terlalu muda saat persalinan mengakibatkan
bayi yang dilahirkan menjadi premature. Status perkawinan ibu
mempengaruhi psikologis ibu selama proses kehamilan dan persalinan serta
keteraturan dalam memeriksakan kehamilan juga mempengaruhi terjadinya
komplikasi saat persalinan sebab apabila terjadi kelainan tidak dapat
terdeteksi secara dini.

F. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO KOMPLIKASI PERSALINAN

Pada penelitian yang dilakukan tahun 1990 yang diadakan oleh


Assesment Safe Motherhood, ditemukan beberapa hal yang dianggap
sebagai penyebab terjadinya komplikasi pada persalinan. Hal tersebut antara
lain:

1. Derajat kesehatan ibu rendah dan kurangnya kesiapan untuk hamil

2. Pemeriksaan antenatal yang diperoleh kurang

3. Pertolongan persalinan dan perawatan pada masa setelah persalinan


dini masih kurang

4. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum


sepenuhnya mampu melaksanakan deteksi resiko tinggi sedini
mungkin

5
5. Belum semua rumah sakit kabupaten sebagai tempat rujukan dari
puskesmas mempunyai peralatan yang cukup untuk melaksanakan
fungsi obstetrik esensial

G. FAKTOR RESIKO TERJADINYA KOMPLIKASI KEHAMILAN


DAN PERSALINAN

Menurut Dr. dr. Rinawati Rohsiswatmo, SpAK, dokter spesialis anak


dan ahli neonatologi dari Brawijaya Women and Children Hospital, setiap
proses kehamilan dan persalinan memiliki faktor risiko. “Sekitar 90%
kehamilan dan persalinan adalah normal, dan 10% berisiko mengalami
gangguan,”.

Senada dengan dr Rina, spesialis kebidanan dan kandungan Dr dr Ali


Sungkar, SpOG, juga memaparkan beberapa faktor penyebab yang bisa
mempengaruhi tingginya risiko terjadinya komplikasi selama kehamilan dan
persalinan.

1. Riwayat Medis dan Pembedahan

Riwayat medis atau kesehatan yang dimiliki ibu sangat


berpengaruh pada janin selama hamil. Beberapa penyakit yang
dialami ibu selama hamil seperti penyakit jantung, tekanan darah
tinggi, asma, kejang, sampai diabetes, akan sangat memengaruhi
perkembangan janin selama kehamilan dan proses persalinan

Penyakit-penyakit tersebut akan berpotensi menyebabkan


pertumbuhan janin abnormal, prematur, BBLR (berat bayi lahir
rendah), sampai kematian. Penyakit yang paling banyak menyebabkan

6
komplikasi medis kehamilan adalah tekanan darah tinggi. Beberapa
obat penurun tekanan darah ternyata bisa menyebabkan kontraindikasi
pada kehamilan.

Sedangkan riwayat pembedahan yang berisiko meningkatkan


komplikasi kehamilan adalah jika ibu pernah mengalami bedah caesar.
Proses pembedahan yang pernah dialami akan berpengaruh pada
proses persalinan selanjutnya.

Secara umum caesar dibagi menjadi dua jenis, yaitu seksio sesarea
klasik dan seksio sesarea transperitonealis profunda (SCTP). Pada
caesar jenis klasik, peluang untuk VABC (vaginal birth after caesarian,
atau melahirkan normal setelah pernah caesar) akan sulit dilakukan.
Karena, pada operasi jenis ini dokter membuat sayatan memanjang di
badan rahim (korpus uretri) sepanjang 10 cm. Jika VABC dilakukan
pada perempuan yang pernah mengalami caesar klasik, ia akan
berisiko mengalami ruptura uretri (robek pada dinding rahim).

2. Riwayat obstetric

Riwayat obstetri bisa disebut riwayat komplikasi kelahiran.


Beberapa masalah yang pernah dialami saat melahirkan, dan
berpotensi menimbulkan komplikasi antara lain adanya perbedaan Rh
(rhesus) ibu dan janin, Rh sensitif, pernah mengalami perdarahan
hebat, dan melahirkan prematur. Selain itu, masalah yang
berhubungan dengan plasenta seperti plasenta previa (jalan lahir
tertutup plasenta), atau solustio plasentae (seluruh atau sebagian
plasenta lepas) yang pernah dialami juga akan memengaruhi proses
persalinan dan kehamilan selanjutnya.

3. Riwayat ginekologi

Riwayat ginekologi bisa menyebabkan komplikasi dalam


kehamilan dan persalinan ibu hamil. Bumil yang pernah memiliki

7
riwayat kasus kehamilan ektopik (kehamilan yang terjadi di luar
rongga rahim), kemungkinan besar akan kembali mengalaminya pada
kehamilan selanjutnya. Cedera tuba (cedera pada tuba falopi, atau
saluran telur) akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
Selain itu, riwayat ginekologi yang memengaruhi terjadinya
komplikasi adalah adanya kejadian inkompetensia serviks
(ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan kehamilan), dan
uterine anomalies (dinding rahim rusak), sehingga meningkatkan
risiko keguguran.

