Anda di halaman 1dari 22

Clinical Science Session

Pertumbuhan Janin Terhambat

Oleh :

Adwilia Pratiwi 1740312279


Indah Noprimasari Yudi 1740312050

Pembimbing :

dr. Hj. Ermawati, Sp.OG (K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan janin terhambat (PJT)atau yang disebut Intrauterine growth

restriction (IUGR) didefiniskan sebagai pertumbuhan janin yang dibawah normal

yang telah disesuaikan dengan potensi pertumbuhan sesuai ras dan jenis kelamin.

Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10% dari yang

harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Gangguan pertumbuhan pada janin dan

bayi baru lahir yang meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang

badan).1,2

Definisi klinis IUGR berlaku untuk neonatus yang lahir dengan gambaran klinis

malnutrisi dan retardasi pertumbuhan in-utero, terlepas dari pengukuran berat

lahirnya. Sehingga untuk bayi sesuai masa kehamilan dapat digolongkan PJT apabila

memiliki gambaran klinis malnutrisi dan retardasi pertumbuhan dalam kehamilan.1

Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi di bawah persentil 10 untuk usia

gestasinya. Tidak semua bayi KMK terhambat pertumbuhannya secara patologis,

beberapa diantaranya kecil hanya karena faktor konstitusional. Bayi yang secara

konvensional didiagnosis KMK, 25-60% sebenarnya tumbuh secara baik apabila

faktor seperti kelompok etnis ibu, paritas, berat badan, tinggi badan orang tua ikut

dipertimbangkan.2,3

Kejadian PJT enam kali lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan

negara maju, dan lebih tinggi di negra berpenghasilan rendah-menengah karena

2
banyak bayi yang lahir tidak di fasilitas kesehatan sehingga catatan kelahiran tidak

ada.Di Jakarta, prevalensi PJT pada golongan ekonomi rendah lebih tinggi (14%)

dibandingkan dengan ekonomi menengah atas (5%). Sekitar 75% dari semua kasus

IUGR terjadi di Asia, diikuti dengan Afrika, dan Amerika Latin.Dampak yang dapat

ditimbulkan akibat PJT berupa risiko kematian 6-10 kali lebih tinggi jiak

dibandingkan dengan bayi normal.1,2

1.2 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan meningkatkan

pengetahuan tentang pertumbuhan janin terhambat termasuk definisi, etiologi,

epidemiologi, patofisiologi, diagnosis dan tatalaksana.

1.3 Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang definisi, klasifikasi, etiologi, diagnosis dan

tatalaksana Pertumbuhan Janin Terhambat.

1.4 Metode Penulisan

Makalah ini ditulis berdasarkan tinjauan kepustakaan yang merujuk pada

berbagai literatur.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Definisi klinis pertumbuhan janin terhambat berlaku untuk neonatus yang lahir

dengan gambaran klinis malnutrisi dan retardasi pertumbuhan dalam kehamilan,

terlepas dari pengukuran berat lahirnya. Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila

berat janin kurang dari 10% dari yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu.

Biasanya pertumbuhan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada

pertumbuhan.1,2

2.2 Epidemiologi

Kejadian PJT enam kali lebih tinggi di negara berkembang dibandingkan

negara maju, dan lebih tinggi di negra berpenghasilan rendah-menengah karena

banyak bayi yang lahir tidak di fasilitas kesehatan sehingga catatan kelahiran tidak

ada. Di Jakarta, prevalensi PJT pada golongan ekonomi rendah lebih tinggi (14%)

dibandingkan dengan ekonomi menengah atas (5%). Sekitar 75% dari semua kasus

IUGR terjadi di Asia, diikuti dengan Afrika, dan Amerika Latin.Urutan negara yang

memiliki insiden tertinggi di benua Asia adalah Bangladesh, India, Pakistan, Sri

Lanka, Kamboja, Vietnam dan Filipina, Indonesia dan Malaysia, Thailand, dan

Republik Rakyat Cina. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat PJT berupa risiko

kematian 6-10 kali lebih tinggi jiak dibandingkan dengan bayi normal.1,2

4
2.3 Klasifikasi

Ada tiga klasifikasi IUGR, yaitu asimetris, simetris, campuran :

1. Simetris, ukuran badan secara proporsional kecil. Gangguan pertumbuhan janin

terjadi lebih awal, sebelum usia kehamilan 20 minggu. Faktor yang berperan

dengan hal ini adalah faktor janin (kelainan genetik) atau lingkungan uterus yang

kronik (diabetes, hipertensi), maupun infeksi.

