Oleh :
Pembimbing :
PENDAHULUAN
yang telah disesuaikan dengan potensi pertumbuhan sesuai ras dan jenis kelamin.
Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10% dari yang
harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Gangguan pertumbuhan pada janin dan
bayi baru lahir yang meliputi semua parameter (lingkar kepala, berat badan, panjang
badan).1,2
Definisi klinis IUGR berlaku untuk neonatus yang lahir dengan gambaran klinis
lahirnya. Sehingga untuk bayi sesuai masa kehamilan dapat digolongkan PJT apabila
Bayi kecil masa kehamilan (KMK) yaitu bayi di bawah persentil 10 untuk usia
beberapa diantaranya kecil hanya karena faktor konstitusional. Bayi yang secara
faktor seperti kelompok etnis ibu, paritas, berat badan, tinggi badan orang tua ikut
dipertimbangkan.2,3
2
banyak bayi yang lahir tidak di fasilitas kesehatan sehingga catatan kelahiran tidak
ada.Di Jakarta, prevalensi PJT pada golongan ekonomi rendah lebih tinggi (14%)
dibandingkan dengan ekonomi menengah atas (5%). Sekitar 75% dari semua kasus
IUGR terjadi di Asia, diikuti dengan Afrika, dan Amerika Latin.Dampak yang dapat
ditimbulkan akibat PJT berupa risiko kematian 6-10 kali lebih tinggi jiak
berbagai literatur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi klinis pertumbuhan janin terhambat berlaku untuk neonatus yang lahir
terlepas dari pengukuran berat lahirnya. Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila
berat janin kurang dari 10% dari yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu.
pertumbuhan.1,2
2.2 Epidemiologi
banyak bayi yang lahir tidak di fasilitas kesehatan sehingga catatan kelahiran tidak
ada. Di Jakarta, prevalensi PJT pada golongan ekonomi rendah lebih tinggi (14%)
dibandingkan dengan ekonomi menengah atas (5%). Sekitar 75% dari semua kasus
IUGR terjadi di Asia, diikuti dengan Afrika, dan Amerika Latin.Urutan negara yang
memiliki insiden tertinggi di benua Asia adalah Bangladesh, India, Pakistan, Sri
Lanka, Kamboja, Vietnam dan Filipina, Indonesia dan Malaysia, Thailand, dan
Republik Rakyat Cina. Dampak yang dapat ditimbulkan akibat PJT berupa risiko
kematian 6-10 kali lebih tinggi jiak dibandingkan dengan bayi normal.1,2
4
2.3 Klasifikasi
terjadi lebih awal, sebelum usia kehamilan 20 minggu. Faktor yang berperan
dengan hal ini adalah faktor janin (kelainan genetik) atau lingkungan uterus yang
2. Asimetris, ukuran badannya tidak proporsional, yaitu lingkar perut lebih kecil
daripada lingkar kepala. Terjadi gangguan pertumbuhan janin pada trimester akhir
3. Campuran, janin yang memilki jumlah sel dan ukuran sel kecil yang lebih sedikit.
Gambaran klinis saat lahir merupakan campuran dari simetris dan asimetris. Hal
ini terjadi apabila telah terjadi ganggguan pertumbuhan di awal kehamilan yang
5
Indeks Ponderal adalah hubungan antara berat dan panjang badan yang
memberikan evaluasi status gizi, sehingga biasa digunakan pada bayi saat lahir untuk
mengkategorikan bayi dengan berat badan kurang masa kehamilan (KMK) yang
termasuk dalam pertumbuhan janin terhambat akut (asimetris) atau kronik (simetris).4
PB(cm)
6
Kecurigaan akan PJT ditegakkan berdasarkan pengamatan faktor risiko dan
ketidaksesuaian tinggi fundus uteri dengan umur kehamilan. Beberapa faktor risiko
Diantara faktor risiko tersebut ada beberapa faktor risiko yang dapat dideteksi
sebelum kehamilan dan selama kehamilan. Faktor risiko yang dapat dideteksi
sebelum kehamilan antara lain ada riwayat PJT sebelumnya, riwayat penyakit kronis,
riwayat Antiphsopholipid syndrome (APS), indeks massa tubuh yang rendah, dan
Sedangkan faktor risiko yang dapat dideteksi selama kehamilan antara lain
2.5 Etiologi
IUGR dapat terjadi karena beberapa faktor seperti faktor maternal, plasenta,
janin, genetik, serta kombinasi dari beberapa faktor tersebut.Kurang lebih 80-85%
PJT terjadi akibat perfusi plasenta yang menurun atau insufisiensi utero-plasenta dan
20% akibat karena potensi tumbuh yang kurang. Potensi tumbuh yang kurang
7
tersebut disebabkan oleh kelainan genetik atau kerusakan lingkungan.20 Secara garis
besar, penyebab PJT dapat dibagi berdasarkan faktor maternal, faktor plasenta dan
tali pusat, serta faktor janin. Dengan kemajuan teknologi, terutama dalam bidang
molekular dan genetika, peran berbagai gen ibu, janin dan plasenta menjadi penting,
8
• Trombofilia
2.6 Diagnosis
Pada janin yang berisiko tinggi, maka penapisan PJT menjadi penting sekali.
Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau lebih tanda-tanda di bawah ini:4
3. Pertambahan berat badan <5 kg pada usia kehamilan 24 minggu atau <8kg pada
6. Volume cairan ketuban berkurang (Indeks cairan amnion < 5 cm atau cairan
9
Gambar 2.3 Persentil berat lahir rata (gram) terhadap usia kehamilan di
Amerika Serikat3
Gambar 2.4. Perbandingan berat lahir bayi Indonesia dan penelitian Hadlock
(Eropa)5
10
Diagnosis PJT dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:4
kurang masa kehamilan sebesar 30%, sehingga tidak boleh rutin digunakan dan
3. Mengukur tinggi fundus uteri (TFU). Pengukuran TFU secara serial akan
4. Taksiran berat janin (TBJ) dan abdominal circumference (AC) melalui USG.
1. Dalam kehamilan
dapat menduga PJT dari ukuran tingginya fundus uteri dan lingkaran perut
dibandingkan dengan usia kehamilan. Penambahan berat badan ibu yang kurang
atau tidak ada, dapat juga memperkuat dugaan PJT. Pemeriksaan dapat dilakukan
secara serial. Apabila didapatkan dua kali dibawah kurva normal, maka dapat
11
b. Penentuan kadar estriol dalam urin ibu, kadarnya menurun pada gangguan
pertumbuhan janin
2. Setelah lahir
Pada saat lahir, dapat dinilai keadaan bayi dengan PJT. Bayi biasanya
terlihat kurus dan panjang, kulit kering, lapisan lemaknya tipis dan ototnya
hipotrofi. Pada saat ditimbang didapatkan berat badan kurang sesuai dengan usia
kehamilan. Selain itu, bayi dapat ditemukan hipoglikemi yang menimbulkan gejala
a. Pengaturan suhu badan lebih baik, terutama pada PJT tipe II.
1. USG
simetris, selain dari itu dapat pula mengukur berat janin, gangguan pertumbuhan
kepala (otak), kelainan kongenital, dan oligohidramnion. Jika usia kehamilan dapat
12
diketahui dengan pasti, maka beberapa antropometri janin seperi DBP (diameter
(FL), dan lingkar perut (LP/ abdominal circumference/ AC) akan dapat
ketentuan DBP diukur pada bagian poros terluas dari tengkorak. Bagian ini
terletak pada level talamus dan ventrikel ketiga dari otak janin dimana terdapat
septum pellucidum.
Ratio LK/LP bertambah kecil semakin tua umur kehamilan. Pada usia
kehamilan sampai dengan 32 minggu LK > LP, pada usia kehamilan antara 32
minggu sampai 36 minggu ukuran keduanya lebih kurang sebanding (LK = LP),
dan setelah kehamilan berusia 36 minggu keatas LK < LP. Jadi pada hambatan
pertumbuhan intrauterin asimetri terdapat ratio LK/LP lebih besar dari pada yang
bisa berakibat tali pusat terjepit dan kematian janin dapat terjadi dengan tiba-tiba.
Oleh sebab itu penilaian volume cairan ketuban perlu dipantau dari minggu ke
ultrasonografi bisa dengan cara mengukur kedalaman cairan ketuban yang paling
panjang pada satu bidang vertikal atau bisa juga dengan cara menghitung indeks
cairan ketuban. Cara pertama, jika kedalaman cairan ketuban yang terpanjang
kurang dari pada 2 cm, maka telah ada tanda oligohidramnion dan janin sedang
13
mengalami kegawatan, kehamilan perlu segera diterminasi. Sebaliknya kalau
panjang kolom terpanjang dari cairan ketuban berukuran >8 cm merupakan tanda
telah ada polihidramnion. Cara kedua, uterus dibagi kedalam 4 kuadran melalui
bidang sagital dan vertikal yang dibuat keduanya melalui pusat. Kolom cairan
panjang kolom cairan ketuban itu <5 cm, maka telah ada tanda oligohidramnion.