4. Usia

Usia 35 tahun ke atas merupakan usia rawan untuk hamil. Hamil


pada usia ini akan memengaruhi tingginya morbiditas (terjadi penyakit
atau komplikasi) dan juga mortalitas (kematian janin). Risiko
komplikasi pada ibu hamil akan meningkat drastis karena dipengaruhi
faktor kesehatan, obesitas, dan perdarahan sang ibu.

H. BENTUK (JENIS-JENIS) KOMPLIKASI PERSALINAN

1. Komplikasi Kala I dan Kala II

a. Persalinan macet (partus tidak maju)

Secara umum, penyebab persalinan yang macet adalah


kondisi tulang panggul si ibu yang terlampau sempit dan
menyebabkan bayi susah untuk lahir. Persalinan macet ini juga
bisa disebabkan oleh gangguan beberapa penyakit yang
menyebabkan sang ibu kepayahan mengeluarkan kepala bayi
saat persalinan. Hal lain yang membuat proses persalinan macet
adalah faktor usia sang ibu, paritas, konsistensi mulut rahim,
berat badan sang janin, gizi ibu, psikis si ibu dan penyakit
semisal anemia.

8
Jika proses persalinan berlangsung sangat lama, dokter
mungkin akan memberikan cairan intravena untuk membantu
mencegah dehidrasi. Jika rahim tidak cukup berkontraksi, dokter
akan memberikan oxytocin, obat yang dapat mendorong
kontraksi yang lebih kuat. Dan jika leher rahim berhenti melebar
padahal kontraksi rahim sudah menguat, operasi cesar mungkin
harus dilakukan.

b. Distosia

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan.


Dapat disebabkan kelainan tenaga, kelainan letak, dan bentuk
janin, serta kelainan jalan lahir.

1). Distosia karena kelainan tenaga/his

 His Hipotonic/ Inersia Uteri

 His Hipertonic

 His yang tidak terkordinasi

2). Distosia karena kelainan letak dan bentuk janin

3). Distosia karena jalan lahir

2. Komplikasi Kala III dan IV

a. Atonia Uteri

Definisi

Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak


berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus
uteri (plasenta telah lahir). (Depkes Jakarta;2002)

9
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot
miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini
merupakan penyebab pendarahan post partum yang paling
penting dan biasa terjadi segera setelah bayi lahir hingga 4 jam
setelah persalinan. Atoria uteri dapat menyebabkan perdarahan
hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovelemik.

Etiologi

Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri


antara lain : overdistention uterus seperti : gemeli, makrosomia,
polihidramnion, atau paritas tinggi, umur yang terlalu muda atau
terlalu tua, multipara dengan jarak kelahiran pendek, partus
lama, malnutrisi, dapat juga karena salah penanganan dalam
usaha melahirkan plasenta, sedangkan sebenarnya belum
terlepas dari uterus.

Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala yang khas pada atonia uteri jika kita
menemukan : uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan
segera setelah anak lahir (post partum primer).

Penatalaksanaan

1). Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta


(maksimal 15 detik). Masase merangsang kontraksi uterus.
Sambil melakukan masase sekaligus dapat dilakukan
penilaian kontraksi uterus.

2). Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari


vagina dan lubang serviks. Bekuan darah dan selaput

10
ketuban dalam vagina dan saluran serviks dapat
menghalangi kontraksi uterus.

3). Pastikan bahwa kandung kemih kosong. Jika penuh dan


dapat dipalpasi, lakukan katerisasi menggunakan teknik
aseptik. Kandung kemih yang penuh akan menghalangi
kontraksi uterus.

4). Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit.


Kompresi ini memberikan tekanan langsung pada

pembuluh darah dinding uterus dan juga merangsang


miometrium untuk berkontraksi. Jika KBI selama 5 menit
tidak berhasil diperlukan tindakan lain.

5). Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi


bimanual eksternal. Keluarga dapat meneruskan proses
kompresi bimanual secara eksternal selama penolong
melakukan langkah-langkah selanjutnya.

6). Keluarkan tangan perlahan-lahan.

7). Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontra indikasi hipertensi)


atau misoprostol 600-1000 mc g. ergometrin dan
misoprostol akan bekerja dan menyebabkan uterus
berkontraksi.

8). Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 dan 18 dan


berikan 500 cc Ringer laktat + 20 unit oksitoksin.
Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin.

9). Rujuk segera. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu


1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu
membutuhkan perawatan gawat darurat di fasilitas yang
mampu melaksanakan tindakan bedah dan transfusi darah.