2. Asimetris, ukuran badannya tidak proporsional, yaitu lingkar perut lebih kecil

daripada lingkar kepala. Terjadi gangguan pertumbuhan janin pada trimester akhir

yang sering disebabkan karena insufisiensi plasenta sehingga janin menjadi

oksigen dan nutrisi.

3. Campuran, janin yang memilki jumlah sel dan ukuran sel kecil yang lebih sedikit.

Gambaran klinis saat lahir merupakan campuran dari simetris dan asimetris. Hal

ini terjadi apabila telah terjadi ganggguan pertumbuhan di awal kehamilan yang

dilanjutkan dengan adanya insufisiensi plasenta pada kehamilan lanjut.1,2

Gambar 2.1 Perbedaan janin normal, simetris, asimetris

5
Indeks Ponderal adalah hubungan antara berat dan panjang badan yang

memberikan evaluasi status gizi, sehingga biasa digunakan pada bayi saat lahir untuk

mengkategorikan bayi dengan berat badan kurang masa kehamilan (KMK) yang

termasuk dalam pertumbuhan janin terhambat akut (asimetris) atau kronik (simetris).4

Ponderal index = BB(gram) x 100

PB(cm)

Tabel 2.1. Klasifikasi IUGR1


Karakteristik IUGR Simetris IUGR Asimetris
Periode gangguan Kehamilan awal Kehamilan lanjut
Insiden dari total kasus 20-30% 70-80%
Pemeriksaan saat ANC Semuanya berkurang Lingkar perut kecil,
(lingkar kepala, lingkar secara proporsional sedangkan diameter
perut, diameter biparietal, biparietal, lingkar kepala,
femur length) femur length normal.
Jumlah sel Berkurang Normal
Ukuran sel Normal Berkurang
Ponderal Index Normal (>2) Rendah (<2)
Antopometri postnatal Berkurang disemua Berat badan berkurang
(berat badan, panjang parameter Panjang badan dan
badan, dan lingkar kepala lingkar kepala normal
(pertumbuhan otak
terhambat)
Perbedaan ukuran lingkar < 3 cm >3 cm
kepala dan lingkar dada
Gambaran klinis Kurang jelas Lebih jelas
malnutrisi
Prognosis Buruk Baik

2.4 Faktor Risiko

6
Kecurigaan akan PJT ditegakkan berdasarkan pengamatan faktor risiko dan

ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan umur kehamilan. Beberapa faktor risiko

PJT antara lain:

 Lingkungan sosio-ekonomi rendah,

 Adanya riwayat PJT dalam keluarga,

 Riwayat obstetri yang buruk,

 Berat badan sebelum dan selama kehamilan yang rendah.

Diantara faktor risiko tersebut ada beberapa faktor risiko yang dapat dideteksi

sebelum kehamilan dan selama kehamilan. Faktor risiko yang dapat dideteksi

sebelum kehamilan antara lain ada riwayat PJT sebelumnya, riwayat penyakit kronis,

riwayat Antiphsopholipid syndrome (APS), indeks massa tubuh yang rendah, dan

keadaan hipoksia maternal.4

Sedangkan faktor risiko yang dapat dideteksi selama kehamilan antara lain

peningkatan kadar MSAFP/hCG, riwayat minum jenis obat-obatan tertentu seperti

coumarin dan hydantoin, perdarahan pervaginam, kelainan plasenta, partus prematur,

kehamilan ganda dan kurangnya penambahan berat badan selama kehamilan.4

2.5 Etiologi

IUGR dapat terjadi karena beberapa faktor seperti faktor maternal, plasenta,

janin, genetik, serta kombinasi dari beberapa faktor tersebut.Kurang lebih 80-85%

PJT terjadi akibat perfusi plasenta yang menurun atau insufisiensi utero-plasenta dan