Bila panjangnya berjumlah antara 18 sampai 20 cm, merupakan tanda telah ada
polihidramnion.7
kesehatan janin perlu di pantau. Hal yang dinilai adalah penyebab dari hambatan
dapat menyebabkan kematian janin. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan
contraction stress test (CST) atau uji beban kontraksi setiap minggu dengan
kontraksi pada uterus. Pemeriksaan non-stress test (NST) atau uji tanpa beban dua
kali seminggu dikatakan lebih baik lagi untuk memantau kesehatan janin terlebih
bila bersama dengan pemeriksaan profil atau tampilan biofisik janin yang
dilakukan setiap minggu. Bila pada CST terdapat deselerasi lambat yang persisten
atau pada NST terdapat rekaman non-reaktiv pada setiap ada gerakan janin
14
3. Pengukuran Doppler Velocimetry
pengurangan aliran darah dalam tali pusat akibat resistensi vaskuler dari plasenta.
Pada kelompok dengan rasio S/D (systolic and diastolisc ratio) yang tinggi >3
terdapat angka kesakitan dan kematian perinatal yang tinggi dan karenanya
Pemeriksaan biofisik janin dilakukan seperti menilai Apgar score pada bayi
baru lahir. Parameter yang dinilai adalah gerakan pernapasan, tonus otot, gerakan
tubuh, volume cairan ketuban (Semuanya diamati melalui USG) Setiap parameter
normal diberi nilai 2 dan abnormal diberi nilai 0. Janin yang memperoleh nilai 8
kematian perinatal (< 1 per 1000) dalam waktu satu minggu. Nilai 6 sekalipun
15
Tabel 2.3 Parameter biofisik janin7
2.7 Tatalaksana
Jika ada dugaan gangguan pertumbuhan intrauterin, yang dapat kita usahakan
ialah:6
16
Gambar 2.5 Algoritma Kurang Masa Kehamilan1
Jika End Diastolic (ED) masih ada, persalinan ditunda sampai umur
abnormal maka segera dilakukan terminasi kehamilan. Jika umur kehamilan >
17
rumah sakit dengan fasilitas resusitasi yang memadai dan sumber daya
harus ditentukan tipe PJT apakah termasuk tipe simetris atau asimetris.
termasuk NST, diikuti dengan NST saja pada minggu yang sama. 22 Jika
ditemukan keadaan seperti ICA < 2,5 persentil dengan Doppler velocimetry
(Absent end diastolic flow / AEDF) atau terbalik (Reverse end diastolic
18
berulang, selama 2 minggu tidak ada pertumbuhan janin dan paru janin
kehamilan segera.
minggu, maka penilaian profil biofisik dilakukan dua kali seminggu,. AEDF
dikatakan abnormal apabila kurang atau sama dengan 4/10, dan jika profil
4-6 jam, jika hasilnya masih equivokal maka kehamilan segera diterminasi.
Secara garis besar, pada usia kehamilan 32-36 minggu perawatan konservatif
2.8 Prognosis
Prognosis PIT (terutama tipe II) lebih baik daripada bayi lahir kurang bulan,
19
tetapi sering pada anak ini memperlihatkan juga gangguan pertumbuhan setelah lahir.
Prognosis PJT tipe I (terutama dengan kelainan kongenital yang multipel) adalah
buruk.6
BAB III
KESIMPULAN
Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila berat janin kurang dari 10% dari
yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. IUGR dapat terjadi karena beberapa
faktor seperti faktor maternal, plasenta, janin, genetik, serta kombinasi dari beberapa
faktor tersebut. Penyebab terbanyak adalah akibat perfusi plasenta yang menurun atau
insufisiensi utero-plasenta. Penapisan PJT dapat dilakukan jika terdapat satu atau
lebih tanda-tanda yaitu: gerak janin berkurang, Tinggi Fundus Uterus <3cm TFU
normal sesuai kehamilan, pertambahan berat badan <5 kg pada usia kehamilan 24
minggu atau <8kg pada usia kehamilan 32 minggu (untuk ibu dengan BMI <30),
>1, Volume cairan ketuban berkurang (Indeks cairan amnion < 5 cm atau cairan
Jika ada dugaan gangguan pertumbuhan intrauterin, yang dapat kita usahakan
fungsi plasenta membaik, perbaikan gizi ibu jika perlu pengakhiran kehamilan
20
DAFTAR PUSTAKA
3. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, et al., Williams obstetric 24th edition.
Indonesia. 2016;25:228–33.
2013.
Med 2017;14(1)
21
22