11
b. Retensio Plasenta

Definisi

Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta


selama setengah jam setelah kelahiran bayi. Sewaktu bagian
plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak
dapat berkontraksi secara efektif dan keadaaan ini dapat
menimbulkan pendarahan.

Etiologi

Secara fungsional dapat terjadi karena His kurang kuat dan


plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba),
bentuknya (plasenta membranasea, plasenta anularis), dan
ukurannya (plasenta yang sangat kecil).

Manifestasi Klinis

Gejala yang selalu ada : plasenta belum lahir setelah 30


menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang
kadang-kadang muncul : tali pusat putus akibat traksi
berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.

Penatalaksanaan

12
1). Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk
mengejan, dan jika anda dapat merasakan plasenta dalam
vagina, keluarkan plasenta tersebut.

2). Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan


lakukan katerisasi kandung kemih.

3). Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 Unit IM,


jika belum dilakukan dalam penanganan aktif kala III

4). Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian


oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan
penarikan tali pusat terkendali

5). Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah


untuk mengeluarkan plasenta secara manual. Jika
perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan
darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan
setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat
pecah dengan mudah menunjukan koagulapati

6). Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina


yang berbau), berikan antibiotik untuk metritis.

7). Sewaktu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus)


tertinggal, akan menyebabkan uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif.

8). Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta.


Eksplorasi manual uterus menggunakan teknik yang
serupa dengan teknik yang digunakan untuk mengeluarkan
plasenta yang tidak keluar.

9). Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau


kuret besar.

13
10). Jika pendarahan berlanjut, lakukan uji pembekuan darah.

c. Emboli Air Ketuban

Definisi

Ini merupakan komplikasi persalinan yang paling serius,


namun sangat jarang terjadi, yaitu ketika sejumlah kecil cairan
ketuban yang melindungi janin dalam rahim masuk ke aliran
darah ibu, khusunya pada kasus persalinan yang sulit. Cairan ini
beredar ke paru-paru dan dapat menyebabkan pembuluh nadi
paru-paru menyempit. Penyempitan ini dapat menyebabkan
peningkatan denyut jantung, irama jantung yang tidak beraturan,
syok, bahkan henti jantung dan kematian. Pembekuan darah
yang meluas juga merupakan komplikasi yang umum terjadi dan
membutuhkan perawatan emergensi.

Etiologi

Adanya His yang kuat dan terutama terus menerus,


misalnya pada pemberian uteotonika yang berlebihan dimana
ketuban sudah pecah, biasanya pada akhir kala I atau segera
setelah anak lahir.

Manifestasi Klinis

Pertama-tama penderita tampak gelisah, mual, muntah,


dan diserati takikardi dan takipnea. Selanjutnya timbul dipsnea

14
dan sianosis, tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah,
kesadaran menurun, disertai nistagmus dan kadang-kadang
timbul kejang tonik klonik. Bila ada penyumbatan kapiler paru-
paru akan menyebabkan edema paru yang luas dan akhirnya
mengakibatkan kegagalan dan payah jantung kanan.

Penatalaksanaan

Perawatan pertama ditujukan untuk mengatasi edema


paru-paru dengan pemberian zat asam dengan tekanan positif;
digitalis dapat diberikan bila ada indikasi payah jantung; dapat
juga diberikan morphin 0.01-0.02 subcutan atau atropis 0.001-
0.003 IV dan papaverin 0.004 IV. Perlahan-lahan pasang torniket
pada lengan dan tungkai untuk meringankan sisi kanan jantung,
kembangkan antara tekanan sistolik dan diastolik, kalau perlu
pasang vena sekti, tidak boleh diberikan vasopresor.

I. ASUHAN KEPERAWATAN KOMPLIKASI PERSALINAN

Asuhan Keperawatan Atonia Uretri

1. PENGKAJIAN

a. Anamnesa dan inspeksi :

1). Pernafasan dangkal dan cepat.

2). Muntah-muntah karena perangsang peritonium.

3). Syok, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun.

4). Perdarahan pervaginam.

15
b. Palpasi :

1). Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya


empisema.

2). Bila kepala janin belum turun akan mudah dilepaskan dari
pintu atas pinggul.

c. Auskultasi :

1). Denyut Jantung Janin sulit atau tidak terdengar lagi


beberapa menit

2). Pemeriksaan dalam : (kepala janin yang tadinya sudah


turun kebawah dengan mudah didorong ke atas, jika
rongga rahim sudah kosong dapat diraba pada dinding
rahim)

d. Sirkulasi :

1). Adanya riwayat syok hipovolemik.

2). Tekanan darah turun, nadi meningkat, takikardia,


disretmia.

DATA SUBYEKTIF

Gejala Saat Ini :

1. Nyeri Abdomen dapat tiba-tiba, tajam dan seperti disayat pisau.

2. Apabila terjadi rupture sewaktu persalinan, konstruksi uterus yang


intermitten, kuat dapat berhenti dengan tiba-tiba.