20% akibat karena potensi tumbuh yang kurang. Potensi tumbuh yang kurang

7
tersebut disebabkan oleh kelainan genetik atau kerusakan lingkungan.20 Secara garis

besar, penyebab PJT dapat dibagi berdasarkan faktor maternal, faktor plasenta dan

tali pusat, serta faktor janin. Dengan kemajuan teknologi, terutama dalam bidang

molekular dan genetika, peran berbagai gen ibu, janin dan plasenta menjadi penting,

dan sekarang telah terlibat sebagai penyebab IUGR.1,4

Gambar 2.2 Faktor predisposisi IUGR1

Tabel 2.2 Etiologi IUGR4


Faktor Plasenta & tali
Faktor Maternal Faktor Janin
pusat
• Hipertensi dalam • Sindroma twin to twin • Infeksi pada janin
kehamilan • transfusion seperti HIV,
• Penyakit jantung • Kelainan plasenta Cytomegalovirus,
• Sianosis • solusio plasenta rubella, herpes,
• Diabetes melitus kronik toksoplasmosis,
lanjut • plasenta previa syphilis
• Hemoglobinopati • kelainan insersi tali • Kelainan
• Penyakit autoimun pusat kromosom/genetic
• Malnutrisi • kelainan tali pusat (Trisomy 13, 18, dan
• Merokok 21, triploidy, Turner’s
• Narkotika syndrome, penyakit
• Kelainan uterus metabolisme)

8
• Trombofilia

2.6 Diagnosis

2.6.1 Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Pada janin yang berisiko tinggi, maka penapisan PJT menjadi penting sekali.

Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda di bawah ini:4

1. Gerak janin berkurang

2. Tinggi Fundus Uterus <3cm TFU normal sesuai kehamilan

3. Pertambahan berat badan <5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau <8kg pada

usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI <30)

4. Taksiran berat janin <10 persentil

5. Head circumference / Abdominal circumference >1

6. Volume cairan ketuban berkurang (Indeks cairan amnion < 5 cm atau cairan

amnion kantung tunggal terdalam <2cm).

9
Gambar 2.3 Persentil berat lahir rata (gram) terhadap usia kehamilan di
Amerika Serikat3

Gambar 2.4. Perbandingan berat lahir bayi Indonesia dan penelitian Hadlock
(Eropa)5

10
Diagnosis PJT dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:4

1. Anamnesis faktor risiko.

2. Palpasi abdomen; akurasinya terbatas namun dapat mendeteksi janin dengan

kurang masa kehamilan sebesar 30%, sehingga tidak boleh rutin digunakan dan

perlu tambahan pemeriksaan biometri janin.

3. Mengukur tinggi fundus uteri (TFU). Pengukuran TFU secara serial akan

meningkatkan sensitifitas dan spesifisitas, sehingga dianjurkan pada kehamilan di

atas usia 24 minggu.

4. Taksiran berat janin (TBJ) dan abdominal circumference (AC) melalui USG.

5. Mengukur indeks cairan amnion (ICA), pemeriksaan Doppler, kardiotokografi

(CTG) dan profil biofisik.

Sumber lain menyebutkan bahwa diagnosis pertumbuhan janin terhambat

dapat dilakukan dalam kehamilan maupun setelah lahir.6

1. Dalam kehamilan

Pemantauan dilakukan dengan rnenggunakan kurva. Ada kalanya kita

dapat menduga PJT dari ukuran tingginya fundus uteri dan lingkaran perut

dibandingkan dengan usia kehamilan. Penambahan berat badan ibu yang kurang

atau tidak ada, dapat juga memperkuat dugaan PJT. Pemeriksaan dapat dilakukan

secara serial. Apabila didapatkan dua kali dibawah kurva normal, maka dapat

diduga kuat PJT. Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:

a. Pemeriksaan biometri janin secara USG

11
b. Penentuan kadar estriol dalam urin ibu, kadarnya menurun pada gangguan

pertumbuhan janin

c. Pemeriksaan air ketuban melalui amniosentesis untuk menilai penyebab PJT

d. Pemeriksaan faal sirkulasi darah janin melalui kardiotokografi.

2. Setelah lahir

Pada saat lahir, dapat dinilai keadaan bayi dengan PJT. Bayi biasanya

terlihat kurus dan panjang, kulit kering, lapisan lemaknya tipis dan ototnya

hipotrofi. Pada saat ditimbang didapatkan berat badan kurang sesuai dengan usia

kehamilan. Selain itu, bayi dapat ditemukan hipoglikemi yang menimbulkan gejala

gangguan saraf pusat atau pernapasan.

Dibandingkan dengan bayi lahir kurang bulan, bayi PJT memperlihatkan

sifat-sifat sebagai berikut:

a. Pengaturan suhu badan lebih baik, terutama pada PJT tipe II.

b. Ikterus biasanya tidak ada, edema jarang terjadi.

c. Kehilangan berat setelah lahir hanya sedikit.

d. Gangguan pernapasan lebih jarang terjadi.

2.6.2 Pemeriksaan Penunjang

1. USG

Pemeriksaan dengan ultrasound real-time akan bisa membedakan hambatan

pertumbuhan interuterin asimetris dengan hambatan pertumbuhan intrauterin

simetris, selain dari itu dapat pula mengukur berat janin, gangguan pertumbuhan

kepala (otak), kelainan kongenital, dan oligohidramnion. Jika usia kehamilan dapat

12
diketahui dengan pasti, maka beberapa antropometri janin seperi DBP (diameter

biparietal/BPD), lingkaran kepala (LK/ head circumference/ HC), panjang femur

(FL), dan lingkar perut (LP/ abdominal circumference/ AC) akan dapat

memberikan kontribusi menguatkan diagnosis hambatan pertumbuhan intrauterin

dan menetapkan beratnya atau tingkat gangguan pertumbuhan. Sesuai dengan

ketentuan DBP diukur pada bagian poros terluas dari tengkorak. Bagian ini

terletak pada level talamus dan ventrikel ketiga dari otak janin dimana terdapat

septum pellucidum.

Ratio LK/LP bertambah kecil semakin tua umur kehamilan. Pada usia

kehamilan sampai dengan 32 minggu LK > LP, pada usia kehamilan antara 32

minggu sampai 36 minggu ukuran keduanya lebih kurang sebanding (LK = LP),

dan setelah kehamilan berusia 36 minggu keatas LK < LP. Jadi pada hambatan

pertumbuhan intrauterin asimetri terdapat ratio LK/LP lebih besar dari pada yang

seharusnya menurut usia kehamilan.7,8

Pada hambatan pertumbuhan intrauterin terutama pada kehamilan yang

berlatar belakang hipertensi sering disertai oleh oligohidramnion. Oligohidramnion

bisa berakibat tali pusat terjepit dan kematian janin dapat terjadi dengan tiba-tiba.

Oleh sebab itu penilaian volume cairan ketuban perlu dipantau dari minggu ke

minggu dengan pesawat ultrasonografi. Penilaian volume cairan ketuban dengan

ultrasonografi bisa dengan cara mengukur kedalaman cairan ketuban yang paling

panjang pada satu bidang vertikal atau bisa juga dengan cara menghitung indeks

cairan ketuban. Cara pertama, jika kedalaman cairan ketuban yang terpanjang

kurang dari pada 2 cm, maka telah ada tanda oligohidramnion dan janin sedang

13
mengalami kegawatan, kehamilan perlu segera diterminasi. Sebaliknya kalau

panjang kolom terpanjang dari cairan ketuban berukuran >8 cm merupakan tanda

telah ada polihidramnion. Cara kedua, uterus dibagi kedalam 4 kuadran melalui

bidang sagital dan vertikal yang dibuat keduanya melalui pusat. Kolom cairan

ketuban yang terpanjang dari tiap kuadran dijumlahkan.. Bila penjumlahan

panjang kolom cairan ketuban itu <5 cm, maka telah ada tanda oligohidramnion.

Bila panjangnya berjumlah antara 18 sampai 20 cm, merupakan tanda telah ada

polihidramnion.7

2. Pemantauan Kegiatan Kerja Jantung Janin

Jika diagnosis pertumbuhan janin telah ditegakkan, maka keadaan

kesehatan janin perlu di pantau. Hal yang dinilai adalah penyebab dari hambatan

pertumbuhan intrauterin. Penyebab PJT oleh karena insufisiensi fungsi plasenta

dapat menyebabkan kematian janin. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan

contraction stress test (CST) atau uji beban kontraksi setiap minggu dengan

menginfus oksitosin atau merangsang puting susu ibu untuk membangkitkan

kontraksi pada uterus. Pemeriksaan non-stress test (NST) atau uji tanpa beban dua

kali seminggu dikatakan lebih baik lagi untuk memantau kesehatan janin terlebih

bila bersama dengan pemeriksaan profil atau tampilan biofisik janin yang

dilakukan setiap minggu. Bila pada CST terdapat deselerasi lambat yang persisten

atau pada NST terdapat rekaman non-reaktiv pada setiap ada gerakan janin

menandakan janin berada dalam keadaan bahaya hipoksia. 7

14
3. Pengukuran Doppler Velocimetry

Pemeriksaan Doppler velosimetri arteria umbilicalis bisa mengenal adanya

pengurangan aliran darah dalam tali pusat akibat resistensi vaskuler dari plasenta.