3. Pasien mengeluh nyeri uterus yang menetap.

16
4. Perdarahan Per Vaginam dapat simptomatik karena perdarahan aktif
dari pembuluh darah yang robek.

5. Gejala-gejala lainnya meliputi berhentinya persalinan dan syok, yang


mana dapat di luar proporsi kehilangan darah eksterna karena
perdarahan yang tidak terlihat.

6. Nyeri bahu dapat berkaitan dengan perdarahan intraperitoneum.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Rupture uteri harus selalu diantisipasi bila pasien memberikan suatu


riwayat paritas tinggi, pembedahan uterus sebelumnya, seksio sessaria,
miomektomi atau reseksi koruna.

DATA OBJEKTIF

Pemeriksaan Umum :

Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari kehilangan darah


akut, biasanya perdarahan eksterna dan perdarahan intra abdomen

Pemeriksaan Abdomen :

Sewaktu persalinan, kontur uterus yang abnormal atau perubahan


kontur uterus yang tiba-tiba dapat menunjukkan adanya ekstrusi janin.
Fundus uteri dapat terkontraksi dan erat dengan bagian-bagian janin yang
terpalpasi dekat dinding abdomen diatas fundus yang berkontraksi.

Kontraksi uterus dapat berhenti dengan mendadak dan bunyi jantung


janin tiba-tiba menghilang. Sewaktu atau segera melahirkan, abdomen
sering sangat lunak, disertai dengan nyeri lepas mengindikasikan adanya
perdarahan intraperitoneum.

Pemeriksaan Pelvis :

17
Menjelang kelahiran, bagian presentasi mengalami regresi dan tidak
lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami ekstrusi ke dalam
rongga peritoneum. Perdarahan pervaginam mungkin hebat.

Ruptur uteri setelah melahirkan dikenali melalui eksplorasi manual


segmen uterus bagian bawah dan kavum uteri. Segmen uterus bagian bawah
merupakan tempat yang paling lazim dari ruptur.

Apabila robekannya lengkap, jari-jari pemeriksa dapat melalui tempat


ruptur langsung ke dalam rongga peritoneum, yang dapat dikenali melalui :

1). Permukaan serosa uterus yang halus dan licin

2). Adanya usus dan momentum

3). Jari-jari dan tangan dapat digerakkan dengan bebas

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1). Gangguan rasa nyaman : Nyeri b.d peregangan pada perinium.

2). Intoleransi aktifitas b.d kelemahan dan penurunan kesadaran.

3). Kekurangan volume cairan b.d perdarahan.

3. INTERVENSI DAN RASIONAL

Dx : 1

1). Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.

Rasional : mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat


membantu intervensi yang tepat.

2). Observasi tanda-tanda vital setiap 8 jam.

18
Rasional : perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi
merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri.

3). Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi.

Rasional : teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit


merasa lebih nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian
klien terhadap nyeri sehingga dapat membantu mengurangi nyeri
yang dirasakan.

4). Beri posisi yang nyaman.

Rasional : posisi yang nyaman dapat menghindari penekanan pada


area yang nyeri.

5). Kolaborasi pemberian analgetik.

Rasional : analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri


dapat dipersepsikan.

Dx : 2

1). Kaji kemampuan klien dalam memenuhi perawatan diri

Rasional : untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau


ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu
dalam memenuhi kebutuhannya.

2). Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Rasional : kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien


ketergantungan.

3). Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai


kemampuannya.

19
Rasional : pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk
mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah
kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya.

4). Anjurkan keluarga untuk selalu berada didekat klien dan


membantu memenuhi kebutuhan.

Rasional : membantu memenuhi kebutuhan klien yang dapat


terpenuhi secara mandiri.

Dx : 3

1). Pantau jumlah perdarahan

Rasional : mengetahui jumlah darah yang keluar.

2). Catat kehilangan cairan.

Rasional : potensial kehilangan cairan.

3). Pantau nadi.

Rasional : takikardia dapat terjadi memaksimalkan sirkulasi cairan


pada kejadian dihidrasi atau hemoragi.

4). Pantau tekanan darah sesui indukasi.

Rasional : peningkatan tekanan darah munkin karena efek-efek


obat. Penurunan tekanan darah mungkin tanda lanjut dari
kehilangan cairan secara berlebihan.

5). Evaluasi kadar Hb dan Ht.

Rasional : mengetahui terjadi penurunan yang menyebabkan


kehilangan darah berlebihan

20
4. EVALUASI

1). Tidak terjadi perdarahan

2). Terjadi kontraksi uterus

3). Tanda-tanda vital normal

4). Tidak kekurangan volume cairan

21

Anda mungkin juga menyukai