Pada kelompok dengan rasio S/D (systolic and diastolisc ratio) yang tinggi >3

terdapat angka kesakitan dan kematian perinatal yang tinggi dan karenanya

dianggap adalah indikasi untuk terminasi kehamilan. 7

4. Profil Biofisik Janin

Pemeriksaan biofisik janin dilakukan seperti menilai Apgar score pada bayi

baru lahir. Parameter yang dinilai adalah gerakan pernapasan, tonus otot, gerakan

tubuh, volume cairan ketuban (Semuanya diamati melalui USG) Setiap parameter

normal diberi nilai 2 dan abnormal diberi nilai 0. Janin yang memperoleh nilai 8

tanpa oligohidramnion berarti aman karena sangat kecil risiko mengalami

kematian perinatal (< 1 per 1000) dalam waktu satu minggu. Nilai 6 sekalipun

tanpa oligohidramnion diterminasi atas indikasi janin. 7

15
Tabel 2.3 Parameter biofisik janin7

2.7 Tatalaksana

Jika ada dugaan gangguan pertumbuhan intrauterin, yang dapat kita usahakan

ialah:6

 Bila diketahui penyebabnya, hindari/obati penyebabnya.

 Istirahat rebah agar fungsi plasenta membaik.

 Perbaikan gizi ibu jika perlu.

 Pengakhiran kehamilan dengan induksi persalinan atau seksio sesarea.

16
Gambar 2.5 Algoritma Kurang Masa Kehamilan1

a. Penatalaksanaan pada Kehamilan Aterm4

Jika End Diastolic (ED) masih ada, persalinan ditunda sampai umur

kehamilan 37 minggu. Kapan saat terminasi kehamilan dengan PJT sangat

bervariasi. Jika didapatkan pemantauan lain (profil biofisik, venous Doppler)

abnormal maka segera dilakukan terminasi kehamilan. Jika umur kehamilan >

34 minggu, meskipun yang lain normal, terminasi perlu dipertimbangkan.

Pemberian kortikosteroid dapat dipertimbangkan bila umur kehamilan < 36

minggu untuk mengurangi kejadian respiratori distress. Persalinan dilakukan di

17
rumah sakit dengan fasilitas resusitasi yang memadai dan sumber daya

manusia yang berpengalaman.

b. Penatalaksanaan pada Kehamilan Preterm4

1. Usia Kehamilan <32 minggu

Hal pertama yang harus diperhatikan pada penatalaksanaan PJT pada

usia kehamilan < 32 minggu adalah bagaimana klasifikasi PJT berdasarkan

etiologi seperti infeksi, adanya kelainan bawaan, atau penurunan sirkulasi

feto-plasenter. Setelah melakukan klasifikasi berdasarkan etiologi, maka

harus ditentukan tipe PJT apakah termasuk tipe simetris atau asimetris.

Kemudian dilakukan penatalaksanaan terhadap semua kondisi maternal

seperti mengurangu stress, meningkatkan asupan nutrisi, mengurangi rokok

dan/atau narkotika, dan anjurkan istirahat tidur miring. Setelah digali

berdasarkan anamnesis, maka dilakukan pemeriksaan USG untuk evaluasi

pertumbuhan dan Doppler velocimetry arteri umbilikalis setiap 3 minggu

sampai usia kehamilan 36 minggu atau sampai timbul keadaan

oligohidramnion dan dilakukan pemeriksaan profil biofisik setiap minggu

termasuk NST, diikuti dengan NST saja pada minggu yang sama. 22 Jika

ditemukan keadaan seperti ICA < 2,5 persentil dengan Doppler velocimetry

arteri umbilikalis normal dan Doppler velocimetry arteri umbilikalis hilang

(Absent end diastolic flow / AEDF) atau terbalik (Reverse end diastolic

flow / REDF), maka pasien memerlukan pemanatauan ketat di rumah sakit.

Jika pada pasien ditemukan keadaan seperti Anhydramnion (tidak ada

poket) pada usia kehamilan 30 minggu atau lebih, adanya deselerasi

18
berulang, selama 2 minggu tidak ada pertumbuhan janin dan paru janin

sudah matang, dan pada pemeriksaan Doppler velocimtery adanya AEDF

atau REDF, maka sudah terpenuhi syarat untuk dilakukan terminasi

kehamilan segera.

2. Usia Kehamilan >32 minggu

Jika pada pasien ditemukan keadaan seperti oligohidramnion (ICA < 5

cm), umur kehamilan 36 minggu atau lebih, Oligohidramnion pada usia

kehamilan < 36 minggu dikombinasi dengan Doppler velocimetry arteri

umbilikalis, adanya abnormalitas Doppler velocimetry a. umbilikalis seperti:

Doppler velocimetry a. umbilikalis REDF setelah 32 minggu, Doppler

velocimetry a. umbilikalis AEDF setelah 34 minggu, jika AEDF pada < 34

minggu, maka penilaian profil biofisik dilakukan dua kali seminggu,. AEDF

dan NST abnormal dan AEDF dan oligohidramnion, merupakan beberapa

indikasi dilakukannya terminasi segera. Pemeriksaan profil biofisik

dikatakan abnormal apabila kurang atau sama dengan 4/10, dan jika profil

biofisik equivokal (6/10), pasien dapat diobservasi dan pemeriksaan diulangi

4-6 jam, jika hasilnya masih equivokal maka kehamilan segera diterminasi.

Secara garis besar, pada usia kehamilan 32-36 minggu perawatan konservatif

masih dapat dipertimbangkan.

2.8 Prognosis

Prognosis PIT (terutama tipe II) lebih baik daripada bayi lahir kurang bulan,

19
tetapi sering pada anak ini memperlihatkan juga gangguan pertumbuhan setelah lahir.

Prognosis PJT tipe I (terutama dengan kelainan kongenital yang multipel) adalah

buruk.6

BAB III

KESIMPULAN

Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10% dari

yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. IUGR dapat terjadi karena beberapa

faktor seperti faktor maternal, plasenta, janin, genetik, serta kombinasi dari beberapa

faktor tersebut. Penyebab terbanyak adalah akibat perfusi plasenta yang menurun atau

insufisiensi utero-plasenta. Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau

lebih tanda-tanda yaitu: gerak janin berkurang, Tinggi Fundus Uterus <3cm TFU

normal sesuai kehamilan, pertambahan berat badan <5 kg pada usia kehamilan 24

minggu atau <8kg pada usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI <30),

taksiran berat janin <10 persentil, Head circumference / Abdominal circumference

>1, Volume cairan ketuban berkurang (Indeks cairan amnion < 5 cm atau cairan

amnion kantung tunggal terdalam <2cm).

Jika ada dugaan gangguan pertumbuhan intrauterin, yang dapat kita usahakan

ialah bila diketahui penyebabnya, hindari/obati penyebabnya, istirahat rebah agar

fungsi plasenta membaik, perbaikan gizi ibu jika perlu pengakhiran kehamilan

dengan induksi persalinan atau seksio sesarea

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Sharma D, Shastri S, Sharma P. Intrauterine growth restriction: Antenatal &

postnatal aspects. Clinical Medicine Insights: Pediatrics 2016:10 67–83

2. Wiknjosastro GH, Rachmhadhli T. Ilmu kebidanan edisi Ke 4 cetakan ke 3.

Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2010.

3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al., Williams obstetric 24th edition.

United State: McGraw-Hill Education. 2014.

4. POGI. Pedoman nasional pelayanan kedokteran: pengelolaan kehamilan dengan

pertumbuhan janin terhambat. 2016.

5. Fattah ANA, et al., Indonesian local-fetal-weight standard: a better predictive

ability for low apgar score of small-for-gestational age neonates. Med J

Indonesia. 2016;25:228–33.

6. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Obestetri patologi edisi 3. EGC.

2013.

7. Hariadi R. Ilmu kedokteran fetomaternal. Surabaya: Himpunan kedokteran

fetomaternal perkumpulan obstetri dan ginekologi Indonesia. 2004.

8. Kiserud T, PiaggioG, Carroli G, Widmer M, Carvalho J, Neerup Jensen L, et al.

The world health organization fetal growth charts: a multinational longitudinal

study of ultrasound biometric measurements and estimated fetal weight. PLoS

Med 2017;14(1)

21
22

Anda mungkin juga menyukai